Anda di halaman 1dari 4

PERANAN RT DAN RW DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Seyogyanya sebagai lembaga kemasyarakatan, keberadaan RT dan RW Merupakan


penghubung antara masyarakat dengan Pemerintah, dalam hal Ini Desa dan Kelurahan.
Dengan kata lain, pengurus RT dan RW merupakan sarana atau jembatan untuk
menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Desa atau Lurah sebagai aparat Pemerintah.
Sebaliknya, pengurus RT Dan RW mampu menerjemahkan segala kebijakan atau program
yang digulirkan aparat Pemerintah kepada masyarakat. Yang terakhir ini menuntut
kecakapan RT dan RW dalam mengelola dan mengembannya serta Menyampaikannya
kepada masyarakat yang dipimpinnya. Sebagaimana dengan yang disinggung di atas, selain
sebagai jembatan penghubung antara masyarakat dengan aparat Pemerintah, RT dan RW
juga memiliki tugas sebagai penyambung lidah berbagai program dan kebijakan Pemerintah,
terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat dalam rangka membangun bangsa. Oleh
karena itu, aparat RT dan RW seharusnya memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk
menunjang hal-hal tersebut. RT DAN RW SEBAGAI MITRA PEMERINTAH RT dan RW
merupakan ujung tombak dari bergulirnya roda pemerintahan. Merekalah garda terdepan
dalam pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat. Hal ini karena posisi RT dan RW yang
strategis, yaitu berada di tengah-tengah masyarakat sehingga mudah menyampaikan apa
yang menjadi kebijakan Pemerintah. Disatu sisi lainnya, RT dan RW juga menjadi corong
aspirasi masyarakat terhadap Pemerintah. Berdasarkan amanat Pemerintah setiap pengurus
RT dan RW memiliki tugas sebagai berikut. Turut membantu mewujudkan masyarakat
berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan pengetahuan tentang Nusantara. Menggerakkan
partisipasi masyarakat dalam bergotong royong dan mewujudkan swadaya masyarakat.
Turut menunjang stabilitas nasional dengan menegakkan dan menjaga ketertiban dan
menciptakan ketentraman lingkungan. Turut membantu mensukseskan setiap program
pemerintah. Menjadi penghubung antara sesama anggota masyarakat dan antara anggota
masyarakat dengan Pemerintah Turut memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka membantu pemerintah dalam memberikan tugas pelayanan yang menjadi tanggung
jawabnya. Turut menciptakan ketentraman lingkungan dengan berperan aktif dalam tugas
pengelolaan dan pembinaan wilayah. Dengan adanya hubungan kemitraan antara
Pemerintah dengan para pengurus RT dan RW, segala kebijakan Pemerintah dapat
tersampaikan dan dilaksanakan secara merata, keamanan masyarakat pun dapat terwujud
dan kondusif. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa selalu saja ada rintangan dalam
pelaksanaannya. Menyangkut kendala dalam pelaksanaan tugas RT dan RW sebagai mitra
Pemerintah, di dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh pihak FISIP Universitas Riau ada
empat kendala yang dihadapi RT dan RW di dalam menjalankan roda pemerintahannya,
yaitu: administrasi, hukum, budaya, dan sumber daya manusia. Administrasi Sebagai mitra,
posisi RT dan RW jelas sekali bukan bagian dari struktur pemerintahan dan bukan bagian
dari garis komando. Dengan kata lain, hubungan antara pengurus RT dan RW dengan pihak
kelurahan/Desa bukan antara atasan, tetapi sebagai mitra dalam mensukseskan program-
program Pemerintah secara merata dan demi menjaga keamanan, ketertiban, dan kestabilan
di tengah masyarakat serta menjembatani antara masyarakat dengan Pemerintah. Hukum
Kendala kedua adalah hukum, yaitu pengurus RT dan RW tidak memiliki aparat keamanan
yang siap mengamankan situasi jika terjadi pelanggaran hukum di wilayah RT dan RW. Beda
halnya dengan Kelurahan atau Desa yang memiliki aparat keamanan meskipun kewenangan
terbatas. Dengan demikian, pengawasan keamanan RT dan RW terhadap warganya tidak
dapat diberikan secara maksimal. Standar keamanan yang biasa diberlakukan adalah
kewajiban untuk melapor bagi para pendatang atau tamu yang berkunjung di lingkungan RT.
yaitu 2×24 jam. Jika terjadi suatu pelanggaran hukum, baik ketua RT maupun ketua RW
hanya bisa melaporkannya kepada pihak-pihak yang berwenang, seperti pihak kepolisian
setempat. Budaya Kendala ketiga adalah budaya yang tidak dapat dipungkiri sering juga
menjadi kendala dalam pemerintahan RW dan RT. Indonesia sendiri merupakan negara
dengan beragam suku bangsa yang masing-masing memiliki budaya dan tradisi yang
berbeda-beda. Selain itu, sebagian suku bangsatersebut menyebar ke seluruh pelosok negeri
karena berbagai alasan, entah itu sekolah, bekerja, menikah, dan sebagainya dan menetap.
