Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PERUSAHAAN INDUK

DENGAN ANAK PERUSAHAAN


(Studi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) dengan PT. Pamina Adolina)

Sofwan Tambunan,
Syafruddin Kalo, Sunarmi,
Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Abstrak
The regulation of legal relations between the holding company and its
subsidiaries in limited liability company law in Indonesia still uses the principle of a
single company, but in reality the economic activities carried out by the subsidiary and
the holding company are synergistic activities. This research discusses legal issues
between the holding company and its subsidiaries, namely how is the legal construction
of group company arrangements in Indonesia, what are the responsibilities of the
holding company as the majority shareholder in a subsidiary company, what are the
responsibilities of PTPN IV (Persero) as the holding company of the majority
shareholder in PT . Pamina Adolina as a subsidiary.
This is a normative juridical research that is descriptive analytical. Sources of
data come from primary, secondary and tertiary data collected by library research.
Analysis of the data is carried out using a qualitative analysis with a deductive
approach. The research results explain that the legal construction of group company
arrangements in Indonesia based on Law No. 40 of 2007 still maintains juridical
recognition of the legal entity status of the holding company and its subsidiaries as
independent legal subjects, even though there is a link between holding company and its
subsidiaries. Based on this approach, the regulatory framework for group companies in
Indonesia uses a single company approach
Keyword: holding company, subsidiaries

I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan peran tersebut juga merupakan bagian reformasi BUMN yang
mengarahkan semua BUMN ditransformasikan menjadi perusahaan berdaya saing dan
berdaya cipta tinggi lewat proses refocusing. Tujuan lainnya adalah agar sebagian BUMN
dapat dijadikan sebagai perusahaan multinasional Indonesia yang mampu bersaing, baik
di pasar sub-regional (Association of Southeast Asian Nations/ ASEAN)) dan kemudian
meningkat di pasar kawasan regional (kawasan Asia-Pacific Economic
Cooperationl/APEC).1
Demikian halnya secara khusus keberadaan Badan Usaha Milik Negara yang telah
berbadan hukum Perseroan Terbatas memiiiki beberapa tujuan untuk meningkatkan
kemampuan daya saing perusahaan dengan tujuan mengeiar untung, seperti termaktub
dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara yang berbunyi:
Maksud dan tujuan pendirian BUMN adalah :
a. memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;
b. mengejar keuntungan;
c. menyelenggarakan kemanfaatan umum beruna penyediaan barang dan/atau jasa
yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak;
d. menjadi perintis kegiatan kegatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi;
e. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.
Berdasarkan pasal tersebut banyak perseroan BUMN yang berusaha
mengembangkan perusahaannya dengan membentuk unit-unit usaha baru dengan
mendiversifikasikan jenis usahanya, yang secara horizontal akan membutuhkan lembaga-
1
Sri Redjeki Hartono, Beberapa Aspek Tentang Permodalan Perseroan Terhatas; Kapita
Selekta Hukum Perusahaan. Bandung. Mandar Madju, 2000, hlm. 1.
lembaga baru untuk payung hukum perusahaan tersebut, sehingga pada beberapa BUMN
bahkan mampu membentuk beberapa perseroan lainnya, sebagai anak perusahaannya.
Banyak anak perusahaan yang dibentuk oleh perusahaan induk yang tidak lain
adalah untuk meningkatkan nilai (value) perusahaan induk, dan untuk mendapatkan
revenue yang sebesar-besarnya. Anak perusahaan dalam hal ini merupakan perusahaan-
perusahaan yang dikendalikan secara langsung dan mayoritas sahamnya dimiliki oleh
perusahaan induk dan merupakan kepanjangan tangan (strategic operating arm/arm
length) perusahaan induk dan anak perusahaan berperan melaksanakan kegiatan operasi
di bidang usaha sesuai sasaran yang telah ditetapkan dengan mengacu kepada strategi
dan sasaran perusahaan induk.
Dengan demikian sebagai induk perusahaan dari anak perusahaan mempunyai
kewenangan dalam pengembangan kebijakan dan bisnis strategis dan melakukan
pengawasan atas aspek operasional bisnis anak perusahaan. Dalam Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), jika anak perusahaan
melakukan perbuatan yang mengharuskan bertanggung jawab secara hukum, induk
perusahaan akan ikut bertanggung jawab sejauh tidak menyimpang dari tugas yang
seharusnya dilakukan oleh perusahaannya. Kecuali misalnya direksi pada anak
perusahaannya telah bertindak melebihi dari kekuasaan yang diberikan kepadanya.
Seberapa jauh kekuasaan diberikan kepadanya, dapat dilihat dalam anggaran dasar
perusahaan yang bersangkutan. Biasanya dalam bagian "Kepengurusan" dan bagian
“Tugas dan Wewenang Direksi”. Apabila direktur bertindak melampaui wewenang yang
diberikan kepadanya tersebut, maka direktur tersebut bertanggung jawab secara pribadi.
Jika perusahaan yang bersangkutan jatuh pailit, maka beban tanggung jawab tidak cukup
ditampung oleh harus perusahaan (harus pailit), maka direksipun ikut bertanggung
jawab secara renteng.
UUPT menyiratkan bahwa terhadap pelaku bisnis telah dibuat rambu-rambu yang
jelas agar tidak dilanggar serta berdampak pada pihak luar (pihak ketiga) dalam
mengantisipasi dampak dari ekscs negatif jalannya perusahaan (Badan Hukum) tersebut,
terutama akibat perbuatan Badan Hukum yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak
lain. Sccara Hukum Perusahaan angota group tidak ada kaitannya dengan hak dan
kewajiban keluar dari Perusahaan satu sama lain, akan tetapi Perusahaan-Perusahaan
yang berada dalam perusahaan group dimiliki oleh pemilik modal yang sama sehingga
dapat dikatakan sebagai satu kesatuan kelompok kegiatan ekonomi. Meskipun dari sudut
kegiatan ekonomi perusahaan dalam group merupakan satu kesatuan, namun dari segi
yuridis masing-masing perusahaan anggota group tersebut mempunyai karakteristik
tersendiri, yaitu bahwa masing-masing Perusahaan yang bergabung dalam Perusahaan
group adalah merupakan Badan-Badan Hukum yang berdiri sendiri.
Badan Usaha Milik Negara Perusahaan Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang
memiliki sumberdaya manusia sebanyak 27.222 (dua puluh tujuh ribu dua ratus dua
puluh dua) orang terdiri dari pendidikan Sekolah dasar hingga strata-3, serta didukung
luas lahan perkebunan pada tahun 2011 seluas 175.277 (seratus tujuh puluh lima ribu dua
ratus tujuh puluh tujuh) hektar dengan produk utama kelapa sawit, teh dan kakao. 2
Perusahaan Perkebunan Nusantara IV (Persero) tersebar pada 8 wilayah kabupaten
Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Simalungun, Serdang Bedagai, Asahan,
Labuhan Batu, Toba Samosir, Tapanuli Selatan, dan Kota Medan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dirumuskan
permasalahan scbagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaturan hubungan antara induk perusahaan dengan anak
perusahaan di Indonesia.
2. Bagaimanakah tanggung jawab hukum anak perusahaan terhadap induk
perusahaan.
3. Bagaimanakah pelaksanaan hubungan hukum antara induk perusahan dengan
anak perusahaan pada PTPN IV (Persero) dengan PT. Pamina Adolina.

