Anda di halaman 1dari 2

Sistem Pertahanan dan Keamanan Wilayah Kesultanan Buton, Kota Baubau Sulawesi Tenggara

LA ODE ASPIN, Dr. Widya Nayati, M.A.


Universitas Gadjah Mada, 2019 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ABSTRAK

Tesis ini membahas tentang strategi pertahanan yang dibuat oleh


Kesultanan Buton dalam rangka mengamankan wilayah kekuasaannya dari
ancaman pihak lain. Wilayah Kesultanan Buton berada di jalur pelayaran dan
perdaganagn rempah-rempah, sehingga menarik banyak pihak untuk menguasai
wilayah ini. Beberapa pihak tersebut anatara lain VOC, Kerajaan Gowa, Kerajaan
Ternate dan pasukan bajak laut. Kajian ini menggunakan pendekatan arkeologi
ruang dalam dua skala yaitu semi makro dan makro. Semi makro dapat mengkaji
hubungan antara satu bangunan dengan bangunan lainya atau hubungan antara
benteng dengan benteng yang lainnya. Skala Makro, mengkaji hubungan yang
lebih luas yaitu menganalisis situs dalam lingkup antar wilayah.
Untuk mengamankan wilayahnya, Kesultanan Buton membuat dua strategi
pertahanan yaitu strategi pertahanan fisik (tangible) dan pertahanan non fisik
(intangible). Pertahanan tangible Kesultanan Buton terdiri dari beberapa benteng
pertahanan yaitu Benteng Keraton Buton, Benteng Sorawolio 1, Benteng
Sorawolio 2 dan Benteng Baadia. Benteng Keraton Buton sebagai pusat
pemerintahan dan tempat tinggal Sultan sehingga perlu dilindungi. Benteng
Sorowalio 1, Benteng Sorawolio 2 dan Benteng Baadia sebagai benteng-benteng
pengawal yang melindungi Benteng Keraton Buton. Benteng sorawolio 1 dan
Benteng Sorawolio 2 menjaga wilayah bagian sisi Timur Benteng Keraton Buton,
sedangkan Benteng Baadia berada di sebelah Selatan Benteng Keraton Buton.
Pertahanan intangible merupakan pertahanan rakyat yang berasal dari
setiap kampung baik dalam benteng maupun di luar benteng. Sistem pertahanan
Kesultanan Buton terdapat empat kubu pertahanan berlapis yaitu: (1) Kubu
pertahanan garis depan, terdiri atas empat kerajaan sebagai pertahanan barata
yaitu Muna, Tiworo, Kulisusu, Tiworo dan Kaledupa. (2) Kubu pertahanan lapis
kedua terdiri dari empat kampung yang disebut dengan Matana Soromba. (3)
Kubu pertahanan lapis ketiga sebagai pertahanan bhatin disebut dengan bhisa
patamiana. (4) Kubu pertahanan lapis keempat yaitu pertahanan patalimbona
yang terdapat di dalam Benteng Keraton Buton sebagai pasukan inti atau pasukan
terakhir.

Kata Kunci : Arkeologi Ruang, Sistem Pertahananan, Kesultanan Buton


Sistem Pertahanan dan Keamanan Wilayah Kesultanan Buton, Kota Baubau Sulawesi Tenggara
LA ODE ASPIN, Dr. Widya Nayati, M.A.
Universitas Gadjah Mada, 2019 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ABSTRACT

This thesis discusses the defense strategy made by the Kesultanan Buton
in order to secure its territory from the threat of other parties. The territory of the
Buton Sultanate was in the shipping lane and trade in spices, thus attracting many
parties to control the region. Some of these parties include the VOC, the Kingdom
of Gowa, the Kingdom of Ternate and pirate forces. This study uses a space
archeology approach in two scales namely semi macro and macro. Semi macro
can examine the relationship between one building with another building or the
relationship between the fort and the other fort. The Macro Scale, examines a
broader relationship that is analyzing sites within the sphere of territory.
To secure its territory, the Kesultanan Buton made two defense strategies
namely tangible and non-physical defense strategies. The tangible defense of the
Kesultanan Buton consists of several fortifications, Benteng Keraton Buton,
Benteng Sorawolio 1, Benteng Sorawolio 2 and Benteng Baadia. Benteng Keraton
Buton Palace is the center of government and the Sultan's residence so it needs to
be protected. Benteng Sorowalio 1, Benteng Sorawolio 2 and Benteng Baadia as
guard fortresses protecting the Benteng Keraton Buton. Benteng Sorawolio 1 and
Benteng Sorawolio 2 guard the area on the East side of the Benteng Keraton
Buton, while the Baadia Fortress is to the south of the Benteng Keraton Buton.
Intangible defense is people's defense that comes from every village both
in the fort and outside the fort. The Kesultanan Buton defense system consists of
four layered defense camps, namely: (1) Frontline defense stronghold, consisting
of four kingdoms as barata defenses, namely Muna, Tiworo, Kulisusu, Tiworo
and Kaledupa. (2) The second tier of defense consists of four villages called
matana soromba. (3) The third tier of defense as a defense is called bhisa
patamiana. (4) The fourth tier of defense is the patalimbona defense found in the
Benteng Keraton Buton as the core force or the last force.

Keywords: Space Archaelogy, Government, Defense, Kesultanan Buton.

Anda mungkin juga menyukai