Hal ini akhirnya menyebabkan terjadinya kehidupan multikultural. Kawasan perkotaan
biasanya memiliki kehidupan yang multikultural karena biasanya kawasan perkotaan menjadi
tujuan para pencari kerja. Kehidupan dengan beragam perbedaan budaya ini menuntut
pengurus RT dan RW untuk memahami berbagai perbedaan budaya yang ada di masyarakat,
khususnya di wilayah pemerintahannya. Jika tidak, akan terjadi kesenjangan sosial. Kendala
lainnya dari permasalahan budaya ini adalah jika jabatan ketua RT atau RW dipegang oleh
orang yang berasal dari lingkungan budaya yang berbeda. Sedangkan, mayoritas
penduduknya memiliki budaya yang berbeda. Hal ini sering kali menjadi kendala di tengah
masyarakat. Sumber Daya Manusia Kualitas sumber daya manusia selalu menjadi isu penting
dalam berbagai hal, terutama hal yang menyangkut pemerintahan atau dalam berorganisasi.
Kendati hanya sebagai mitra Pemerintah dan satuan pemerintah terkecil, tetapi pengurus RT
dan RW diharapkan memiliki kecakapan yang memadai dalam menjalankan peranannya,
terutama dalam segi kemampuan dan pengetahuan. Hal ini penting karena menyangkut
penataan kehidupan masyarakat. Kecakapan pengurus RT dan RW dalam menjalankan roda
pemerintahan ini, bukan hanya menyangkut persoalan administrasi atau pelayanan
masyarakat dalam pembuatan dokumen saja, tetapi bagaimana menghadapi masyarakat
yang multikultural dan menjaga kestabilan serta keamanan di tengah masyarakat. Dengan
demikian, masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga yang berada di
wilayah RT dan RW tersebut. (Jom FISIP Volume 2 No. 2 – Oktober 2015) PEMBANGUNAN
BERBASIS RUKUN TETANGGA Pembangunan berbasis Rukun Tetangga atau disingkat dengan
PBRT adalah upaya meraih pembangunan masyarakat, tetapi dalam pelaksanaannya bukan
hanya bertumpu kepada para aparat Pemerintah, melainkan juga masyarakat yang menjadi
sasaran utamanya. Dalam pelaksanaannya, masyarakat dituntut untuk berpartisipasi aktif
dalam segala kegiatan PBRT (upaya meraih pembangunan di berbagai bidang). Hal ini
dimaksudkan supaya tumbuh kesadaran kolektif tentang sikap positif untuk meraih
pembangunan. Hingga akhirnya, kesadaran tersebut bermuara pada kebiasaan warga untuk
bersikap positif. Adanya PBRT juga merupakan implementasi dari pelaksanaan otonomi
daerah. Sejatinya, pemberlakuan otonomi daerah bertujuan untuk memberikan keleluasan
kepada setiap daerah di Nusantara untuk menentukan nasibnya sendiri. Dengan begitu,
diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya.  Kegiatan kerja bakti
membangun jalan di wilayah RT dan RW Berdasarkan pemaparan di atas disimpulkan bahwa
PBRT ada untuk mengajak masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembangunan
bangsa. Sedangkan, untuk fungsi dan tujuannya, Wahyudi dalam jurnal ilmu Pemerintahan,
Volume 4, Nomor 1, Januari 2016, menjelaskan sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 27 Tahun 2008 bahwa PBRT bergerak
berdasarkan asas dan tujuan. Asas PBRT Dalam PBRT terdapat enam asas yang menjadi
landasan pelaksanaannya. Keenam asas tersebut terdiri dari: partisipasi, demokrasi, gotong
royong, transparansi, akuntabilitas, dan kepentingan umum.  Asas Partisipasi: melibatkan
masyarakat secara aktif dalam program dan kegiatan pembangunan. Asas Demokrasi:
memenuhi aspirasi masyarakat yang disampaikan dalam musyawarah warga di tingkat RT.