C. Tujuan Penelitian

2
Laporan Tahunan PTPN IV 2011. Hal. 36, 48
Dengan mengacu kepada prinsip penelitian adalah kegiatan akademis/ilmiah,
maka berbagai data dikumpulkan dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif sehingga mampu memberikan gambaran dan infonnasi yang jelas dan
tepat. Adapun tujuan penelitian adalah scbagai berikut:
1. Mengetahui pengaturan hubungan antara induk perusahaan dengan anak
perusahaan di Indonesia.
2. Mengkaji tanggung jawab hukum anak perusahaan terhadap induk
perusahaan.
3. Mengkaji pelaksanaan hubungan hukum antara induk perusahan dengan anak
perusahaan pada PTPN IV (Persero) dengan PT. Pamina Adolina.
4.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian akan diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis:
a. Diketahuinya peraturan yang berlaku di Indonesia dalam
mengaturhubunganantara perusahaan induk dengan anak perusahaan.
b. Diketahuinya tanggung jawab hukum anak perusahaan terhadap induk
perusahaan. c. Diketahuinya hubungan hukum antara induk perusahan
dengan anak perusahaan pada PTPN IV (Persero) dengan PT Pamina Adolina.
2. Secara praktis
a. Bagi policy maker, sebagai masukan dan informasi untuk membuat
kebijakan/peraturan di masa depan.
b. Bagi investor untuk memberikan informasi tentang peraturan tentang
hubungan antara induk perusahaan dengan anak perusahaan dan tanggung
jawab hukum anak perusahaan terhadap induk perusahaan.
c. Bagi masyarakat sebagai masukan informasi tentang hubungan antara induk
perusahaan dengan anak perusahaan. tanggung jawab hukum dan hubungan
hukum anak perusahaan terhadap induk perusahaan.

