NIM : 2001032
MK : FARMAKOLOGI
1. CAPTOPRIL
Obat Generik :
Captopril / Kaptopril
Obat Bermerek : Casipril,Dexacap,Farmoten,Forten,Lotensin,Metopril,
Vapril KOMPOSISI / KANDUNGAN
Captopril 12,5 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg. Captopril
25 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg. Captopril 50 mg :
Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg. FARMAKOLOGI
Captopril (kaptopril) adalah obat antihipertensi dan efektif dalam
penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin
aldosteron.
Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat ACE, akibatnya pembentukan
angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron
sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium.
Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan
mengurangi beban jantung, baik afterloadmaupun preload,
sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak
menimbulkan efek takikardia.
INDIKASI dan digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazid secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dosis
memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker perlu dikurangi disesuaikan
memberikan efek yang kurang aditif.
Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat
dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian
captopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap captopril atau
penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema
selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).
Wanita hamil atau yang berpotensi
hamil. Wanita menyusui.
Penderita gagal
ginjal. Stenosis
aorta.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat
tergantung dari kebutuhan penderita (individual).
Dosis Captopril untuk Dewasa
Hipertensi : Dosis awal 12,5 mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu
penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat
ditingkatkan menjadi 25 mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi,
tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat
diuretik golongan tiazid misal hidroklorotiazid 25 mg setiap hari. Dosis
diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua
minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi tidak boleh
melebihi 450 mg dalam sehari.
Gagal Jantung : 12,5 – 25 mg, 3 kali sehari. Captopril diberikan
bersama diuretik
EFEK SAMPING
Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 gram sehari pada
0,5% penderita dan 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat
terjadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada
penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam
waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan
pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8
bulan pertama pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4% penderita.
Efek samping ini terutama terjadi pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 – 3
bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum penderita
terkena infeksi. Pada penderita dengan risiko tinggi harus
dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu
selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada
penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut, pemberian
captopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk
adanya neutropenia.
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam
dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang
beberapa hari setelah dosis diturunkan.
Terjadi perubahan rasa, yang biasanya terjadi dalam 3 bulan
pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan.
Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita
gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium
seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati-
hati.
PERINGATAN DAN PERHATIAN INTERAKSI OBAT
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila
Alkohol.
terjadi kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian
obat captopril harus dihentikan dengan segera.
Obat antiinflamasi terutama indometasin.
Captopril harus diberikan dengan hati-hati pada wanita
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.
menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan
Obat-obat berefek hipotensi.
kadar dalam ASI lebih tinggi dari pada kadar dalam darah ibu.
KEMASAN
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya,
sehingga captopril hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang o
Captopril 12,5 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.
efektif. o
Captopril 25 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya o
Captopril 50 mg, tablet, kotak, 10 strip @ 10 tablet.
terhadap efek hipotensif.
Hati-hati pemberian captopril pada penderita ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angioedema
seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar
menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium,
potassium sparing diuretic dan garam- garam potassium.
2. AMITRIPTYLINE PERINGATAN
Penyakit jantung (terutama dengan aritmia)
Epilepsi
Hamil, menyusui, lansia
Gangguan faal hati, penyakit tiroid, psikosis, glaukoma sudut sempit,
retensi urin,
Bersamaan dengan terapi elektrokonvulsif
Hindari pemutusan obat mendadak, hati-hati pada anestesia, porfiria.
KONTRAINDIKASI
Infark miokardial yang baru,
Aritmia, mania
Penyakit hati berat.
EFEK SAMPING :
Mulut kering
Sedasi
Pandangan kabur
Konstipasi, mual, sulit buang air kecil,
MERK DAGANG
Efek pada kardiovaskular (aritmia, hipotensi postural, takikardia,
Amitriptyline, Amitriptilina HCl, Trilin, Zepazym,
sinkope, terutama pada dosis tinggi)
Mutabon D, Mutabon M
Berkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku (terutama anak)
INDIKASI
Hipomania, bingung (terutama lansia)
Depresi, terutama bila diperlukan sedasi;
Gangguan fungsi seksual
Nocturnal enuresis pada anak
Perubahan gula darah, nafsu makan bertambah.
