Puji dan syukur alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat allah SWT, dimana akhirnya
penulis dapat menyelesaikan buku Transmisi Daya Listrik ini sekalipun masih banyak
kekurangan disana sini dan penulis sangat menyadari itu serta memberanikan diri untuk
menulis buku ini.
Buku ini disusun berdasarkan bahan ajar yang digunakan penulis yang ditulis dalam
bentuk diktat, buku ini sudah cukup mamadai dipakai sebagai bahan mahasiswa untuk belajar
mandiri khusus nya mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, buku ini dibuat untuk perkuliahan
selama satu semester dan diharapkan dapat membantu mahasiswa atau praktisi di bidang
Teknik Elektro dalam menyelesaikan persoalan-persoalan di bidang transmisi daya listrik.
Penulis menyadari bahwa isi buku ini masih jauh dari sempurna, hal mana disebabkan
antara lain oleh waktu persiapan yang sangat terbatas, kerkurangan-kekurangan serta saran-
saran membangun dari para rekan dan para pembaca akan di perhatikan dan akan di lengkapi
selanjutnya, harapannya buku ini dapat memberikan manfaat dengan menambah pengetahuan
dalam bidang transmisi daya listrik khususnya bagi mahasiswa yang mengambil mata kuliah
ini.
Akhirulkata kepada semua rekan yang telah memberikan dorongan dan bantuan baik
secara materil maupun spiritual dan kepada semua fihak yang telah membantu selesainya
penulisan hingga dapat diterbitkan penulis mengucapkan banyak terima kasih yang tak
terhingga,
Penulis
~ iii ~
~ iv ~
DAFTAR ISI
~v~
2.5.2 Radius rata-rata geometrisatau geometric mean radius (GMR)
dan jarak rata-rata geometris atau geometric mean distance(GMD) .......... 35
2.5.2.1 Radius rata-rata geometri (GMR) ............................................................ 35
2.5.2.2 Jarak rata-rata geometris (GMD ............................................................... 36
2.6 Radius rata-rata geometris dari kabel konsentris ....................................... 36
2.6.1 Radius rata-rata geometris dari kabel ACSR ............................................. 37
2.7 Induktansi dan Reaktansi induktif dari rangkaian tiga fasa........................ 38
2.7.1 Jarak antar kawat ketiga kawat sama ........................................................ 38
2.7.2 Jarak antar kawat ketiga kawat tidak sama ............................................... 39
2.8 Kapasitansi dan Reaktansi kapasitif .......................................................... 43
2.8.1 Rangkaian Fasa Tunggal .......................................................................... 43
2.8.2 Kapasitansi............................................................................................... 44
2.8.3 Reaktansi Kapasitif .................................................................................. 44
2.8.3.1 Rangkaian Tiga Fasa ................................................................................ 45
2.8.3.2 Kapasitansi dan Reaktansi Kapasitif Bila Jarak Tidak Sama ..................... 47
2.9 Saluran Ganda Tiga Fasa .......................................................................... 50
2.9.1 Reaktansi Induktif Saluran Ganda Tiga Fasa ............................................ 50
2.9.2 Reaktansi Kapasitif Saluran Ganda Tiga Fasa........................................... 51
~ vi ~
BAB IV KONSTANTA UMUM SALURAN TRANSMISI ............................... 81
~ vii ~
6.2.6 Audible Noise .......................................................................................... 139
6.2.7 Pemilihan Ukuran Konduktor .................................................................. 140
~ viii ~
DAFTAR GAMBAR
~ ix ~
GAMBAR 4.5 Kutub Empat Ujung Bebas di Hubung Singkat ........................... 85
GAMBAR 4.6 Kutub Empat Ujung Kirim di Hubung Singkat............................ 85
GAMBAR 4.7 Hubungan Seri Dua Buah Kutub Empat ...................................... 86
GAMBAR 4.8 Hubungan Paralel Dua Buah Kutub Empat ................................ 88
GAMBAR 5.1 Diagram Lingkaran ..................................................................... 95
GAMBAR 5.2 Diagram Lingkaran Daya Pada Ujung Beban .............................. 98
GAMBAR 5.3 Diagram Lingkaran Daya Pada Ujung Kirim............................... 98
GAMBAR 5.4 Diagram Lingkaran Daya Rugi-Rugi Konstan ............................. 103
GAMBAR 5.5 Diagram Lingkaran Daya Efisiensi Konstan ............................... 106
GAMBAR 5.6 Saluran Transmisi Dengan Konstanta Umum ABCD .................. 106
GAMBAR 5.7 Saluran Transmisi dengan Koreksi Factor Daya .......................... 108
GAMBAR 5.8 Perbaikan Factor Daya Dengan Kapasitor Statis ......................... 108
GAMBAR 6.1 Dasar Korona Negatif dan Daerah Dalam Celah Khusus
Dengan Jari-Jari 0,06 mm ........................................................... 121
GAMBAR 6.2 Pengujian Korona Pada Konduktor di Laboratorium .................. 123
GAMBAR 6.3 Pengujian Korona Pada 500 kV Triple-Konduktor Pada
Ketinggian Tegangan 60 Hz Untuk Penyelidikan Gambar
Korona ....................................................................................... 124
GAMBAR 6.4 Pengujian Korona Pada Jaringan Dengan 4 Buah Ikatan
Konduktor .................................................................................. 125
GAMBAR 6.5 Kurva Rugi Korona .................................................................... 131
GAMBAR 6.6 Jalur Yang Dilalui Energi Interferensi dari Sumber ke Penerima
Radio .......................................................................................... 131
GAMBAR 6.7 Keluhan Interferensi Radio dan Televisi Selama Tahun 1959 –
1975 Di Bandingkan Dengan Jumlah Pelanggan ......................... 133
GAMBAR 6.8 Nilai Khusus Diameter Konduktor Yang Menghasilkan Tingkat
Interferensi ................................................................................. 134
GAMBAR 6.9 Perbandingan Terukur dari Profil RN Cuaca Cerah dan
Perhitungan Profil RN Hujan Deras Pada Saluran 735 kV.......... 135
GAMBAR 6.10 Fungsi Eksitasi Radio Interferensi Dalam Hujan Deras Dari
Bundle Yang Berbeda Sebagai Fungsi Dari Maksimum
Permukaan Gradient ................................................................... 136
GAMBAR 6.11 Spektrum Frekuensi Gangguan Suara Selama Hujan ................... 137
GAMBAR 6.12 Perbandingan Saluran Antara Hasil Audible Noise Dengan Test
Saluran di Bawah Hujan Alami ................................................... 139
GAMBAR 7.1 Diagram Satu Garis Saluran Yang Dikompensasikan Dengan
Kapasitor Seri ............................................................................. 146
GAMBAR 7.2 Diagram Satu Garis Saluran Yang Di Kompensasikan Dengan
Kapasitor Seri ............................................................................. 153
GAMBAR 7.3 Kapasitor Seri Disisipkan Antara Dua Seksi Yang di
Kompensasi Dengan Reaktor Shunt .......................................... 159
~x~
GAMBAR 8.1 Sepotong Kawat Di Tumpu Pada Titik Yang Sama Tingginya .... 165
GAMBAR 8.2 Kawat Digantung Pada Titik Tumpu Yang Tidak Sama Tinggi ... 167
GAMBAR 8.3 Grafik Persamaan Linier .......................................................... 173
GAMBAR 8.4 Lengkung Andongan dan Lengkung Panjang Kawat ................... 174
GAMBAR 8.5 Pemecahan Persamaan Dengan Metode Newton ........................ 175
~ xi ~
DAFTAR TABEL
~ xii ~
BAB SATU
UMUM
1
BAB
BAB II
UMUM
UMUM
Pembangunan Pusat Pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas tenaga listrik yang besar
seperti PLTA, PLTU,PLTG, PLTGU dll, memerlukan banyak persyaratan terlebih lagi dengan
lokasi pembangkit yang biasanya tidak selalu dekat dengan pusat beban/ konsumen, seperti
pusat kota, kawasan industri dan lainnya, akibat nya listrik harus disalurkan melalui :
a. Transmisi daya listrik
b. Gardu Induk
c. Saluran dsitribusi.
Jika salah satu system mengalami gangguan maka akan berdampak pada bagian sietem
transmisi yang lainnya, dimana antara saluran transmisi, Gardu distribusi adalah satu kesatuan,
seperti tampak pada gambar.
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi
(SUTET) adalah sarana untuk menyalurkan energi listrik dari pusat beban dengan menggunakan
saluran tegangan tinggi maupun saluran Extra Tinggi.
~1~
Penyaluran tenaga listrik ini mempunyai peranan penting dalam menyuplai tenaga listrik
kekonsumen, hal ini dikarenakan apabila terjadi gangguan pada penyaluran tenaga listrik maka
dapat mengakibatkan kerugian baik pada konsumen maupun pada PLN sendiri.
Dalam sistem tenaga listrik terdapat dua kategori saluran transmisi, yaitu :
1) Saluran Udara (overhead line)
Menyalurkan tenaga listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada tiang-tiang
tansmisi dengan perantaraan isolator-isolator.
2) Saluran bawah tanah ( underground line )
Menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat yang ditanam di bawah permukaan
tanah.
Banyaknya pertimbangan-pertimbangan mengenai efek dari pemakaian saluran transmisi
udara maupun bawah tanah maka dipilihlah saluaran udara (overhead line) karena banyak
memiliki keuntungan dari pada saluaran bawah tanah, diantaranya biaya perawatan ringan,
mudah mendeteksi gangguan.
1.2. Jenis Saluran Transmisi
Menurut jenis arusnya dikenal sistem arus bolak-balik (AC = Alternating Current) dan
sistem arus searah (DC = Direct Current). Pada umumnya jenis arus yang dipakai di dunia
adalah arus bolak-balik, karena sistem AC penaik dan penurun tegangan mudah dilakukan yaitu
dengan menggunakan transformator. Di dalam sistem AC ada sistem satu fasa dan tiga fasa,
system tiga fasa mempunyai kelabihan dibandingkan dengan system satu fasa karena :
a) Daya yang disalurkan lebih besar
b) Nilai sesaat ( instantaneous value) konstan
c) Mempunyai medan magnit putar
Hampir seluruh penyaluran tenaga listrik di dunia dewasa ini menggunakan meenggunakan
system arus bolak-balik (AC), tetapi akhir –akhir ini transmisi AC juga sudah mulai
dikembangkan, keuntungan penyaluran DC antara lain siste isolasinya lebih sederhana,
effisiensi lebih tinggi, serta tidak ada masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan untuk
penyaluran jarak jauh, tetapi persoalan ekonomis juga harus di perhitungkan, ekonomis jika
digunakan untuk transmisi jarak jauh diatas 600 km atau untuk saluran bawah tanah diatas 50
km, ini disebabkan biaya peralatan pengubah tegangan AC-DC atau sebaliknya DC-AC masih
sangat mahal.
2 UMUM.
Untuk daya yang sama, maka daya guna penyaluran akan naik karena rugi-rugi transmisi turun,
jika tegangan transmisi di naikkan maka konsekuensinya adalah masalah kenaikan biaya
isolasi dan peralatan gardu induk, oleh karena itu pemilihan tegangan transmisi dilakukan
dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jumlah rangkaian, jarak penyaluran, tingkat
keandalan, biaya peralatan untuk tegangan tertentu, serta tegangan sekarang yan ada serta
tegangan yang akan di rencanakan, penentuan tegangan harus juga dilihat dari standarisasi
peralatan yang ada, penentuan tegangan merupakan bagian dari perencanaan system secara
keseluruhan.
1.4. Komponen – komponen utama saluran transmisi udara :
1.4.1. ISOLATOR
Isolasi berfungsi untuk memisahkan bagian bagian yang mempunyai beda tegangan agar
supaya diantara bagian bagian tersebut tidak terjadi lompatan listrik (flash-over) atau percikan
(spark-over). Kegagalan isolasi pada peralatan tegangan tinggi yang terjadi pada saat peralatan
sedang beroperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinyuitas sistem menjadi
terganggu. Dari beberapa kasus yang terjadi menunjukkan bahwa kegagalan isolasi ini berkaitan
dengan adanya partial discharge. Partial discharge ini dapat terjadi pada material isolasi padat,
material ioslasi cair dan juga material isolasi gas. Mekanisme kegagalan pada material isolasi padat
meliputi kegagalan asasi (intrinsik), elektro mekanik, streamer, termal dan kegagalan erosi. Pada
material isolasi gas kegagalan terutama disebabkan oleh mekanisme Townsend dan mekanisme
streamer. Sedangkan kegagalan pada material isolasi cair disebabkan oleh adanya kavitasi, adanya
butiran pada zat cair dan tercampurnya material isolasi cair. Kegagalan material isolasi cair (Minyak
Transformator) akan dijelaskan lebih lanjut.
Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi sangat
diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang bertegangan sehingga antara
penghantar-penghantar tersebut tidak terjadi lompatan listrik atau percikan. Bahan isolasi akan
mengalami pelepasan muatan yang merupakan bentuk kegagalan listrik apabila tegangan yang
diterapkan melampaui kekuatan isolasinya. Kegagalan yang terjadi pada saat peralatan sedang
beroperasi bisa menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinuitas sistem terganggu.
Udara merupakan bahan isolasi yang banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi
misalnya pada arrester sela batang yang terpasang di saluran transmisi, selain itu udara juga
digunakan sebagai media peredam busur api pada pemutus tenaga (CB = Circuit Breaker).
Sementara bahan isolasi cair banyak digunakan sebagai isolasi dan pendingin pada trafo karena
memiliki kekuatan isolasi lebih tinggi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai tegangan tembus
yang terjadi pada media isolasi udara dan minyak cenderung meningkat seiring pertambahan jarak
sela. Selain itu juga dilakukan pengujian pada minyak bekas dan minyak baru. Hasil pengujian
menunjukkan tegangan tembus pada minyak baru lebih tinggi daripada minyak bekas dan tegangan
tembus isolasi udara lebih kecil daripada tegangan tembus minyak.
UMUM. 3
Pada peralatan tegangan tinggi isolasi sangat diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih
penghantar listrik yang bertegangan sehingga antara penghantar-penghantar tersebut tidak terjadi
lompatan listrik atau percikan.
Menurut standart VDE 0433 -2 bentuk elektroda yang digunakan dalam pengujian tegangan
tembus isolasi udara adalah elektroda bola-bola dan menurut standart VDE 0370 bentuk elektroda
yang digunakan dalam pengujian tegangan tembus isolasi cair adalah elektroda setengah bola.
Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh bentuk elektroda terhadap besarnya tegangan tembus,
maka perlu dilakukan pengujian pada bentuk elektroda yang lain. Salah satu bentuk elektroda yang
dapat digunakan adalah elektroda bidang-bidang. Jenis isolator yang digunakan pada saluran
transmisi adalah jenis porselin atau gelas. Jenis-jenis isolator menurut penggunaannya dan
konstruksinya antara lain: isolator pasak ( pin insulator, pin post insulator, line post insulator ),
isolator tarik dan isolator gantung, Isolator dipasang atau digantung pada travers ( cross arm)
menara atau tiang transmisi.
1.4.2. Bahan-bahan Isolasi
Bahan isolasi yang biasa dipergunakan pada isolator saluran udara yang dioperasikan pada
tegangan tinggi (di atas 1 kV) adalah bahan porselin, bahan gelas serta bahan polymer (composite).
1.4.2.1. Bahan Porselin (keramik)
Porselin terbuat dari tanah liat china (china clay) yang terdapat di alam dalam bentuk
alumunium silikat. Bahan tersebut dicampur kaolin, felspar dan quarts. Kemudian campuran ini
dipanaskan dalam tungku yang suhunya dapat diatur. Bahan porselin dibakar sampai keras, halus
mengkilat dan bebas dari lubang-lubang.
Untuk mendapatkan sifat-sifat listrik dan sifat mekanis yang baik, harus dipilih suhu
pemrosesan bahan isolasi yang sesuai, karena jika bahan isolasi diproses pada suhu yang agak
rendah, sifat mekanisnya baik, tetapi bahan tetap berlubang-lubang. Sedangkan jika diproses pada
suhu yang tinggi, lubang-lubangnya berkurang tetapi bahan menjadi rapuh. Isolator porselin
yang baik secara mekanis mempunyai kuat dielektrik kira-kira 60 kV/cm, kuat tekan dan kuat
tariknya masing-masing 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.
Beberapa kelebihan isolator porselin/keramik antara lain:
1. Stabil, adanya ikatan ionik yang kuat antaratom yang menyusun keramik, seperti silikon dan
oksigen dalam silica dan silicates, membuatnya strukturnya sangat stabil dan biasanya tidak
mengalami degradasi karena pengaruh lingkungan. Ini berarti bahwa isolator keramik tidak akan
rusak oleh pengaruh UV, kelembaban, aktivitas elektrik, dsb.
2. Mempunyai kekuatan mekanik yang baik, merupakan ciri alami bahwa bahan keramik
mempunyai sifat mekanik yang kuat, sehingga pada pemakaian isolator porselin sebagai
terminal kabel, bushing, dan arrester surja tidak memerlukan material lain untuk meyokongnya.
3. Harganya relatif murah, penyusun porselin seperti clay, feldspar dan quartz harganya relatif
murah dan persediaannya berlimpah.
4. Tahan lama, proses pembuatan porselin yang terdiri dari beberapa proses seperti pencetakan
dan pembakaran dalam mengurangi kadar air menyebabkan porselin mempunyai sifat awet.
4 UMUM.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, isolator porselin mempunyai beberapa kekurangan,
yaitu:
1. Mudah pecah, isolator porselin rentan pecah pada saat dibawa maupun saat instalasi.
Vandalisme merupakan faktor utama yang yang menyebabkan isolator pecah.
2. Berat, salah satu sifat dari keramik adalah mempunyai massa yang berat. Oleh karenanya, pada
isolator porselin berukuran besar dan berat biasanya mahal karena biaya yang dikeluarkan untuk
pengiriman dan instalasi.
3. Berlubang akibat pembuatan kurang sempurna, berdasarkan pengalaman isolator porselin yang
berlubang dapat meyebabkan terjadinya tembus internal (internal dielectric breakdown).
4. Bentuk geometri kompleks, porselin mempunyai relatif mempunyai karakteristik jarak rayap yang
kecil, oleh karenanya untuk memperpanjang jarak rayap tidak dilakukan dengan memperbesar
diameter atau memperpanjang isolator melainkan mendesain isolator dengan membuat shed-
shed. Hal ini membuat bentuknya menjadi kompleks.
5. Mudah terpolusi, permukaan porselin bersifat hidrophilik, yang berarti bahwa permukaan porselin
mudah untuk menangkap air, sehingga pada kondisi lingkungan yang berpolusi mudah untuk
terbentuk lapisan konduktif di permukaannya. Hal ini yang dapat menyebabkan kegagalan isolasi
yaitu flash over.
1.4.2.2. Bahan Gelas
Selain bahan porselin, bahan gelas juga banyak digunakan sebagai isolator pasangan luar
(outdoor insulator) atau isolator saluran udara (overhead insulator),
karena bahan gelas mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1. Kuat dielektriknya tinggi, sekitar 140 kV/cm
2. Koefesien muainya rendah
3. Midah didesain (karena kuat dielektrikanya tinggi)
4. Kuat tekannya lebih besar daripada porselin
5. Karena sifatnya yang tembus pandang, adanya keretakan, ketidakmurnian bahan, adanya
gelembung udara dan pecahnya isolator mudah diketahui
6. Bahan hampir merata (homogen).
Selain keuntungan-keuntungan yang dimilikinya, isolator gelas juga mempunyai kerugian
sebagai berikut:
1. Uap air mudah mengembun pada permukaannya. Oleh karena itu debu dan kotoran akan mudah
mengumpul pada permukaannya, kejadian ini akan memudahkan mengalirnya arus bocor serta
terjadinya flashover
2. Untuk dipergunakan pada sistem tegangan yang tinggi, gelas tidak dapat dicor dalam bentuk
yang tidak beraturan, karena pendinginan yang tidak teratur akan menimbulkan tekanan dari
dalam.
3. Mudah pecah, sama seperti bahan porselin, bahan gelas mempunyai sifat yang mudah pecah
pula. Vandalisme merupakan penyebab utama pecahnya isolator gelas (misal ditembak).
UMUM. 5
1.4.2.3. Bahan Polimer (Composite)
Bahan polimer telah dipakai selama kurang lebih 50 tahun dan mengalami perkembangan
pesat dibanding bahan lainnya. Menurut R. Hacham, pada tahun 1940 telah dipakai bisphenol
epoxy resin untuk isolator dalam, cycloaliphatic epoxy untuk isolator luar (1950). Selanjutnya terjadi
perkembangan pesar dalam pemakaian polimer untuk bahan isolator dan dibuat untuk skala
komersial. Ethylene Propylene Rubber (EPR) dibuat oleh Ceraver, Francis (1975), Ohio Brass, USA
(1976), Sedivar, USA (1977), dan Lapp, USA (1980). Silicone Rubber (SIR) dibuat oleh Rosenthal,
Jerman (1976) dan Reliable, USA (1983), serta penggunaan cycloaliphatic epoxy pada jaringan
transmisi di United Kingdom (1977).
Isolator komposit (composite insulator) telah digunakan di beberapa negara lebih dari tiga
dekade sebagai alternatif pengganti isolator porselin dan gelas. Isolator komposit menunjukkan
performansi yang bagus pada beberapa kondisi, terutama untuk daerah berpolusi.