II. Kerangka Teori


Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori sebagai berikut:
1. Teori tanggung jawab dan perikatan yang akan melihat sejauh mana hubungan
dan tanggung jawab antara perusahaan induk dengan anak perusahaan.
2. Teori terbatas menurut hukum Indonesia yang didirikan berdasarkan perjajian
antara 2 orang atau lebih untuk melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham-saham.
3. Teori saham, Seorang investor akan membeli saham dengan harga tinggi, jika
suatu perusahaan telah menerapkan prinsip good corporate governance secara
baik dengan demikian prinsip good corporate governance ini sudah menjadi
suatu kebutuhan penting untuk keberhasilan perusahaan.

III. Pembahasan
A. Pengaturan Hubungan Antara Induk Perusahaan Dengan Anak
Perusahaan Di Indonesia
lstilah perseroan terbatas terdiri dari dua kata yaitu perseroan dan terbatas
dimana merujuk pada modal yang terdiri dari sero atau saham dan merujuk pada
tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal saham
yang dimilikinya. Istilah perseroan terbatas yang digunakan di Indonesia mengawinkan
antara sebutan yang digunakan hukum Lnggris dan hukum Jerman. Dimana di satu
pihak ditampilkan segi sero atau sahamnya, tetapi sekaligus disisi lain juga ditampilkan
segi tanggung jawabnya yang terbatas.3
Definisi otentik perseroan terbatas ditemukan dalam Pasal 1 angka 1 UU No.
40/2007. Pasal ini menyebutkan bahwa “perseroan terbatas, yang selanjutnya disebut
perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
3
Tri Juliyanto, Analisis Yuridis Penerapan Charger Hubungan Korporasi dengas dan
Antar Anak Perusahaan. Tesis, Fakultas Hukum Universitas Indonesia Program Studi Magister
Kenotariatan, Depok, 2011, hlm. 44.
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang
ini serta peraturan pelaksanaannya perseroan terbatas merupakan badan hokum”. Dari
definisi itu dapat ditarik unsur-unsur yang melekat pada perseroan terbatas, yakni:
1. Perseroan terbatas adalah badan hukum;
2. Perseroan terbatas adalah persekutuan modal;
3. Didirikan berdasarkan perjanjian;
4. Melakukan kegiatan usaha;
5. Modalnya terdiri dari saharn-saham.
Setiap bentuk organisasi mempunyai cam tersendiri untuk mendelegasikan
kewenangan dan kekuasaan manajemen. Dalam limited partnership dan common law
private trust biasanya memberikan hak penguasaan secara penuh kepada general
partner atau trustee dan hal ini tidak digantikan kepada orang lain tanpa adanya alasan
yang jelas. Sebaliknya, hukum perusahaan biasanya memberikan kewenangan atas
urusan perusahaan kepada dewan direksi atau organ yang sejenis yang dipilih secara
periodik oleh pemegang saham perusahaan. Dengan demikian, kewenangan pembuatan
keputusan perusahaan berada ditangan direksi yang memiliki empat ciri khas.4
1. Direksi dipisahkan dan manajer operasional perusahaan;
2. Dewan secara formal berbeda dan pemegang saham perusahaan;
3. Dewar, perusahaan itu dipilih oleh pemegang saham pemsahaan;
4. Dewan biasanya mempunyai anggota yang besar.
Perusahaan Induk sering juga disebut dengan Holding Company, parent
company, atau Controlling Company. Perusahaan induk adalah suatu perusahaan yang
bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau
mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut. Biasanya (walaupun tidak
selamanya), suatu perusahaan induk memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam
bidang-bidang bisnis yang sangat berbeda-beda.5
Proses pembentukan perusahaan induk dapat dilakukan dengan tiga
prosedur,yaitu : (1) Prosedur residu, (2) Prosedur Penuh, dan (3) Prosedur Terprogram.
Dalam perkembangkan usaha, adakalanya bisnis dari suatu perusahaan sudah
sedemikian besar dan melebar sehingga perusahaan itu sendiri perlu dipecah-pecah
menurut penggolongan bisnisnya. Tetapi merupakan kebutuhan pula agar bisnis yang
telah dipecah-pecah tersebut, yang masing masing akan menjadi Perseroan Terbatas yang
mandiri masih dalam kepemilikan yang sama dengan pengontrolan yang masih
tersentralisasi dalam bentuk-bentuk dan batas-batas tertentu. 6
Oleh karena itu, pecahan-pecahan perusahaan tersebut bersama-sama dengan
perusahaan-perusahaan lain yang mungkin telah terlebih dahulu ada, dengan pemilik
yang sama atau minimal ada hubungan khusus, dimiliki dan dipimpin oleh suatu
perusahaan yang mandiri pula. Perusahaan pemilik (dan pemimpin) ini yang disebut
sebagai perusahaan induk (holding).7
Perusahaan Induk sering juga disebut dengan Holding Company, parent
company, atau Controlling Company. Perusahaan induk adalah suatu perusahaan yang
bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau
mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut. Biasanya (walaupun tidak
selamanya), suatu perusahaan induk memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam
bidang-bidang bisnis yang sangat berbeda-beda.8
Proses pembentukan perusahaan induk dapat dilakukan dengan tiga
prosedur,yaitu : (1) Prosedur residu, (2) Prosedur Penuh, dan (3) Prosedur Terprogram.
Apabila dilihat dan segi usaha variasi usahanya, suatu grup usaha konglomerat dapat
digolong-golongkan kedalam kategori sebagai berikut :
1. Grup usaha vertikal