Lebih jarang dapat terjadi: lidah hitam, ileus paralitik, kejang,
agranulositosis, leukopenia, eosinofilia, purpura,
trombositopenia, hiponatremia, sakit kuning.
DOSIS
Oral: depresi: dosis awal 75 mg 1 kali (lansia
dan remaja 30-75 mg/hari), dosis terbagi,
atau dosis tunggal menjelang tidur. Naikkan
bertahap bila perlu, maksimal 150 mg.
DOSIS PEMELIHARAAN
Lazim: 50-100 mg/hari.
ANAK di bawah 16 tahun, tidak dianjurkan
untuk depresi.
NOCTURNAL ENURESIS
ANAK 7-10 tahun 10-20 mg
11-16 tahun 25-50 mg, malam hari.
Maksimal periode pengobatan (termasuk
pemutusan obat secara bertahap) 3 bulan.
3. ALLOPURINOL
KEMASAN
INDIKASI
Osteoartritis, artritis reumatoid.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Aspirin dan obat-obat anti inflamasi non
steroid lainnya.
Penyakit ginjal berat.
Wanita hamil, ibu menyusui, anak-anak.
Ulserasi peptikum aktif atau berulang.
Insufisiensi ginjal berat non dialisa.
3.
OBAT YANG TIDAK BOLEH DI KONSUMSI OLEH PENDERITA PENYAKIT GINJAL
1. Paracetamol
Paracetamol cukup aman untuk digunakan untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Namun demikian, pastikan penggunaannya
tidak melebihi dosis anjuran dan penggunaannya sesuai dengan indikasi saja.
2. Diuretik
Selain obat penurun tekanan darah, diuretik pun juga digunakan oleh dokter untuk mengatasi sakit ginjal. Apabila ginjal rusak,
produksi urine pun terganggu dan menyebabkan cairan dan limbah beracun menumpuk di tubuh. Akibatnya, pergelangan kaki membengkak
dan Anda mungkin kesulitan bernapas. Oleh sebab itu, diuretik digunakan untuk merangsang ginjal menghasilkan lebih banyak urine. Obat
diuretik yang paling sering digunakan adalah Furosemide dan menyebabkan frekuensi pergi ke toilet lebih sering. Normalnya, dokter
spesialis ginjal mungkin akan menganjurkan Anda untuk tidak minum air telalu banyak ketika mengonsumsi diuretik. Pasalnya, cairan yang
terlalu banyak membuat obat kurang efektif, sehingga Anda perlu menambah dosis obat.
OBAT YANG BOLEH DI KONSUMSI PENDERITA PENYAKIT HATI
1. Acetaminophen (paracetamol)
Acetaminophen (paracetamol) sering terkandung dalam obat-obatan penurun demam, pereda flu, juga penghilang nyeri bebas resep.
Sebagian besar obat nyeri yang diberi label sebagai “non-aspirin” mengandung paracetamol sebagai bahan utamanya. Jika diminum sesuai
petunjuk, obat ini sangat aman bahkan bagi penderita penyakit hati sekalipun. Namun, obat mengandung acetaminophen yang diminum
terlalu banyak atau dalam dosis tinggi selama lebih dari 3 – 5 hari dapat bersifat hepatotoksik.
2. Obat antiradang non-steroid (NSAID)
NSAID merupakan obat pereda nyeri, misalnya akibat sakit kepala atau demam. Obat ini biasanya juga diresepkan untuk mengatasi
radang tulang dan sendi, seperti artritis. Jenis NSAID yang umum yakni aspirin, ibuprofen, naproxen, dan diclofenac. Ibuprofen dan NSAID
lainnya jarang mempengaruhi hati, tapi komplikasi ini umum terjadi pada orang yang mengonsumsi diclofenac. Kerusakan hati akibat
diclofenac bisa terjadi beberapa minggu sampai berbulan-bulan setelah Anda mulai mengonsumsinya.
