Anda di halaman 1dari 16

PENGALAMAN RELAKTASI IBU MENYUSUI PASCATERINFEKSI COVID-19 DI

JADEBOTABEK

Mia Ilmiawaty Saadah1 dan Ahmad Syafiq2


1
Mahasiswi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Corresponding Author: Mia Ilmiawaty Saadah, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia
E-mail: mia.ilmiawaty91@ui.ac.id

Abstrak
Infeksi virus SARS-Cov-2 pada pandemi Covid-19 dapat mengakibatkan ibu berhenti menyusui
namun dapat pula melakukan relaktasi pascapulih. Relaktasi merupakan proses mengembalikan bayi
kembali menyusu setelah sebelumnya berhenti. Menyusui bukan sekadar memberi ASI merupakan
alasan penting mengapa relaktasi perlu dilakukan. Penelitian deskriptif fenomenologi ini bertujuan
untuk dapat mengetahui dan mendeskripsikan pengalaman ibu menyusui di Jadebotabek menjalani
relaktasi pascaterinfeksi Covid-19. Data diperoleh melalui wawancara mendalam 15 partisipan. Data
dianalisis dengan metode Colaizzi. Ditemukan tujuh tema yang berkaitan dengan pengalaman relaktasi
tersebut, yaitu 1) Indikasi, 2) Motivasi, 3) Strategi, 4) Perasaan ibu, 5) Dukungan, 6) Pengetahuan, dan
7) Harapan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa relaktasi di situasi pandemi Covid-19 adalah hal yang
mungkin dan dapat dilakukan. Relaktasi dapat dilakukan oleh semua ibu tanpa melihat status
pendidikan, status pekerjaan, usia bayi, usia ibu, status paritas, dan waktu berhentinya menyusui.
Penelitian ini menyarankan perlunya panduan relaktasi, layanan telemedicine atau breastfeeding
helpline, dan homecare melalui fasilitas kesehatan yang terjangkau baik secara akses maupun biaya
kesehatan bagi ibu yang menjalani relaktasi. Selain itu, program-program edukasi menyusui yang
melibatkan peran ayah atau suami dan dukungan dari tempat bekerja juga perlu ditingkatkan
mengingat besarnya dampak dukungan ini pada keberhasilan relaktasi.

Kata kunci: relaktasi; menyusui; pandemi; Covid-19.

PENDAHULUAN bahwa dukungan menyusui pada situasi


pandemi ini dapat dilakukan dengan
Pada pandemi Covid-19 WHO mendukung ibu untuk terus menyusui
merekomendasikan bahwa ibu yang secara langsung atau memerah ASI sedini
diduga atau telah terkonfirmasi Covid-19 mungkin, dengan bantuan yang optimal
harus tetap didukung untuk tetap sampai dengan mengupayakan relaktasi.
menyusui. Sebagai bentuk upayanya, ibu Ibu yang terinfeksi atau diduga
perlu mendapatkan konseling bahwa terinfeksi Covid-19 perlu didukung untuk
manfaat menyusui secara substansial lebih mengetahui tentang pentingnya terus
besar daripada potensi risiko penularan memberikan ASI kepada bayinya, dan
Covid-19. Penelitian yang dilakukan oleh bahwa tujuan ini dapat dicapai dengan
Cheema tahun 2020 (1) menambahkan menerapkan praktik kebersihan dan

