Anda di halaman 1dari 5

a.

Komunikasi dengan menggunakan isyarat tangan


Manusia purba menggunakan isyarat tangan untuk berkomunikasi dengan
manusia purba lainnya. Karena mereka belum mengenal tulisan dan bahasa. Jadi,
isyarat tangan adalah salah satu cara untuk bertukar informasi.
b. Komunikasi dengan menggunakan isyarat suara
Manusia purba dapat menyampaikan ‘isi hati’ mereka melalui suara-suara
yang berbeda. Merajuk, bersiul, menggonggong, mengaum dan macam-macam
suara serta gaya. Mereka dapat saling memberi tahu jika ada bahaya yang
mengancam. Mereka juga dapat memanggil teman-teman untuk berkumpul.
c. Komunikasi dengan menggunakan bahasa lisan
Orang-orang purba memang tidak dapat baca-tulis, tetapi mereka dapat
mengerti arti suara suara yang diucapkannya. Suara-suara yang diucapkan itu,
kemudian berkembang menjadi bahasa. Orang tidak tau pasti bagaimana suatu
bahasa lisan itu ditemukan. Penggunaan bahasa lisan, selalu melibatkan dua
pihak. Pihak pembicara dan pihak pendengar. Masalah yang timbul ialah
bagaimana caranya melakukan pembicaraan untuk jarak jauh.
d. Komunikasi dengan menggunakan alat-alat bunyi
Kentongan merupakan alat komunikasi yang efektif. Bunyi pukulan kentongan
juga dapat diatur dalam irama-irama tertentu. Yang sangat dikenal misalnya :
irama doromuluk dan gobyok. Isyarat suara kentongan ini misalnya digunakan
pada waktu terjadi bencana seperti banjir, kebakaran, atau pembunuhan.
e. Komunikasi dengan menggunakan api, asap, dan lain-lain.
Pengiriman berita menggunakan sehelai kain diatas api sedemikian sehingga
terjadi gumpalan-gumpalan asap dengan bentuk-bentuk tertentu. Orang lain yang
melihatnya akan mengenal bentuk bentuk asap itu, dan mengerti apa yang
dimaksud oleh pengirim. Orang purba yang mengalami kecelakaan di laut, atau
terdampar di sebuah pulau kecil pada umumnya juga menggunakan isyarat asap
api sebagai tanda meminta tolong.
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan

Ciri kehidupan masyarakat praaksara Indonesia pada zama paleolitikum adalah


berburu dan mengumpulkan makanan atau food gathering. Cara berburu dan mengumpulkan
makanan ini dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana yang dibuuat dari batu dan
teknik pembuatannya secara kasar selain itu peralatan juga dibuat dari kayu dan tulang.
Kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan dilanjutkan pada zaman mesolitikum. Cara
hidup manusia pada masa berburu tingkat lanjut masih dipengaruhi oleh cara hidu
sebelumnya. Mereka tinggal di gua-gua yang dekat dengan sumber air.
a. Masa Bercocok Tanam

Masa bercocok tanam atau food producing lahir melalui prose yang panjang masa ini
sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban. Pada masa ini
masyarakat mulai menunjukan tanda-tanda menetap disuatu tenmpat serta menumbuhkan
penghidupan baru berupa kegiatan bercocok tanam sederhana.

