Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA KORBAN BENCANA ALAM DALAM

PERSPEKTIF MAQᾹSID AL-SYARῙAH

NINDHI MEYNA SUSILAWATI


nindhi240597@gmail.com

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan BAZNAS Kab. Bima dalam
pengelolaan dana zakat terkhusus kepada korban bencana alam dan tinjauannya berdasarkan perspektif maqāsid al-
syarī'ah, bagaimana strategi yang dilakukan dan faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi di lapangan dan
mencarikan solusinya. Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber data diperoleh dari data
primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Penelitian
ini termasuk penelitian studi kasus (case study). BAZNAS Kab. Bima dalam pengelolaan dana zakat untuk korban
bencana alam khususnya bencana alam gempa dan tsunami Lombok diperoleh melalui proses pengelolaan langsung
dan tidak langsung yang ditambahkan dengan dana SOKEM (Solidaritas Kemanusiaan) yang disalurkan untuk
Lombok Timur sebesar Rp. 30.000.000 dan Lombok Barat sebesar Rp. 30.000.000, pengelolaan zakat BAZNAS Kab.
Bima untuk korban bencana alam Lombok maupun bencana alam secara umum dalam lingkup Kabupaten Bima masih
bersifat konsumtif atau disalurkan melalui dana tunai atau bahan pokok. Berdasarkan perspektif maqāsid al-syarī'ah,
dalam realisasinya pengelolaan zakat untuk korban bencana alam BAZNAS Kabupaten Bima hanya memberikan
zakat secara tunai yang kemudian diolah oleh BAZNAS Provinsi dan Pusat melalui program kebencanaan antara lain
memelihara agama dengan BAZNAS Kab. Bima juga turut mempublikasikan penyelenggaraan zakat agar terus
didukung oleh masyarakat dan mencetak para muzakki, memelihara nyawa dengan adanya bantuan makan atau
minum (Distribusi Logistik) untuk korban dan bantuan obat-obatan melalui program evakuasi dan kesehatan,
memelihara akal dengan program pendampingan anak (pisikosial), memelihara keturunan dengan adanya program
distribusi seragan dan peralatan sekolah dan harta dengan adanya bantuan zakat yang disalurkan sebagaimana tujuan
zakat yakni mensucikan jiwa dan harta.

Kata Kunci : Strategi, Pengelolaan, Bencana Alam, Maqāsid al-Syarī'ah

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Indonesia dikenal sebagai negara yang seringkali terkena bencana alam. gempa bumi, banjir,
tanah longsor, dan gunung meletus seakan silih berganti melanda Indonesia. Kondisi geografis
Indonesia mendorong terjadinya bencana tersebut.1 Pada saat ini banyak terjadi bencana alam yang
menimpa masyarakat di berbagai daerah. Banyaknya kejadian-kejadian baru yang tidak terduga
menyebabkan para korban terdesak untuk mencukupi kebutuhan lainnya.
Seperti bencana alam yang terjadi adalah gempa bumi yang melanda Lombok, Sumbawa,
Bima, dan sekitarnya yang baru-baru saja terjadi akhir-akhir ini. Atas kejadian tersebut
menyebabkan seluruh perhatian umat Islam tertuju pada bencana tersebut, begitu pula yang

1
Surftotal, "Indonesia Negara Indah Sekali Sekaligus Negara Rawan Gempa", dalam
https://www.pemburuombak.com/berita/nasional/item/1750-indonesia-negara-indahsekaligus-negara-rawan-gempa-
bumi, diakses tanggal 6 September 2018.