4
Ridwan Khairandi, Perseroan Terbatas: Doktrin. Peraturan Penmdang-undangan, dan
Yurisprudensi, Yogyakarta, Total Media, 2009, him. 17-18.
5
Ibid.
6
Fuady, Munir. Op.Cit, hlm. 88.
7
Ibid.
8
Ibid.
Dalam grup ini, jenis-jenis usaha dan masing-masing perusahaan satu sama lain
masih tergolong serupa. Hanya mata rantainya saja yang berbeda. Misalnya ada
anak perusahaan yang menyediakan bahan baku, ada yang memproduksi bahan
setengah jadi, bahan jadi, bahkan ada pula yang bergerak dibidang eksport-
import. Jadi, suatu kelompok usaha menguasai suatu jenis produksi dan hulu ke
hilir.9
2. Grup usaha horisontal
Dalam grup usaha horizontal, bisnis dan masing-masing anak perusahaan tidak
ada kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya.
3. Grup usaha kombinasi
Ada juga grup usaha, dimana jika dilihat dari segi bisnis anak perusahaannya,
temyata ada yang terkait dalam suatu mata rantai produksi (dari hulu ke hilir),
disamping ada juga anak perusahaan yang bidang bisnisnya terlepas dan satu
sama lain. Sehingga dalam grup tersebut terdapat kombinasi antara grup vertical
dengan grup horizontal.10

