Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP DASAR MANAJEMEN KELAS

A. Pengertian Manajemen
Secara etimologis, kata manajemen merupakan terjemahan dari management (bahasa
inggris). Kata management tersebut berasal dari kata manage atau magiare yang berarti
melatih kuda dalam melangkahkan kakinya. Dalam pengertian manajemen tersebut
terkandung dua kegiatan, yaitu kegiatan berpikir (mind)dan kegiatan tingkah laku (action).
Namun secara terminologis manajemen merupakan rangkaian kegiatan yang berupa
proses perencacnaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan penilaian untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan bersama. Dalam manajemen setidaknya terdapat tiga unsur
penting, yaitu sekelompok orang, kerjasama, dan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Pengertian Kelas
Kelas dapat diartikan sebagai unit kerja terkecil di sekolah yang digunakan sebagai
tempat untuk kegiatan belajar-mengajar. Di dalam suatu kelas terdiri dari sekelompok peserta
didik dan berbagai sarana belajar. Sekelompok peserta didik tersebut tentu tidaklah homogen,
tetapi heterogen atau beraneka ragam, mulai dari perbedaan fisik maupun perbedaan psikis
hingga perbedaan tipe belajar.
Di dalam sebuah kelas juga terdapat berbagai sarana belajar. Kelas merupakan
prasarana karena merupakan benda atau alat yang tidak dapat dipindahkan. Di dalamnya
terdapat sarana seperti papan tulis, meja, kursi, globe, peta dunia, penghapus dan lain
sebagainya yang mana itu semua merupakan alat yang dapat dipindahkan.
Berikut adalah standar kelas di tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana
untuk SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
a. Kelas untuk SD/MI
SD/Mi memiliki minimum 6 kelas dan maksimum 24 kelas. Kapasitas
maksimum ruang kelas 28 peserta didik. Adapun rasio minimum luas ruang kelas
2m2/peserta didik. Untuk kelas dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas adalah 30 m2 dengan lebar minimum ruang kelas 5 m.
Ruang kelas berfugsi sebagai tempat kegiatan pembelajan teori, praktik, yang
tidak memerlukan peralatan khusus atau praktik dengan alat khusus yang mudah
dihadirkan.Ruang kelas harus memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan

1
yang memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
Ruang kelas juga harus memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan
guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya dan dapat dikunci dengan baik
saat tidak digunakan.
b. Kelas untuk SMP/MTs
Pada satu SMP/MTs memiliki minimum 3 kelas dan maksimum 24 kelas.
Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 32 peserta didik. Rasio minimum ruang
kelas 2m2/peserta didik. Untuk kelas dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas
minimum ruang kelas adalah 30 m2 dengan lebar minimum ruang kelas 5 m. Untuk
perarturan yang lain bisa disamakan dengan kelas untuk SD/MI.
c. Kelas untuk SMA/MA
Pada sebuah SMA/ma memiliki minimum 3 kelas dan maksimum 27 kelas.
Untuk perarturan yang lain bisa disamakan dengan kelas untuk SD/MI. Adapun
sarana minimum yang dihadirkan di setiap jenjang pendidikan mulai dari kelas di
tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA adalah sebagai berikut:
Dari segi perabot adalah: kursi peserta didik, meja peserta didik, kursi guru,
meja guru yang masing-masing 1 buah perorang, lemari dan papan panjang untuk
memajang hasil karya siswa. Hanya saja di SD/MI minimum adalah rak. Dari segi
media pendidikan minimum papan tulis. Dari segi peralatan pendidikan diantaranya
tempat sampah, tempat cuci tangan, jam dinding, dan soket listrik

C. Pengertian Manajemen Kelas


Manajemen kelas adalah keterampilan guru sebagai seorang leader sekaligus manajer
dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif untuk meraih keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
Sebagai seorang leader di kelas, guru bertugas untuk mengelola sarana kelas,
mengelola potensi peserta didik serta menggunakan teknologi dalam mengelola kelas agar
dapat melahirkan produktivitas kerja, efisiensi, tepat waktu (sesuai dengan rencana
pembelajaran), dan kualitas kegiatan belajar-mengajar.
a. Pengelolaan ruang kelas
Pengelolaan ruang kelas berkaitan dengan pengaturan kelas yang meliputi
pengadaan dan pengaturan ventilasi, tempat duduk peserta didik, alat-alat peraga