Asas Gotong Royong: menumbuh kembangkan dan mengimplementasikan semangat gotong
royong di tengah masyarakat. Dengan gotong royong, kebersamaan dan persatuan
masyarakat dapat terjalin dan merekat erat. Hal ini penting karena untuk mencapai
pembangunan tidak dapat dilakukan sendiri, perlu adanya kerjasama antar individu. Asas
Transparansi: seluruh tahapan pembangunan disampaikan secara terbuka, transparan, tidak
ditutup-tutupi sehingga tidak mengundang kecurigaan yang dapat memicu
ketidakpercayaan. Asas Akuntabilitas: menumbuhkan rasa memiliki sehingga tumbuh rasa
tanggung jawab bersama. Asas Kepentingan Umum: tidak bersikap egois dan lebih mudah
mendahulukan atau mementingkan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi.
Tujuan PBRT Sama halnya dengan asas PBRT, tujuan PBRT pun terdiri dari enam poin yang
diharapkan dapat dicapai secara maksimal. Keenam poin tersebut adalah sebagai berikut.
Memaksimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembangunan. Mempercepat tercapainya tujuan pembangunan pada segala bidang
kehidupan. Meningkatkan kualitas taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Memberi
kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan masukan dalam pelaksanaan
pembangunan. Mencapai hasil pembangunan yang mengutamakan kesejahteraan umum
dan tepat sasaran. Meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM).    (Jurnal Ilmu
Pemerintahan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2016) Peran RT dan RW dalam Pengembangan
Potensi Masyarakat. Kendati sebagai bentuk lembaga, tetapi kedudukan RT dan RW
bukanlah bagian dari pemerintahan, statusnya adalah berupa kemitraan. Oleh karena itu, RT
dan RW tidak memiliki keterikatan secara garis komando dengan pemerintah, dalam hal ini
adalah Kelurahan atau Desa. Kendati demikian, meskipun hanya sebatas mitra, keberadaan
RT dan RW di tengah masyarakat sangatlah penting karena bersentuhan langsung dengan
masyarakat. Dengan demikian, dalam menjalin kemitraan ini, RT dan RW berperan sebagai
wakil Pemerintah dalam mensosialisasikan berbagai program Pemerintah, sekaligus
memberikan pelayanan yang berkaitan dengan kependudukan dan program tersebut.
Selebihnya, dan yang paling penting, keberadaan RT dan RW, selain sebagai penyampai
aspirasi masyarakat kepada Pemerintah juga dapat berperan dalam pembangunan bangsa,
yaitu dengan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat. Hal ini tidak dapat dipungkiri
karena RT dan RW bersentuhan langsung dengan masyarakat. Mereka pastinya tahu betul
potensi-potensi apa yang ada di masyarakat, khususnya yang berada di bawah
pemerintahannya, yang sekiranya dapat membangun perekonomian dan meningkatkan taraf
hidup masyarakatnya. Untuk mewujudkan ini, tentu saja para pengurus RT dan RW tidak
dapat berdiri sendiri, harus ada suatu forum antar pengurus RW sehingga segala sesuatunya
dapat terarah dan terukur. Di kota bandung misalnya, di Kota Kembang ini terdapat Forum
RW yang merangkul seluruh pengurus RW dari seluruh pelosok Bandung. Tujuannya adalah
demi mangukuhkan peran mereka dalam membantu Pemerintah dalam memajukan dan
membangun masyarakat. Menurut robbiana Dani Awalludin, ketua Forum RW Bandung,
mengatakan bahwa di Bandung sebenarnya memiliki banyak potensi ekonomi masyarakat
yang bisa dikembangan, bukan saja hanya skala nasional, tetapi juga skala internasional.
Yang diperlakukan adalah sosialisasi dan publikasi. Oleh karena itu, selain dukungan
Pemerintah, dukungan media pun sangat membantu. Sentra pembuatan boneka di Sukajadi,
sebagai salah satu industri rumahan di Bandung Selain itu, forum RW pun dapat bekerja
sama dengan pihak lainnya yang dapat mendukung pembangunan masyarakat, terutama di
wilayah pemerintahannya masing-masing. Misalnya, kerjasama dengan pihak media dalam
rangka memberikan pelatihan jurnalistik kepada masyarakat, membuat forum diskusi yang
dilakukan secara rutin, dan menjaga keamanan di masyarakat. (Gugum Rachmat Gumilar,
“Ketua RT dan RW Punya Peran Penting Kembangkan Potensi Masyarakat”.

Anda mungkin juga menyukai