Manfaat Bagi Perusahaaan Induk


Sungguhpun eksistensi suatu grup usaha konglomerat cenderung untuk
mempunyai perusahaan induk (holding) , tetapi keberadaan dari perusahaan induk itu
sendiri punya manfaat (keuntungan) dan kerugian. Di antara keuntungan mempunyai
suatu prerusahaan induk dalam suatu kelompok usaha adalah sebagai berikut:
1) Kemandirian Risiko
Karena masing-masing anak perusahaan merupakan badan hukum berdiri
sendiri yang secara legal terpisah satu sama lain, maka pada prinsip nya
setiap kewajiban , risiko dan klaim dari pihak ketiga terhadap suatu anak
perusahaan tidak dapat di brban kan kepada anak perusahaan yang lain,
walaupun masing- masing anak perusahaan tersebut masih dalam suatu
grup usaha , atau dimiliki oleh pihak yang sama. Narnun demikian , prinsip
kemandirian anak perusahaan ini dalam hal dpat diterobos.11
2) Hak Pengawasan Yang Lebih Besar
Kadang kala perusahaan induk dapat melakukan kontrol yang lebih besar
terhadap anak perusahaan, sungguh pun misal nya memiliki saham di anak
perusahaan kurang dari 50%12 . Hal seperti ini dapat terjadi antara lain
dalam hal-hal sebagai berikut:
a). Eksistensi perusahaan induk dalam anak perusahaaan sangat diharap
kan oleh anak perusahaan. Bisa jadi disebabbkan karena perusahaan
holding dan/atau pemiliknya sudah sangat terkenal.
b). Jika pemegang saham lain selain perusahaan induk tersebut banyak
dan terpisah-terpisah
c). Jika perusahaan induk diberikan hak veto.13
3) Pengontrolan Yang Lebih Mudah Dan Efektif
Perusahaan induk dapat mengontrol seluruh anak perusahaan dalam suatu
grup usaha, sehingga kaitan nya lebih mudah diawasi.14
4) Operasional Yang Lebih Efisien
Dapat terjadi bahwa atas prakarsa dari perusahaan induk, nasing-masing
anak perusahaan dapat saling bekerja sama, saling membantu sama lain.
Misal nya promosi bersama, pelatihan bersama, saling meminjam sumber
daya manusia, dan sebagai nya. Disamping itu, kegiatan masing-masing
anak perusahaan tidak overlapping . 15
5) Kemudahan Sumber Modal
9
M.N.Said,Perusahaan-perusahaan Pemerintah di Indonesia. Bandung, Alumni,1985.
hlm.34.
10
Ibid.
11
C.S.T. Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia. Jakarta, PT. Pradnya Paramitha, 2008, hlm.
103
12
Ibid
13
Ibid
14
Ibid
Karena masing-masing anak perusahaan lebih besar dan lebih bonafid
dalam suatu kesatuan dibandingkan jika masing-masing lepas satu sama
lain, maka kernungkinan mendapatkan dana oleh anak perusahaan dari
pihak ketiga relative lebih besar. Disamping itu, perusahaan induk maupun
anak perusahaan lainnya dalam grup yang bersangkutan dapat memberikan
berbagai jaminan hutang terhadap hutangnya anak perusahaan yang lain
dalam grup yang bersangkutan.16
6) Keakuratan Keputusan Yang Diambil
Karena keputusan diambil secara central oleh induk perusahaan, maka
tingkat akurasi keputusan yang diambil dapat lebih terjamin dan lebih
prospektif. Hal ini disebabkan, disamping karena staf manajemen
perusahaan induk mempunyai kesempatan untuk mengetahui persoalan
anak, tetapi juga staf manajemen perusahaan induk mempunyai kesempatan
untuk mengetahui persoalan bisnis lebih banyak, karena dapat
memperbandingkan dengan anak perusahaan lain dalam grup yang sama,
bahkan mungkin belajar dari pengalaman anak perusahaan lain tersebut.
Walaupun begitu, manfaat seperti ini tidak dipunyai perusahaan dalam grup
konglomerat investasi.
Disamping manfaat (keuntungan) dart eksistensi perusahaan induk dalam suatu
grup usaha konglomerat, terdapat pula kerugian-kerugian. Kerugian-kerugian tersebut
antara lain dapat disebutkan sebagai berikut.
1) Pajak ganda
Dengan adanya perusahaan induk, maka terjadilah pembayaran pajak berganda.
Hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan pemungutan pajak ketika
deviden diberikan kepada perusahaan induk sebagai pemegang saham. Kecuali
perusahaan induk merupakan perusahaan modal ventura, yang memegang
saham sebagai penanaman modal pada investee company. Dalam hal ini Undang-
Undang pajak yang berlaku sekarang tidak memberlakukan pajak ganda.17
2) Lebih birokratis
Karena harus diputuskan oleh manajemen perusahaan induk, maka mata rantai
pengambilan keputusan akan menjadi lebih panjang dan lamban. Kecuali pada
perusahaan induk investasi, yang memang tidak ikut terlibat dalam manajemen
perusahaan induk.18
3) Management one man show
Keberadaan perusahaan induk dapat lebih memberikan kemungkinan akan
adanya management one man show oleh perusahaan induk. Hal ini akan
berbahaya, terlebih lagi terhadap kelompok usaha yang horizontal, atau model
kombinasi, dimana kegiatan bisnisnya sangat beraneka ragam. Sehingga, masing-
masing bidang bisnis tersebut membutuhkan skill dan pengambilan keputusan
sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu sama lain.19
4). Conglomerat game
Terdapat kecenderungan terjadinya conglomerate game, yang dalam hal ini
berkonotasi negative, seperti manipulasi pelaporan income perusahaan, transfer
pricing, atau membesar-besarkan informasi tertentu.
5). Penutupan usaha
Terdapat kecenderungan yang lebih besar untuk menutup usaha dari satu atau
lebih anak perusahaan jika usaha tersebut mengalami kerugian usaha.
6) Resiko usaha Membesarkan resiko kerugian seiring dengan membesarnya
keuntungan perusahaan.