2
pembelajaran, dan lain-lain yang membuat kegiatan belajar-mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien.

b. Pengelolaan peserta didik


Pengelolaan peserta didik ini berkaitan dengan pemberian stimulus dalam
membangkitkan dan mempertahankan kondisi motivasi peserta didik untuk secara
sadar berperan aktif dan terlibat dalam kegiatan belajar di kelas. Karena peserta
didik kterkadang hari ini semangat dalam belajar akan tetapi besok belum tentu.
Perwujudannya dapat berbentuk kegiatan, prilaku, suasana yang diatur atau
diciptakan guru.

D. Tujuan Manajemen Kelas


Secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang
nyaman sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian,
kegiatan tersebut akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah sehingga tujuan belajar yang
telah ditetapkan dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.
Sementara secara khusus menurut Salman Rusydie, tujuan dari manajemen kelas adalah
sebagai berikut:
a. Memudahkan belajar bagi peserta didik.
b. Mengatasi hambatan-hambatan yang menghalangi terwujudnya interaksi dalam
kegiatan belajar-mengajar.
c. Mengatur berbagai penggunaan fasilitas belajar.
d. Membina dan membimbing peserta didik sesuai dengan berbagai latar belakang
sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.
e. Membantu peserta didik belajar dan bekerja sesuai dengan potensi dan
kemampuan yang dimilikinya.
f. Menciptakan suasana sosial yang baik di dalam kelas
g. Membantu peserta didik agar dapat belajar dengan tertib

E. Kegiatan Manajemen Kelas


Setidaknya, ada tiga kegiatan inti pada manajemen kelas, yaitu sebagai berikut:
a. Menciptakan iklim belajar-mengajar yang tepat.
Untuk dapat menciptakan iklim belajar yang tepat, seorang guru sebagai manajer
kelas harus:

3
 Mengkaji konsep dasar manajemen kelas.
 Mengkaji prinsip-prinsip manajemen kelas.
 Mengkaji aspek dan fungsi manajemen kelas.
 Mengkaji komponen dan prinsip manajemen kelas.
 Mengkaji pendekatan-pendekatan manajemen kelas.
 Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi suasana belajar-mengajar.
 Menciptakan suasana belajar yang baik.
 Menangani masalah pengajaran di kelas.
b. Mengatur ruangan belajar
Dalam kegiatan pengaturan ruangan belajar, guru melakukan tiga hal, antara lain:
 Merencanakan sarana kelas yang dibutuhkan.
 Mengkaji berbagai tata ruanhg belajar.
 Mengkaji berbagai ssarana kelas.
 Mengatur ruang belajar yang tepat.
c. Mengola interaksi belajar-mengajar
setidaknya ada lima kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengelola interaksi
belajar mengajar, antara lain:
 Mengkaji cara-cara mengamati kegiatan belajar-mengajar.
 Dapat mengamati kegiatan belajar-mengajar.
 Menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar.
 Memperaktekan berbagai keterampilan dasar mengajar.
 Mengatur peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar

F. Indikator Keberhasilan Manajemen Kelas


Menurut Salman Rusydie, jika berbagai kegiatan manajemen kelas dapat
dilaksanakan dengan baik, tujuan manajemen kelas dapat tercapai. Maka, ada dua
kemungkinan yang akan dialami oleh peserta didik sebagai indikator keberhasilan
manajemen kelas. Pertama, sebuah manajemen kelas dapat dikatakan berhasil jika
sesudah itu setiap peserta didik mampu untuk terus belajar dan bekerja. Peserta didik
tidak mudah menyerah dan pasif disaat mereka tidak tahu atau kurang memahami
tugas yang harus dikerjakan. Setidaknya, peserta didik masih menunjukan semangat
dan gairahnya untuk terus mencoba belajar walaupun mereka menghadapi hambatan

4
dan masalah yang sangat sullit. Kedua, sebuah manajemen kelas juga dapat dikatakan
berhasil jika peserta didik mampu untuk terus-menerus melakukan pekerjaan tanpa
membuang-buang waktu dengan percuma. Artinya, setiap peserta didik akan bekerja
secepatnya supaya ia segera dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya.
Hal ini akan menjadi peserta didik mampu menggunakan waktu belajarnya seefektif
dan seefisien mungkin.