1
dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kab. Bima untuk membantu korban gempa
bumi Lombok melainkan disetiap kejadian bencana alam Badan Amil Zakat selalu ikut andil dalam
menyalurkan bantuan.
Zakat dari segi prakteknya adalah krgiatan untuk saling berbagi yang diwajibkan bagi ummat
Islam yang memiliki kemampuan. Berbeda dengan gratifikasi kegiatannya tidak diperkenankan
oleh Negara atau ketentuan Pemerintah.
Pada tahun ke II Hijriah (623 M) zakat fitrah sudah diwajibkan, sejalan dengan perintah
shalat. Setelah itu juga diwajibkan zakat harta dan menentukan harta-harta yang wajib dizakatkan.
Disusul kemudian pada tahun 9 Hijriah, turunlah ayat 60 surat al-Taubah dan al-Baqarah, berisi
bagian tertentu yang diperoleh oleh masing-masing kelompok, dan siapa yang berhak mengambil
dan menerima zakat. Namun pada masa itu, Nabi tidak serta merta membanginya penuh untuk
golongan delapan, namun hanya memberikannya kepada golongan tertentu yang dipandang perlu
menurut kebutuhan dari kedelapan kelompok tadi. Nabi menunjuk petugas resmi untuk
menghimpun zakat ke berbagai daerah luar biasa, seorang pemimpin umat terjun langsung dalam
penanggulangan zakat.2 Oleh sebab itu hukum dari melaksanakan zakat adalah Fardhu ’Ain
(Wajib), yang artinya wajib hanya bagi orang yang mampu atau memenuhi syarat.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang besifat sosial (ijtima’iȳah) yang menghubungkan dan
menumbuhkan rasa kepedulian orang yang mampu terhadap orang yang tidak mampu yang berhak
menerimanya dan menjadi salah satu unsur pokok bagi penegakan syari’at Islam.
Allah SWT berfirman, dalam Q.S. al-Baqarah/2: 110.

ِۗ َّ َ‫ٱلز َك ٰو َۚةَ َو َما تُقَ ِد ُمواْ ِِلَنفُ ِس ُكم ِم ۡن خ َۡي ٖر تَ ِجدُوهُ ِعند‬
‫ٱّللِ ِإ َّن‬ َّ ‫َوأَقِي ُمواْ ٱل‬
َّ ْ‫صلَ ٰوة َ َو َءاتُوا‬
3
‫صير‬ ِ َ‫ٱّللَ بِ َما تَعۡ َملُونَ ب‬
َّ
Terjemahnya :
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu,
tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa
yang kamu kerjakan.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu satunya yang
dibentuk oleh pemerintah berdasarkan keputusan Presiden RI No.8 Tahun 2001 tentang tugas dan
fungsi menghimpun dan menyalurkan Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) pada tingkat Nasional.
Lahirnya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat semakin

2
Kementerian Agama RI Direktorat Bimbingan Masyarakat Islam Pemberdayaan Zakat, Panduan Zakat
Praktis, (Jakarta, Direktorat Pemberdayaan Zakat 2013), h. 8.
3
Kementrian Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, (Bandung: Jawa Barat, 2018), h. 17.

2
mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat
secara Nasional. Oleh sebab itu, hukum menunaikan zakat adalah wajib bagi setiap muslim dan
muslimah yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu, yang menjadi amal sosial kemasyarakatan
dan kemanusiaan yang berkembang sesuai perkembangan umat manusia .4
Strategi adalah cara untuk mendapatkan kemenangan atau mencapai suatu tujuan tertentu.
Dalam menjalankan strategi perlu ada program yang diproyeksikan untuk dilaksanakan oleh suatu
organisasi dalam kurun waktu tertentu. Ada program yang diproyeksikan dalam jangka waktu
pendek dengan waktu yang dialokasikan maksimal 1 tahun, ada perencanaan jangka menengah
dengan alokasi 2-3 tahun, dan perencanaan jangka panjang dengan alokasi waktu antara 3-5 tahun.
Namun karena program yang sudah direncanakan seringkali dihadapkan pada berbagai kondisi
yang memungkinkan program tersebut tidak dapat dilaksanakan sesuai target waktu yang sudah
ditentukan, maka diperlukan penerapan perencanaan strategis yaitu sistem perencanaan yang
menghitung aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dari pada organisasi tersebut .5
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti akan mengangkat permasalahan
pokok, mengenai "Strategi Pengelolaan Zakat Pada Korban Bencana Alam Dalam Perspektif
Maqāsid Al-Syarῑ'ah". Dari permasalahan pokok tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa
substansi masalah yang akan dijadikan acuan dan dikembangkan dalam pembahasan ini, antara
lain sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi BAZNAS Kab. Bima dalam memaksimalkan pengelolaan zakat untuk
korban bencana alam ?
2. Bagaimana pengelolaan zakat dalam perspektif Maqāsid al-Syarῑ'ah pada BAZNAS Kab.
Bima untuk korban bencana alam ?
Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan strategi yang dilakukan BAZNAS Kab. Bima dalam pengelolaan
zakat pada korban bencana alam.
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengelolaan zakat di BAZNAS Kab. Bima
dalam perspektif Maqāsid al-Syarῑ'ah.6