Klasifikasi Perusahaan Induk

15
Ibid
16
Ibid
17
Gatot Supramono,S.H.,M.Hum, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan
Perdata di Pengadilan, Jakarta, PT.Rineka Cipta, 2007, hlm..87.
18
Ibid.
19
Ibid.
Berbagai hubungan hukum antara perusahaan induk dengan anak perusahaan
juga terlihat dari terdapatnya klasifikasi perusahaan induk. Klasifikasi perusahaan induk
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai kriteria berupa tinjauan dan
keterlibatannya dalam berbisnis, keterlibatannya dalam hal pengambilan keputusan, dan
keterlibatan dalam hal equity.20
Klasifikasi perusahaan induk ditinjau dan segi keterlibatan perusahaan induk
dalam berbisnis, apabila dipakai sebagai kriterianya berupa keterlibatan perusahaan
induk dalam berbisnis sendiri (tidak lewat anak perusahaan), maka perusahaan induk
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
(a) Perusahaan induk semata-mata
Jenis perusahaan induk semata-mata ini secara de facto tidak melakukan bisnis
sendiri dalam praktek, terlepas dari bagaimana pengaturan dalam anggaran
dasarnya. Sebab, jarang ada anggaran dasar perusahaan yang menyebutkan
bahwa maksud dan tujuan perusahaan semata-mata untuk menjadi perusahaan
induk. Akan tetapi disebutkan bahwa perusahaan induk tersebut juga
mempunyai maksud dan tujuan umumnya di berbagai bisnis. Jadi perusahaan
induk semata-mata ini sebenamya memang dimaksudkan hanya untuk
memegang saham dan mengontrol anak perusahaannya.21
(b) Perusahaan induk beroperasi
Berbeda dengan perusahaan induk semata-mata, perusahaan induk beroperasi
disamping bertugas memegang saham dan mengontrol anak perusahaan, juga
melakukan bisnis sendiri. Biasanya perusahaan induk seperti ini memang dari
semula, sebelum menjadi perusahaan induk, sudah terlebih dahulu aktif
berbisnis sendiri. Sebab, dikhawatirkan akan menjadi masalah jika dengan
menjadi perusahaan induk kemudian dihentikan usaha bisnisnya yang sudah
terlebih dahulu dilakukannya. Disamping harus memenuhi prosedur hukum
tertentu yang kadang tidak mudah jika bisnisnya dihentikan atau dialihkan
kepada pihak lain, apalagi jika banyak ongoing transaction dengan pihak mitra
bisnis tersebut. Disamping kekhawatiran akan menurunnya perkembangan bisnis
jika bisnisnya itu dialihkan ke perusahaan lain.22
Klasifikasi perusahaan induk ditinjau dari keterlibatan dalam pengambilan
keputusan dilihat dari faktor sejauh mana perusahaan induk ikut terlibat dalam
pengambilan keputusan oleh anak perusahaan, maka perusahaan induk dapat dibeda-
bedakan ke dalam dua (2) kategori, yaitu :
1. Perusahaan induk investasi
Dalam hal ini, tinjauan dari perusahaan induk investasi memiliki saham pada
anak perusahaan semata-mata hanya untuk investasi, tanpa perlu mencapuri soal
manajemen dari anak perusahaan. Biasanya dalam praktek, eksistensi dari
perusahaan induk investasi disebabkan karena faktor-faktor sebagai berikut:23
a. Perusahaan induk tidak mempunyai kemauan / kemampuan / pengalaman /
pengetahuan terhadap bisnis anak perusahaannya.
b. Perusahaan induk hanya memegang saham minoritas pada anak perusahaan.
c. Mitra usaha dalam anak perusahaan lebih mampu . lebih terkenal dalam
bidang bisnisnya.
2. Perusahaan induk manajemen
Berbeda dengan perusahaan induk investasi, pada perusahaan induk manajemen,
keterlibatannya pada anak perusahaan tidak hanya memegang saham pasif
semata-mata. Tetapi ikut juga mencampuri, atau setidak-tidaknya memonitor
terhadap pengambilan keputusan bisnis dari anak perusahaan. 24 Keterlibatan
yang terlalu jauh dari pemilik perusahaan induk kedalam manajemen anak
perusahaan, berarti kurang memberi kesempatan kepada anak perusahaan untuk
mempunyai direktur yang professional yang dapat bekerja secara independent.