3183
keselamatan yang tepat (2). Akan tetapi, ASI atau pemberian makanan artifisial
ketika pemisahan ibu-bayi terjadi, semakin besar. Pemberian makanan
pemberian makanan tambahan dengan ASI artifisial diketahui merupakan penyebab
donor yang dipasteurisasi atau pemberian penting peningkatan mortalitas dan
susu formula bayi mungkin efektif sampai morbiditas pada bayi. Selain itu, relaktasi
relaktasi dilakukan (3). menjadi bagian integral penting dari
Pada Agustus 2021, Analisis Data Inisiatif Rumah Sakit Ramah Bayi. (6).
Covid-19 menyebutkan bahwa jumlah Di sisi lain, pentingnya relaktasi
kasus Covid-19 di Propinsi DKI Jakarta sebagai cara ibu dan bayi kembali
adalah sebanyak 845.938, sementara di mendapatkan manfaat menyusui terutama
Propinsi Jawa Barat adalah sebanyak dalam situasi bencana, yang dikaji dalam
669.103. DKI Jakarta dan Jawa Barat temuan-temuan ilmiah maupun di dalam
merupakan propinsi dengan peringkat satu kebijakan terkait dukungan menyusui di
dan dua kasus Covid tertinggi di Indonesia, masih sangat terbatas. Selain
Indonesia. Selain itu, berdasarkan data itu, belum tersedia pula dokumen resmi
Top 10 kabupaten kota dengan kasus dari Kementerian Kesehatan RI berupa
Covid terbanyak sampai Agustus 2021, panduan yang dapat digunakan tenaga
wilayah Jadebotabek menempati delapan kesehatan untuk membantu ibu menjalani
posisi selain Kota Semarang dan Surabaya proses relaktasi. Penelitian ini bertujuan
(4). Sejumlah informasi berdasarkan untuk mendeskripsikan pengalaman
Analisis Data Covid-19 Indonesia tersebut, relaktasi ibu menyusui pascaterinfeksi
memfokuskan perolehan angka kasus Covid-19.
terbesar berada pada wilayah Jakarta,
Depok, Bogor, Tangerang raya, dan ISI
Bekasi (Jadebotabek). Sehingga, amat
memungkinkan penyintas Covid-19 dari METODE PENELITIAN
berbagai kelompok usia, termasuk dari Penelitian ini terbatas pada
kelompok rentan ibu menyusui di ibu menyusui yang melakukan
Jadebotabek lebih banyak daripada daerah relaktasi baik yang berhasil maupun
lain di Indonesia. tidak berhasil dan hanya yang
Terpisahnya ibu dan bayi pada berdomisili di daerah Jadebotabek.
situasi pandemi Covid-19 menyebabkan Lingkup pengalaman relaktasi
kerugian kumulatif, termasuk mengganggu tersebut terbatas pada pengalaman
proses menyusui dan membatasi relaktasi ibu pascaterinfeksi Covid-
perlindungannya terhadap penyakit 19 pada tahun 2020 sampai Maret
menular (5). Perpisahan juga 2022, tanpa menggali riwayat
memungkinkan tergantinya praktik menyusui secara menyeluruh yang
menyusui yang dapat menimbulkan risiko lebih mendalam lagi.
lebih besar dalam situasi darurat. Oleh Panduan wawancara
sebab itu, mengembalikan ibu dan bayi diadaptasi berdasarkan teori
pada praktik menyusui setelah sebelumnya perubahan perilaku di mana
berhenti atau relaktasi, merupakan upaya terdapat faktor intrapersonal dan
yang perlu dilakukan agar ibu dan bayi interpersonal yang dapat
kembali mendapatkan kebaikan-kebaikan mempengaruhi seseorang dalam
menyusui. melakukan suatu perilaku
Menyusui bukan sekadar memberi kesehatan. Dalam hal ini perilaku
ASI merupakan alasan penting mengapa kesehatan tersebut adalah relaktasi
relaktasi perlu dilakukan. Tidak hanya itu, pascaterinfeksi Covid-19. Faktor-
pemisahan ibu dan bayi mengakibatkan faktor lain yang mungkin berkaitan
peluang penggunaan makanan pengganti dengan menyusui, seperti faktor