BAB II
PRINSIP DAN KOMPONEN KETERAMPILAN MANAJEMEN KELAS

A. Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas


Setidaknya ada enam prinsip yang harus dipahami oleh guru dalam pelaksanaan
kegiatan manajemen kelas yang efektif yaitu:
a. Hangat dan antusias
Sikap hangat akan sangat mungkin bisa dimunculkan apabila seorang guru
mau dan mampu menjalin ikatan emosional dengan peserta didik. Ada beberapa cara
yang dilakukan oleh guru untuk membangun ikatan emosional antara guru dengan
peserta didik diantaranya guru tidak segan untuk menyapa peserta didik terlebih
dahulu, membiasakan diri untuk berjabat tangan dengan peserta didik, membuka
keran komunikasi dengan peserta didik, dan memperlakukan peserta didik sebagai
manusia yang sederajat.
b. Tantangan
Kemampuan guru memberikan tantangan dapat meningkatkan semangat
belajar peserta didik. Ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru dalam
memberikan tantangan kepada peserta didik diantarnya melakukan evaluasi sederhana
secara berkala setiap minggu, mengaitkan materi pelajaran dengan berbagai fakta di
lapangan, dan mengajarkan keterampilan hidup dalam kegiatan belajar kepada peserta
didik.
c. Bervariasi
Variasi gaya mengajar oleh guru akan membuat suasana belajar menjadi
dinamis, hidup, dan mampu meningkatkan komusikasi yang abaik antara guru dengan
peserta didik. Variasi mengajar bisa dilakukan dengan cara variasi intonasi suara saat
mengajar dalma hal intonasi, volume, nada, kecepatan, dan isi pembicaraan serta
penggunaan bahasa. Variasi yang lain juga dilakukan guru dengan variasi anggota

5
badan seperti kontak pandang yang menyeluruh kepada peserta didik dengan tatapan
yang lembut. Jika ada peserta didik melakukan hal yang tidak di inginkan maka bisa
memberikan tatapan yang tajam. Posisi guru saat mengajar juga merupakan variasi
mengajar, seperti perpindahan posisi guru dari depan ke belakang maupun kesamping.
Alat indera, kemampuan intelektual, keadaan sosial dan gaya belajar peserta didik pun
homogen maka guru harus menerapkan metode maupun media yang bervariasi.
d. Keluwesan
Keluwesan disini yaitu keluwesan prilaku guru untuk mengubah metode
mengajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kondisi kelas untuk mencegah
kemungkinan munculnya gangguan belajar pada peserta didik agar belajar mengajar
menjadi kondusif dan efektif,
Jika ada peserta didik yang mengantuk, membolos, dan kondisi kelas ribut
maka guru yang bijak tidak boleh menyalahkan mereka, Guru perlu menintropeksi
dengan penggunaan metode mengajarnya yang digunakan selama ini. Bisa jadi guru
mengajar terlalu monoton dan membosankan dengan tidak menggunakan metode
mengajar yang bervariasi seperti yang telah dijelaskan.
e. Penekanan pada hal yang positif
Penekanan pada hal yang positif misalnya komentar-komentar yang positif
yang diberikan kepada pesrta didik yang berprilaku positif. Akibatnya, peserta didik
memiliki rasa percaya diri akan performa dan kemampuanmereka.
f. Penanaman disiplin diri.
Tujuan akhir dari kegiatan manajemen kelas adalah menjadikan peserta didik
dapat mengembangkan disiplin pada diri sendiri sehingga tercipta kondisi belajar
yang kondusif. Langkah yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan mendidik
mereka untuk berprilaku baik dan menjauhi prilaku yang buruk. Guru harus bisa
menjadi model atau contoh bagi peserta didik baik di kelas, sekolah maupun di
masyarakat. Misalnya guru datang ke kelas tepat waktu, berbicara dengan santun dan
lain sebagainya.
B. Komponen Keterampilan Manajemen Kelas
Secara singkat, setidaknya ada empat komponen keterampilan manajemen kelas,
yaitu:
a. Keterampilan memilih dan menggunakan pendekatan dalam manajemen kelas
Hal ini dapat terwujud jika guru memiliki keterampilan berkomunikasi,
menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan peserta didik, mendengarkan secara