3. Antibiotik
Obat antibiotik juga bisa bersifat hepatotoksik bila tidak diminum dengan benar. Contoh obat ini antara lain amoxicillin/clavulanate
yang digunakan untuk infeksi bronkitis, sinus, dan tenggorokan, serta isoniazid yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis. Kerusakan
hati dari amoxicillin dan clavulanate dapat terjadi segera setelah Anda mulai memakainya, tapi gejala kerusakan hati sering terlambat
dideteksi. Sementara itu, luka hati akut akibat isoniazid bisa baru muncul beberapa minggu atau bulan kemudian.
4. Methotrexate
Methotrexate merupakan obat untuk pengobatan jangka panjang dari psoriasis berat, rheumatoid arthritis, dan beberapa pasien
penyakit Crohn. Pasien dengan penyakit hati, obesitas, atau rutin minum alkohol tidak disarankan menggunakan obat ini. Penggunaan
methotrexate jangka panjang pada kelompok tersebut bisa meningkatkan risiko sirosis hati dan penyakit perlemakan hati. Untuk mencegah
efek hepatotoksik tersebut, dokter biasanya meresepkan obat ini dalam dosis rendah.
5. Amiodarone
Amiodarone digunakan untuk mengobati irama jantung tidak teratur (aritmia). Sisa obat yang tersimpan mampu menyebabkan
perlemakan hati dan hepatitis. Bahkan, obat ini dapat terus merusak hati bahkan lama setelah obat dihentikan. Kerusakan hati yang serius
dapat menyebabkan gagal hati akut, sirosis, dan kebutuhan transplantasi hati. Meski begitu, kerusakan hati yang serius terjadi pada kurang
dari 1% pasien dan bisa dicegah dengan penggunaan obat sesuai anjuran.
6. Statin
Statin (atorvastatin, simvastatin, dan sejenisnya) merupakan obat untuk menurunkan kolesterol “jahat” dan mencegah stroke. Obat ini
cenderung tidak menyebabkan cedera hati yang signifikan, tapi statin sering kali memengaruhi tes darah fungsi hati. Statin dalam dosis wajar
tidak menimbulkan kerusakan permanen. Namun, konsumsi obat ini dalam dosis tinggi dapat bersifat hepatotoksik. Dampak yang mungkin
muncul yakni kerusakan hati parah, termasuk gagal hati yang mengarah ke transplantasi hati.
7. Antidepresan
Beberapa obat antidepresan juga dapat menimbulkan efek hepatotoksik. Antidepresan dalam kelompok ini meliputi obat untuk
dysthymia, gangguan kecemasan, gangguan obsesif kompulsif (OCD), serta gangguan makan. Beberapa contoh antidepresan yang bisa
merusak hati termasuk bupropion, fluoxetine, mirtazapine, dan antidepresan trisiklik seperti amitriptilin. Risperidone yang digunakan sebagai
antipsikotik juga dapat menyebabkan penyumbatan aliran empedu dari hati.
8. Obat-obatan anti-kejang
Beberapa obat-obatan anti-kejang atau anti-epilepsi dapat menyebabkan kerusakan hati. Fenitoin dapat menyebabkan kerusakan hati
segera setelah Anda mulai meminumnya, itulah sebabnya hasil tes hati Anda akan dipantau dengan ketat. Valproate, phenobarbital,
carbamazepine, dan lamotrigin juga dapat menyebabkan luka hati. Akan tetapi, jaringan luka mungkin baru muncul setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan pemakaian obat.
9. Obat-obatan lainnya
Obat-obatan lain yang berpotensi merusak hati di antaranya: pil KB, steroid anabolik, obat antijamur (ketoconazole, terbinafine),
acarbose (obat diabetes), antiretroviral/ARV (obat infeksi HIV), disulfiram (obat untuk mengatasi alkoholisme), allopurinol (obat
pencegahan serangan asam urat), dan obat-obatan antihipertensi (captopril, enalapril, irbesartan, lisinopril, losartan, verapamil).
1. Aminoglikosida
2. Antiamuba
3. Antimalaria
4. Antivirus
5. Diuretic
6. Kolagogum
7. koletitolitik
8. hepatik protector
9. multivitamin dengan mineral
SELESAI...!