3184
komunitas yang berkaitan dengan fenomena melalui wawancara
kebijakan pemerintah, tidak mendalam pada partisipan yang
diikutkan dalam penelitian ini. terlibat fenomena tersebut (9).
Peneliti telah mendapatkan Pemilihan informan dalam
persetujuan etika penelitian dari penelitian ini dilakukan dengan
Komisi Etik Penelitian Kesehatan teknik purposive sampling yaitu
Fakultas Kesehatan Masyarakat pemilihan informan dilakukan
Universitas Indonesia (KEPK FKM secara subjektif dan selektif (7,9).
UI) dengan surat Nomor:ket- Instrumen penelitian yang utama
21/UN2.F10.D11/PPM.00.02/2022 adalah peneliti itu sendiri.
pada 22 Februari 2022. Penelitian Kemudian instrumen atau alat
ini dilakukan karena pengalaman pengumpul data lainnya adalah
relaktasi khususnya sebagai praktik pedoman wawancara, laptop,
yang berguna pada masa telefon seluler, alat tulis, aplikasi
bencana/pandemi adalah informasi Zoom dan Whatsapp. Peneliti
penting yang perlu dikaji dan melakukan rekaman langsung
diketahui. melalui aplikasi dan alat
Penelitian ini menggunakan komunikasi yang digunakan. Pada
metode penelitian kualitatif, dengan tahap pelaksanaan, peneliti
pendekatan deskriptif melakukan wawacara mendalam
fenomenologi, melalui wawancara dan semi terstruktur.
kepada partisipan ibu menyusui Durasi wawancara dapat
berdomisili di Jadebotabek yang berlangsung mulai dari 60 menit sampai
melakukan relaktasi pascaterinfeksi 90 menit tergantung dari kesepakatan
Covid-19. Desain penelitian ini peneliti dengan informan dan
merupakan studi penelitian disesuaikan dengan kebutuhan. Peneliti
kualitatif dengan pendekatan juga menggunakan pedoman wawancara
deskriptif fenomenologi. agar menjaga wawancara tetap
Fenomenologi adalah pendekatan bersesuaian untuk menjawab pertanyaan
penelitian kualitatif yang bertujuan penelitian, dengan inti pertanyaan
untuk menggambarkan esensi suatu tentang bagaimana pengalaman ibu
fenomena dengan menjalani relaktasi pasca ibu terinfeksi
mengeksplorasinya dari sudut Covid-19. Bahasa yang digunakan
pandang mereka yang dalam wawancara adalah Bahasa
mengalaminya, untuk memahami Indonesia. Selama wawancara, para
makna yang diberikan partisipan partisipan dapat mengajukan pertanyaan
pada fenomena itu (7,8). Peneliti jika ada pertanyaan yang kurang jelas.
dalam penelitian kualitatif Pengertian variabel penelitian ini
fenomenologi berusaha menemukan dijelaskan dalam tabel definisi
sesuatu yang khas dari sebuah operasional berikut ini,
Table 1 Definisi Operasional

Istilah Definisi
Pengalaman Pengalaman ibu untuk kembali menyusui
Relaktasi anaknya setelah sebelumnya berhenti menyusui
Pascaterinfeksi Kondisi pulih dari infeksi virus SARS-Cov-2
Covid-19
Jadebotabek Kawasan metropolitan Jakarta dan sekitarnya
yaitu wilayah DKI Jakarta, Kota Depok,

3185
Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan
Kota Tangerang, Kabupaten dan Kota Bekasi

Table 2 Variabel Indikator

No Variabel Indikator Metode Referensi


Emotions
Perasaan ibu ketika Wawancara
1 Faktor (10)
menjalani relaktasi mendalam
Intrapersonal
Social Influence
Pengaruh dukungan sekitar Wawancara
2 Faktor (11,12)
terhadap relaktasi mendalam
Interpersonal
Ability beliefs Harapan terhadap bantuan
Wawancara
3 Faktor tenaga Kesehatan terhadap (12,13)
mendalam
Interpersonal relaktasi
Motivations
Motivasi ibu melakukan Wawancara (14)
4 Faktor
relaktasi mendalam
Intrapersonal
Skills
Pengalaman menyusui Wawancara
5 Faktor (13)
sebelumnya mendalam
Intrapersonal

Action Plans Wawancara


Tantangan ketika
6 Faktor mendalam (10,11,14)
menjalani relaktasi
Interpersonal

Knowledge Pengetahuan ibu tentang


Wawancara
7 Faktor relaktasi (15,16)
mendalam
Intrapersonal

Usia
General Pekerjaan
Pertanyaan
8 Characteristic of Pendidikan terakhir (10,14)
terstruktur
Mother and Baby Paritas
Usia bayi

Analisis data dilakukan oleh HASIL PENELITIAN


peneliti setelah wawancana selesai A. Karakteristik Partisipan
direkam dan ditranskrip. Tahapan Penelitian
analisis data pada penelitian ini Terdapat sejumlah 15 ibu
menggunakan metode analisis menyusui yang ikut serta sebagai
Colaizzi (17). partisipan dalam penelitian ini. Di mana
karakteristiknya tergambar dalam tabel
di bawah ini.