6
simpatik ide-ide yang dikemukakan, membangun hubungan saling mempercayai, dan
mengendalikan situasi sehingga peserta didik merasa aman, penuh pemahaman, dan
dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
b. Keterampilan mengatur ruang kelas
Keterampilan yang harus dikuasai guru antara lain yaitu: Mampu
memvariasikan kegiatan yang mencakup penyediaan ruangan, peralatan maupun cara
melaksanakan, Membentuk kelompok yang tepat, Membagi perhatian pada berbagai
tugas dan kebutuhan peserta didik, dan lain sebagainya.
c. Keterampilan membina dan memudahkan belajar peserta didik
Hal ini dapat dicapai jika guru menguasai keterampilan diantaranya:
Memberikan penguatan yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik,
Guru tanggap terhadap peserta didik setelah itu memusatkan perhatian dan
memberikan bantuan ketika kegiatan belajar berlangsung.
d. Keterampilan menciptakan iklim kelas yang kondusif
Guru harus tanggap terhadap prilaku peserta didik. Membagi perhatian baik
secara visual maupun verbal. Secara visual dengan cara mengubah pandangannya
dalam memerhatikan kegiatan pesrta didik. Adapun secara herbal guru memberi
komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas peserat didik.
Guru juga harus mampu memusatkan perhatian peserta didik dengan cara memberi
tanda, pemberian tanggung jawab dan pengarahan serta petunjuk.

Hubungan ntara keempat keterampilan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterampilan memilih dan


menggunakan pendekatan
dalam manajemen kelas

Keterampilan
Keterampilan mengatur
menciptakan iklim
ruang kelas
kelas yang kondusif

Keterampilan membina
dan memudahkan
belajar peserta didik

7
BAB III
PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS

Pendekatan dalam manajemen kelas dapat diartikan sebagai cara pandang seorang
guru dalam kegiatan pengelolaan kelas. Keterampilan pertama yang harus dikuasai oleh guru
untuk mengelola kelas adalah keterampilan dalam memahami, memilihm dan menggunakan
berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Terdapat 9 jenis pendekatan dalam manajemen
kelas yaitu:
A. Pendekatan Kekuasaan
Dalam penerapannya, guru memiliki dua peran. Pertama, berperan sebagai
pengontrol (controller), Kedua, berperan sebagai pembimbing (konselor) prilaku peserta
didik di dalam kelas. Sebagai pengontrol, guru memiliki kekuasaan untuk melakukan
penguasaan terhadap prilaku peserta didik di dalam kelas. Jika peserta didik berprilaku
sesuai dengan aturan-aturan di kelas, guru berkuasa untuk memberikan penghargaan (reward)
kepadanya. Tetapi sebaliknya, jika melanggar makan guru membimbingnya agar peserta
didik tidak mengulangi. Jika masih melanggar maka guru memberikan hukuman
(punishment).
B. Pendekatan Ancaman
Jika memang seorang guru dengan terpaksa melakukan pendekatan ancaman kepada
peserta didiknya yang berprilaku kurang sesuai dengan yang diharapkan, ancaman tersebut
harus dilakukan secara wajar dan jangan sampai melukai hati peserta didik seperti ancaman
fisik. Guru dapat memberikan ancaman yang mendidik, seperti memberikan tugas belajar
tambahan dan memberikan tugas-tugas lainnya seperti membersihkan kelas merapikan buku
di rak baca, dan lain sebagainnya.
C. Pendekatan Kebebasan
Jika dengan kekuasaannya seorang guru terlalu mengekang peserta didiknya, hal itu
dapat menjadikan peserta didik tidak nyaman di kelas karena berada dalam tekanan.
Sementara itu jika seorang guru terlalu membebaskan peserta didiknya di dalam kelas, hal itu
dapat menjadikan peserta didik meremehkan kegiatan belajar-mengajar.
D. Pendekatan Resep
Pendekatan resep dapat diartikan sebagai cara pandang guru yang berasumsi bahwa
kelas dapat dikelola dengan baik melalui pembuatan dan penerapan aturan kelas yang
disepakati bersama di minggu pertama awal tahun ajaran baru.