4
Jaja Jaelani, "Profil BAZNAS", dalam https://pusat.baznas.go.id/ , diakses tanggal 6 September 2018.
5
Abdul Aziz, Strategi Pengelolaan Dana Zakat Secara Produktif untuk Pemberdayaan
Ekonomi BAZNAS Kabupaten Tangerang, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 1.
6
Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Cet. V; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004 M), h. 29.

3
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, dengan wawancara, observasi ke
lapangan dan analisis dari bahan-bahan tertulis.7
Lokasi tempat dalam penelitian ini yaitu di Kab. Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat
dengan difokuskan pada BAZNAS Kab. Bima (Studi di jln. Gatot Soebroto Raba Bima Kab. Bima,
Prov. NTB).
2. Pendekatan Penelitian
Spesifikasi pendekatan pada penelitian ini menggabungkan beberapa pendekatan yaitu
pendekatan yuridis empiris, yuridis normatif dan pendekatan deskriptif.
a) Penelitian yang menggunakan pendekatan yuridis empiris.
Berarti penelitian yang menekankan pada fakta-fakta yang terjadi dilapangan maksudnya adalah
bahwa dalam menganalisis permasalahan dilakukan dengan cara memadukan bahan-bahan hukum
(merupakan data sekunder) dengan data primer yang diperoleh di lapangan.
b) Penelitian yang menggunakan pendekatan yuridis normatif Berarti dilakukan berdasarkan
bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep-konsep, asas-asas hukum serta
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.
c) Pendekatan deskriptif adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan
mendalam terhadap suatu organisme atau (individu), lembaga atau gejala tertentu dengan
daerah atau subjek yang sempit.8
Sumber Data
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan hasil wawancara
pihak yang bersangkutan dan hasil pengamatan maupun pencatatan yang sistematis serta
dokumentasi. Dalam hal ini saya mewawancarai pihak BAZNAS Kab. Bima yakni langsung
kepada pihak pengelola inti berikut ketua, Sekretaris dan staf lapangan bagian program
pengelolaan zakat Kab. Bima.

7
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 37.
8
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rusdakarya, 2006), h. 114.

4
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, jurnal,
karya ilmiah, internet, dan berbagai sumber lainnya yang terkait dengan objek itu sendiri. 9
Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara yaitu tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Tehnik
wawancara dilakukan dengan cara mendatangi secara langsung informan untuk dimintai
keterangan mengenai sesuatu yang diketahuinya, juga untuk membuktikan bahwa penelitian
ini memang dibutuhkan oleh BAZNAS Kab. Bima.
2. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti
untuk mendapatkan data dan informasi, melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu
dengan pancaindra lainnya dengan mengadakan pengamatan langsung ke lembaga terkait,
yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Guna memperoleh gambaran dan informasi
yang memungkinkan tentang kegiatan lembaga dalam pengelolaan zakat.
3. Dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.10