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator polimer:
1. Ringan, kepadatan material polimaer lebih rendah dibandingkan keranik maupun gelas, hal ini
menyebabkan isolator polimer ringan, sehingga mudah dalam penanganan maupun instalasi.
2. Bentuk geometri sederhana, karena mempunyai karakteristik jarak rayap yang relatif besar
emnyebabkan desain isolator polimer sederhana.
3. Tahan terhadap polusi, karena bahan polimer mempunyai sifat hidrophobik (menolak air) yang
baik. Sehingga air atau kotoran lainnya akan sukar menempel pada permukaannya meskipun
dioperasikan pada kondisi lingkungan yang berpolusi maka isolator polimer mempunyai
ketahanan tegangan lewat-denyar yang baik.
4. Waktu pembuatan lebih singkat dibandingkan dengan isolator porselin, namun tidak
mengurangi performansinya.
5. Tidak terdapat lubang karena pembuatan, karena sifat polimer yang berbeda dengan porselin
dalam hal pembuatannya. Sehingga memungkinkan tidak terjadinya tembus internal.
Sedangkan kekurangan yang dimilki oleh isolator polimer adalah:
1. Penuaan/degradasi pada permukaannya (surface ageing), stress yang disebabkan antara lain
karena korona, radiasi UV atau zat kimia dapat menyebabkan reaksi kimia pada permukaan
polimer. Sehingga dapat merusak permukaan polimer (penuaan) yang dapat menghilangkan
sifat hidrofobiknya,
2. Mahal, bahan penyusun polimer lebih mahal dibandingkan dengan porselin maupun gelas.
3. Kekuatan mekaniknya kecil, isolasi polimer biasanya tidak mampu untuk menyokong dirinya
sendiri. Oleh karenanya dalam instalasi dibutuhkan peralatan lain seperti jacket (oversheath)
sebagai penyokongnya.
4. Kompabilitas material, produk polimer menpunyai interface lebih dari satu sumbu bergantung
pada fungsi dan desainnya. Apabila terdapat banyak interface menyebabkan pengaruh penting
pada perekatnya. Oleh karenya harus diketahui dengan jelas sebelum menggunakan isolator
polimer, sebab dapat menimbulkan korosi atau retakan apabila formulasinya tidak sesuai.
6 UMUM.
1.4.3. Klasifikasi Isolator Saluran Udara
Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator pasangan luar (outdoor insulator) atau
isolator saluran udara (overhead insulator) diklasifikasikan menjadi: isolator pasak (pin type
insulator), isolator piring (suspension insulator), isolator batang panjang (long rod insulator), isolator
pos saluran (line post insulator) dan isolator pos pin (pin post insulator).
1.4.3.1. Isolator Pasak (Pin Type Insulator)
Isolator jenis ini adalah yang pertama kali dirancang untuk menopang penghantar saluran
Garis patah-patah AB menunjukkan jarak rayap isolator. Jarak rayap isolator dapat diperpanjang
dengan membuat sebuah atau lebih pelindung hujan (rain shed), pelindung hujan ini disebut juag
petticoats atau skirt. Pelindung hujan dibuat sedemikian rupa agar pada waktu isolator basah masih
terdapat jarak rayap yang kering.
Untuk pemakaian tegangan yang makin tinggi, dibutuhkan bahan isolasi yang makin tebal,
akan tetapi dalam praktek tidak dapat dibuat isolator tunggal yang sangat tebal. Oleh karena itu
dibuat isolator pasak yang terdiri dari beberapa 7bagian disambungkan satu sama lain dengan
mempergunakan perekat semen.
Untuk tegangan saluran yang tinggi, isolator pasak yang dibutuhkan menjadi lebih berat,
desainnya rumit dan harganya mahal. Penggantian isolator yang rusak mahal, oleh karenanya
isolator pasak menjadi tidak ekonomis bila digunakan pada sistem tegangan yang tinggi.
Pada sistem saluran udara tegangan tinggi, jenis isolator yang banyak dipergunakan adalah
isolator piring. Sejumlah isolator piring dihubung-hubungkan secara seri dengan mempergunakan
sambungan logam, membentuk satu rentengan. Sedangkan penghantar saluran dipegang oleh
isolator yang terbawah.
Keuntungan-keuntungan mempergunakan isolator piring adalah:
1. Tiap isolator piring dirancang untuk tegangan yang tidak terlalu tinggi, jadi dengan
menghubungkan sejumlah isolator, dapat dirancang suatu rentengan isolator sesuai dengan
kebutuhan
UMUM. 7
2. Jika salah satu atau beberapa isolator dalam rentengan rusak, dapat dilakukan penggantian
dengan mudah dan biaya murah
3. Rentengan isolator bersifat lentur, hal ini dapat mengurangi pengaruh tarikan mekanis.
4. Jika rentengan isolator dipasang pada menara baja, pengarub petir pada penghantar akan
berkurang karena letak kawat penghantar lebih rendah daripada palang (cross arm) yang
diketanahkan
5. Jika beban mekanisnya naik, misalnya karena tegangan saluran transmisi ditinggikan, dapat
dipergunakan saluran ganda atau menambah jumlah isolator dalam rentengan
Sebuah isolator piring terdiri dari sebuah pirigan porselin atau gelas yang bagian bawahnya
berlekuk-lekuk untuk memperbesar jarak rayap. Pada bagian atas piringan disemenkan sebuah
tutup (cap) yang terbuat dari besi cor yang telah digalvanisasikan, sedangkan pada rongga bagian
bawah disemenkan sebuah pasak baja yang telah digalvanisasikan.
Isolator piring dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan cara menghubung-
hubungkan tiap isolator. Saat ini jenis isolator piring yang banyak dipergunakan adalah
jenis Clevis dan jenis Ball and Socket, seperti terlihat pada
Gambar 1.3. (i) isolator piring jenis celvis (ii) Isolator piring jenis Ball and Socket
8 UMUM.
tidak akan membuat isolator jatuh berkeping-keping, rentengan isolator masih dapat menahan
beban mekanis untuk jangka waktu yang agak lama (meskipun isolator sudah rusak secara listrik).
1.4.3.4. Isolator Pos Saluran (Line Post Insulator)
Isolator jenis ini terbuat dari porselin yang bagian bawahnya diberi tutup (cap) besi cor yang
disemenkan pada porselin serta pasak baja yang disekrupkan padanya. Karena jenis ini dipakai
sendiri (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah, maka isolator pos
saluarantidak dibuat dalam ukuran yang besar.
1.4.3.5 Isolator Tonggak Pin (P 12,5 ET 150 L)
Isolator tonggak Pin adalah sejenis isolator pin dimana isolasi dalam keadaan terpasang di
jaringandapat berhubungan (kontak) langsung dengan struktur penyanga atau melalui flat
pemisah(Ring atau bagian dari Pin).
Contoh bentuk isolator Tonggak Pin seperti gambar berikut :
UMUM. 9
2. Bebas dari kerusakan akibat lewat-denyar (puncture), kuat medan listrik pada isolator pos pin
seragam dan lebih rendah dibandingkan dengan isolator pasak (pin type insulator). Oleh karena
badan isolatornya tidak bocor, maka lewat denyar yang terjadi di luar porselin meskipun terjadi
tegangan impuls secara tiba-tiba. Demikian pula pada inti isolator, terbebas dari puncture..
3. Mempunyai sifat antikontaminasi yang baik, isolator pos pin mempunyai sifat antikontaminasi
yang baik dibandingkan isolator jenis lain, karena:
• mempunyai jarak rayap (creepage distance) yang terlindungi besar hingga 50% dari
total jarak rayap.
• mempunyai bentuk profil yang baik, karena mampu meneteskan kontaminan dari
tubuhnya
• mempunyai jarak celah udara (air gap) yang besar antara bagian dalam sirip dengan
permukaan isolator, sehingga dapat menghindari terjadinya jembatan air yang
terkontaminasi.
4. Tahan terhahap busur api, arus berupa busur api yang mengalir akibat lewat denyar akibat polusi
dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan isolator. Isolator pos pin bersifat mampu menahan
busur api hingga circuit breaker memutus aliran daya
10 UMUM.
Gambar 1.6. Jenis Isolator
1.5. KONDUKTOR
Konduktor adalah suatu bahan yang dapat menghantarkan listrik. Fungsi penghantar pada
teknik listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu ke titik lain. Penghantar yang lazim
digunakan antara lain Bahan konduktor yang paling populer digunakan adalah tembaga (copper)
dan aluminium. Tembaga meinpunyai kelebihan dibandingkan dengan kawat penghantar
aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahan nya ialah, untuk
besar tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh karena
itu kawat penghantar aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga. Untuk memperbesar kuat
tarik dari kawat aluminium digunakan campuran aluminium (aluminium alloy). Oleh karena itu ada
beberapa macam jenis konduktor, yaitu :
AAC ( All-Aluminium Conductor)
Kawat penghantar yang seluruhnya terbuat dari aluminium.
AAAC (All-Aluminium-Alloy Conductor)
Kawat penghantar yang terbuat dari campuran aluminium.
ACSR (All Conductor, Stell-Reinforced)
Kawat penghantar aluminium berinti kawat baja.
ACAR (Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced)
Kawat penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
UMUM. 11
Saluran transmisi udara umumnya menggunakan konduktor jenis ACSR (Aluminium
Conductor Alloy Reinforced) yang memiliki batas temperatur kerja yang diijinkan sebesar 90oC.
Mempertimbangkan peningkatan kebutuhan daya listrik yang semakin pesat akhir-akhir ini, maka
usaha menambah kapasitas saluran transmisi dilakukan dengan membangun saluran transmisi
baru, akan tetapi diperlukan biaya yang sangat tinggi.
Dewasa ini telah dikembangkan konduktor ACCR (Aluminium Conductor Composite
Reinforced). Keunggulan dari konduktor jenis ini adalah tahan terhadap panas sampai 240oC,
sehingga kemampuan hantar arusnya menjadi lebih tinggi dibandingkan konduktor ACSR.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik perubahan arus saluran terhadap unjuk kerja
mekanis konduktor ACCR yang meliputi tegangan tarik, panjang pemuluran dan andongan,
sehingga diharapkan dari hasil penelitian ini akan berguna untuk membangun struktur konstruksi
saluran transmisi yang sesuai dengan sifat konduktor ACCR.
Hasil simulasi memperlihatkan, bahwa dengan mempertahankan ROW dan tower yang ada,
penggunaan konduktor ACCR dapat meningkatkan kapasitas penyaluran sistem transmisi sekitar
100 % dibanding konduktor ACSR. Pada bab ini disampaikan pula beberapa bahan yang masih ada
relevansinya. Sifat dan karakteristik bahan penghantar yang dibahas lebih bersifat umum tidak
mengarah lebih spesifik pada ilmu bahan. Hal ini disesuaikan dengan aplikasi dilapangan yang lebih
mengarah pada pada kenaikan temperatur dan sifat jenis bahan tersebut.
12 UMUM.
Gambar 1.9 Kabel Hantaran Udara Jenis ACAR
1.5.1. Aluminium
3 5 0
Aluminium murni mempunyai massa jenis 2,7 g/ cm , nya 1,4.10 , titik leleh 658 C dan titik korosif.
2
Daya hantar aluminium sebesar 35 m/ ohm . mm atau kira-kira 61,4 % daya hantar
tembaga.Aluminium murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan tariknya hanya 9 kg/ mm2. Untuk
itu jika aluminium digunakan sebagai penghantar yang dimensinya cukup besar, selalu diperkuat
dengan baja atau paduan aluminium. Penggunaan yang demikian misalnya pada : ACSR
(Aluminium Conductor Steel Reinforced), ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforced).
Penggunaan aluminium yang lain adalah untuk busbar dan karena alasan tertentu misalnya, karena
alasan ekonomi, dibuat penghantar aluminium yang berisolasi, misalnya : ACSR OW. Menurut ASA
(American Standard Association), paduan aluminium diberi penandaan seperti ditunjukkan pada
tabel 1.
Tabel.1.1
Penandaan Paduan Aluminium
No Bahan Paduan
1 Aluminium, kemurnian minimum 99% 1 xxx
Paduan yang mayoritas terdiri dari :
2 Tembaga 2 xxx
3 Mangan 3 xxx
4 Silikon 4 xxx
5 Magnesium 5 xxx
6 Mangnesium dan silikon 6 xxx
7 Seng 7 xxx
8 Lain-lain 8 xxx
9 Seri-seri yang tak digunakan 9 xxx
Contoh :
Penandaan 1045 untuk aluminium tempa, berarti :
a. 1 xxx menunjukkan kemurnian aluminium 99 %
b. x 0 xx tidak ada pemeriksaan terhadap sisa pengotoran 1 % - 0,45 % = 0, 55 %.
c. xx 45 menunjukkan 99,45 % bahan tersebut terbuat dari aluminium.
Penandaan 6050 untuk aluminium tempa, berarti :
a. 6 xxx menunjukkan aluminium dengan campuran mayoritas Si dan Si.
b. x 0xx tidak ada pemeriksaan terhadap pengotoran 1 % - 0,5 % = 0,5 %
c. xx45 menunjukkan bahan tersebut terbuat dari paduan magnesium dan silikon 99,5 %.
UMUM. 13
Gambar 7 Konstruksi kabel XLPE
14 UMUM.
Tabel 1.2. Tipe dan fungsi Tower 150 kV
UMUM. 15
1.6.2. Tiang baja.
Dalam saluran transmisi tiang baja dibagi menjadi tiang persegi, tiang segi tiga, tiang pipa baja
dan tiang panzer. Jenis tiang yang paling banyak di sukai adalah tiang persegi, karena lebih
kuat. Tiang–tiang baja segitihga adalah konstruksi yang terdiri dari tiga kaki yang mempunyai
baigan-baigan segi tiga sama sisi dan diagonal-diagonal seoerti pada tiang persegi. Tiang-jenis
ini dipakai pada kawat transmisi yang bebanya ringan. Tiang pipa baja dibuat dari pipa baja
dengan penampang bulat. Tiang panzer terbuat dari plat-plat baja tipis yang dipasang ditempat
dengan penopang tiang.
1.6.3. Tiang Beton Bertulang
Tiang beton bertulang Menurut cara pembuatannya diklaisfikasikan dalam pembuatan dipabrik
atau pembuatan setempat. Tiang beton bertulang menurut cara menghimpunnya,
diklaisfikasikan sebagai tiang tunggal, tiang jenis H, tiang jenis A dan tiang jenis gerbang-kuil.
1.6.4. Tiang Kayu
Ada beberapa keuntungan memakai tiang kayu dibandingkan dengan yang lain diantaranya:
• Penanganannya sangat sederhana dan harganya yang jauh lebih murah, oleh karena
itu maka penggunaannya sangat direkomendasikan diIndonesia
• Kayu merupakan isolasi yang baik terhadap petir
16 UMUM.
Gambar 1.12 : Ruang bebas SUTT 66 kV dan 150 kV menara
Keterangan:
L : Jarak dari sumbu vertikal tiang ke konduktor
H : Jarak horizontal akibat ayunan konduktor
I : Jarak bebas impuls petir
C : Jarak bebas minimum vertikal
D : Jarak andongan terendah ditengah gawang (antara dua menara)
Gambar 1.14 . Ruang bebas SUTT 275 kV dan 500 kV sirkit ganda
Keterangan:
L : Jarak dari sumbu vertikal tiang ke konduktor
H : Jarak horizontal akibat ayunan konduktor
I : Jarak bebas impuls petir
C : Jarak bebas minimum vertikal
D : Jarak andongan terendah ditengah gawang (antara dua menara)
18 UMUM.
Gambar 1.15 . Ruang bebas SUTT 275 kV dan 500 kV sirkuit tunggal
Keterangan:
L : Jarak dari sumbu vertikal tiang ke konduktor
H : Jarak horizontal akibat ayunan konduktor
I : Jarak bebas impuls petir
C : Jarak bebas minimum vertikal
D : Jarak andongan terendah ditengah gawang (antara dua menara)
UMUM. 19
Gambar 1.16. Jensi-jenis Menara
20 UMUM.
Latihan soal
1. Sebutkan jenis dan macam saluran transmisi berdasar tegangan yang di gunakan di
Indonesia.
2. Sebutkan masing –masing kegunaan dari jenis isolator
3. Jelaskan kegunaan dari macam-macam isolator hantaran udara.
4. Jelaskan fungsi dari masing-masing tiang transmisi.
5. Gambarkan dan jelaskan bagian-bagian dari kabel bawah tanah tipe OF
6. Sebutkan macam-macam bahan isolator yang digunakan
7. Menurut fungsinya menara baja dibagi menjadi berapa bagian bagian sebutkan fungsinya
masing-masing.
8. Apa yang dimaksud dengan Jarak bebas impuls petir
9. Apa yang dimaksud dengan Jarak bebas minimum vertikal
10. Apa yang dimaksud dengan Jarak dari sumbu vertikal tiang ke konduktor
11. Apa yang dimaksud dengan Jarak horizontal akibat ayunan konduktor
UMUM. 21
22 UMUM.
BAB DUA
23
BABII
BAB II
KARAKTERISTIKLIISTRIK
KARAKTERISTIK LIISTRIKDARI
DARISALURAN
SALURAN TRANSMISI
TRANSMISI
Yang dimaksud dengan karakteristik listrik dan saluran transmisi ialah konstanta saluran
yaitu : tahanan ( R), Induktansi ( L), konduktansi ( G) dan kapasitansi ( C), pada saluran udara
konduktansi (G) sangat kecil sehingga dengan mengabaikan konduktansi G itu perhitungan, akan
jauh lebih mudah dan pengaruh nya masih dalam batas-batas yang diabaikan.
2.1. Tahanan ( R )
Tahanan suatu konduktor ( penghantar) diberikan oleh :
l
R = ρ
A
Dengan : ρ = resistivit as ( tahanan jenis bahan )
l = panjang kawat
A = luas penampang.
Dalam tabel yang tersedia sering kita jumpai penampang kawat dalam satuan “CM” (
1
Circullar Mill), defenisi CM adalah penampang kawat yang mempunyai diameter 1 mil ( /1000 inch),
2
bila penampang kawat diberikan dalam mm , maka penampang kawat dalan CM adalah :
CM = 1973 x ( penampang dalam mm2
2 -4
mm = 5,067 x 10 x ( Penampang kawat)
karena pada umumnya kawa t- kawat penghantar terdiri dari kawat pilin ( stranded
conductors), maka sebagai faktor koreksi untuk memperhitungkan pengaruh dari pilin tersebut
panjang kawat dikalikan 1,02 ( 2 % faktor koreksi )
tahanan kawat berubah oleh temperatur dalam batas temperatur 100 Csampai 1000C, maka untuk
kawat tembaga dan alluminium berlaku persamaan :
R t 2 = R t 1 [1 + α t 2 (t 2 − t1 )]
Dengan : Rt 2 = tahanan pada temperatur 2
RT 1 = tahanan pada temperatur 1
Jadi ,
Dimana :
Atau :
Jelas kelihatan bahwa - ialah temperature dimana tahanan kawat akan menjadi nol, bila
persamaan linier yang sama berlaku untuk daerah temperatur itu. Dan bila ini benar maka -
~ 23 ~
adalah sama dengan temperature absolute - 2730 C,untuk tembaga ( Cu) yang mempunyai
0
konduktivitas 100 % koofisien temperature dari tahanan pada suhu 20 C adalah
20 = 0,00393
Atau : T0 =
Untuk konduktivitas lain dari tembaga berubah langsung denan konduktivitasnya , jadi untuk
konduktivitas 97,5 %
20 = 0,00383 dan T0 =
Untuk alluminium (Al) dengan konduktivitas 61 %
20 = 0,00403 dan T0 =
Pada table dibawah ini di berikan harga-harga untuk T0 dan untuk bahan konduktor standart.
Dalam table berikut ini di berikan resistivitas dari bahan konduktor standart untuk berbagai
temperature.
Tabel 2.2 Resistivitas dari bahan konduktor standart untuk berbagai temperatur.
Mikro –ohm – cm
Material
Tahanan arus searah yang diperoleh dari perhitungan diatas harus dikalikan dengan factor :
1,0 = untuk konduktor padat
1,01 + untuk konnduktor pilin yang terdiri dari lapis (strand)
1,02 + untuk konnduktor pilin yang lebih dari lapis
Contoh soal :
Hitunglah tahanan DC dari sebuah konduktor 253 mm2 ( 500.000 cm) dalam ohm per km pada 250
C, misalkan Cu 97,5 %
Dari table 2 dapat diperoleh :
= 1,8 mikro-ohm-cm
l = 1 km = 105 cm
Dengan memperhitungkan pengaruh lapisan ( biasanya konduktor terdiri dari lebih 3 lapis)
Gambar 2.1. Penampang kawat dengan kawat balik sangat jauh, radius kawat
Dimana :
Atau :
Sebutlah :
Dimana :
= 1 ( system c.g.s)
Guna menghindari terjadinya perubahan harga permeabilitas pada tiap-tiap material ( bahan) maka
permeabilitas dari bahan-bahan itu dinyatakan sebagai perkalian 2 faktor yaitu :
Dengan ;
Dimana
Fluks total antara permukaan kawat dan suatu silinder konsentris dengan radius D1
……………..…… ( 2.10)
Radius D1 pada persamaan 2.10 besar kelak akan dibiarkan menjadi harga tak terhingga.