8
E. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan pengajaran yaitu cara pandang guru yang beranggapan bahwa kelas yang
kondusif dapat dicapai dengan kegiatan mengajar itu sendiri. Sebelum membuat perencanaan
pengajaran, guru harus melakukan analisis kemampuan awal dan karakteristik peserta didik
agar kegiatan mengajar sesuai dengan kondisi peserta didik yang berbeda-beda.
F. Pendekatan Perubahan Prilaku
Prilaku peserta didik dibagi menjadi dua yaitu, positif dan negatif. Positif adalah
prilaku yang diharapkan oleh guru. Sedangkan negatif adalah sebaliknya. Untuk mengurangi
prilaku yang tidak dikehendaki, guru dituntut untuk menggunakan hukuman dan melakukan
penghapusan atau pembatalan pemberian penghargaan.
G. Pendakatan Sosio-Emosional
Kondisi kelas yang kondusif dapat tercapai jika hubungan antara guru dengan peserta
didik serta peserta didik dengan peserta didik lainnya terjalin dengan baik.
H. Pendekatan kerja kelompok
Alasan menerapkan pendekatan kerja kelompok adalah sebagai harapan timbal balik
yang jelas antara peserta didik dan guru, kepemimpinan guru yang mengarahkan kegiatan
kelompok untuk pencapaian tujuan belajar, dan yang terakhir terjalinnya komunikasi yang
efektif antar anggota kelompok yang terlibat .
I. Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis atau pluralistik lebih menunjukkan pada suatu penggunaan
kombinasi atau perpaduan dari beberapa pendekatan daripada hanya menggunakan satu
pendekatan saja. Oleh karena itu guru harus memahami berbagai macam pendekatan dalam
manajemen kelas.

BAB IV
PENGATURAN RUANG KELAS

A. Pengaturan Tempat Duduk Peserta Didik


a. Formasi Tradisional
Pada formasi tradisional, para peserta didik duduk berpasangan dalam satu
meja dengan satu kursi panjang atau dua kursi. Tempat duduk pada formasi ini
berderet memanjang kebelakang. Biasanya peserta didik perempuan berada di barisan
depan, sedangkan peserta didik laki-laki ada di belakang atau peserta didik yang
berpostur tubuh pendek ada di posisi depan, sedangkan yang berpostur tubuh tinggi