20
Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 95.
21
Ibid. hal 96
22
Ibid
23
Ibid.
24
Ibid
B. Tanggung Jawab Hukum Anak Perusahaan Terhadap Induk Perusahaan
Dalam menelaah kedudukan dan fungsi perusahaan induk, penting juga ditinjau
hal tersebut dari segi kemandirian anak perusahaannya. Dalam arti sejauh mana anak
perusahaan dapat mempertahankan kemandiriannya dan ikut campurnya pihak
perusahaan induk, baik dalam posisinya sebagai induk perusahaan, maupun dalam
kedudukannya sebagai pemegang saham pada anak perusahaan. Untuk itu akan ditinjau
kedudukan anak perusahaan sebagai badan hukum mandiri.
Selanjutnya kenyataan bahwa grup perusahaan sebagai suatu kesatuan ekonomi,
dan bagaimana peran serta dan ikut campumya pihak perusahaan induk ke dalam
manajemen anak perusahaan itu sendiri.
Karena adanya fenomena dalam dunia bisnis bahwa grup usaha konglomerat
cenderung dianggap sebagai suatu kesatuan ekonomi, maka implikasinya ke dalam sektor
hukum antara lain berupa diterobosnya batas-batas kemandirian badan hukum dari anak
perusahaan maupun perusahaan induk. Sebagai konsekwensi logis, berkembanglah teori-
teori hukum tentang :
(a) Ikutnya ditarik perusahaan induk, maupun anak perusahaan lain dalam satu grup
dalam hal-hal tertentu untuk mempertanggungjawabkan perusahaan hukum
yang dilakukan oleh salah satu atau lebih anak perusahaan.
(b) Berwenangnya pihak perusahaan induk dalam batas-batas tertentu untuk
mencampuri urusan bisnis anak perusahaan.

C. Pelaksanaan Hubungan Hukum Antara PTPN IV (PERSERO) Sebagai


Perusahaan Induk Dengan PT PAMINAADOLINA Sebagai Anak Perusahaan
Gambaran Umum PTPN IV
Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) merupakan salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penggabungan (merger) dan PTPN IV, dan PTPN
VII yang berlokasi di Provinsi Sumatra Utara. Jenis tanaman perkebunan yang
diusahakan adalah kelapa sawit, kakao dan teh. Penggabungan tersebut dilandasi oleh
Akte Notaris Harun Kamil SH No. 37 tangal 11 Maret 1996 dan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman No. C2.8335.HT.01.01 tahun 1996 tanggal 8 Agustus 1996 yang dicantumkan
dalam Tambahan Berita Negara No.81 tanggal 8 Agustus 1996.

Gambaran Umum PT. Pamina Adolina


PT. Pabrik Minyak Nabati Adolina (PT. Pamina Adolina) adalah sebuah anak
perusahaan PT. Perkebunan Nusantra IV (PTPN IV) dengan Line Bussines Refined and
Fractionary of Palm Oil dan Industries Margarine Product. PT. Pabrik Minyak Nabati
Adolina (PT. Pamina Adolina) didirikan pada tahun 1974 sesuai dengan instruksi Menteri
Pertanian No. 8/KPTS.VM/2/1974 pada tanggal 22 Februari 1974. PT. Pamina Adolina
diresmikan pemakaiannya pada tanggal 4 April 1977 oleh Presiden Republik Indonesia.

Pelaksanaan Hubungan Hukum antara PTPN IV dengan PT. Pamina


Adolina
PT. Perkebunan Nusantara IV Persero dapat membentuk anak perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana:
1. Pembentukan anak perusahaan harus melalui persetujuan RUPS atau
menteri selaku RUPS.
2. Hak Suara perusahaan sebagai pemegang Sahara pada Anak perusahaan
melebihi 50%. (Saham PT. Pamina Adolina seluruhnya (100%) dikuasai oleh
PTPN IV).
3. Perusahaan memiliki hak untuk menentukan kebijakan dibidang keuangan
dan operasional perusahaan berdasarkan Anggaran dasar dan perjanjian.
4. Perusahaan memiliki kemampuan untuk mengangkat dan mamberhentikan
mayoritas anggota komisaris dan direksi perusahaan wajib mengungkapkan
informasi mengenai kepemilikan saham pada Anak Perusahaan dalam
Laporan tahunan.
Sebagai anak perusahaan, maka prinsip pengelolaan perusahaan yang
berlaku di PTPN IV juga diterapkan di PT. Pamina Adolina. PTPN IV menerapkan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), maka menteri BUMN melalui
keputusan Nomor KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan
praktek GCG pada BUMN, mewajibkan seluruh badan usaha milik Negara untuk
menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan
operasionalnya.