2.4.1. Fluks Lingkup ( Fluks Linkage)
Karena fluks melingkari kawat hanya sekali,jadinya hanya ada satu lilitan maka fluks lingkup
λe hasil dari fluks tadi sama dengan fluks itu sendiri jadi :
Jadi jumlah fluks lingkup kawat 1 yang disebabkan oleh arus nya sendiri :
tidak berubah. Sekarang misalkan dan arus pada kawat 2 = kerapatan fluks pada radius
dan
Marilah kita teliti fluks lingkup pada kawat 1 yang disebabkan oleh arus pada kawat 2, dari
gambar 4 kelihatan bahwa semua fluks diluar daerah dengan radius mengelilingi
arus di konsentrasikan pada pusat kawat, sehingga fluks di daerah sampai dapat di
= fluks - linkup pada kawat 1 yang ditimbulkan oleh arus pada kawat 2 maka :
Bila kawat 1 dan kawat 2 bersama-sama mengandung arus masing –masing dan , maka
jumlah fluks-lingkup kawat 1 adalah :
Tinjaulah keadan khusus bila kawat 2 merupakan kawat balik bagi kawat 1 dalam hal ini :
D1 dan D2 adalah jarak-jarak yang harganya dapat diatur mencapai tak terhingga sehingga :
Bila permeabilitas dari medan magnit konstan maka defenisi diatas sama dengan :
Atau :
Pada perssmaan 2.20 terdapat 3 suku, suku pertama dan kedua tergantung dari sifat-sifat kawat,
sedang suku ketiga tergantung dari jarak kawat, dalam hal ini maka persamaan 2.20 dapat kita
bagi menjadi 2 bagian, yaitu : Bagian pertama disebut “ Komponen Kawat” sedangkan bagian
kedua “ Kompnen Jarak”
Bila panjang kawat 1 km = 1.000 m, radius kawat dan jarak antara kawat dalam meter dan ln
diganti dengan log jadi : ln = 2,3026 log
Maka bila harga-harga tersebut kita subtitusikan dalam persamaan 2.20 dapat diperoleh :
=
Dimana
Pada persamaan 2.21 dan 2.22 satuan panjang dari radius dan jarak dalam meter.
Bila bentuk gelombang arus dan tegangan sinus adalah lebih berguna merubah induktansi
menjadi reaktansi sesuai dengan relasi.
Jadi :
Dimana
ius konduktor dalam meter = 0,006706 m
Maka :
p
1
Fluks lingkup pada kawat 1 yang di timbulkan oleh arus pada kawat 2 dan seterusnya.
Jadi jumlah fluks lingkup pada kawat 1 yang di timbulkan oleh semua arus
( 2.25)
Jumlah kawat
Dengan
P = Jumlah lapisan, tidak termasuk kawat pertama yg merupakan intinya
Jadi bila P =1 maka jumlah kawat = 7, dan bentuk penampang nya adalah sebagai berikut :
Lapisan 1
inti
Sekarang bila kawat balik terdiri dari m kawat ( kawat pilin) maka persamaan 2.26 menjadi :
1 1’
2
3
Gambar 2.6. Penghantar X terdiri dari n kawat dan penghantar Y terdiri dari m kawat
Atau
Dan
Dan
Dan
2.5.2. Radius rata-rata geometris atau geometric mean radius ( GMR) dan
Jarak rata-rata geometris atau Geometris Mean Distance ( GMD).
2.5.2.1. Radius Rata-rata Geometri (GMR)
Radius rata-rata geometri (GMR) dari suatu luas (area) ialah : limit dari jarak rata-rata
geometris (GMD), antara pasangan elemen dalam luas itu sendiri bila jumlah elemen itu diperbesar
sampai tak terhingga. Atau dengan ata lain khusus nya untuk kawat bundar GMR dari suatu kawat
bundar ialah : radius dari suatu silinder berdinding yang sangat tipis mendekati nol sehingga
induktansi dari silinder itu sama dengan induktansi kawat asli.
Dari persamaan 2.20.
Disebut rasiud rata-rata geometris atau GMR dari kawat bundar radius .
Penggunaan GMR ini membutuhkan distribusi arus yang uniform dan tidak ada bahan- bahan
magnit, untuk bahan jenis ACSR dengan inti yang terdiri dari kawat baja (bahan magnit), dalam hal
ini nilai tahanan/impedansi baja jauh lebih besar dari bahan penghantar jenis tembaga atau
Jarak bersama antara pasangan titik itu adalah sama dengan n X ( n-1) jarak-jarak, dan hasil
perkalian dari semua jarak-jarak itu adalah sama dengan pangkat n ( n-1) dari GMD nya.
b). GMD dari suatu titik terhadap lingkaran adalah jarak dari titik itu terhadap lingkaran.
c) GMD dari dua lingkaran dengan jrak titik-titik pusatnya adalah
Dengan P merupakan jumlah lapisan kawat, tidak termasuk inti ( yang terdiri dari satu kawat) dan
jumlah kawat pada tiap lapisan adalah 6 p.
a). Kabel Konsentris dengan 7 kawat.
Kabel konsentris dengan 7 kawat tdiri dari 1 kawat inti dan 6 kawat yang mengelilingi
kawat inti itu ( lapisan 1), menurut toeri GUYE GMD antara kawat-kawat yang mengelilingi kawat
1 2 3 4 5
= 3,788 r
Keterangan :
1. Suku (1) adalah GMR dari tiap elemen
2. Suku (2) adalah GMR antara ke 12 kawat pada lapisan ke 2
3. Suku (3) adalah GMR antara ke 6 kawat pada lapisan ke 1
4. Suku (4) adalah :
4r = GMR dari lapisan luar ( ρ = 2) terhadap semua kawat dalam lapisan itu. Lapisan
paling luar dapat dipandang sebagai lingkaran karena tiap kawat itu dapat dipandang
sebagai titik pusatnya.jadi disini ada 12 kawat dan 7 kawat didalam nya, dan jarak
dihitung 2 kali.
5. Suku (5) adalah sama dengan suku ke-4 kecuali disini dipehitungkan lapisan -1, dalam
lapisan-1 hanya ada 6 kawat dan didalam hanya ada 1 kawat sedang jarak dihitung dua
kali juga.
c). Kabel konsentris dengan 3 lapis ( 1+6+12+18=37)
St Al
= 7,289 r.
Pengaruh kawat baja ialah memperbesar fluks- lingkup di bandingkan dengan bila kawat baja
tidak ada.
2
3
Analisa rangkaian tiga fasa sama dengan analisa rangkaian fasa tunggal yang terdiri dari dua kawat
parallel. Pandanglah kawat pertama saja dengan arus dan jalan balik arus terletak di tak
terhingga, fluks-lingkup pada kawat 1 karena arus saja (
Bila arus pada kawat 2 = dan , maka fluks-lingkup pada kawat 1 karena arus pada
kawat 2
Atau
Maka :
Jadi arus tot al pada jalan balik yang terletak di tak terhingga itu sama dengan nol, subtitusi :
dan , pada persamaan 2.37 diperoleh :
Dan karena :
dan
1 1
2
2
3
3
Transposisi ini gunanya untukmengatasi ketidak simetrisan yang disbabkan oleh kedudukan
kawat yang tidak simetris, dengan kata lain impedansi perfasa dari rangkaian tiga fasa yang tidak
simetris menjadi simetris karena transposisi tsb.
Dalam gambar 2.7 angka 1, 2 ,3 menyatakan posisi kawat, dah huruf a, b, c, menyatakan fasa,
dapat dilihat bahwa tiapfasa menduduki ketiga posisi untuk 1/3 panjang kawat.
Misalkan ketiga kawat itu terdiri dari bahan yang sama dan mempunyai radius yang sama pula,
jadi , untuk setiap kawat sama.
Daerah I :
Maka :
Daerah III
Tetapi :
dan
Atau
Dimana
Dimana :
Contoh soal.
Saluran transmisi tiga fasa 50 Hz.150 kV, mempunyai konduktor ACSR 282 mm2 ( 556.500 CM)
30/7, konfigurasi horizontal dengan jarak 5,33 m antara dua kawat berurutan, radius efektif kawat
1,21 cm = 0,0121 meter.
Tentukan :
(a). jarak ekuivalen kawat
(b). reaktansi induktif per kawat atau per fasa ohm/km
(c). dengan mengunakan table A-1. Dan A-2 selesaikan pertanyaan (b)
Jawab :
= 0,14467
= 0,29307 + 0,11965
= 0,4127 ohm/km
c). dari table A-1 diperoleh untuk ACSR 282 mm2 , 30/7
Jadi :
= 0,2893 + 0,11963
= 0,4089 ohm/km
D= ε a E y1
Ey1 = intensitas medan elektrostatis pada
rarius y1
Garis-garis fluks akan uniform (rata),karena muatan persatuan panjang akan sama ( Kawat sangat
panjang), kerapat fluks pada radius y1 tergantung dari radius y1, bila panjang kawat h meter dan
mengandung muatan q1 maka :
dengan |Dy1| = harga scalar dari kerapatan fluks listrik pada radius y1 = r1 yaitu pada permukaan
kawat.
|Dy1| = |Dr1| = D = σ1 = kerapatan permukaan
intensitas medan listrik
εa = konstanta dielektrik
εa = ε vε e
Dengan
ε v = kons tan ta dielektrik udara bebas = 1
ε e = Kons tan ta dielektrik relatif
10 7
ε = farad per meter
4π c
v 2
|Ey1| =
q 1 x 10 12
2 x 8 , 855 π h y 1
10
= 1, 797 q 1 10 volt/meter.
h y1
2.8.2. KAPASITANSI
Kawat 1 Kawat 2
C1 C2
netral
q
C = farad
e
q1 2π ε v h
C 1 = =
e1 1
ln + ln d 12
r1
q1 2 π ε v h
C 2 = − =
e2 1
ln + ln d 12
r2
C1 = kapasitansi kawat 1 terhadap kawat netral
C2 = Kapasitansi kawat 2 terhadap kawat netral
Jumlah kapasitansi antara kaat 1 dan 2 terhubung seri
1 1
C12 = +
c1 c2
2π ε v h
C1 = C 2 = farad
1
ln + ln d12
r1
dalam perhitungan praktis menghitung kapasitansi dalam per km, aau h = 1000 m dan ln diganti
dengan log. Untuk kawat udara
2,417 x 10 −8
C1 =
1
log + log d 12
r1
X 1' = −1 Ohm
2π F C 1
atau − 6 , 5856 x 10 6
1 ohm/ km
X 1
'
= log + log d 12
f r1
− 6 ,5856 x 10 6
X d' = log d 12 ohm /km ( r dan d dalam meter)
f
jika f = 50 hz. Maka
1
X '
a = − 0 ,1317 x 10 6
log ohm / km
r1
X '
d = − 0 ,1317 x 10 6
log d 12 ohm / km
3 2
Bila ketiga-tiganya muatan ada bersama-sama, maka dengan jalan superposisi diperoleh potensial
pada kawat 1, yaitu :
Untuk rangkaian tiga fasa yang terdiri dari tiga kawat dimisalkan bahwa tidak ada muatan lain di
samping muatan dari ketiga kawat, bila ketiga kawat dihubungkan satu sama lain, ketiga muatan
tersebut harus saling menghilangkan sehinga ketiga kawat itu sebagai suatu kesatuan tidak
bermuatan jadi,
Sama hal nya seperti penurunan persamaan reaktansi induktif, jarak
Dibiarkan menjadi besar sekali sehingga mencapai harga tak terhingga, dengan demikian potensial
kawat menjadi :
Bila , maka :
Seperti halnya dengan rangkaian yang terdiri dari dua kawat ( fasa tunggal), titik yang jauh yang
mempunyai potenasial nol,dapat dipandang sebagai elektroda netral dan kapasitansi dari tiap kawat
terhadap titik netral gambar 2.11
3
2
Bila radius ketiga kawat tersebut sama, maka persamaan 2.69 berlaku untuk
………. ( 2.70)
Pada gambar 2.7 dengan mengganti arus-arus dengan muatan –muatan dan
a). Daerah I :
Maka :
….. ( 2.71)
Daerah II.
…… ( 2.72)
Daerah III :
Maka :
……. (2.73)
Tegangan tiap fasa adalah harga rata-rata dari ketiga daerah, jadi :
Reaktansi kapasitif ,
Dan
4,2672 m 4,2672 m
Jawab :
= 5,3763 m
Dari persamaan 2.76c
-6
= 0,0094 x 10 farad/km
Reaktansi kapasitif dapat dicari dengan menggunakan table A-1 dan A-3
Dari table A-1 diperoleh :
Gambar 2.10. Saluran konduktor dari suatu saluran ganda tiga fasa.
Pada umum nya semua konduktor adalah identik dengan radius r1 jadi :
Bila saluran 1 jauh dari saluran 2 maka induktansi bersama antara konduktor-konduktor dapat
diabaikan, tetapi pada umum nya kedua saluran itu ditopang pada satu menara, jadi jarak antara
konduktor tidak besar, sehingga induktansi bersama tidak dapat diabaikan.
Dimana :
Contoh 2.8.
Suatu saluran tiga fasa menggunakan konduktor dengan :
Maka :
Jadi :
Jika F = 50 Hz.
Contoh 2.9
Tentukan reaktansi kapasitif dari contoh 2.8
GMD = 4,9165 meter
Jadi
63
BAB III
REPRESENTASI SALURAN TRANSMISI DAN RELASI ARUS DAN TEGANGAN
Didalam saluran transmisi persoalan tegangan menjadi sangat penting, baik dalam
keadaan operasi maupun dalam perancangan harus selalu di perhatikan tegangan pada setiap
titik saluran.besar perubahan yang di perbolehkan berkisar antara - 10 % - +5%.
Sebelum analisa dan perhitungan dilakukan terlebih dahulu saluran transmisi harus di
presentasikan dengan diagram pengganti.
3.1. Representasi Saluran Transmisi.
Pada umum nya saluran transmisi adalah saluran transmisi tiga fasa seperti pada
gambar berikut :
ZL
(a)
(b)
Gambar 3.1. Representasi Saluran Transmisi satu fasa.
Pada Gambar 3.1a. diperlihatkan saluran satu fasa dengan kawat netral n dalam keadaan
twgangan dan arus yang simetris tidak ada arus yang mengalir pada kawat netral, n – n’ karena
ketiga fasanya simetris, artinya ketiga fasanya tergeser -1200 dan 1200 terhadap fasa referensi,
maka analisanya cukup dilakukan dengan berdasarkan satu fasa saja,ferensi, dan biasanya
dipilih fasa a sebagai fasa referensi, dengan jalan balik arus yang fiktif tanpa impedansi, gambar
31.b besaran untuk fasa b dan c di peroleh dengan memutar besaran fasa a dengan sudut -
0 0
120 dan + 120
~ 55 ~
3.2 Klasifikasi Saluran Transmisi
3.2.1. Klasifikasi untuk keperluan diagram pengganti.
Untuk keperluan analisa dan perhitungan maka diagram pengganti hanya dibagi dalam 3
kelompok yaitu :
a. Kawat pendek , < 80 km
b. Kawat menengah 80 – 250 km
c. Kawat panjang > 250 km.
Sebenarnya klasifikasi ini sangat relative dan masih kabur, klasifikasi saluran transmisi harus
didasarkan atas besar kecil nya kapasitansi ke tanah.jadi bila kapasitansinya kecil maka arus bocor
ketanah kecil terhadap arus beban, maka dalam hal ini kapasitansi ketanah dapat diabaikan, dan
dinamakan kawat pendek, tetapi bila kapasitansi sudah mulai besar sehingga tidak dapat diabaikan,
tetapi belum begitu besar sekali sehingga masih dianggap seperti kapasitansi terpusat ( lumped
capacitance), dan ini dinamakan kawat menengah, bila kapasitansi itu besar sekali sehingga tidak
mungkin lagi dianggap sebagai kapasitansi terpusat dan harus dianggap terbagi rata sepanjang
saluran, maka dslam hal ini dinamakan kawat panjang.
Di atas telah disebutkan bahwa klasifikasi berdasarkan panjang kawat sangat kabur, seperti
diketahui bahwa semakin tingi tegangan operasi kemungkinan timbulnya korona sangat besar,
korona ini akan memperbesar kapasitansi, dengan demikian akan memperbesar arus bocor. Jadi
adakalanya walaupun panjang saluran hanya 50 km tetapi bila tegangan kerja sangat tinggi
(SUTT,EHV,UHV), maka kapasitansi relative akan besar sehingga tidak mungkin lagi diabaikan.
Untuk memperoleh hasil yang teliti, sebelum kita dapat menggambarkan diagram pengganti
saluran transmisi, lebih baik bila menghitung terlebih dahulu kapasitansi termasuk korona.
3.2.2. Klasifikasi Saluran Transmisi menurut Tegangan Kerja.
Di Indonesia standart tegangan transmisi adalah : 66,150, 380,dan 500 kV, tetapi di negara-
negara yang telah maju terutama dalam bidang transmisi seperti USA, Rusia, Canada, dimana
tegangan transmisi telah mencapai 1000 kV, maka kualifikasi berdasarkan tegangan adalah : (a)
tegangan tinggi sampai 138 kV, (b) tegangan Extra Tinggi ( Extra High Voltage, EHV) antara 220
sampai 765 kV, (c) Tegangan Ultra Tinggi ( Ultra High Voltage, UHF), diatas 765 kV.
3.2.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Fungsinya Dalam Operasi.
Berdasarkan fungsinya dalam operasi, sering diberi nama :
(a). Transmisi : yang menyealurkan daya besar dari pusat pembangkit ke
daerah beban, atau antara dua atau lebih system atau biasanya disebut
dengan saluran interkoneksi atau tie-line.
(b). Sub-transmisi : adalah transmisi percabangan dari saluran yang tinggi
ke saluran yang rendah
(c). Distribusi : Indonesia telah menetapkan bahwa saluran distribusi
adalah 20 kV.
Dimana :
Tetapi :
Maka :
3.3.2.2. Nominal PI
Tetapi :
Arus
Maka ;
Contoh :
Suatu saluran transmisi tiga fasa 50 km, 70 kV, mempunyai konstanta R = 0,20 ohm per km; x =
0,608 ohm perkm ; y = j 4,0 x 10-6, mho per km, saluran transmisi tersebut mensuplay beban 30
MW, dengan factor daya (pf) 0,9 lagg. Tegngan pada ujung beban 70 kV, hitunglah :
a). tegangan pada ujung kirim
b). daya pada ujung kirim
c). effisiensi transmisi
d). pengaturan tegangan.
VS i VR
PR = 30 MW ; PF ; 0,9 lagg
VR = 70 kV (L-L) =
= 40,416 volt ( L-N)
Jadi :
= 274,94
Z = ( 0,2 + j 0,068) 50 ohm
= 10 + j 30,4 ohm = 32
VS = VR + IZ
= 40,416 + 274,94 x 32
= 40,416 + 8,798
= 40,416 + 6,116 + j 6,324
= 46,532 + j 6,116 volt = 46,93
Atau :
= 32,339 kW
= 32,34 MW
= 92,6 %
d). Pengaturan tegangan.
= 16,11 %
Contoh .3.2.
Suatu saluran transmisi 3 fasa 200 km, 220 kV, konstanta kawat Z= 0,64 ∠71,80 ohm/ km, Y = 4,0 x
-6 0
10 ∠90 mho/km, saluran transmisi diatas menyalurkan daya sebesar 100 mw dengan pf 1,0 pada
ujung beban, tegangan pada ujung beban 220 kV, denga menggunakan representasi nomila PI
tentukanlah
(a). tegangan dan arus pada ujung kirim; (b) pengaturan tegangan.
Jawab.
0 -3 0 0 0
IS = 0,9758 ∠0,47 x 0,8 x 10 ∠90 x 127.000 + 0,9517 ∠0,96 x 262,4∠0
0 0
= 99,14 ∠90,47 + 249,73 ∠0,96
= -0,81 + j 99,14 + 249,47 + j 4,18
= 248,88 + j 103,32 = 269,47 ∠22,540 Amper
0 0 0
S = 14,48 – 22,54 = -8,06
0
S = 3 x 135,56 x 269,47 cos 8,06 kW
= 108.577,56 kW = 108,58 MW
Dimana :
Misalkan :
dI
= YV (3-8)
dx
Subskrip x tidak perlu lagi untuk V dan I karena relasi di atas berlaku untuk setiap titik.
Oleh karena semua suku-suku yang berbeda pada representasi PI dan T, mengandung ∆x,
maka hasil yang sama akan diperoleh juga seandainya kita memulai dengan reprentasinya PI.