9
ada di posisi belakang. Formasi tradisional ini sangat tepat sekali dibentuk jika guru
menggunakan metode ceramah.
b. Formasi Auditorium
Formasi auditorium hampir sama dengan formasi tradisional. Perbedaannya,
pada formasi ini posisi tempat duduk peserta didik berderet memanjang ke samping
bukan ke belakang. Formasi ini sangat cocok jika guru menggunakan metode ceramah
dan tanya jawab karena guru bisa mengamati semua peserta didik.
c. Formasi Chevron
Formasi Chevron sangat cocok jika jumlah peserta didik di dalam suatu kelas
sangat banyak. Formasi ini sangat cocok jika guru ingin menggunakan metode
ceramah interaktif, tanya jawab dan diskusi kelompok.
d. Formasi Kelas Bentuk U
Formasi Kelas Bentuk U menuntut guru untuk aktif bergerak ke segalah arah
serta berinteraksi secara langsung kepada peserta didik. Formasi ini sangat cocok
digunakan jika guru menggunbakan metode diskusi , pressentesai dan kerja tim.
e. Formasi Meja Pertemuan
Formasi meja pertemuan seperti formasi kelompok yang mana satu meja
dikelilingi oleh lima peserta didik yang dibagi menjadi lima atau enam kelompok.
Formasi ini sangat cocok jika guru memberikan tugas kelompok untuk diselesaikan
secara kolektif.
f. Formasi Konferensi
Meja yang harus digunakan adalah meja panjang yang didekatkan satu persatu
dalam bentuk memanjang sehingga terbentuk kumpulan meja berbentuk persegi
panjang. Formasi ini sangat cocok jika guru ingin menggunakan metode diskusi, debat
aktif, dan tim kuis.
g. Formasi Pengelompokan Terpisah
Guru membagi formasi tempat duduk peserta didik menjadi tiga bagian yang
mana formasi tengah membentuk formasi U dan di kanan dan kiri formasi U
membentuk posisi tempat duduk kelompok bisa berbentu lingkaran. Gunannya
formasi U untuk pengulangan materi, dan formasi kelompok kecil yang lain untuk
pendalaman materi bagi yang sudah bisa.

10
B. Pengaturan Media Pendidikan
a. Papan Tulis
Papan tulis diletakkan di dekat dengan meja guru untuk memudahkan
perpindahan gerak guru dari tempat duduknya ke depan papan tulis dan memudahkan
peserta didik memfokuskan pandangannya ke guru serta papan tulis. Papan tulis
diletakkan harus sesuai dengan arah pencahayaan agar tulisan dapat dibaca dengan
jelas.
b. Gambar atau Poster
\ Gambar ataupun poster yang biasanya digunakan di dalam kelas umumnya
adalah gambar atau poster burung garuda, Presiden Republik Indonesia dan wakilnya,
gambar para pahlawan, Peta Indonesia dll. Guru sebagai manajer kelas harus bisa
menempatkan posisinya dengan baik.

BAB VI
PEMBINAAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK

A. Pengertian Disiplin
Dalam konteks manajemen kelas, disiplin dapat diartikan sebagai upaya yang
dilakukan oleh guru sebagai manajer kelas untuk menjadikan peserta didiknya memiliki
kemampuan guna mengendalikan diri dan berprilaku sesuai dengan tertib di kelas.
Ali Imron membagi disiplin menjadi tiga. Pertama, disiplin yang dibangun atas dasar
otoritarian. Peserta didik diharuskan menurut saja terhadap apa yang dikehendaki guru serta
tidak boleh membantah. Kedua, disiplin yang dibangun atas dasar permissive. Peserta didik
dibiarkan berbuat apa saja sepanjang itu menurutya baik. Dengan demikian ini berlawanan
dengan konsep otoritarian. Ketiga, disiplin yang dibangun berdasarkan konvergensi dari
konsep otoritarian dan permissive. Peserta didik diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk
berbuat apa saja, namun harus menanggung kosekuensi dari perbuatannya tersebut.

B. Urgensi Pembinaan Disiplin


Agar tercipta kedisiplinan pada peserta didik, guru harus mampu melakukan hal
berikut:
 Membantu mengembangkan pola prilaku dalam dirinya.
 Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunya.

11
 Menggunakan pelaksanaan tata tertib kelas sebagai media untuk menegakkan
disiplin.
C. Teknik Pembinaan dan Penerapan Disiplin Kelas
a. Teknik external control
Merupakan suatu teknik yang mana disiplin peserta didik haruslah
dikendalikan dari luar peserta didik. Peserta didik harus senantiasa diawasi dan
dikontrol agar tidak terbawa oleh kegiata-kegiatan yang tidak produktif.
b. Teknik internal control
Merupakan kebalikan dari teknik external control. Teknik ini mengusahakan
agar peserta didik dapat mendisiplinkan diri sendiri di dalam kelas. Peserta didik
disadarkan akan pentingnya disiplin maka ia akan mawas diri serta berupaya
mendisiplinkan diri sendiri.
c. Teknik cooperative control
Dalam teknik ini, guru dan peserts didik lazimnya membuat semacam kontrak
perjanjian kelas yang berisi aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama.
Jika melanggar maka akan ada sanksi yang diterima. Dengan ini guru dapat
bekerjasama dengan peserta didik dengan baik.