IV. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan hukum hubungan induk perusahaan dengan anak perusahaan adalah
secara eksplisit belum ada termasuk di dalam UUPT. UUPT hanya mengatur
tentang kepemilikan saham anak perusahaan. Induk perusahaan dan anak
perusahaan mempunyai anggaran dasar sendiri-sendiri, yang mana perusahaan-
perusahaan tersebut harus menjalankan usaha seperti yang telah ditetapkan dalam
anggaran dasar masing-masing.
2. Tanggung jawab hukum anak perusahaan terhadap induk perusahaan adalah
tanggung jawab terhadap pemegang saham sebagaimana ditentukan dalam
anggaran dasar perseroan dan UUPT.
3. Pelaksanaan hubungan hukum antara PTPN IV dengan PT. Pamina Adolina
sebagai anak perusahaan adalah sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar, yaitu
bahwa RUPS PT: Pamina Adolina adalah PTPN IV, dengan demikian PTPN IV
bertindak sebagai Dewan Komisaris persero yang bertindak melakukan tindakan-
tindakan hukum sebagaimana diatur dalam anggaran dasar.

B. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian ini, maka dapat diberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Kepada PTPN pemegang saham penuh, diharapkan memberikan dan melakukan
pengawasan secara berkala terhadap pelaksanaan penyediaan bahan baku untuk
operasional PT. Pamina Adolina.
2. Kepada PT. Pamina Adolina disarankan untuk tetap melakukan tanggungjawab
terhadap induk perusahaan (PTPN IV) sebagaimana ditentukan dalam anggaran
dasar. Pelaksanaan hubungan hukum ini dapat dipedomani berdasarkan UUPT
dalam hal hak dan tanggung jawab pemegang saham.
3. Dalam pelaksanaan hubungan hukum antara PT. Pamina Adolina dengan PTPN IV
agar tetap memperhatikan anggaran dasar dan UUPT sebagai dasar hukum yang
mengatur kedua belah pihak dalam melakukan tindakan-tindakan hokum yang
menjadi wewenang dan tanggungjawabnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, A. Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan, Pradnnya
Paramitha, Jakarta, 2001.
Asshiddiqie, Jimly, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta, 2006.
Budiarto, Agus, Kedudukan Hukum Tanggung Jawab Pendiri Perseraan Terbatas,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009.
Crowter, Jonathan, Good Corporate Governance, Oxford Advanced Learned Dictionary,
Oxford University Press, New York, 1995.
Donaldson and Davis dalam Muhammad, Visi Al-quran tentang Etika dan Bisnis,
Salemba Diniyah, Jakarta, 2002.
Downes, John dan Jordan Elliot Goodman Kamus Istilah Keuangan dan Investasi, PT.
Gramedia, Jakarta, 2001.
Forum for Organization for Corporate Governance in Indonesia, Corporate
Governance. FCGI, Jakarta, Jilid I, edisi ke-3, 2001.
Fuady, Munir. Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek. Buku Kesatu. PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1996.
---------, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 2002.
Gitosardjono, Sukamdani S., Perkembangan Dunia Usaha, Organisasi Bisnis dan
Ekonomi di Indonesia 1950-2000, PT Tema Baru; Jakarta, 2000.
Hadi, Ilham, Status Hukum Anak Perusahaan BUMN, www.hukumonline.com, diakses
tanggal 04 Desember 2012.
Handoko, Hani, Good Corporate Governance, Makalah disampaikan pada workshop PT.
Pelabuhan Indonesia I (Persero), Medan, 2001.
Hartono, Sri Redjeki, Beberapa Aspek Tentang Permodalan Perseroan Terbatas, Kapita
Selekta Hukum Perusahaan. Mandar Madju, Bandung, 2000.
Juliyanto, Tri, Analisis Yuridis Penerapan Charter Hubungan Korporasi dengan dan
Antar Anak Perusahaan. Tesis, Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Program Studi Magister Kenotariatan, Depok, 2011.
Kamelo, Tan dalam Sri Suyono, Perlindungan Hukum Terhadap Karyawan Dalam
Rancangan Merger Diantara 89 . Program Pascasarjana USU, Medan, 2003.
Kansil, C. S. T. Hukum Perusahaan Indonesia.Jakarta.PT Pradnya Paramitha.
Khairandi, Ridwan, Perseroan Terbatas: Doktrin, Peraturan Perundang-undangan, dan
Yurisprudensi, Total Media Yogyakarta, 2009.
Lipton, Phillip dan Abe Herzberg, Understanding Company Law, 13th ed, Lawbook Co,
Sydney, 2006.

Anda mungkin juga menyukai