Kalau (3-8) didiferensir sekalai lagi terhadap x,
d 2V dI d 2V
2
=Z = ZY V
dx dx dx 2
d 2I dV d 2I
2
=Y = ZY I (3-9)
dx dx dx 2
Misalkan solusi dari persamaan diferensial liniar tingkat dua itu:
mx
V=Aε
d 2V 2 mx mx
2
= A m ε = ZY A ε
dx
m2 = ZY
m1 = ZY
m2 = - ZY
Maka,
V = A1ε ZY x + A2 ε- ZY x (3-10)
Dengan jalan yang sama,
I + B1 ε ZY x + B2 ε- ZY x (3-11)
Pada x = 0
V = VR
I=IR
dan juga
dV
= ZI R
dx x =0
dI
= ZV R
dx x =0
dV x x
= A1 ZY ε ZY - A2 ZY ε- ZY
dx
dV
= A1 ZY − A2 ZY = ZIR (3-12)
dx x =0
dI x x
= B1 ZY ε ZY - B2 ZY ε- ZY
dx
dV
= B1 ZY − B2 ZY = YVR (3-13)
dx x =0
Untuk x = 0
Vx = 0 = VR = A1 + A2 (3-14)
Ix = 0 = IR = B1 + B2 (3-15)
Jadi sekarang telah ada 4 persamaan dengan 4 unusr yang tidak diketahui : A1, A2, B1, B2,
yaitu:
Z
A1 = ½ (VR + IR )
R
Z
A2 = ½ (VR - IR )
R
Z
B1 = ½ (IR + VR ) (3-17)
R
Z
B2 = ½ (IR - VR )
R
Maka :
Z Z
V = ½ (VR + I R ) ε ZY x + ½ (VR - I R ) ε- ZY x
R R
Z Z
I = : ½ (VR + VR ) ε ZY x + ½ (VR - V ) ε- ZY x
R R R
Karena : (3-18)
ε x + ε −x
cosh x =
2
ε x − ε −x
sinh x =
2
Maka :
Z
V = VR cosh ZY x + I R sinh ZY x
Y
Y
I = IR cosh ZY x + V R sinh ZY x (3-19)
Z
Bentuk lain diperoleh dengan mengingat:
x2 x4 x6
Cosh x = 1 + + + + ....
2! 4! 6!
x3 x5 x7
Sinh x = x + + + + ....
3! 5! 7!
Maka :
ZYx 2 Z 2Y 2 x 2 ZYx 2 Z 2Y 2 x 2
V = (1 + + + ….) VR + Zx (1 + + + .....) I R
2 24 6 120
ZYx 2 Z 2Y 2 x 2 ZYx 2 Z 2Y 2 x 2
I= (1 + + + ….) IR + Yx (1 + + + .....)V R (3-20)
2 24 6 120
Z
= Zk = impedansi karakteristik (3-21)
Y
Maka pada x = I dan setelah Zk diisikan dalam persamaan (3-18) dan (3-19) di peroleh,
VR + Z k I R V + Zk IR
Vs = ε ZY l + R ε- ZY l
2 2
I R + VR IZ K I − VR IZ K
Is = ε ZY l + R ε- ZY l (3-22)
2 2
dan
VR = VS cosh ZY l – Is Zk sinh ZY l
IR = IS cosh ZY l - VS Zk sinh ZY l (3-23)
3.5. Variasi tegangan dan Arus Sepanjang Kawat: Propagasi Tegangan dan Arus adalah
sebagai fungsi:
ε ZY x dan ε- ZY x
Sebutlah : γ = ZY = Konstanta propagasi
γ = α + јβ
α = Konstanta redaman (neper per satuan panjang)
β = konstanta panjang gelombang, atau panjang elektrik per satuan panjang
ε± ZY x = ε±αх ε±јβх
εαх = menyatakan bila x bertambah besar εαх bertambah besar
-αх -αх
ε menyatakan bila x bertambah besar ε bertambah kecil
јβх
ε menyatakan rotasi, sudut fasa maju dengan bertambah .
-јβх
ε menyatakan rotasi, sudut fasa mundur dengan bertambahnya x.
I = Vf II = Vr (3-24)
Suku pertama (I) bertambah besar dan fasanya maju dengan bertambahnya x (forward wave).
Sebaliknya bila berangkat dari ujung kirim dan maju ke ujung beban x berkurang, jadi
1. ZL = ~ (Hubung terbuka)
IR = 0
Vs = Zk IR sinh ZY l
IS = IR cosh ZY l
VS
= Z(short circuit) = Zk tanh ZY l (3-26)
IS
3. ZL = Zk (ditutup dengan impedansi karakteritik)
Z
VR = ZL lR = Zk IR = IR
Y
atau,
VR Y
IR = = VR
Zk Z
maka
V = VR (cosh ZY x + sinh ZY x)
VR
I= (cosh ZY x + sinh ZY x)
Zk
68 REPRESENTASI SALURAN TRANSMISI DAN RELASI ARUS DAN TEGANGAN
Jadi,
V
= Zk
I
Jadi bila saluran itu di tutup dengan impedansi yang sama dengan impedansi karakteritiksnya,
maka pada setiap titik sepanjang saluran.
V
= Zk
I
Tdak tergantung pada x. ini berarti bahwa tidak ada gelombang refleksi yang datang dari
ujung saluran. Suatu yang tak terhingga panjangnya tidak akan mempunyai gelombang
refleksi. Jadi saluran yang dibebani dengan beban yang sama dengan impedansi karakteristik
berlaku sebagai kawat yang tak terhingga panjangnya.
X
γ = α + jβ = ZY = j = j XY (karena α = 0)
X1
X 2π f
β= 1
= 2π f LC = (3-30)
X v
VS = VR cosh ZY l + Zk IR sinh ZY l
Z 'Y '
VS = VR (1 + ) + Z' IR ……………………………………… (ekivalen PI)
2
Z "Y " Z "Y "
VS = VR (1 + + Z " I R (1 + ) ………………………. (ekivalen T)
2 4
VR
IS = IR cosh ZY l + sinh ZY l
Zk
Z 'Y ' Z 'Y '
IS = IR (1 + ) + Y ' V R (1 + ) ………………………… (ekivalen PI)
2 4
Z "Y "
IS = IR (1 + ) + Y " VR …………………………………… (ekivalen t)
4
Z 'Y '
Ekivalen PI 1+ = cosh ZY l (3-32)
2
Z' = Zk sinh XY l (3-33)
Substitusi (3-33) dalam (3-32)
Y ' Z k sinh ( ZY l
1+ = cosh ZY l
2
Y ' cosh XY l − 1
=
2 Z k sinh ZY l
Tetapi,
cosh ZY l − 1 ZY l
= tanh
sinh ZY l 2
Juga (3-33) dapat dirubah sebagai berikut :
Z Zl
Z' = sinh ZY lx
Y Zl
sinh ZY l
Z' = Zl
ZY l
sinh ZY l
Z' = Zl
ZY l
tanh ( ZY l )
Y' 1 ZY l Y 2
= tanh ( )= 1 (3-34)
2 Zk 2 2 ZY l
2
sinh ZY l ZYρ Z 2Y 2 l 4
=1 + + + .....
ZY l 6 120
ZY l
tanh 2 2 4
2 = 1 − ZYρ + Z Y l + ...
ZY l 12 120
2
Ekivalen T
ZY l
Zl tanh
Z" 2
=
2 ZY l
2
sinh ZY l
Y" = Yl (3-35)
ZY l
Contoh 3-4 kawat transmisi fasa tiga 338 mm2 (666.600cm) ACZR, 54/7, konvigurasi horizontal
datar, jarak antara dua kawat berurutan 22 kaki, ditransposisi dan panjang 250 miles. Tegangan
220 KV (L-L) pada ujung beban.
Pertanyaan:
1) Z dan Y pada 500C untuk 250 mil
Z = 40,0 j203,8 = 207,7 ∠78,890 ohm
-6
Y = 250 (j5,187 x 10 ) = j0,001297 mho
sinh ZY l
= 0,9566 ∠0,510
ZY I
3) VS dan IS bila IR = 250 amper, pada 0,97 pf terbelakang.
0
VS = (131,3 + j 48,31) = 139,9 ∠20,20 KV (L-N)
IS = 211,3 + j 110,7 = 238,5 ∠17,650 Amper
4) a. Faktor daya ujung kirim
cos ∅S = cos 7,450 = 0,9916 terdahulu
3.9 Saluran Transmisi Panjang dan Daya Karakteristik : DAYA NATURAL PN ATAU SURGE
IMPEDANCE LOADING (SIL)
3.9.1. Definisi Daya Karakteristik
Daya karateristik ialah daya maksimum yang dapat ditraansmisikan bila tegangan
ujung beban dan tegangan kirim sama dan dibebani dengan beban karakteristik.
Untuk kawat panjang;
VR
IS = IR cos β l + j sin β l (3-37)
Z0
Dalam (3-37):
L
Z0 = = impedansi surja (untuk saluran tanpa rugi-rugi)
C
β=w LC = konstanta pergeseran fasa
Sama dengan penurunan di atas diperoleh:
VR = VS cos βl - j IS Zo sin βl
VS
IR = IS cos βl -j sin βl (3-38)
Z0
Dari (3-37):
VS − VR cos β l
IR =
jZ 0 sin β l
Daya SR :
SR = VR ÎR (*)
(VS − VR cos β l
SR = VR (3-39)
− jZ 0 sin β l
VRVS V V cos β l
SR = j −j R R (3-40)
Z 0 sin βl Z 0 sin βl
Bila
0
VR = | VR | 0
0
VS = | VS | δ
VS = | VS | -δ0
Maka :
2
VR VS (cos δ − j sin δ ) VR cos β l
SR = j −j
Z 0 sin βl Z 0 sin β l
VR VS sin δ
PR = (3-42)
Z 0 sin β l
Harga maksimum PR diperoleh bila |VR | = |VS | V| dan ujung beban di tutup dengan suatu
tahanan yang sama dengan impedansi surja dari saluran.
2
Harga |V| | Z0 disebut daya Natural atau pembebanan Impedansi Surja (Surge Impedancce
Loading, disingkat SIL).
Jadi,
2
V
P R = PN = = daya Natural atau SIL (3-43)
Z0
Untuk saluran transmisi udara :
ZO ≈ 400 Ohm
Jadi,
2
PN = 2,5 (KV L-L ) KW (3-43)
3.9.1. Harga Maksimum βl
Harga keadaan mantap (Steady state) harga maksimum teoritis dari βl = 900. tetapi dalam
praktek βl harus dibatasi antara 200 sampai 300. hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas
saluran.
βl = 2π f LC l
1
v= = 303.000 km/detik
LC
Daya
0
90 δ
Gambar 3.6 Kurva Daya-sudut
0
Harga βl sering disebut sebagai panjang elektrik dari saluran. Jadi bila βl = 90 = 1,57 radian,
maka :
1,57 x300.000
l=
2π f
74 REPRESENTASI SALURAN TRANSMISI DAN RELASI ARUS DAN TEGANGAN
bila
f = 50 Hertz : l = 1.500 km
f = 25 Hertz : l = 3.000 km
f = 0 (DC) : l=~
Dalam praktek panjang saluran di batasi oleh:
0
βl = 30 = 0,523 radian
Jadi,
Zk = Z 0 , 64 71 ,8 0 400 -9,
0
1 ohm
=
Y 4 x10 − 6 90 0
2. Impedansi surja:
Z0 = L jX 0 , 608
= = = 390 ohm
C Y 4 x10 − 6
3. Konstanta Propagasi:
Z
a. Zk = : X = 0,48 ohm/km
Y
= XX ' X' = 0,3 x 106 ohm-km
KV 2 220 2
c. PN = = MW = 127,4 MW
Z0 380
d. Panjang elektrik :
θ = β l = 1,265 x 10-3 x 300 x 57,30 = 21,80
Y'
e. Konstanta Z' dan :
Z
0 j sin β l / 2
β l = 21,8 = 0,38 radian =
cos β l / 2
βl
= 10,90 = 0,19 radian = j tan β l/2
2
j 0,375
Z' = j 0,48 x 30 x = j 144 ohm
j 0,38
KV 2
PN = = 2,5 KV2 KW
Z0
Bila daya yang akan ditransmisikan 100 MW, maka :
100.000
KV = = 40.00 = 200 KV
2,5
2. Rumus Empiris Alfred Still
KW maks 100.000
KV = 5,5 l+ = 5,5 l + (3-45)
100 100
Dimana l = panjang kawat dalam mile = 100 mile (ditentukan) maka :
L
Z0= : L diturunkan dengan kapasitor seri atau
C
C dinaikan dengan kapasitor shunt
C dinaikan dipakai pada kawat transmisi menengah
L diturunkan dipakai pada kawat transmisi panjang.
1.Saluran transmisi fasa tiga, 275 KV panjang 500 km. konstanta-konstanta saluran adalah:
Ra = 0,078 ohm per km
X1 = 0534 ohm per km
Y = j 3,68 x 10-6 mho per km
Besar beban adalah 840 amper pada faktor daya 0,85 terbelakang dan tegangan beban 275 KV.
(a) dengan menggunakan nominal PI tentukanlah : VS, IS dan VR (5)
(b) dengan menggunakan rumus-rumus saluran panjang tentukanlah VS, IS dan VR (%)
2. untuk sirkuit umum T :
(a) turunkanlah persamaan-persamaan tegangan dan arus pada ujung kirim dinyatakan
dalam tegangan dan arus pada ujung terima.
(b) Tentukanlah impedansi yang diukur pada ujung kirim apabila : (i) ujung terima terbuka
(ZSO), (ii) ujung terima terhubung-singkat (ZSS), (c) Tentukanlah impedansi yang diukur
pada ujung terima apabila (i) ujung kirim terbuka (ZRO), (ii) ujung kirim terhubung – singat
(ZRS).
3. Lakukanlah hal yang sama seperti pada soal .2. untuk sirkuit umum PI
4. Buktikaanlah bahwa sirkuit T mempunyai impedansi hubung terbuka dan impedansi hubung
singkat yang sama seperti pada sirkuit PI bila konstanta-konstanta sirkuit T, yang dinyatakan
dalam konstanta-konstanta sirkuit PT, diberikan oleh persamaan-persamaan:
Y = YS + YR + Z YS YR
ZYR
ZS =
YS + YR + Z YS YR
ZYS
ZR =
YS + YR + Z YS YR
13. untuk saluran transmisi soal 3.12, tentukanlah cosh ZY dan sinh ZY . tentukanlah juga
tegangan ujung terima pada beban nol bila tegangan ujung kirim 230 KV jala-jala.
14. Untuk saluran transmisi soal 3.12, tentukanlah : (a) konstanta- konstanta untuk representasi
ekuivalen T dan PI. (b) dengan menggunakan ekuivalen T dan PI tentukanlah tegangan dan
arus pada ujung kirim bila tegangan ujung terima 220 KV jala-jala dan arus 300 amper pada
faktor daya 0,995 terbelakang.
97
BAB IV
BAB IV
KONSTANTA UMUM SALURAN TRANSMISI
KONSTANTA UMUM SALURAN TRANSMISI
Karena saluran transmisi tersebut selalu dapat digambarkan sebagai kotak dengan dua
jepitan masuk dan dua jepitan keluar, dan karena memenuhi persyaratan dari kutub empat, maka
5saluran transmisi dapat dilayani sebagai kutub empat.
Suatu rangkaian listrik yang PASIP, LINIER dan BILATERAL, selalu dapat
direpresentasikan sebagai kutub empat. Pasip berarti tidak ada sumber (internal voltage), linier
berarti impedansinya tidak tergantung dari besar arus, dan bilateral berarti impedansi sama dilihat
dari kedua pihak atau tidak tergantung dari arah arus.
Pada hakekatnya saluran transmisi itu tidak linier karena bagaimanapun juga impedansinya
tergantung dari temperatur, jadi tergantung dari arus. Tetapi karena di dalam perhitungan kita selalu
menentukan temperatur kerja tertentu, maka pada temperatur itu konstanta kawat adalah konstan.
+ A, B +
VS VR
C, D
_
_
Dalam gambar 4-1, A, B, C, D adalah konstanta-konstanta umum dari rangkaian itu. Relasi
tegangan dan arus untuk suatu kutub empat, adalah:
VS = A VR + B IR
IS = C VR + D IR (4-1)
Dan
VR = D Vs – B IS
IR = -C VS + A IS (4-2)
~ 81 ~
4.2. SALURAN TRANSMISI SEBAGAI KUTUB EMPAT
IR IS
VS VR ZL
VS = VR + Z IR
IS = 0 + IR (4-3)
A = 1; B = Z; C = 0; D = 1
4.2.2.1. Nominal T
IS IR
ZS ZR
VS VR
Y
IS = Y VR + (1 + Y ZR)IR
Jadi
A = 1 + Y ZS
B = ZS + ZR + ZS Y ZR
C=Y (4-4)
D = 1 + Y ZR
Z
dan bila ZS = ZR =
2
maka
ZY
A=1+
2
Z2Y
B=Z+
4
C=Y
D=A
4.2.2.2. Nominal PI
Untuk nominasi PI, gambar 4-4 diperoleh relasi tegangan dan arus
VS = (1 = YR Z)VR + Z IR
Jadi
A = 1 + YR Z; B = Z
C = YS + YR + YS Z YR
D = 1 + YS Z
Z
dan bila YS = YR =
2
maka,
YZ
A=D=1+
2
B=Z
Y 2Z
C=Y+
4
sinh γ 1
Is = ( )VR + (cosh γ 1)1R
Zk
Jadi:
A = D = cosh γ I
B = Zk sinh γ I (4-7)
sinh γ 1
C=
Zk
Bukti:
Masukkanlah tegangan yang diketahui, E, pada jepitan ujung kiri dan hubung singkat
jepitan ujung beban, Gambar 4-5.
VS = E = A VR + B IR
= 0 + B I2
E
I2 =
B
Sekarang jepitan ujung kiri dihubung singkat dan pada jepitan ujung beban dimasukkan
tegangan E, Gambar 4-6.
VR = E
0 = A E + B IR
AE
IR =-
B
IS = C VR + D IR
E
-I2 = C E + D (- )
B
atau
E AD
- = CE - E
B B
1 AD
- =C-
B B
atau
AD – BC = I q.e.d.
IR2 = IS1
VR2 = VS1
IS1 = C1 VR + D1 IR
VS = A2 VS1 + B2 IS1
IS = C2 VS1 + D2 IS1
A = A1 A2 + B2 C1
B = A2 B1 + B2 D1
C = A1 C2 + C1 D2
D = B1 C2 + D1 D2
Akan dibuktikan: AD – BC = 1
bila A1 D1 – B1 C1 = 1
A2 D2 – B2 C2 = 1
Bukti:
=1 =1
AD – BC = A2D2 – B2C2
AD – BC = 1
Jadi rangkaian dua kutub empat yang diseri, juga merupakan kutub empat.
A B An Bn An−1 Bn −1 A1 B1
C D = C D C D ......C D (4-10)
n n n−1 n−1 1 1
A B A2 B2 A1 B1 A1 A2 + B2 B1 A2 B1 + B2 D1
C D C D C D = A C + C D B C + D D
2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2
B = A2B1 + B2D1
C = A1C2 + C1D2
D = B1C2 + D1D2
IS = IS1 + IS2
IR = IR1 + IR2
VS = VS1 = VS2
VR = VR1 = VR2
( A1 B2 + A2 B2 ) B −B
VS = VR + 1 2 I R
B1 + B2 B1 + B2
IR1 + IR2 = IR
IR2 = IR – IR1
A1 − A2 B2
IR1 = - VR + IR
B1 + B2 B1 + B2
Juga:
A1 − A2 B1
IR2 = - VR + IR
B1 + B2 B1 + B2
A1 − A2 B2 A − A2 B1
IS = (C1+ C2)VR + D1 VR + I R + D2 1 VR + IR
B1 + B2 B1 + B2 B1 + B2 B1 + B2
( A1 − A2 )( D1 − D2 B1 D2 + D1 B2
IS = C1 + C 2 VR + I R
B1 + B2 B1 + B2
A1 B2 + A2 B1 B −B
VS = VR + 1 2 I R
B1 + B2 B1 + B2
Jadi:
B1 − B2
B=
B1 + B2
( A1 − A2 )( D1 − D2 )
C = C1 + C2 -
B1 + B2
B1 D2 − B2 D1
D= (4-10)
B1 + B2
Kalau:
A1 D1 – B1 C1 = 1
A2 D2 – B2 C2 = 1
Buktikan:
AD – BC = 1
Contoh 4-1. Suatu saluran transmisi dengan R4 = 0,0582 ohm/km, X = 0,44686 ohm/km
1
dan X = 0,3921 Mega ohm-km, panjang saluran 160 km disebut dihubungkan seri dengan
sebuah trafo pada ujung kirim. Trafo itu direpresentasikan sebagai rangkaian T dengan
parameter:
-6
Y = (6,2 – j 87,0) 10 mho.
0,3921
X= = 0,00244 Mega ohm, atau Y = 4,1 x 10-4 ∠ 90° ohm.
160,9
Jadi,
ZY
A1 = 1 + = 0,9853 ∠0°
2
B1 = Z = 72,6 ∠ 82,57° ohm.
D = B1 C2 + D1 D2 = 0,9915 ∠0°
Misalkan:
ZS0 = impedansi ujung kirim dengan ujung beban terbuka
ZSS = impedansi ujung kirim dengan ujung beban hubung singkat
ZR0 = impedansi ujung kirim dengan ujung kirim terbuka
ZRS = impedansi ujung kirim dengan ujung kirim hubung singkat
VS = A VR + B IR
IS = C VR + D IR
VS A
VS = A VR + 0 =
IS C
B
IS = C VR = 0 Z SS =
D
VR = D VS – B IS VR = D VS – A (-IS)
IS = -C VS + A IS -IR = -C VS + A(-IS)
IR = C VS + A IS
VR D
VR = D VS =
IR C
D
IR = C VS Z R0 =
C
VR B
VR = B IS =
IR A
B
IR = A IS Z RS =
A
Jadi
A
ZSO =
C
B
ZSS =
D
D
ZRO =
C
B
ZRS =
A
D B AD − BC 1
Maka ZRO – ZRS = − = =
C A AC AC
Z RO − Z RS 1 C 1
Atau . = . = 2
Z SO AC A A
Z SO
Jadi A=
Z RO − Z RS
Z RS
C= A
Z RO Z SS
Z RS
D= A (4-11)
Z SS
1. konstanta umum suatu saluran adalah A = D = 0,8940 + j 0,0202 ohm; B = 32,2 + j 172,1
-3
ohm ; C = (-0,008 + j 1,168) x 10 mho. (a) Periksalah apakah konstanta umum diatas
memenuhi AD- BC = 1. (b) Tegangan pada ujung terima adalah 220 kv jala-jala dan arus
ujung terima 325 amper. Vektor arus mendahului vektor tegangan dengan sudut 5,75°,
tentukanlah tegangan dan arus pada ujung kirim (c) Bila tegangan dan arus pada ujung
kirim 2,30 kv jala-jala dan 340 amper, sedang arus mendahului tegangan dengan sudut
5,75°, tentukkanlah tegangan dan arus pada ujung terima.