B. PEMBAHASAN

Dari sekian banyak referensi yang menjadi kajian literatur penelitian, terdapat
perbedaan yang dilakukan penulis yakni penelitian ini lebih luas mengkaji seputar urgensi
zakat, realita pengelolaan zakat untuk korban bencana alam yang terjadi pada badan
pengelolaan zakat khususnya pada BAZNAS Kabupaten Bima berikut kelebihan dan
kekurangannya yang selanjutnya akan memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi
berdasarkan perspektif Maqāsid al-Syarῑ'ah, sehingga metode penelitian ini akan lebih
terperinci dan terfokus.
Kebijakan dalam pengelolaan zakat, terutama dalam hal pendistribusian dana zakat
yang dilakukan oleh BAZNAS Kab. Bima masih sebatas dan bersifat konsumtif semata
ditandai dengan dana yang terhimpun pada BAZNAS Kab. BIMA sebagian besar langsung
disalurkan dalam bentuk dana tunai termasuk di dalamnya zakat untuk korban bencana alam
Lombok, dan belum ada upaya-upaya yang dilakukan untuk mengarah kepada
pendistribusian zakat secara produktif kreatif terkecuali diserahkan kepada pihak lain seperti
BAZNAS Provinsi atau pusat untuk diteruskan sebagai bantuan program kebencanaan

9
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 37.
10
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rusdakarya, 2006), h. h. 157.

5
seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Jika ditelaah dari sisi maqāsid al-syarī'ah, tentu kebijakan yang ditempuh masih belum
sepenuhnya memenuhi kriteria maqāsid al-syarī'ah. Pola distribusi dana zakat konsumtif
merupakan model pendistribusian zakat yang sama dengan pola distribusi konsumtif
tradisional seperti yang diterapkan selama ini. Tujuan utama pemberian zakat ini adalah
memenuhi kebutuhan dasar mustahik. Jika dikaji lebih lanjut, pola pemberian zakat dengan
cara konsumtif ini dapat menyebabkan ketergantungan tinggi mustahik terhadap dana zakat.
Bukan sesuatu yang mustahil jika pada akhirnya zakat ini menjadi penyebab mustahik malas
bekerja, dan hal ini berarti sama saja dengan mengabadikan kemiskinan. Oleh karena itu
perlu ada pemikiran realistis, termasuk dari sudut manajemen. Pemerintah melalui BAZNAS
Kab. Bima harus membuat ketentuan atau batasan tentang siapa-siapa pihak yang dapat
diberi hak untuk menerima uang tunai, misalnya hanya terbatas pada mereka yang memang
tidak mampu bekerja seperti orang cacat, tua renta, orang-orang yang lemah secara fisik, dan
seterusnya. Dana zakat konsumtif ini hanya digunakan untuk hal-hal yang sifatnya darurat
saja. Keadaan darurat yang dimaksud adalah apabila mustahik tidak mungkin untuk
dibimbing untuk mempunyai usaha mandiri atau memang untuk kepentingan yang
mendesak, atau karena berbagai keterbatasan fisik yang dimiliki oleh para mustahik.11
Dengan pendekatan maqāsid al-syarī'ah, kajian yang dilakukan lebih dititikberatkan
pada melihat nilai-nilai yang berupa kemashlahatan manusia dalam setiap taklif yang
diturunkan Allah SWT. Menurut al-Syatībi, bahwa sesungguhnya syarī’at itu bertujuan
untuk mewujudkan kemashlahatan manusia di dunia dan di akhirat, atau hukum-hukum itu
disyari’atkan untuk kemashlahatan hamba. Apabila ditela'ah lebih lanjut dari pernyataan al-
Syatībi tersebut, dapat dikatakan bahwa kandungan maqāsid al-syarī'ah atau tujuan hukum
adalah kemashlahatan umat manusia.
Kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat dibangun di atas lima
kemaslahatan pokok (al-kulliȳat al-khamsah) yang sifatnya dharuriyyah antara lain
memelihara agama, nyawa, akal, keturunan dan harta, kelima hal ini wajib hukumnya
dipelihara, dilindungi dan dijaga supaya tetap ada (eksis).
Berikut uraian pengelolaan zakat untuk korban bencana alam Lombok oleh BAZNAS
terpadu melalui program kebencanaan antara lain :

11
Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 141.