Guru dapat menggabungkan ketiga teknik pembinaan tersebut secara efektif dengan
melakukan hal berikut:
 Guru mencontohkan prilaku yang tertib.
 Guru memisahkan peserta didik dari prilakunya.
 Guru membuat peserta didik menerima tanggung jawab.
 Guru sebaiknya dapat memberikan solusi atas prilaku peserta didik yang tidak
diharapkan daripada memberikan sanksi.
 Guru memberikan umpan balik yang positif ketika prilaku bertambah baik.
 Guru menghapus bersih daftar kesalahan peserta didik dan mampu berpikir
positif kepada mereka.
 Guru fokus memberikan penghargaan kepada peserta didik yang berprilaku
baik.
 Guru bekerjasama dengan kepala sekolah dan wali peserta didik untuk
mengatasi prilaku buruk peserta didik.

12
D. Implementasi Hukuman dan Hadiah
Beberapa macam hukuman yang umum diberikan kepada guru adalah sebagai berikut:
a. menatap tajam peserta didik
b. Menegur peserta didik.
c. Menghilangkan privelege (hak-hak istimewa seperti tidak boleh ikut ulangan).
d. Berdiri di depan kelas.
e. Memberikan skor pelanggaran.

BAB VII
PENCIPTAAN IKLIM KELAS YANG KONDUSIF

A. Pengertian iklim kelas yang kondusif


Iklim kelas yang kondusif adalah suasana atau keadaan yang mendukung keberhasilan
pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Jika ternyata kelas belum bisa mendukung
keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, guru perlu mengendalikan kelas tersebut, bukan
mengendalikan materi pelajaran ataupun peserta didik.
B. Pentingnya Penciptaan Iklim Kelas yang Kondusif
Terdapat tiga jenis suasana kelas yang dihadapi oleh peserta didik setiap harinya.
a. Suasana kelas autokrasi
Guru banyak menerapkan perintah dan larangan, menggunakan kekerasan,
penekanan, persaingan, hukuman dan ancaman untuk mengawasi prilaku peserta
didik. Kegiatan belajar-mengajar berpusat kepada guru (teacher oriented).
b. Suasana kelas laissez-faire
Guru sangat jarang memperlihatkan kepemimpinannya serta banyak
memberikan kebebasan kepada peserta didik. Kegiatan belajar-mengajar berpusat
kepada peserta didik (student oriented).
c. Suasana kelas yang demokratis
Guru memperlakukan peserta didik sebagai individu yang dapat bertanggung
jawab, mampu mengambil keputusan, dan dapat memcahkan masalah yang dihadapi.
Maka akan tumbuh rasa percaya diri, saling percaya satu sama lain. Suasana kelas
seprti inilah yang banyak memberikan dampak positif di kelas.

13
C. Pengembangan Komunikasi di Kelas
Pada umumnya, ada dua gaya dalam berkomunikasi, yaitu komunikasi satu arah dan
komunikasi dua arah. Di konteks kelas, komunikasi satu arah merupakan komunikasi yang
hanya datang dari guru kepada peserta didik berupa perintah, nasihat, maupun teguran. Hal
ini biasanya dilakukan oleh guru yang otoriter. Akibatnya, peserta didik tertekan dan kegiatan
belajar-mengajar mengalami kegagalan.
Sementara komunikasi dua arah adalah komunikasi yang komunikator dan komunikan
bergantian memberikan informasi. Komunikasi dua arah ini membuat peserta didik merasa
betah, nyaman dan aman untuk belajar. Oleh karena itu jika guru ingin menciptakan kondisi
kelas yang kondusif, guru harus memperaktikan komunikasi dua arah.

14

Anda mungkin juga menyukai