Y'
2. Konstanta representasi ekivalen PI suatu saluran adalah = 0,652 89,8° mho, Z' = 200
2
81,6° ohm. (a) tentukanlah kosntanta umum ABCD dari saluran itu (b) Periksalah apakah
AB – BC = 1 (c) Bila panjang saluran itu 400 km, tegangan dan arus ujung terima adalah
220 kv dan 300 amper pada faktor daya 0,992 terbelakang tentukanlah tegangan dan arus
ujung kirim dengan menggunakan konstanta umum ABCD.
3. Saluran pada soal 4-1 dihubung seri pada sebelah kriinya dengan sebuah impedansi Z =
3,185 + j 39,82. Tentukanlah konstannta umum dari gabungan itu periksa juga apakah AD-
BC = 1.
111
BAB V
DIAGRAM LINGKARAN DAN ALIRAN DAYA PADA SALURAN TRANSMISI
Dalam sistem tenaga listrik, khususnya dalam saluran transmisi, tegangan, arus dan daya
selalu berubah-ubah dari saat ke saat. Seperti telah kita lihat dalam perhitungan-perhitungan yang
menyangkut tegangan, arus dan daya sangat panjang dan memakan waktu. Oleh karen itu untuk
menghemat waktu sangat menolong bila pemecahan dilakukan secara grafik dengan pertolongan
diagram lingkaran. Diagram lingkaran juga sangat menolong dalam perencanaan dan dalam
bidang operasi. Di samping itu dengan pertolongan diagram lingkaran daya, diagram rugi-rugi
konstan dan diagram efisiensi konstan.
5.1. Persamaan Vektor dari Lingkaran
Karena besaran-besaran listrik adalah vektor maka lebih baik bila persamaan lingkaran itu
diberikan dalam bentuk vektor. Ada dua bentuk persamaan vektor dari lingkaran, yaitu bentuk linier
dan bentuk kuadrat.
5.1.1. Persamaan vektor lingkaran bentuk linier
(5-1)
Atau
(5-2)
Dimana :
~ 95 ~
Bukti bahwa (5-2) persamaan lingkaran.
Misalkanlah :
Maka,
Atau,
(5-3)
Dengan pengertian :
Persamaan tegangan :
Jadi
Dan
Maka
(5-4)
Maka :
(5-5)
Pusat lingkaran :
Radius lingkaran :
Bila
(5-9)
Maka :
(5-10)
Dan (5-11)
Pada gambar 5-2 diberikan diagram lingkaran daya pada ujung beban.
5.3.2 Diagram Lingkaran Daya pada Ujung Kirim
Jadi :
(5-12)
Efisiensi =
4. Pengaturan tegangan :
5.
Dimana :
(L – L)
Jadi :
Vertikal =
Radius lingkaran =
(5-13)
Dimana,
Tetapi
Maka
Dan
Atau,
Jadi,
(5-15)
Persamaan (5-15) adalah rugi-rugi dinyatakan dalam besaran-besaran ujung beban. Dengan
jalan yang sama dapat diturunkan dinyatakan dalam besaran-besaran ujung kirim.
(5-16)
(5-18)
Variabel sekarang ialah karena kita memandang dari tempat kedusukan lingkaran daya
beban dengan tegangan yang tetap. Kalau Persamanan (5-18) dibandingkan dengan
persamaan (5-2)
Pusat lingkaran :
Dan
Dapat dilihat bahwa vektor yang menyatakan pusat lingkaran tidak tergantung dari .
Jadi bila tetap tetap, sedang tergantung dari . Dengan jalan yang sama dapat
diturunkan :
(5-21)
(5-23)
(5-22)
Atau :
(5-24)
Kalikan dengan :
Maka :
Dan (5-25)
(5-26)
Kalikan dengan :
(5-27)
Atau
Bila dan tegangan jala-jala dalam KV maka daya tiga fasa adalah :
(5-29)
Dari Persamaan (5-29) dapat dilihat bahwa daya maksimum dari terjadi jadi daya
(5-30)
(5-31)
…………………………………………………………
Jadi supaya diperoleh daya maksimum, maka beban harus dengan faktor daya negati (leading
power factor). Titik untuk diberikan juga pada gambar 5.2.
Pada representasi PI harga , dan bila saluran itu pendek dan sudut ,
maka :
Untuk saluran udara tegangan tinggi harga tahanan R bisasanya kecil terhadap reaktansi X,
jadi :
Dan
(5-32)
………………………………………………
Karena umumnya harga kecil, maka :
Dari persamaan (5-33) dapat disimpulkan bahwa aliran daya aktif sebanding dengan selisih
a.
sebelum dipasang kapasitor
b.
sesudah dipasang kapasitor
Gambar 5-7. Saluran transmisi dengan koreksi faktor daya
Sebelum pemasangan kapasitor :
Setelah pemasangan kapasitor statis sudut faktor daya pada jepitan beban berubah menjadi
gambar 5-8.
(5-35)
Bila arus pada kapasitor statis :
(5-36)
Jadi daya reaktif kapasitor adalah :
(5-37)
Dan besar kapasitor per fasa :
(5-38)
(5-39)
Atau besar kapasitor per fasa :
(5-40)
Contoh 5.1. tentukanlah kapasitas dari kapasitor statis yang diperlukan untuk memperbaiki
faktor daya dari 0,7 menjadi 0,9 dari suatu jala-jala 15 KV dengan beban 1,3 MW.
Dalam contoh di atas kita tida memperhatikan tegangan ujung kirim. Bila kita gunakan
konstanta umum A dan B, dan tegangan ujung kirim. Misalkanlah tegangan jala-jala pada
ujung beban dan pada ujung kirim tidak berubah. Misalkanlah daya beban diketahui, maka
yang dapat diterima bila . (b) tentukanlah kapasitas dalam MVAR dari
kapasitor statis bila besar beban 150 MW denga pf = 1,0 supaya tegangan tetap 275 KV. (c)
dengan beban seperti pada (b) berapa besar tegangan bila kapasitor statis tidak dipasang.
Jawab :
(a)
(b)
Jadi
(i)
(ii)
Dari (ii),
Jadi
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa daya yang lebih besar akan dapat ditransmisikan
pada tegangan tertentu bila dilengkapi dengan kapasitor statis pada ujung beban yang
dapat memberi MVAR pada saluran.
Contoh 5-3. Suatu saluran transmisi fasa tiga 150 KV, 110 km, 50 Hz, dengan Z = 0,2 + j
-6
0,7 ohm per km, Y = j 4,0 X 10 mho per km. saluran transmisi itu dianggap sebagai
saluran menengah, dan penyelesaian dilakukan berdasarkan representasi nominal PI.
Pertanyaan 1. Bila tegangan ujung beban 150 KV (L – L) dan beban 60 MW dengan faktor
daya 0,90 terbelakang tentukanlah : (a) tegangan dan arus ujung kirim, (b) faktor daya dan
daya ujung kirim, (c) Rugi-rugi transmisi, efisiensi dan pengaturan tegangan, (d) konstanta
umum ABCD. 2. Untuk saluran transmisi di atas dan kondisi pembebanan seperti pada
pertanyaan 1, tenutkanlah besar kapasitas dari kapasitor statis yang dipasang di ujung
beban agar faktor daya menjadi 1,0 pada tegangan 150 KV. Dalam keadaan ini
tentukanlah tegangan ujung kirim, dan juga pengaturan tegangan, rugi-rugi transmisi, dan
efisiensi.
0,0169 + j 0,0048
(a)
(c)
(d)
Pengaturan tegangan :
Bila tegangan ujung kirim 230 KV (L-L) dan tegangan ujung terima 220 KV (L-L), tentukanlah
radius dan pusat lingkaran daya ujung terima. Lukiskanlah lingaran itu.
2. (a) untuk soal 5-1, tentukanlah garis . (b) Tentukanlah radius dan pusat lingkaran
turunkan dan lukiskanlah lingkaran-lingkaran rugi-rugi tiga fasa pada diagram daya
ujung terima untuk rugi-rugi: 1, 2, 3, 4, 6, 12, 18 dan 24 MW.
4. Untuk saluran dan kondisi pada soal 5-1, kecuali jala-jala tidak tetap, turunkan dan
lukiskanlah lingkaran-lingkaran efisiensi pada diagram daya tiga fas ujung terima, untuk
efisiensi: 80, 85, 90, 92, 94 dan prosen.
Tentukanlah tegangan pada ujung kirim (b) tentukanlah kapasitansi dan kapasitor statis yang
dipasang pada jepitan-jepitan beban, terhubung bintang, agar faktor daya menjadi 1. (c)
Tentukanlah MVAR dari kapasitor statis yang dipasang pada jepitan-jepitan beban agar
. (d) Tentukanlah daya maksimum yang dapat disalurkan.
135
BAB
BAB VI
VI
KAPASITAS
KAPASITAS HANTAR
HANTAR ARUS
ARUS
Panas yang timbul, = panas disipasi melalui konveksi di udara sekitar dan melalui radiasi
pada obyek-obyek sekitar, atau dengan singkat dituliskan sebagai :
(6-1)
(6-2)
Di mana :
= tekanan barometer, atmosfir
Rumus (6-3) adalah pendekatan bila diameter kawat 0,3 – 5 inch dan kecepatan udara 0,2 – 5
ft./detik
Panas disipasi karena radiasi :
(6-4)
~ 117 ~
Di mana :
= emisivitas relatif dari permukaan kawat (=0,5 untuk Cu)
o
= temperatur absolut dari kawat, K .
Dengan
Dari (6-1), (6-3) dan (6-5) diperoleh harga pendekatan untuk kapasitas hantar arus :
Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas hantar kawat diberikan di
bawah ini.
Di mana :
Korona adalah sebuah lucutan parsial dan berlangsung pada permukaan konduktor
jaringan transmisi ketika tekanan listrik, yaitu intensitas listrik tersimpan (atau permukaan
gradien potensial), sebuah konduktor melebihi kuat jatuh tegangan udara sekitarnya. Seperti
dalam sebuah medan nonuniform berbagai manifestasi visual dari ionisasi lokal yang terbatas
dan proses penguatan dapat dilihat. Gangguan lokal ini (korona atau lucutan parsial) dapat
berupa sebuah transien (tidak bertahan sendiri) atau sifat steady state (bertahan sendiri).
Manifestasi ini disebut korona karena kemiripan dengan cahaya atau korona sekitar
matahari (hanya dapat diamati selama gerhana matahari total). Secara alami, fenomena
korona dapat juga diamati di dalam dan antara awan bermuatan. Menurut teori tentang awan
bermuatan seperti korona, tidak hanya efek yang ditimbulkan tetapi juga menyebabkan
munculnya awan bermuatan dan menyebabkan terjadinya kilat dan guruh.
Korona pada jaringan transmisi menyebabkan rugi daya, interferensi radio dan televisi dan
audible noise (dalam hal suara dengung, desis, atau mendesis) dalam daerah sekitar jaringan.
Level tegangan extra tinggi (345 kV lebih), konduktor sendiri merupakan sumber utama dari
audible noise, interferensi radio, interferensi televis, dan rugi korona. Audible noise secara
relatif menyangkut lingkungan baru dan menjadi perhatian penting dengan meningkatnya level
tegangan. Contoh, untuk jaringan transmisi diatas 800 kV, audible noise dan efek medan listrik
menjadi faktor desain utama dan telah menerima pengujian dan penelitian. Telah diamati
bahwa audible noise dari proses korona terutama berlangsung dalam cuaca buruk. Dalam
kondisi kering, konduktor secara normal beroperasi dibawa level deteksi korona, dan oleh
karena itu sangat sedikit sumber korona yang ada. Dalam kondisi basah, tetes air pada
konduktor menyebabkan banyak lucutan korona dan ledakan ini menghasilkan bunyi. Pada
level tegangan ultra tinggi (1000 kV lebih), seperti audible noise merupakan pembatas desain
faktor lingkungan.
Bila tegangan arus bolak-balik pada suatu kawat dinaikkan terus-menerus, maka
akan dicapai suatu harga yang dikenal sebagai tegangan kritis visual , pada tegangan
mana kelihatan cahaya violet yang disebut korona. Korona ini dibarengi dengan suara
berdesis dan menimbulkan bau ozon.
Pada tegangan , sedikit di bawah tegangan , tambahan rugi-rugi daya mulai
terjadi dalam saluran, Rugi-rugi ini disebut rugi-rugi korona dan besarnya adalah :
Dimana :
= tegangan kritis dimana korona mulai terjadi, KV.
Rugi-rugi korona ini bertambah dengan cepat oleh kabut dan hujan.
Dimana :
= jarak
= 21,1 kv/cm
= ( faktor permukaan kawat = 1,0 untuk kawat halus, dan faktor udara
=
(V tegangan fasa dalam kV)
= frekuensi sistem
Dari persamaan (6-11) terlihat bahwa dengan memperbesar jari-jari konduktor, tegangan
kritis akan lebih besar. Tetapi, dari Persamaan (6-12) rugi-rugi korona juga makin besar.
Mengingat bahayanya bila terjadi korona lebih besar dibandingkan rugi-rugi daya (korona), maka
pertimbangannya adalah tegangan kritisnya. Bahkan dengan memperbesar jari-jari konduktor,
besarnya berisik korona (berbanding langsung dengan ) yang dapat mengganggu komunikasi
nilai) atau 21,1 kV/cm (rms, atau efektif, nilai). Selalu ada beberapa elektron bebas di udara
karena radiasi ultraviolet dari matahari, sinar kosmik dari luar angkasa, radioaktifitas bumi dll.
Gambar 6.1. Dasar korona negatif dan daerah dalam celah khusus dengan jari-jari katoda 0,06
mm [1].
Yang terakhir dan mungkin yang paling serius adalah manifestasi korona efek listrik yang
menyebabkan gangguan radio ( RI ) dan / atau gangguan televisi ( TVI ). Avalanches ini,
menjadikan elektron-elektron bergerak, pada dasarnya merupakan arus listrik dan oleh karena itu
keduanya menghasilkan magnet dan medan elektrostatik di sekitarnya. Karena keduanya
terbentuk sangat tiba-tiba, dan berlangsung dalam waktu yang singkat, magnet dan medan
elektrostatik ini dapat menyebabkan getaran tegangan frekuensi tinggi di sekitar antena radio
(televisi) dan dengan demikian menyebabkan RI ( atau TVI ). Gangguan ini listrik biasanya diukur
dengan sebuah radio meter. Yang menarik untuk dicatat bahwa korona akan mengurangi jumlah
kelebihan tegangan pada jaringan panjang sirkuit terbuka akibat serangan petir.
6.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Korona
Sebagai sebuah aturan, jika rasio jarak antara konduktor dengan jari-jari konduktor kurang
dari 15, flashover akan berlangsung antara konduktor sebelum fenomena korona terjadi. Untuk
saluran udara rasio ini jauh lebih besar daripada 15, flashover dapat dianggap tidak mungkin
dalam keadaan normal.
Pada tingkat tegangan tertentu, faktor-faktor yang mempengaruhi korona termasuk konfigurasi
jaringan, tipe konduktor, kondisi permukaan konduktor, dan cuaca. Dalam konfigurasi
horisontal, medan konduktor tengah lebih besar daripada medan konduktor luar. Oleh karena
itu, gangguan tegangan kritis lebih rendah untuk konduktor tengah, menyebabkan kerugian
korona yang lebih besar daripada salah satu dari dua konduktor lain. Jika jarak konduktor tidak
sama sisi, permukaan gradien konduktor dan karena itu rugi-rugi korona tidak sama. Tidak
hanya itu, ketinggian konduktor mempengaruhi rugi korona, bahwa, semakin besar ketinggian,
rugi korona lebih kecil. Rugi korona sebanding dengan frekuensi tegangan. Oleh karena itu,
semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi rugi-rugi korona. Dengan demikian, rugi korona pada
60 Hz lebih besar daripada 50 Hz. Pada dasarnya, rugi korona pada frekuensi nol, yaitu arus
searah, jauh lebih sedikit daripada arus ac.
Ketidakteraturan permukaan konduktor dari segi goresan, menaikkan strands, die burrs,
die grease dan partikel debu dan kotoran yang menyumbat konduktor secara signifikan
meningkatkan rugi korona. Permukaan halus yang diberikan konduktor silinder, gangguan
tegangan semakin tinggi.
Untuk diameter sama, sebuah konduktor stranded biasanya bagus untuk sekitar 80-85 persen
dari tegangan konduktor yang halus. Seperti yang katakan sebelumnya, ukuran dan tempat
konduktor juga memiliki efek cukup besar pada rugi korona. Diameter yang lebih besar, semakin
sedikit kemungkinan korona. Oleh karena itu, penggunaan konduktor-konduktor detngan diameter
besar atau penggunaan konduktor hallow atau penggunaan konduktor bundel meningkatkan
diameter efektif dengan mengurangi tekanan listrik pada permukaan konduktor.
Kekuatan jatuh tegangan udara bervariasi dengan kondisi atmosfer. Oleh karena itu, kekuatan
jatuh tegangan udara berbanding lurus dengan rapatan udara. Faktor udara-kerapatan
didefinisikan sebagai
(6.1)
Jaringan transmisi harus dirancang untuk beroperasi di bawah gangguan tegangan kritis
dalam cuaca cerah sehingga korona hanya berlangsung selama kondisi atmosfer yang buruk.
Oleh karena itu, menghitung gangguan tegangan kritis adalah sebuah indikator dari kinerja korona
pada jaringan. Akan tetapi, sebuah nilai yang tinggi dari gangguan tegangan kritis bukanlah satu-
satunya kriteria kinerja korona yang memuaskan. Sensitivitas konduktor pada cuaca buruk juga
harus dipertimbangkan (korona meningkat lebih lambat pada konduktor stranded daripada pada
konduktor halus). Karena berbagai faktor yang terlibat, perhitungan yang tepat nilai puncak rugi
korona sangat sulit dilakukan, jika tidak mungkin. Tegangan minimum dimana ionisasi terjadi di
cuaca cerah disebut gangguan tegangan kritis dan dapat ditentukan dari
(6.2)
Dengan
(6.3)
Dimana = nilai tekanan listrik (gradient kritis) dimana gangguan awal dalam kilovolt per
centimeter
= gangguan tegangan kritis untuk netral dalam kilovolt (rms)
(6.4)
o
yang benar untuk temperatur dan tekanan atmosfer normal (76 cm Hg pada 25 C). Untuk
temperatur dan tekanan aatmosfer normal yang lain,
Dimana adalah factor kerapatan udara yang diberikan oleh persamaan (6.1). Selanjutnya,
menurut Peek [10], setelah membuat nilai untuk kondisi permukaan konduktor menggunakan
factor irregular, gangguan tegangan kritis dapat dinyatakan sebagai
(6.6)
(6.7)
Solusi
a) Dari persamaan (8.1)
(6.8)
Atau
(6.9)
120 Hz, (2) jari-jari konduktor lebih besar dari 0.25 cm, dan (3) perbandingan V terhadap lebih
besar dari 1.8. Dari persamaan (10.8) atau (10.9), dapat diamati salah satu bahwa rugi daya akibat
korona adalah
Rugi daya ini sebanding dengan akar kuadrat dari ukuran konduktor. Oleh karena itu, semakin
besar jari-jari konduktor, semakin besar rugi daya. Juga, semakin besar jarak antara konduktor,
semakin kecil rugi daya. Dengan cara yang sama
Untuk tingkat tegangan tertentu, semakin besar ukuran konduktor, semakin besar gangguan
tegangan kritis dan oleh karena itu semakin kecil rugi daya.
Menurut Peterson [11], rugi korona per phase dalam cuaca baik atau konduktor dapat dihitung
dari persamaan
(6.10)
Atau
(6.11)
terhadap
(V/Vo) 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2
F 0.012 0.018 0.05 0.08 0.3 1.0 3.5 6.0 8.0
Secara umum, rugi-rugi korona dalam kondisi cuaca yang baik tidak signifikan besar pada
tegangan ekstra tinggi. Oleh karena itu, pengaruhnya tidak signifikan dari teknis dan atau
(6.12)
dimana total rugi-rugi korona tiga-phase karena cuaca hujan dalam kilowatt per
kilometer
total rugi-rugi korona tiga-phase dalam cuaca yang baik dalam kilowatt per
kilometer
V = operasi tegangan line to line dalam kilovolt
r = jari-jari konduktor dalam centimeter
n = total jumlah konduktor ( jumlah konduktor per bundle times 3)
tegangan gradient pada permukaan bawah konduktor i dalam kilovolt
R = kecepatan hujan dalam millimeter per jam atau inchi per jam
K = koefisien basah ( 10 jika R dalam millimeter per jam atau 254 jika R
dalam inchi per jam).