6
1. Memelihara agama (‫)حفظ الدين‬, memenuhi masalah-masalah syariah Allah melalui zakat yang
ditujukan kepada para korban bencana alam khususnya untuk korban bencana alam gempa
dan tsunami Lombok dimana BAZNAS Bima menyerahkan dana tunai sebesar Rp.
60.000.000 kepada BAZNAS Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk diolah dalam
program kebencanaan Lombok. BAZNAS Kab. Bima juga turut mempublikasikan
penyelenggaraan zakat agar terus didukung oleh masyarakat dan mencetak para muzakki.
2. Memelihara jiwa (‫)حفظ النفس‬, adanya bantuan makan atau minum (Distribusi Logistik) untuk
korban dan bantuan obat-obatan melalui program evakuasi dan kesehatan.
3. Memelihara akal (‫)حفظ العقل‬, telah terpenuhi melalui program pendampingan anak
(pisikosial).
4. Memelihara keturunan (‫)حفظ النسل‬, telah terpenuhi dengan adanya program distribusi seragan
dan peralatan sekolah.
5. Memelihara harta (‫)حفظ المال‬, terbukti dengan adanya bantuan zakat yang disalurkan
sebagaimana tujuan zakat yakni mensucikan jiwa dan harta.
Namun, jika dikhususkan kepada pengelolaan Zakat BAZNAS Kab. Bima untuk
korban bencana alam gempa dan tsunami Kab. Lombok maupun bencana alam secara umum
dalam lingkup Kab. Bima masih bersifat konsumtif atau disalurkan melalui dana tunai. Oleh
karena itu, dalam kaitannya dengan pengelolaan zakat untuk korban bencana alam terkhusus
pada BAZNAS Kab. Bima perlu dilakukan upaya-upaya secara produktif, aktif, kreatif
dengan kata lain perlunya untuk mengembangkan diri dan eksistensinya dalam pengelolaan
zakat secara mandiri dimana dalam perspektif maqāsid al-syarī'ah merupakan kebijakan
yang tidak bisa dielakkan demi kemaslahatan umat, kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat fakir miskin. Jika Dana zakat yang ada di BAZNAS dikelola secara produktif
terlebih dahulu, digunakan dalam usaha-usaha dalam sekian banyak macam usaha yang bisa
dilakukan, sehingga dana zakat bisa bertambah dan berkembang. Dana zakat yang ada di
BAZNAS cukup besar, baik di tingkat Kabupaten maupun Kota, Provinsi maupun Nasional.
Jika dana zakat ini hanya diberikan dalam bentuk konsumtif kepada mereka yang berhak
menerima, maka sudah bisa dipastikan kemiskinan tidak akan pernah bisa diminimalisir,
apalagi dihilangkan.

7
C. KESIMPULAN
1. BAZNAS Kab. Bima dalam pengelolaan dana zakat untuk korban bencana alam khususnya
bencana alam gempa dan tsunami Lombok diperoleh melalui proses pengelolaan langsung
dan tidak langsung yang ditambahkan dengan dana SOKEM (Solidaritas Kemanusiaan) yang
disalurkan untuk Lombok Timur sebesar Rp. 30.000.000 dan Lombok Barat sebesar Rp.
30.000.000, dengan total keseluruhan sebesar Rp. 60.000.000. Jika dikhususkan kepada
pengelolaan Zakat BAZNAS Kab. Bima untuk korban bencana alam gempa dan tsunami
Kab. Lombok maupun bencana alam secara umum dalam lingkup Kabupaten Bima masih
bersifat konsumtif atau disalurkan melalui dana tunai atau bahan pokok.
BAZNAS Kab. Bima dalam strategi pengelolaan zakat untuk korban bencana alam di luar
dan dalam lingkup Kab. Bima memiliki perbedaan proses penyalurannya dimana dalam
menanggapi bencana di luar Kabupaten contohnya bencana alam Lombok BAZNAS Bima
menyerahkan dana ke tingkat Provinsi untuk ditindak lanjuti berbeda dengan strategi
pengelolaan dan penyaluran zakat untuk korban bencana alam dalam lingkup Kab. Bima
sendiri dimana BAZNAS Bima dari proses pengumpulan hingga penyaluran bantuan dan
rancangan program kebencanaan disalurkan langsung oleh pihak BAZNAS Kab. Bima
melalui tim tanggap bencana BAZNAS Kabupaten dan dalam pendistribusian yang
dilakukan oleh BAZNAS Kab. Bima kepada 8 asnaf, lebih diprioritaskan kepada fakir dan
miskin, akan tetapi bentuk pendistribusiannya masih bersifat konsumtif (dalam bentuk
pemberian uang tunai atau bahan pokok).
2. Berdasarkan perspektif maqāsid al-syarī'ah, kajian yang dilakukan lebih dititikberatkan
pada melihat nilai-nilai yang berupa kemashlahatan manusia dalam setiap taklif yang
diturunkan Allah SWT. Kemaslahatan manusia baik di dunia maupun di akhirat dibangun di
atas lima kemaslahatan pokok (al-kulliȳat al-khamsah) dimana dalam realisasinya
pengelolaan zakat untuk korban bencana alam BAZNAS Kab. Bima hanya memberikan
zakat secara tunai yang kemudian diolah oleh BAZNAS Provinsi dan Pusat melalui program
kebencanaan antara lain memelihara agama (‫ )حفظ الدين‬BAZNAS Kab. Bima juga turut
mempublikasikan penyelenggaraan zakat agar terus didukung oleh masyarakat dan mencetak
para muzakki, memelihara jiwa (‫ )حفظ النفس‬adanya bantuan makan atau minum (Distribusi
Logistik) untuk korban dan bantuan obat-obatan melalui program evakuasi dan kesehatan,