a. Zaman batu
1.) Palaeolithikum atau zaman batu tua
Pada zaman ini alat-alat yang terbuat dari batu yang masih kasar dan belum
dihaluskan. Contohnya :
a.) Kapak genggam
Dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak,
tetapi tidak bertangkai dan cara menggunakannya dengan cara digenggam.
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah Pacitan.
b.) Kapak perimbas
Kapak perimbas berfungsi untuk merimbas kayu, memahat tulang, dan
sebagai senjata. Alat ini ditemukan di Pacitan dan Gombong.
c.) Alat dari tulang binatang
Alat-alat dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Fungsinya
adalah untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah.
d.) Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu chalcedon, yang dapat
digunakan untuk mengupas makanan, umumnya untuk berburu,
menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan.
2.) Zaman Mesolithikum atau batu tengah
a.) Kapak genggam sumatera
Ditemukan oleh PV VAN Stein Callenfels pada tahun 1925. Bahan-bahan
untuk membuat kapak tersebut adalah batu kali yang dipecah-pecah.
b.) Kapak pendek
c.) Pipisan
Pipisan yaitu batu-batu penggiling beserta dengan landasannya. Selain
digunakan untuk menggiling makanan, batu ini juga digunakan untuk
menghaluskan cat merah yang berasal dari tanah merah.
3.) Zaman Neolithikum atau zaman batu muda
Alat-alat yang dihasilkan pada zaman ini telah dihaluskan. Contohnya :
a.) Beliung persegi
Alat ini ditemukan di hampir seluruh bagian Indonesia, terutama di
wilayah barat. Beliung persegi berguna untuk melubangi kayu dan jika
yang berukuran kecil dapat digunakan untuk mengukir.
b.) Kapak lonjong
Kapak ini berbentuk lonjong dengan bagian tajaman runcing dan sedikit
melebar. Bagian tajaman digosok dan diasah pada dua sisi sehingga
menghasilkan tajaman yang simetris. Kapak ini umumnya terbuat dari batu
kali yang berwarna hitam dan ditemukan di Minahasa, Maluku, dan Papua.
c.) Tembikar
Banyak ditemukan di Jawa dan Sumatera. Fungsi tembikar adalah untuk
meletakkan berbagai hasil panen.
4.) Zaman Megalithikum atau zaman batu besar
Peninggalan pada zaman megalithikum antara lain :
a.) Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk
upacara menghormati roh nenek moyang.
b.) Punden berundak
Punden berundak merupakan bangunan dari batu bertingkat-tingkat dan
fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah
meninggal.
c.) Dolmen
Dolmen adalah meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
sajian-sajian untuk pemujaan.
d.) Sarkofagus
Keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu pada zaman
megalithikum biasa disebut Sarkofagus.
e.) Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar.
f.) Waruga
Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada masa
Megalithikum.
b. Zaman Logam
Zaman logam dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.) Zaman tembaga
Pada zaman tembaga, manusia menggunakan tembaga sebagai bahan dasar
alat-alat yang digunakan.
2.) Zaman perunggu
Pada zaman perunggu, manusia telah menemukan logam campuran yang
lebih keras dari tembaga. Logam campuran tersebut dibentuk menjadi
peralatan yang sesuai dengan kebutuhan.
a.) Arca perunggu
Arca perunggu memiliki bentuk beranekaragam. Pada umumnya, archa
perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada bagian atasnya.
Fungsi cincin adalah untuk mengangtungkan arca ini.
b.) Kapak perunggu/ corong
Kapak corong dapat ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Balio Sulawesi,
dan Kepulauan Salayar dan Irian. Kegunaannya sebagai alat perkakas.
c.) Nekara perunggu/ moko
Nekara perunggu berbentuk seperti dandang, yang berfungsi untuk acara
keagamaan, sebagai mas kawin, sebagai sarana upacara minta hujan.
Banyak ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, Bali, dan Sumbawa.
d.) Bejana perunggu
Bejana perunggu berbentuk seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai.
Hanya ditemukan di Madura dan Sumatra
e.) Perhiasan perunggu
Perhiasan perunggu antara lain berbentuk gelang, kalung, anting-anting
dan cincin. Eninggalan ini banyak ditemukan di Banten, Jawa Tengah,
Bali dan Sumba.
f.) Candrasa
Candrasa berfungsi sebagai tanda kebesaran kepal suku dan alat upacara
keagamaan.
3.) Zaman besi
Pada zaman ini, manusia sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang
menjadi alat-alat yang diperlukan. Zaman besi banyak menghasilkan benda-
benda peralatan hidup dan senjata seperti tombak, mata panah, sabit, mata
pisau, kapak, pedang, dan mata bajak.

Anda mungkin juga menyukai