Perhatikan bahwa syarat-syarat yang diberikan dalam kuadrat siku merupakan akibat dari
hujan. EHV Transmission Line Reference Book [13] memberikan sebuah metode probabilitas
menentukan rugi-rugi korona tegangan ekstra tinggi dari berbagai jenis desain standar untuk
daerah iklim di Amerika.
Gambar 6.5 dan 6.6 menggambarkan kurva rugi korona untuk 69-, 115-, 161-, dan 230-kV
desain saluran untuk perbedaan ketinggian [15]. Kurva ini berdasarkan metode Carroll-Rockwell
[12] dan dikembangkan untuk korona dalam cuaca baik pada (77 ) menggunakan
konduktor ACSR. Perhatikan bahwa untuk memberikan diameter konduktor, kurva memberikan
rugi korona dalam cuaca baik dalam mil kilowatt per tiga-phase .
Gambar 6.6. Kurva rugi korona untuk: (a) saluran 69-kV dengan jarak 10ft horizontal; (b) saluran
230-kV dengan jarak 22ft horizontal [15].
Solusi
Menurut Peek, rugi korona dalam cuaca baik per phase yaitu :
/mi/phase
Gangguan radio (interferensi radio) dari saluran udara listrik dapat terjadi karena lucutan listrik
parsial atau karena lucutan listrik yang sempurna melewati celah-celah kecil (lucutan celah,
khususnya loncatan bunga api). Sumber gangguan radio tipe gap dapat berlangsung di isolator,
pada pertalian kabel antara perangkat keras, di bagian kecil calah antara kabel netral atau
pertanahana dan perangkat keras, dalam peralatan listrik yang rusak, dan pada saluran listrik
sendiri. Biasanya, lebih dari 90 persen dari keluhan konsumen yang disebabkan oleh tipe gap
gangguan radio.
Perhatikan bahwa radio noise (RN) adalah istilah umum yang dapat didefinisikan sebagai
'setiap gangguan yang tidak diinginkan dalam band frekuensi radio, seperti hal yang tidak
diinginkan, gelombang listrik dalam channel atau perangkat saluran transmisi'[16]. Proses lucutan
korona menghasilkan pulsa arus dan tegangan pada saluran konduktor. Spektrum frekuensi
seperti pulsa mempunyai lebar yang besar sehinggat mencakup porsi yang signifikan dari band
frekuensi radio, yang membentang dari 3 kHz ke 30000 MHz. Oleh karena itu, istilah radio noise
adalah istilah umum yang termasuk dalam istilah radio interferensi dan televisi interferensi.
Gambar 6.7. Jalur yang dilalui energi interferensi dari sumber ke penerima radio. (Dari Ref. 17. Izin
dengan menggunakan. 1976 IEEE.)
Frekuensi diatas 100 MHz, interferensi saluran listrik masih sangat mungkin dilakukan dalam
sumber jarak 6-8 kutub saluran mencakup penerima yang terpengaruh. Namun, dalam kasus
radiasi interferensi saluran listrik ada laporan interferensi yang tidak objektif berasal dari sumber
Gambar 6.8. Keluhan interferensi radio dan televisi selama tahun 1959-1975 dibandingkan
dengan jumlah pelanggan pada perusahaan Southern California Edison:____, jumlah
pelanggan listrik;_____, total keluhan RI dan TVI;____, keluhan utility-caused. (Dari Nelson
dan Schlinger, 1976. Izin dengan menggunakan. 1976 IEEE.)
Ambang RIV bertepatan dengan munculnya korona visual. Pada tegangan korona visual, RIV
memiliki regangan elastik yang kecil, tetapi dengan munculnya awal korona, tingkat RIV meningkat
dengan cepat, mencapai nilai yang sangat tinggi untuk peningkatan kecil diatas tegangan korona
visual. Tingkat kenaikan RI dipengaruhi oleh permukaan konduktor dan diameter, menjadi lebih
tinggi untuk konduktor halus dan konduktor berdiameter besar. Masalah korona dan RI dapat
dikurangi atu dihindari dengan pilihan tepat dari ukuran konduktor dan penggunaan bundling
konduktor. Sering diperlukan untuk persyaratan desain saluran lain. Gambar 8.9 menunjukkan nilai
khusus diameter konduktor yang menghasilkan tingkat yang dapat diterima interferensi
elektromagnetik. Presipitasi kenaikan RI, seperti halnya kelembaban tinggi. Instrumentasi untuk
mengukur medan interferensi medan elektromagnetik dan untuk menentukan spectrum frekuensi
cerah dan perhitungan profil RN hujan deras pada saluran 735 kV. Dengan bertambahnya umur
konduktor, tingkat RN cenderung menurun. Karena korona merupakan sebuah fungsi utama
gradien potensial pada konduktor dan RN berkaitan dengan korona, RN serta korona akan
meningkat dengan tegangan tinggi, hal-hal lain menjadi sama. RN juga bergantung pada tata letak
saluran, termasuk jumlah dan lokasi dari phase dan ground konduktor, dan panjang saluran.
RN diukur berdekatan dengan saluran transmisi oleh sebuah antenna yang dilengkapi dengan
radio meter gangguan. Standar operasi meter gangguan pada 1 MHz (dalam standar band
penyiaran AM) dengan bandwith 5 KHz, menggunakan sebuah detector quasi-peak yang memiliki
waktu pengisian konstan 1 ms dan waktu pemakaian konstan 600 ms. Untuk pengukuran dalam
rentang RI, sebuah antenna batang biasanya digunakan untuk menentukan medan listrik E, dan
sebuah antenna loop biasanya digunakan untuk menentukan komponen medan magnetik H.
Secara ringkas, RI dihasilkan oleh pita korona yang disebabkan oleh pergerakan muatan
ruang dalam konduktor medan listrik.
Sebagaiamana dijelaskan sebelumnya, muatan ini disebabkan oleh ionisasi udara di sekitar
konduktor. Sebagai sumber RI, pita tersebut biasanya digambarkan sebagai arus generator. Oleh
karena itu, arus yang diinjeksikan dari generator ke konduktor hanya bergantung pada karateristik
pita. Adams telah melakukan penelitian luas tentang fenomena RI [18-23] dan menunjukkan [18]
representasi ini agak tidak sempurna dan bahwa, pada kenyataannya, pita korona diinduksi arus di
semua konduktor dari sistem multiwire dan oleh karena itu tidak hanya dalam konduktor yang
menghasilkan seperti ini. Arus ini tergantung pada karateristik konduktor di bawah korona dan
kapasitansi sendiri serta kapasitansi bersama dari konduktor. Oleh karena itu, arus RI dalam
saluran konduktor yang berbeda tidak selalu sama dengan satu saluran yang lain bahkan jika
keduanya dihasilkan oleh pita korona identik. Menurut Adams [18], istilah ini menggambarkan
karateristrik pita korona yaitu fungsi eksitasi. Kemudian, untuk memprediksi RI yang terkait dengan
desain saluran yang berbeda, pengukuran diambil dalam tes cages yang dibangun untuk berbagai
konduktor bundles. Dari pengukuran RI ini menghasilkan panjang saluran pendek tertutup, arus
gangguan efektif (yaitu, fungsi eksitasi) yang dimasukkan ke dalam setiap phase dari saluran yang
telah disimpulkan. Gambar 8.11 menggambarkan fungsi eksitasi sebagai fungsi dari permukaan
maksimum gradien untuk konduktor bundled terbuat dari konduktor dengan diameter yang
ditampilkan. Oleh karena itu, arus gangguan yang disuntikkan dalam setiap phase saluran dapat
ditentukan untuk fungsi eksitasi. Setelah fungsi eksitasi konduktor diketahui, RI (atau RN) yang
(6.13)
dimana RI = gangguan radio dalam decibel diatas 1 V/m pada 1 MHz
Gambar 6.11. Fungsi eksitasi radio interferensi dalam hujan deras dari bundle yang berbeda
sebagai fungsi dari maksimum permukaan gradient (tambahan 7 dB untuk n = 2, dan 0 dB
untuk n = 3, dimana n yaitu jumlah subkonduktor). (Dari Ref. 27. Izin dengan menggunakan.
1971 IEEE.)
Alternatif, RI dari saluran transmisi dapat juga ditentukan dengan menggunakan metode
Booneville Power Administration (BPA) [25]. Metode ini berhubungan dengan RI dari setiap
saluran yang diketahui dari RI (dibawah kondisi meteorology yang sama) untuk setiap RI yang
diketahui melalui pengukuran. Oleh karena itu, RI dari saluran tertentu dapat ditentukan dari
(6.14)
(6.15)
dimana TVI = interferensi televise, dalam decibel (quasi-peak) diatas 1 V/m pada sebuah
pada lokasi standar referensi dari 15 m ke arah samping dari phase terluar
f = frekuensi dalam megahertz
R = jarak ke samping dari antenna ke phase terdekat dalam meter
H = tinggi phase terdekat dalam meter
Alternatif, TVI cuaca buruk dari saluran transmisi dapat juga ditentukan dengan menggunakan
metode BPA [25]. Metode ini berhubungan dengan TVI dari setiap saluran yang diketahui dari
saluran referensi (dibawah kondisi meteorology yang sama) untuk setiap TVI yang diketahui
melalui pengukuran. Oleh karena itu, TVI dari saluran tertentu dapat ditentukan dari
(6.16)
Gambar 6.12. Spektrum frekuensi gangguan suara selama hujan (1/10 bandwith oktaf dB
diatas 0.0002 meter General Radio) dari sebuah saluran bundle UHV 4 x 2-in. (Dari
Telah ditentukan bahwa diameter bundle memiliki relatif sedikit efek pada gangguan yang
dihasilkan. Gambar 6.13 menunjukkan perbandingan langsung pada gangguan prediksi dari test
cage dan gangguan actual yang ada selama tes saluran udara. Instrumentasi dan pengukuran AN
telah dijelaskan dalam standar dan prosedur American National Standar Institute (ANSI).
dimana
= ekuivalen biaya total tahunan pada saluran dalam dollar per mil
= ekuivalen biaya investasi tahunan pada saluran dalam dollar per mil
= ekuivalen biaya energi tahunan yang disebabkan oleh rugi-rugi I2R dalam
saluran konduktor dalam dollar per mil.
kapasitas sistem yang memadai untuk memasok rugi-rugi I2R dalam saluran konduktor dalam
dollar per mil
Investasi ekuivalen tahunan pada saluran yang diberikan untuk n tahun dapat dinyatakan sebagai
(6.19)
dimana = investasi biaya total pada saluran dalam dollar per mil
………………… (6.20)
jumlah rangkaian
jumlah phase
Ekuivalen biaya permintaan tahunan yang dikeluarkan untuk mempertahankan kapasitas sistem
2
yang memadai untuk memasok rugi-rugi I R dalam saluran konduktor dalam dollar per mil dapat
dinyatakan sebagai
…………………. (6.21)
Inflation cost factor (juga disebut escalation cost factor) untuk n tahun dapat ditentukan dari
…………………………… (6.22)
……. (6.23)
dimana ekuivalen biaya sekarang pada saluran dalam dollar per mil
Dengan demikian, ekuivalen sekarang dengan pendapatan yang diperlukan adalah jumlah
ekuivalen sekarang dengan jumlah tetap tahunan levelized pada investasi kapital saluran total
ditambah biaya tahuanan untuk rugi-rugi saluran
1. Suatu transmisi udara tiga fase dengan tiga konduktor, dimana jarak antara masing-
masing konduktor dengan diameter rata-rata 2,5 cm, jarak masing-masing konduktor
antara 2,5 m, panjang hantaran transmisi 40 mil dengan ketinggian 1000 ft, dengan rata-
rata temperatur udara 20O C, jika faktor regulasi dari konduktor 0,85 pada tiap-tiap
konduktor, hitung :
2. Berdasarkan hasil dari soal no 1, di asumsikan tegangan jaringan pada 161 kV, dan
frekuensi 60 Hz, hitung rugi –rugi corona dari jaringan dengan menggunakan :
a. Rumus peek’s
b. Rumus peterson’s
3. Berdasar pada soal no 1 hitung jika diameter konduktor 1cm
4. Berdasarkan hasil dari soal no 3, di asumsikan tegangan jaringan pada 69 kV, dan
frekuensi 60 Hz, hitung rugi –rugi corona dari jaringan dengan menggunakan rumus
peterson’s
5. Hitung dengan pendekatan nilai secara bersama besar tegangan operasi yang dapat
digunakan pada jarungan transmisi tiga fasa dengan diameter konduktor silindris
masing-masing 14 mm, dan jarak masing-masing 3 meter pada konfigurasi segi tiga,
abaikan regulasi konduktor denga asumsi kuat medan listrik di udara adalah 30 kV/cm.
163
BAB
BAB VII
VII
KOMPENSASI
KOMPENSASI PADA SALURAN TRANSMISI
PADA SALURAN TRANSMISI
Dalam bab terdahulu telah dibuat bahwa saluran transmisi jarak jauh dengan tegangan
ekstra tinggi atau tegangan ultra tinggi membutuhkan peralatan kompensasi. Hal ini terutama
dimaksudkan untuk mengontrol tegangan kerja di setiap titik sepanjang saluran, memperkecil
panjang elektrik Θ dari saluran jadi menaikkan batas stabilitas statis saluran dan untuk menaikkan
kapasitas penyaluran. Alat-alat kompensasi pada saluran-saluran transmisi adalah reaktor shunt,
kapasitor seri atau kombinasi dari keduanya, Gambar 7-1. Kompensasi dengan reaktor shunt
biasanya digunakan pada saluran transmisi jarak menengah dan kompensasi dengan kapasitor seri
atau kombinasi reaktor seri digunakan pada saluran yang lebih panjang.
Pada kompensasi dengan kapasitor seri, bila yang dipentingkan hanya keadaan saluran
pada ujung-ujungnya, saluran transmisi dan kapasitor seri itu cukup direpresentasikan dengan
sirkuit nominal PI tanpa menimbulkan kesalahan yang berarti. Dalam hal ini penempatan fisik dari
kapasitor seri sepanjang saluran tidak termasuk dalam hitungan. Tetapi bila kondisi kerja sepanjang
saluran perlu diperhatikan, letak fisik kapasitor harus diperhatikan. Hal ini dapat diperolah dengan
menentukan konstanta umum ABCD dari bagian saluran di masing-masing sisi dari kapasitor dan
merepresentasikan kapasitor itu dengan konstanta ABCD-nya.
Pada kompensasi reaktor shunt, saluran transmisi dan reaktor shunt terhubunga seri,
demikian juga pada kompensasi kapasitor seri saluran transmisi dan kapasitor seri terhubung seri.
Menurut Persamaan (4-10), dua atau lebih kutub empat terhubung seri, konstanta umum
dari gabungan seri itu adalah :
(7-1)
Dengan contoh-contoh di bawah ini akan terlihat jelas bagaiman pengaruh-pengaruh dari
reaktor shunt atau kapasitor seri terhadap pengaturan tegangan, kapasitas penyaluran dan panjang
elektrik saluran.
Derajat kompensasi pada kompensasi dengan reaktor shunt adalah , dimana
adalah suseptansi induktif dari reaktor shunt, dan adalah suseptansi kapasitif total dari saluran.
reaktansi kapasitif dari kapasitor seri dan adalah reaktansi induktif total dari saluran per fasa.
~ 145 ~
Gambar 7-1. Saluran transmisi yang dikompensasi. (a) Kompensasi reaktor shunt pada
ujung beban; (b) Kompensasi reaktor shunt pada kedua ujung; (c) kompensasi kapasitor seri pada
ujung beban; (d) kombinasi kompensasi reaktor shunt dan kapasitor seri
diabaikan. Untuk mengurangi panjang elektrik dan memperbaiki pengaturan tegangan dari slauran
maka dipasang reaktor shunt yang sama besarnya pada kedua ujung saluran. Misalkanlah
. (a) Tentukanlah panjang elektrik saluran sebelum pemasangang reaktor
shunt; (b) tentukanlah induktansi dari reaktor shunt dalam Henry agar panjang elektrik saluran
berkurang menjadi ; (c) tentukanlah daya natural sebelum dan setelah pemasangan reaktor
shunt; (d) bila , dan beban pada faktor daya 0,9 terbelakang,
tentukanlah pengaturan tegangan sebelum dan sesudah pemasangan kompensasi reaktor shunt
tersebut.
(b)
Kita misalkan bahwa saluran itu dipresentasikan dengan sirkuit nominal PI. Setelah
pemasangan reaktor shunt, maka konstanta umum ekivalen A dan B dari ketiga sirkuit
terhubung seri :
Misalkan bahwa kombinasi saluran dan reaktor shunt itu merupakan saluran baru dengan
admintasi shunt yang baru:
Maka,
Jadi
Dan
Jadi,
(b) Daya natural sebelum dan setelah pemasangan reaktor shunt. Misalkanlah,
Maka :
Jadi dengan pemasangan reaktor shunt tersebut daya natural berkurang dari 700 MW menjadi
536 MW. Ini berarti bahwa kemampuan menyalurkan daya setelah kompensasi dengan reaktor
shunt tersebut berkurang.
(c)
Maka
Contoh 7-2. Suatu saluran transmisi fasa tiga, 370 km. Beban saluran 125 MW pada 215 KV dan
faktor daya = 1,0. Konstanta saluran
. Saluran tersebut
dikompensasi dengan reaktor shunt pada ujung beban dengan derajat kompensasi 700%.
Tentukanlah (a) Pengaturan tegangan sebelum kompensasi; (b) pengaturan tegangan setelah
kompensasi.
Jawab.
(a)
Jadi,
Atau:
Sekarang bila frekuensi turun dari 50 Hertz menjadi 48,5 Hertz, jadi pengurangannya 3%, maka
derajat kompensasinya sekarang menjadi:
Dan bila frekuensi turun menjadi 47,5 Hertz, jadi pengurangan frekuensi 5%, maka deraj
kompensasinya menjadi:
Gambar 7-2. (a) Diagram satu garis saluran yang dikompensasikan dengan kapasitor seri;
(b) diagram vektor tegangan.
Untuk saluran menengah dengan representasi nominal PI dan tahanan diabaikan harga
diberikan oleh X yaitu reaktansi seri saluran.
Jadi bila pada saluran dipasang kapasitor seri maka reaktansi berubah menjadi ,
di mana adalah reaktansi kapasitif dari kapasitor seri. Daya yang disalurkan menjadi
Dari persamaan (7-3) dapat dilihat bahwa daya maksimum bertambah dengan
pemasangan kapasitor seri.
Contoh 7-3. Saluran transmisi pada contoh 7-1, yaitu saluran transmisi
dan
o
tahanan diabaikan. Untuk mengurai efek elektrik menjadi 20 dipasang kapasitor seri.
Misalkanlah . (a) Tentukanlah besar kapasitansi dari kapasitor
seri per fasa dan derajat kompensasi; (b) Tentukanlah daya natural sebelum dan setelah
pemasangan kapasitor seri.
Jawab.
(a) Apakah kapasitor itu dipasang di tengah-tengah saluran atau di ujung saluran,
konstanta umum B dari hubungan seri itu dapat ditulis sebagai Z – j XCtanpa
kesalahan yang berati. Disini Z = j X, jadi Z’ = j (X – XC), maka,
Sebelum kompensasi :
Jadi,
Maka
Jadi,
Jadi,
Derajat kompensasi =
(b) Daya natural sebelum kompensasi seri = 700 MW (lihat Contoh 7-1). Setelah
kompensasi seri impedansi surja menjadi,
Jadi dengan kompensasi daya natural bertambah besar, dari 700 MW menjadi 914
MW, jadi kemampuan penyaluran dari saluran transmisi bertambah besar.
Sekarang bila kedua ujungnya dipertahankan pada tegangan yang sama , jadi
kedua ujung saluran mempunyai sumber, maka tegangan sepanjang saluran akan nai, dan
tegangan paling besar berada di tengah-tengah saluran, yang besarnya tergantung dari
panjang saluran dan selisih sudut dari tegangan ujung kirim dan ujung beban, δ. Sebutlah
Bila panjang saluran mendekati setengah panjang gelombang, maka tegangan di tengah-
tengah saluran akan mendekati tak terhingga.
7.5. Kompensasi Reaktor Shunt
Untuk memperoleh operasi praktis dan berguna bagi saluran transmisi di daerah
seperempat sampai setengah panjang gelombang, perlu dipasang reaktor shunt untuk
mengontrol karakteristik dari saluran tersebut.
Pandanglah representasi PI dari saluran itu. Cabang shunt dari representasi itu dapat
dinyatakan sebagai,
Admintasi ini dapat ditiadakan atau dikompensir seluruhnya dengan menghubungkan admintasi
shunt pada tiap ujung yang besarnya.
Untuk saluran transmisi tanpa rugi-rugi yang panjangnya kurang dari setengah panjang
gelombang, element kompensasi ini adalah reaktansi induktif. Dengan hubungan di atas
akan diperoleh
yang dibutuhkan untuk membatasi tegangan di tengah-tengah setiap seksi sampai pada
harga yang diizinkan.
7.5.2. Pengaruh Reaktor Shunt terhadap Penyalur Daya
Dengan pemasangan reaktor shunt pada saluran transmisi, ternyata, makin banyak
reaktor shunt yang digunakan maka makin berkurang kapasitas penyaluran.