8
memelihara akal (‫ )حفظ العقل‬program pendampingan anak (pisikosial), memelihara keturunan
(‫ )حفظ النسل‬adanya program distribusi seragan dan peralatan sekolah dan memelihara harta
(‫)حفظ المال‬, adanya bantuan zakat yang disalurkan sebagaimana tujuan zakat yakni
mensucikan jiwa dan harta kelima hal ini wajib hukumnya dipelihara, dilindungi dan dijaga
supaya tetap ada (eksis).
Dalam perspektif maqāsid al-syarī'ah, pengelolaan zakat di BAZ Kab. Bima terutama dalam
hal pendistribusian zakat masih sebatas dan bersifat konsumtif semata, dan belum ada upaya-
upaya yang dilakukan untuk mengarah kepada pendistribusian zakat secara produktif,
kreatif, untuk memenuhi lima unsur tadi, sehingga kebijakan yang ditempuh dalam
pengelolaan zakat ini belum sepenuhnya memenuhi kriteria maqāsid al-syarī'ah, dan pada
akhirnya kemashlahatan dan kesejahteraan yang menjadi tujuan perintah zakat belum
tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bassam, Muhammad bin Ali. Taysir Al-Allām Syarh Umdatu al-Ahkām Terj. Kathur Suhardi,
Syarmah Hadis Pilihan Bukhari Muslim. Cet. IV; Jakarta: Dār al-Falah, 2005.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismāīl. Shahīhu Al-Bukhārī. Cet. I; Dimasyqī: Dāṭauqi al-Najāh,
1422H/2002M.
BAZNAS Kabupaten Bima, Rencana Strategis BAZNAS Kabupaten Bima 2016-2020: Progam
Kerja BAZNAS Kabupaten Bima.
Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2005.
Husin, Muhammad. Pengelolaan Zakat Mal Secara Produktif Perspektif Maqāsid Al-Syarῑah,
program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tahun, 2011.

Al-Husaini, Taqiyudῑn Abu Bakar Ibnu Muhammad. Kifāyatu Al-Akhyār. juz I. Cet; Beirut: Dr
Ahyāi al-Kutubu al-Arabiȳah Indūnīsiā, t.th.
Jaelani, Jaja, "Profil BAZNAS", dalam https://pusat.baznas.go.id/ , diakses tanggal 6 September
2018.
Kementerian Agama RI. Al-Qur’an al-Karim, Cet: Juli 2018, Bandung: Jawa Barat.
Moleong, Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rusdakarya,
2006, h. 114.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2012, h. 37.


9

Anda mungkin juga menyukai