Pandanglah suatu saluran transmisi panjang tanpa rugi-rugi yang tidak dikompensasi, maka
besar daya yang dapat disalurkan diberikan oleh persamaan,
Bila saluran itu dibagi dalam n seksi yang sama dan masing-masing seksi dikompensasi
sempurna, maka persamaan (7-10) berubah menjadi,
Dari persamaan (7-11) dapat dilihat, semakin banyak jumlah seksi n semakin berkurang
besar daya yang dapat disalurkan. Jadi kompensasi dengan reaktor shunt akan memperkecil
kapasitas penyaluran. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan kapasitor seri.
Contoh 7-5. Untuk saluran pada contoh 7-1 dengan . (a) Tentukanlah
tegangan di tengah-tengah saluran untuk harga dan harga setelah kompensasi; (b)
kompensasi.
Jawab.
(a) Tegangan di tengah-tengah saluran bila dilakukan kompensasi diperolah dari persamaan (7-5).
Jadi,
Untuk harga
Jadi
Dari hasil (d) dan (e) dapat dilihat bahwa dengan pemasangan reaktor shunt itu
diperoleh tegangan yang labih naik atau pengaturan tegangan yang lebih baik.
7.6. Kompensasi seri
Dalam pasal 4.2.2 telah kita lihat, semakin banyak jumlah seksi n semakin merata
tegangan sepanjang saluran. Tetapi semakin banyak jumlah seksi n semakin
berkurang besar daya yang dapat disalurkan. Untuk memperbesar daya yang dapat
disalurkan digunakan kapasitor seri.
Apabila saluran transmisi itu dibagi dalam n seksi yang sama panjangnya dan tiap-
tiap seksi dikompensasi sempurna seperti yang telah dijelaskan pada pasa 4.2 yang
lalu, maka saluran itu dilihat dari jepitan-jepitannya seperti hanya terdiri dari
impedansi seri saja yang sama dengan perjumlahan konstanta umum dari tiap seksi
atau sama dengan nB, di mana B adalah konstanta umum dari tiap seksi. Impedansi
seri ekivalen dari tiap seksi tidak berubah dengan pemakaian kapasitor seri, apabila
kapasitor seri itu disisipkan di antara tiap seksi, sedang tiap seksi tetap dikompensasi
sempurnya (kompensasi shunt), Gambar 7-3
Gambar 7-3. Kapasitor seri disisipkan antara dua seksi yang dikompensasi sempurnya
dengan reaktor shunt (n = 2)
Impedansi seri keseluruhan, yaitu impedansi dari seluruh seksi adalah sama dengan jumlah
aljabar dari konstantaB dan kapasitor seri tersebut. Bila jumlah seksi (sama panjang) n, konstanta
umum tiap seksi B, dan kapasitor seri antara dua seksi adalah Csemaka jumlah kapasitor seri adalah
(n – 1), dam impedansi seri ekivalen setelah penyisipan kapasitor seri tiu, adalah :
Dengan pemasangan kapasitor seri itu maka besar daya yang dapat disalurkan,
1. Suatu saluran transmisi fasa tiga, 500 km, 500 KV, melayani beban sebesar 500 MVA dengan
faktor day a 0,95 terbelakang pada tegangan 500 KV. Konstanta umum saluran transmisi adalah:
A = D = 0.82 /1.3°; B = 172/84.2° ohm; C- 0,00193 /90t4° mho. Pada ujung beban dipasang
suatu reaktor shunt sebesar 500 ohm per fasa, dan hanya dipasang selama keadaan tanpa
beban.
(a) Tentukan konstanta ABCD dari reaktor shunt;
(b) Tentukanlah konstanta ABCD dari gabungan seri saluran dan reaktor shunt;
(c) Tentukanlah tegangan pada ujung kirim sebelum pemasangan reaktor shunt;
(d) Tentukanlah pengaturan tegangan sebelum pemasangan reaktor shunt;
(e) Tentukanlah pengaturan tegangan setelah pemasangan reaktor shunt selama keadaan
tanpa beban.
2. Saluran transmisi pada Soal 7-1, tetapi reaktor shunt dipasang tetap.
(a) Tentukanlah tegangan pada ujung kirim setelah pemasangan reaktor shunt;
(b) tentukanlah pengaturan tegangan;
(c) bandingkanlah jawaban Soal 7-2(b) ini dengan jawab-an Soal 7-1 (c). Mana yang lebih
baik reaktor shunt dipasang tetap atau hanya dipasang selama keadaan tanpa beban.
3. Suatu saluran transmisi fasa tiga, 50 Hertz, 220 KV, 300 km, mem-punyai konstanta sebagai
berikut: Z = 0,524 /79.040 ohm/km; Y = 3,173 X 10^/90° mho/km. Beban pada saluran itu adalah
120 MW pada 215 KV dengan faktor daya terbelakang 0,95. Untuk mengurangi arus pengisian
dan membatasi tegangan pada ujung beban selama beban ringan, dipasang reaktor shunt
sebesar 1.000 ohm/fasa. Reaktor shunt itu hanya dipasang selama keadaan tanpa beban.
(a) Tentukanlah tegangan pada ujung kirim dan pengaturan tegangan tanpa reaktor shunt;
(b) Tentukanlah pengaturan tegangan bila reaktor shunt dipasang selama keadaan tanpa
beban. Saluran transmisi dan reaktor shunt direpresentasikan sebagai sirkuit nominal
PI;
(c) Tentukanlah pengaturan tegangan bila reaktor shunt dipasang selama keadaan tanpa
beban
(d) Saluran transmisi dan reaktor shunt direpresentasikan dengan konstanta ABCD-nya
masing-masing.
4. Admitansi shunt suatu saluran transmisi sepanjang 400 km adalah Y = 4,27 X 10-6 mho/km.
Tentukanlah konstanta umum ABCD dari suatu reaktor shunt yang akan memberikan derajat
kompensasi sebesar 50% dari admitansi total saluran.
5. Saluran pada Soal 7-3 di atas akan dikompensasi dengan kapasitor seri.
(a) Tentukanlah besar kapasitor seri dalam Farad/fasa untuk kompensasi sebesar 40%;
(b) Tentukanlah besar daya maksimum, Prmaks sebelum dan sesudah kompensasi seri.
181
BAB VIII
PERENCANAAN SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI
Perencanaan saluran udara tegangan tinggi terdiri dari: (a) Survey, pengukuran dan
pemetaan rute dari saluran; (b) pengujian tanah tempat menara-menara, dan berdasar-kan keadaan
tanah setempat direncanakan fondasi menara; (c) perencanaan dari menara beserta traversnya; (d)
penentuan dari jarak-jarak antara kawat-kawat; (e) pemilihan kawat (konduktor) yang ekonomis; (f)
penentuan jumlah isolator; (g) perhitungan tegangan tarik dan andongan (sag and tension
calculation) dari kawat yang dibentang. Di sini hanya dibicarakan butir-butir d, e.f, dang.
8.1. Penentuan Jarak-Jarak Antara Kawat-Kawat
Di bawah ini diberikan rumus-rumus yang dapat dipergunakan untuk menentukan jarak-jarak
antara kawat-kawat.
8.1.1. Rumus Percy H. Thomas
Percy H. Thomas memberikan rumus untuk menentukan jarak-jarak horisontal antara
kawat-kawat di tengah-tengah gawang sebagai berikut:
δ = C d D/w + A + L/2 ft
di mana:
δ = jarak horisontal antara kawat, ft.
C = suatu faktor pengalaman tergantung dari keadaan angin danbahan = 1 sampai 4 mulai
dari keadaan normal sampai keadaanangin ribut.*)
d = perbandingan andongan (sag) terhadap panjang gawang (jarak antara dua menara
berdekatan) dalam %.
D = diameter luar kawat, inch,
w = berat kawat per satuan panjang, pound per ft.
L = panjang rentangan isolator (insulator string), ft.
A = arcing distance (biasanya diambil 1 ft per 110 KV).
b
a = 0,3 inch perKV + 8 inch
12
di mana,
b = andongan dalam inch.
UN
a =k f + lk + meter
150
di mana,
UN = tegangan kerja dalam KV.
~ 163 ~
f = besar andongan pada temperatur 40°C.
lk =panjang rentengan isolator, meter.
k = konstanta konduktor (untuk ACSR biasanya diambil 0,7).
8.2. Tinggi Kawat di atas Tanah (Ground Clearance)
Menurut Safety Code Formula, tinggi kawat minimum di atas tanah:
20 ft + (KV - 50)0,5" + 0,75(6, maks - b,t kerja)
di mana: btmaks = andongan pada temperatur maksimum
bt, kerja= andongan pada temperatur kerja
8.2.1. Jumlah Isolator
Jumlah isolator standard minimum sesuai dengan tegangan kerja adalah:
Tegangan kerja KV Rata-rata jumlah isolator standard (!) BIL KV
69 5 350
115 8 500
138 9 650
150 11 750
230 15 1.050
(!) Isolator standard: 10" diameter X 5 ¾ " tinggi.
8.2.2. Perhitungan Tegangan Tarik Dan Andongan
Kalau sebuah kawat dibentang antara dua buah titik ikat A dan B, Gambar 8-1 kawat itu
tidak akan mengikuti garis lurus AB, akan tetapi karena beratnya sendiri akan melengkung ke
bawah. Besar lengkungan ini tergantung dari berat dan panjang kawat
Berat kawat akan menimbulkan tegangan tarik σ (kg/mm2) pada penampang kawat Kalau
tegangan tarik kawat ini besar dapat menyebabkan kawat itu putus, atau dapa merusak tiang
pengikat kawat itu. Tegangan tarik tergantung dari berat kawat dai beban-beban lain yang bekerja
pada kawat (angin, es, dan temperatur kawat).
Menurut hukum Stokes, karena adanya tegangan tarik ini, kawat akan bertambah panjang,
tergantung dari modulus elastisitas kawat, E, dan panjang kawat itu sendiri Sedang karena
perubahan-perubahan temperatur yang terjadi sekitar kawat, kawat akai memuai atau menyusut
tergantung dari besarnya perubahan temperatur, koefisien muai kawat dan panjang kawat. Panjang
kawat tergantung dari panjang gawang a(=jarak kedua titik ikat) dan besarnya andongan.
Sebaliknya, andongan tergantung dari panjang kawat, tegangan tarik kawat, dan temperatur kawat,
dan ketiga besaran ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Karena tegangan kerja (KV) kawat umumnya tinggi, andongan kawat yang terlali besar
dapat menimbulkan bahaya bagi objek lain dan pada kawat itu sendiri. Menuru normalisasi yang
berlaku, tinggi kawat di atas tanah berkisar antara 7 sampai 8 meter atau dapat dihitung dari
Persamaan (84).
Jadi, sekarang kita mempunyai dua batasan harga-harga untuk merentangkan suatu kawat,
yaitu: (a) tegangan tarik tidak boleh melebihi tegangan tarik yang diizinkan pada keadaan apapun.
Tegangan tarik maksimum akan terjadi pada temperatur terendah dan ada beban angin; (b) jarak
Gambar 8.1 Sepotong kawat ditumpu pada titik tumpu yang sama tingginya
(ds)2 = (dx)2 + (dy)2
Fd (S sin θ) = G f ds
S sin θ = Gs + C1
Bila, x = 0, dan y = 0, maka sin θ = 0 s=0, maka
.s
Jadi, S sin θ = G
dan S cos θ = C2
atau, S (dx/ds) = C2
pada titik (0,0) dx/ds =1, jadi C2 = S. sebutlah tegangan horisontal = H, maka
S (dx /ds) = H
dy/ds = H/S
dx/ds = C2
atau ds/dx = S/H
maka dy/dx = (G/H)s
tetapi, ds = dx 2 + dy 2
1 + (dx / dy )
2
atau, ds/dx ≈
2 2
jadi, d y/dx = (G/H)
C
sebut dy/dx =p
Persamaan (8-9) adalah persamaan dari lengkung itu dan dinamakan garis rantai (Caternary)
s
Dari persamaan (8-7) dy/dx = (G/H) (8-8)
Maka
S= H cosh (G/H)x
Misalkan lah :
2
q = luas penampang kawat, mm
G a
b = H/G (cosh H 2 - 1 )
a
−1
atau b= C (cosh 2C )
L = 2s = 2 C sinh (a/C)
3
L = 2C [ (a/2C)+ (1/6) (a/2C) + .....]
S = H cosh (a/2C)
a 2G 2
S=H+ 8 H
8.4 Kawat dibentang pada titik tumpu yang tidak sama tinggi
Gambar 8.2 Kawat digantung pada titik tumpu yang tidak sama tinggi.
tinggi, yaitu pada titik A dan B, bila lengkung kawat BA diteruskan sampai ke titik A’ sehingga titik B
dan A’ sama tinggi. Untuk titik A’, dan dari persamaan (8-9)
diperoleh
Besaran-besaran h, a dan C diketahui, sehingga sinh (a’/2C) dapat dicari. Secara pendekatan
1
atau (a’/2C) ≈ (h/2C)
(a / 2C )
2hC
jadi, a’ =
a
Panjang gawang B- A’ :
aE = a + a’ = a + 2 Ch/a
dan andongan:
2 2 3
bE = (aE /8C) + (aE /384C ) + ...
2
bE ≈ aE /8C
a2 + h2
maka bs ≈
8C
a2 + h2
bs
dan bs’ =
a
a2 + h2
1+ (h / a) 2
bs’ =
8C (8.17)
Pengaruh-pengaruh luar terdiri dari: (a) temperatur, (b) tekanan angin, (c) salju (salju tidak
ada di Indonesia, jika tidak diperhitungkan); (d) abu (banyak terdapat di daerah gunung berapi dan
di daerah industri, tetapi pengaruhnya terhadap karakteristik mekanis kecil dan dapat diabaikan).
Misalkan lah :
0-C
lo = Panjang kawan tidak di tegang pada 0
perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan tegangan (stress) dalam kawat sesuai
Tinggi kawat P v
2
Di atas tanah (m) (kg/m ) m/detik
0 – 25 60 31
25 – 60 70 33,5
60 – 100 90 38
100 – 250 115 43
150 – 200 130 43,5
Nilai faktor bentuk f tergantung dari diameter kawat, dan harga-harganya adalah :
Diameter kawat Faktor bentuk, f
Sampai 12 mm 1,2
12 – 16 mm 1,1
γtot = γ 2 + γ w2
a 3 γ tot 2
Ltm = a +
24σ maks.2
a) Tidak ada beban angin:
a3 γ 2
Lt = a +
24σ t 2
b) Ada beban angin :
a 3 γ tot
2
Lt = a +
24σ t 2
Perbedaan panjang kawat pada dua temperatur yang berbeda adalah disebabkan:
(i) Perbedaan temperatur (α); (ii) tegangan yang berbeda (Є).
1) Tidak ada beban angin
a 3γ 2
2
a 3 ytot
= −
24σ maks 2
24 σ t
2
a 3γ tot a 3γ 2
2
Jadi, − = lo (α tm - αt + σmaks/E-σt/E)
24 σ maks 24σ t
2 2
Bila l0 = a, yaitu sama dengan dalam keadaan kawat diletakkan di tanah pada temperatur 00C,
maka:
a 3γ tot a 3γ 2
2
− = (α tm – αt + σmaks./E – σt/E)
24 σ maks 24σ t
2 2
Kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan σt E, dan setelah diatur diperoleh:
σt3 + A σt2 = B
di mana,
a 2γ tot
2
A= E + α E (t − t m ) − σ maks
24 σ maks.
2
a2 y2E
B =
24
Bila a, α, γtot, E, γ, tm, t, dan σmaks. diketahui , maka A dan B dapat dicari, dan selanjutnya σt
dapat di hitung.
2) Ada beban angin
Bila ada beban angin Persamaan (8-26) menjadi,
σt3 + σt2 A’ = B’ (8-29)
dengan
a 2γ tot E
2
A’ = + α E (t − t m ) − σ maks. ( 8-30)
24 σ maks.
2
2
a 2γ tot E γ
2
B =
1
= B (8-31)
24 γ tot
Besar andongan
2 2
b = a /8C = (a γtot)/(8 σt) (8-32)
dan bila tidak ada beban angin
b = (a2γ)/ (8 σt)
a3 a 3γ 2
L=a+ = a +
24 C 2 24 σ 2
L L
Atau =1+
a a
1
Jadi m=1+ (8-35)
24 K 2
Persamaan ( 8-35) dinamakan lengkung panjang gawang (length curve). Lengkung andongan dan
lengkung panjang gawang dapat digambarkan pada satu grafik dengan K sebagai sumbu vertikal
dan λ dan m sebagai sumbu horizontal, Gambar 8-4. Untuk memperoleh grafik yang baik, pemilihan
K, λ dan m harus disesuaikan dengan data dari kawat yang hendak dihitung.
8.6.4. Perhitungan Tegangan dengan Komputer
Perhitungan dengan komputer pada dasarnya adalah pemecahan langsung persamaan (8-26) ata
(8-29). Persamaan (8.26)
2 2
σt + A σt = B
salah satu teknik pemecahan dari persamaan (8-26) adalah dengan metode Newton, Gambar 8-5.
proses ini dapat diteruskan dan akar α akan cepat didekati. Bila harga x n − xn−1 ≤ ε , indeks
persisi, maka xn = α, yaitu akar yang dicari.
V= H /W (8-39)
Dimana,
v= H / W = 2a/T (8-42)
jadi,
4a 2
H= W (8-43)
T2
Dari persamaan (8-41) dan (8-42) diperoleh:
gT 2
b = (meter) (8-44)
32
jika diambil g = 9,81 meter/detik2, maka :
2
b = 0,30656 T meter
jadi dengan mengukur waktu T dapat ditentukan besar andongan b. Waktu T diukur dengan
“stopwatch”.
Mengingat pertimbangan-pertimbangan praktis, waktu yang diukur ialah waktu yang diperlukan oleh
gelombang untuk menempuh kawat yang direntangkan selama tiga kali, jadi waktu diukur sampai
gelombang yang kembali tiba untuk ketiga kali, jadi
2
T'
b = 0,30656
3
b = 0,03406 (T ')2
8.8. Mal andongan (Template)
Mal andongan atau “template” adalah suatu alat yang dibuat dari bahan plastik yang transparan.
Mal andongan ini mempunyai tiga buah lengkungan, dan lengkungan ini menggambarkan
persamaan garis rantai. Lengkung yang paling atas menyatakan garis kawat (conductor line),
lengkung kedua garis tanah (ground clearance line) dan yang ketiga garis kaki menara (tower
footing line). Mal andongan ini penting untuk menentukan letak-letak tiang/menara dan tinggi
a2
ba = baeq ×
(aeq )2
8.8.1. Penampang kawat optimum
Untuk menentukan penampang kawat yang optimum harus diperhatikan faktor-faktor seperti:
biaya yang ekonomis, kapasitas hantar kawat (faktor termis), pengaturan tegangan, dan kuat
tarik dari kawat. Biaya kawat (tidak termasuk biaya menara, tanah, dan lain-lain) dapat
dinyatakan dalam persamaan:
C = K + C1 + C2 (8-46)
Di mana,
C = jumlah biaya tahunan
K = biaya tetap tahunan
C1= biaya tahunan yang sebanding dengan penampang kawat
C2= biaya tahunan dan rugi-rugi daya
I 2R I 2 pL
= Kw
1.000 1.000 A
Dimana,
ρ = ohm per CM-foot = 10,6 untuk tembaga
Rugi-rugi energi (KWH):
I ρL
2
Kwh = KWmaks . × C f = m Cf
1.000 A
Dimana,
I m = arus maksimum
C f = 9 + 0,8459 K
K = faktor beban tahunan dalam prosen.
Biaya tahunan rugi-rugi daya,
(
C2 = I m ρLC f
2
) (1.000 A)× C e
(
C = K + wLACc F + I m ρLC f
2
) (1.000 A)
Turunan pertama da C terhadap A,
(
dC dA = wLACc F − I m ρLC f
2
) (1.000 A) = 0
Jadi penampang kawat optimum,
C f Ce
A = Im (8-47)
1.000 wCc F
Untuk kawat tembag,
C f Ce
A = 59 I m (8-48)
Ce F
Untuk ACSR, dihitung terlebih dahulu penampang tembaga yang optimum, dan dari tabel dapat
dicari penampang ACSR yang ekuivalen dengan tembaga tersebut.
Arismunandar A, S.,Kuwahara, 1979., Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, jilid II,
PT. Pradnya Paramita Jakarta
Jhon J. Graner, William D. Stevenson.Jr., 1994., Power System Analysis., McGraw Hill.,
Inc.
Nagrath. I.J., Khotari., 1980., Hand Book for Electrical engineers., Tata Mc Graw Hill
Stevensen W.D.jr., 1984., Analisis Sistem Tenaga Listrik edisi ke empat., Erlangga.,
Jakarta..
Turan Gonen., 1988., Electric Power Transmission System Engineering, analysis and
design., A willey-Interscience Publication.
~ 179 ~
180 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TABEL A.1. KARATERISTIK LISTRIK DARI KONDUKTOR ALUMINIUM BERINTI KAWAT BAJA (ACSR)(*)
806 1.590.000 54/19 3 3,9243 1,5850 1.389 0,0365 0,0367 0,0401 0,0419 0,2604 0,2249
765 1.510.500 54/19 3 3,8252 1,5453 1.340 0,0384 0,0386 0,0423 0,0441 0,2620 0,2263
725 1.431.000 54/19 3 3,7211 1,5027 1.300 0,0405 0,0407 0,0446 0,0466 0,2637 0,2279
685 1.351.000 54/19 3 3,6170 1,4600 1.250 0,0429 0,0431 0,0473 0,0492 0,2656 0,2295
644 1.272.000 54/19 3 3,5103 1,4173 1.200 0,0456 0,0458 0,0502 0,0522 0,2674 0,2312
604 1.192.500 54/19 3 3,3985 1,3716 1.160 0,0487 0,0489 0,0536 0,0556 0,2695 0,2331
564 1.113.000 54/19 3 3,2842 1,3259 1.110 0,0521 0,0523 0,0574 0,0595 0,2716 0,2350
523 1.013.000 54/7 3 3,1648 1,2802 1.060 0,0561 0,0564 0,0618 0,0637 0,2738 0,2372
483 954.000 54/7 3 3,0378 1,2283 1.010 0,0608 0,0610 0,0670 0,0733 0,2764 0,2395
456 900.000 54/7 3 2,9515 1,1918 970 0,0646 0,0646 0,0712 0,0730 0,2783 0,2412
443 874.000 54/7 3 2,9108 1,1765 950 0,0665 0,0665 0,0732 0,0757 0,2791 0,2419
403 795.000 54/7 3 2,7762 1,1217 900 0,0727 0,0733 0,0800 0,0844 0,2821 0,2447
403 795.000 26/7 2 2,8143 1,1430 900 0,0727 0,0727 0,0800 0,0800 0,2809 0,2439
403 795.000 30/19 2 2,8956 1,1979 910 0,0727 0,0727 0,0800 0,0800 0,2780 0,2422
363 715.000 54/7 3 2,6314 1,0637 830 0,0814 0,0814 0,0884 0,0896 0,2854 0,2477
363 715.000 26/7 2 2,6695 1,0820 840 0,0814 0,0814 0,0884 0,0896 0,2844 0,2469
363 715.000 30/19 2 2,7457 1,1339 840 0,0814 0,0814 0,0884 0,0896 0,2814 0,2453
337 666.600 54/7 3 2,5400 1,0272 800 0,0870 0,0870 0,0958 0,0989 0,2876 0,2497
322 636.000 54/7 3 2,4816 1,0028 770 0,0914 0,0914 0,1006 0,1006 0,2892 0,2511
322 636.000 26/7 2 2,5146 1,0201 780 0,0914 0,0914 0,1006 0,1006 0,2880 0,2503
322 636.000 30/19 2 2,5883 1,0698 780 0,0914 0,0914 0,1006 0,1006 0,2851 0,2487
307 605.000 54/7 3 2,4206 0,9784 750 0,0957 0,0963 0,1053 0,1091 0,2907 0,2525
307 605.000 26/7 2 2,4536 1,9967 760 0,0957 0,0957 0,1057 0,1069 0,2895 0,2517
282 556.600 26/7 2 2,3546 1,9540 730 0,1044 0,1044 0,1149 0,1155 0,2923 0,2541
282 556.500 30/7 2 2,4206 0,9997 730 0,1044 0,1044 0,1149 0,1155 0,2893 0,2525
253 500.000 30/7 2 2,2962 0,9479 690 0,1162 0,1162 0,1280 0,1280 0,2927 0,2555
242 477.000 26/7 2 2,1793 0,8839 670 0,1218 0,1218 0,1342 0,1342 0,2971 0,2585
242 477.000 30/7 2 2,2428 0,9266 670 0,1218 0,1218 0,1342 0,1342 0,2941 0,2569
201 397.500 26/7 2 1,9888 0,8077 590 0,1461 0,1461 0,1610 0,1610 0,3027 0,2637
201 397.500 30/7 2 2,0472 0,8473 600 0,1461 0,1461 0,1610 0,1610 0,2997 0,2621
170 336.400 26/7 2 1,8313 0,7437 530 0,1728 0,1728 0,1902 0,1902 0,3079 0,2685
170 336.400 30/7 2 1,8821 0,7772 530 0,1728 0,1728 0,1902 0,1902 0,3052 0,2669
152 300.000 26/7 2 1,7272 0,7010 490 0,1933 0,1933 0,2125 0,2125 0,3116 0,2718
152 300.000 30/7 2 1,7780 0,7315 500 0,1933 0,1933 0,2125 0,2125 0,3090 0,2701
135 266.800 26/7 2 1,6307 0,6614 460 0,2175 0,2175 0,2393 0,2393 0,3153 0,2751
135 266.800 6/7 1 1,6078 0,2085 460 0,2181 0,2181 0,2399 0,3170 0,3878 0,2759
106 4/0 6/1 1 1,4300 0,2481 340 0,2741 0,2759 0,3014 0,3524 0,3769 0,2826
84 3/0 6/1 1 1,2751 0,1829 300 0,3455 0,3474 0,3804 0,4332 0,3961 0,2892
67 2/0 6/1 1 1,1354 0,1554 270 0,4363 0,4375 0,4804 0,5382 0,4063 0,2958
53 1/0 6/1 1 1,0109 0,1359 230 0,5500 0,5513 0,6053 0,6712 0,4147 0,3024
42 1 6/1 1 0,9017 0,1274 200 0,6961 0,6961 0,7644 0,8328 0,4188 0,3090
33 2 6/1 1 0,8026 0,1274 180 0,8763 0,8763 0,9633 1,0317 0,4188 0,3156
33 2 7/1 1 0,8255 0,1536 180 0,8763 0,8763 0,9633 1,0068 0,4070 0,3140
26 3 6/1 1 0,7137 0,1311 160 1,1062 1,1062 1,2119 1,2679 0,4170 0,3224
21 4 6/1 1 0,6350 0,1332 140 1,3922 1,3922 1,5351 1,5786 0,4160 0,3290
21 4 7/1 1 0,6528 0,1378 140 1,3922 1,3922 1,5351 1,5724 0,4139 0,3275
17 5 6/1 1 0,5664 0,1268 120 1,7526 1,7526 1,9267 1,9267 0,4191 0,3356
13 6 6/1 1 0,5029 0,1201 100 2,2125 2,2125 2,4363 2,4674 0,4225 0,3424
Catatan : (*) Diambil dari Referensi 7 dan diubah dalam sistem matriks.
TABEL A.2. KOMPONEN JARAK DARI REAKTANSI INDUKTIF. OHM/KM (50 Hz)
Meter Jarak Pemisah dalam Meter
.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00
.00 - .0000 -0000 -0436 -0690 -0871 -1011 -1126 -1223 -1307 -1381 -1447 -1507 -1561 -1612
.02 - .2458 -0012 -0442 -0694 -0874 -1014 -1128 -1224 -1308 -1382 -1448 -1508 -1562 -1613
.04 - .2022 -0025 -0448 -0699 -0877 -1016 -1130 -1226 -1310 -1383 -1449 -1509 -1563 -1613
.06 - .1768 -0037 -0454 -0703 -0880 -1019 -1132 -1228 -1311 -1385 -1450 -1510 -1564 -1614
.08 - .1587 -0048 -0460 -0707 -0883 -1021 -1134 -1230 -1313 -1386 -1452 -1511 -1565 -1615
.10 - .1447 -0060 -0466 -0711 -0887 -1024 -1136 -1232 -1314 -1387 -1453 -1512 -1566 -1616
.12 - .1332 -0071 -0472 -0715 -0890 -1026 -1138 -1233 -1316 -1389 -1454 -1513 -1568 -1617
.14 - .1235 -0082 -0478 -0719 -0893 -1029 -1140 -1235 -1317 -1390 -1455 -1515 -1569 -1618
.16 - .1151 -0093 -0484 -0723 -0896 -1031 -1142 -1237 -1319 -1392 -1457 -1516 -1570 -1619
.18 - .1077 -0104 -0490 -0727 -0899 -1033 -1144 -1239 -1320 -1393 -1458 -1517 -1571 -1620
.20 - .1011 -0115 -0495 -0731 -0902 -1036 -1146 -1240 -1322 -1394 -1459 -1518 -1572 -1621
.22 - .0951 -0125 -0501 -0735 -0905 -1038 -1148 -1242 -1324 -1396 -1460 -1519 -1573 -1622
.24 - .0897 -0135 -0507 -0739 -0908 -1041 -1150 -1244 -1325 -1397 -1462 -1520 -1574 -1623 Xd’ = 0,14467 log d
.26 - .0846 -0145 -0512 -0742 -0911 -1043 -1152 -1246 -1327 -1398 -1463 -1521 -1575 -1624 ohm-km
.28 - .0800 -0155 -0518 -0746 -0914 -1045 -1154 -1247 -1328 -1400 -1464 -1522 -1576 -1625
D = jarak pemisah dalam meter
.30 - .0756 -0165 -0523 -0750 -0916 -1048 -1156 -1249 -1330 -1401 -1465 -1523 -1577 -1626
.32 - .0716 -0174 -0529 -0754 -0919 -1050 -1158 -1251 -1331 -1402 -1466 -1525 -1578 -1627
.34 - .0678 -0184 -0534 -0758 -0922 -1053 -1160 -1252 -1333 -1404 -1468 -1526 -1579 -1628
.36 - .0642 -0193 -0539 -0761 -0925 -1055 -1162 -1254 -1334 -1405 -1469 -1527 -1580 -1629
.38 - .0608 -0202 -0545 -0765 -0928 -1057 -1164 -1256 -1336 -1406 -1470 -1528 -1581 -1630
.40 - .0576 -0211 -0550 -0769 -0931 -1060 -1166 -1258 -1337 -1408 -1471 -1529 -1582 -1631
.42 - .0545 -0220 -0555 -0773 -0934 -1062 -1168 -1259 -1339 -1409 -1473 -1530 -1583 -1632
.44 - .0516 -0229 -0560 -0776 -0937 -1064 -1170 -1261 -1340 -1410 -1474 -1531 -1584 -1632
.46 - .0488 -0238 -0566 -0780 -0939 -1066 -1172 -1263 -1342 -1412 -1475 -1532 -1585 -1633
.48 - .0461 -0246 -0571 -0784 -0942 -1069 -1174 -1264 -1343 -1413 -1476 -1533 -1586 -1634
.50 - .0436 -0255 -0576 -0787 -0945 -1071 -1176 -1266 -1345 -1414 -1477 -1535 -1587 -1635
.52 - .0411 -0263 -0581 -0791 -0948 -1073 -1178 -1268 -1346 -1416 -1479 -1536 -1588 -1636
.54 - .0387 -0271 -0586 -0794 -0951 -1076 -1180 -1269 -1348 -1417 -1480 -1537 -1589 -1637
.56 - .0364 -0279 -0591 -0798 -0953 -1078 -1182 -1271 -1349 -1418 -1481 -1538 -1590 -1638
.58 - .0342 -0287 -0595 -0801 -0956 -1080 -1184 -1273 -1350 -1420 -1482 -1539 -1591 -1639
.60 - .0321 -0295 -0600 -0805 -0959 -1082 -1186 -1274 -1352 -1421 -1483 -1540 -1592 -1640
.62 - .0300 -0303 -0605 -0808 -096 2 -1085 -1188 -1276 -1353 -1422 -1484 -1541 -1593 -1641
.64 - .0280 -0311 -0610 -0812 -0964 -1087 -1189 -1278 -1355 -1424 -1486 -1542 -1594 -1642
.66 - .0261 -0318 -0615 -0815 -0967 -1089 -1191 -1279 -1356 -1425 -1487 -1543 -1595 -1643
.68 - .0242 -0326 -0619 -0819 -0970 -1091 -1193 -1281 -1358 -1426 -1488 -1544 -1596 -1644
.70 - .0224 -0333 -0624 -0822 -0972 -1094 -1195 -1282 -1359 -1428 -1489 -1545 -1597 -1644
.72 - .0206 -0341 -0629 -0825 -0975 -1096 -1197 -1284 -1361 -1429 -1490 -1546 -1598 -1645
.74 - .0189 -0348 -0633 -0829 -0978 -1098 -1199 -1286 -1362 -1430 -1492 -1547 -1599 -1646
.76 - .0172 -0355 -0638 -0832 -0980 -1100 -1201 -1287 -1364 -1431 -1493 -1549 -1600 -1647
.78 - .0156 -0362 -0642 -0835 -0983 -1102 -1203 -1289 -1365 -1433 -1494 -1550 -1601 -1648
.80 - .0140 -0369 -0647 -0839 -0986 -1104 -1204 -1291 -1366 -1434 -1495 -1551 -1602 -1649
.82 - .0125 -0376 -0651 -0842 -0988 -1107 -1206 -1292 -1368 -1435 -1496 -1552 -1603 -1650
.84 - .0110 -0383 -0656 -0845 -0991 -1109 -1208 -1294 -1369 -1437 -1497 -1553 -1604 -1651
.86 - .0095 -0390 -0660 -0849 -0993 -1111 -1210 -1295 -1371 -1438 -1499 -1554 -1605 -1652
.88 - .0080 -0397 -0665 -0852 -0996 -1113 -1212 -1297 -1372 -1439 -1500 -1555 -1606 -1653
.90 - .0066 -0403 -0669 -0855 -0999 -1115 -1214 -1299 -1373 -1440 -1501 -1556 -1607 -1654
.92 - .0052 -0410 -0673 -0858 -1001 -1117 -1215 -1300 -1375 -1442 -1502 -1557 -1608 -1655
.94 - .0039 -0416 -0678 -0862 -1004 -1119 -1217 -1302 -1376 -1443 -1503 -1558 -1609 -1655
.96 - .0026 -0423 -0682 -0865 -1006 -1122 -1219 -1303 -1378 -1444 -1504 -1559 -1610 -1656
.98 - .0039 -0429 -0686 -0868 -1009 -1124 -1221 -1305 -1379 -1445 -1505 -1560 -1611 -1657
.
TABEL A.3. KOMPONEN JARAK DARI REAKTANSI KAPASITIF, MEGA OHM-KM (50 Hz)
Meter Jarak Pemisah dalam Meter
.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00
.00 - .0000 -0000 -0396 -0628 -0793 -0921 -1025 -1113 -1189 -1257 -1317 -1372 -1421 -1467
.02 - .2238 -0011 -0402 -0632 -0796 -0923 -1027 -1115 -1191 -1258 -1318 -1373 -1422 -1468
.04 - .1841 -0022 -0408 -0636 -0799 -0925 -1029 -1116 -1192 -1259 -1319 -1374 -1423 -1469
.06 - .1609 -0033 -0413 -0640 -0801 -0927 -1031 -1118 -1194 -1261 -1320 -1375 -1424 -1470
.08 - .1445 -0044 -0419 -0643 -0804 -0930 -1032 -1119 -1195 -1262 -1322 -1376 -1425 -1471
.10 - .1317 -0055 -0424 -0647 -0807 -0932 -1034 -1121 -1196 -1263 -1323 -1377 -1426 -1471
.12 - .1213 -0065 -0430 -0651 -0810 -0934 -1036 -1123 -1198 -1264 -1324 -1378 -1427 -1472
.14 - .1125 -0075 -0435 -0654 -0813 -0936 -1038 -1124 -1199 -1266 -1325 -1379 -1428 -1473
.16 - .1048 -0085 -0440 -0658 -0815 -0939 -1040 -1126 -1201 -1267 -1326 -1380 -1429 -1474
.18 - .0981 -0095 -0446 -0662 -0818 -0941 -1042 -1128 -1202 -1268 -1327 -1381 -1430 -1475
.20 - .0921 -0104 -0451 -0665 -0821 -0943 -1044 -1129 -1203 -1269 -1328 -1382 -1431 -1476
.22 - .0866 -0114 -0456 -0669 -0824 -0945 -1045 -1131 -1205 -1271 -1329 -1383 -1432 -1477
.24 - .0816 -0123 -0461 -0672 -0826 -0947 -1047 -1132 -1206 -1272 -1331 -1384 -1433 -1478
.26 - .0770 -0132 -0466 -0676 -0829 -0950 -1049 -1134 -1208 -1273 -1332 -1385 -1434 -1478 Xd’ = 0,1317 log d
.28 - .0728 -0141 -0471 -0679 -0832 -0952 -1051 -1135 -1209 -1274 -1333 -1386 -1434 -1479 Mega ohm-km
.30 - .0689 -0150 -0476 -0683 -0834 -0954 -1053 -1137 -1210 -1275 -1334 -1387 -1435 -1480
.32 - .0652 -0159 -0481 -0686 -0837 -0956 -1055 -1139 -1212 -1277 -1335 -1388 -1436 -1481 D = jarak pemisah dalam meter
.34 - .0617 -0167 -0486 -0690 -0840 -0958 -1056 -1140 -1213 -1278 -1336 -1389 -1437 -1482
.36 - .0584 -0176 -0491 -0693 -0842 -0960 -1058 -1142 -1215 -1279 -1337 -1390 -1438 -1483
.38 - .0553 -0184 -0496 -0697 -0845 -0962 -1060 -1143 -1216 -1280 -1338 -1391 -1439 -1484
.40 - .0524 -0192 -0501 -0700 -0847 -0965 -1062 -1145 -1217 -1282 -1339 -1392 -1440 -1484
.42 - .0496 -0201 -0505 -0703 -0850 -0967 -1064 -1146 -1219 -1283 -1341 -1393 -1441 -1485
.44 - .0470 -0209 -0510 -0707 -0853 -0969 -1065 -1148 -1220 -1284 -1342 -1394 -1442 -1486
.46 - .0444 -0216 -0515 -0710 -0855 -0971 -1067 -1149 -1221 -1285 -1343 -1395 -1443 -1487
.48 - .0420 -0224 -0519 -0713 -0858 -0973 -1069 -1151 -1223 -1286 -1344 -1396 -1444 -1488
.50 - .0396 -0232 -0524 -0717 -0860 -0975 -1071 -1152 -1224 -1288 -1345 -1397 -1445 -1489
.52 - .0374 -0239 -0529 -0720 -0863 -0977 -1072 -1154 -1225 -1289 -1346 -1398 -1446 -1489
.54 - .0352 -0247 -0533 -0723 -0865 -0979 -1074 -1155 -1227 -1290 -1347 -1399 -1446 -1490
.56 - .0332 -0254 -0538 -0726 -0868 -0981 -1076 -1157 -1228 -1291 -1348 -1400 -1447 -1491
.58 - .0312 -0262 -0542 -0729 -0870 -0983 -1078 -1159 -1229 -1292 -1349 -1401 -1448 -1492
.60 - .0292 -0269 -0547 -0733 -0873 -0985 -1079 -1160 -1231 -1294 -1350 -1402 -1449 -1493
.62 - .0273 -0276 -0551 -0736 -0875 -0987 -1081 -1162 -1232 -1295 -1351 -1403 -1450 -1494
.64 - .0255 -0283 -0555 -0739 -0878 -0989 -1083 -1163 -1233 -1296 -1352 -1404 -1451 -1495
.66 - .0238 -0290 -0560 -0742 -0880 -0991 -1085 -1165 -1235 -1297 -1354 -1405 -1452 -1495
.68 - .0221 -0297 -0564 -0745 -0883 -0993 -1086 -1166 -1236 -1298 -1355 -1406 -1453 -1496
.70 - .0204 -0304 -0568 -0748 -0885 -0995 -1088 -1168 -1237 -1300 -1356 -1407 -1454 -1497
.72 - .0188 -0310 -0572 -0751 -0888 -0997 -1090 -1169 -1239 -1301 -1357 -1408 -1455 -1498
.74 - .0172 -0317 -0577 -0754 -0890 -0999 -1091 -1170 -1240 -1302 -1358 -1409 -1456 -1499
.76 - .0157 -0323 -0581 -0758 -0892 -1001 -1093 -1172 -1241 -1303 -1359 -1410 -1456 -1500
.78 - .0142 -0330 -0585 -0761 -0895 -1003 -1095 -1173 -1243 -1304 -1360 -1411 -1457 -1500
.80 - .0128 -0336 -0589 -0764 -0897 -1005 -1096 -1175 -1244 -1305 -1361 -1412 -1458 -1501
.82 - .0114 -0343 -0593 -0767 -0900 -1007 -1098 -1176 -1245 -1307 -1362 -1413 -1459 -1502
.84 - .0100 -0349 -0597 -0770 -0902 -1009 -1100 -1178 -1246 -1308 -1363 -1414 -1460 -1503
.86 - .0086 -0355 -0601 -0773 -0904 -1011 -1101 -1179 -1248 -1309 -1364 -1415 -1461 -1504
.88 - .0073 -0361 -0605 -0775 -0907 -1013 -1103 -1181 -1249 -1310 -1365 -1416 -1462 -1505
.90 - .0060 -0367 -0609 -0778 -0909 -1015 -1105 -1182 -1250 -1311 -1366 -1416 -1463 -1505
.92 - .0048 -0373 -0613 -0781 -0911 -1017 -1106 -1184 -1252 -1312 -1367 -1417 -1464 -1506
.94 - .0035 -0379 -0617 -0784 -0914 -1019 -1108 -1185 -1253 -1314 -1368 -1418 -1464 -1507
.96 - .0023 -0385 -0621 -0787 -0916 -1021 -1110 -1187 -1254 -1315 -1369 -1419 -1465 -1508
.98 - .0012 -0391 -0625 -0790 -0918 -1023 -1111 -1188 -1255 -1316 -1370 -1420 -1466 -1509