3186
Table 3 Distribusi Karakter Partisipan Penelitian

Karakteristik Jumlah partisipan


Usia
- 20 – 25 tahun - 1 orang
- 26 – 31 tahun - 7 orang
- 32 – 37 tahun - 6 orang
- 38 – 45 tahun - 1 orang

Tingkat Pendidikan
- SMA/SMK - 1 orang
- D3 - 3 orang
- D4/S1 - 8 orang
- S2 - 3 orang

Pekerjaan
- Ibu Rumah - 4 orang
Tangga - 11 orang
- Ibu bekerja

Paritas
- Primipara - 9 orang
- Multipara - 6 orang

Usia Bayi
- 0 – 6 bulan (usia - 9 orang
ASI eksklusif) - 4 orang
- 7 – 12 bulan - 2 orang
- 13 – 24 bulan

Usia termuda partisipan orang merupakan Sarjana dan Diploma


penelitian ini adalah 23 tahun (P9, 4, dan tiga orang partisipan lulusan
Depok) dan usia tertua adalah 38 tahun Magister atau S2. Hanya satu orang
(P15, Jakarta). Sejumlah tujuh orang partisipan yang merupakan lulusan
partisipan berusia 26 sampai dengan 31 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
tahun (P1, P2, P3, P4, P5, P11, dan P12), Lebih dari separuh partisipan adalah ibu
dan sejumlah enam orang partisipan bekerja yaitu 11 dari 15 orang,
berusia 32 sampai dengan 37 tahun (P6, sedangkan empat orang lainnya adalah
P7, P8, P10, P13, dan P14). Usia ibu rumah tangga . Empat Ibu Rumah
keseluruhan partisipan berada pada Tangga ini dua orang berlatar belakang
kisaran usia 23 sampai dengan 38 tahun pendidikan S2 dan dua orang berlatar
di mana usia ini termasuk ke dalam belakang pendidikan S1.
wanita usia subur (WUS) dengan Selanjutnya mengenai status
kesehatan organ reproduksi yang baik paritas, sejumlah sembilan dari 15
dan optimal. partisipan merupakan primipara, yaitu
Hampir seluruh partisipan baru memiliki satu anak. Sejumlah enam
memiliki latar belakang pendidikan dari 15 partisipan lainnya merupakan
jenjang universitas atau pendidikan multipara, yaitu anak lebih dari satu.
tinggi. Sejumlah tiga orang partisipan Maka pada penelitian ini, lebih dari
merupakan lulusan Diploma 3, delapan separuh partisipan penelitian ini

3187
merupakan ibu dengan anak satu, di
mana pengalaman relaktasi ini juga B. Pengalaman Relaktasi Ibu
sekaligus pengalaman pertama Menyusui Pascaterinfeksi Covid-
menyusui anak. 19 di Jadebotabek
Dari sisi usia bayi, sembilan Pada penelitian ini, peneliti
orang bayi berada pada usia ASI mengidentifikasi tujuh tema utama yang
Eksklusif yaitu berusia 0 sampai dengan menggambarkan pengalaman relaktasi
6 bulan (P2, P4, P5, P6, P7, P9, P11, ibu menyusui pascaterinfeksi Covid-19
P12, P15), kemudian empat orang bayi di Jadebotabek, yaitu 1) Indikasi
berada pada rentang usia 7 sampai relaktasi, 2) Motivasi relaktasi, 3)
dengan 12 bulan (P1, P3, P10, dan P14), Strategi relaktasi, 4) Perasaan ibu ketika
di mana bayi sudah mengkonsumsi relaktasi, 5) Orang yang paling
makanan lain selain ASI, serta sebanyak mendukung ketika relaktasi, 6)
dua orang sudah berusia lebih dari 12 Pengetahuan dan sumber informasi
bulan, di mana bayi sudah memiliki menyusui bagi ibu, dan 7) Harapan
keterampilan makan lebih banyak lagi dukungan untuk proses relaktasi. Data
dan mengkonsumsi ragam makanan lengkap matriks tema-tema utama
yang lebih beragam menjelang usia terlampir dalam lampiran laporan tesis
optimal menyusui yaitu 24 bulan. ini.
Table 4 Matriks Tema-tema Utama

No Theme cluster Emergent theme


1 Produksi ASI menurun Indikasi relaktasi (1)
Saran tenaga kesehatan
Terpisah dengan bayi
Ibu sakit berat
Kehati-hatian ibu terhadap penularan virus
2 Menyempurnakan waktu menyusui Motivasi relaktasi (2)
Memberikan asupan gizi terbaik
Menunaikan hak anak
Membangun bonding attachment dengan
anak
Agar bayi mendapatkan antibodi Covid
Anjuran agama
Susu formula mahal
3 Mengkonsumsi galaktogog Strategi relaktasi (3)
Memompa ASI
Memelihara komunikasi dengan anak
Menawarkan setiap hari
Menyusui ketika bayi menjelang tidur
Melakukan skin to skin
Menghentikan pemberian susu formula
4 Sakit Perasaan Ibu ketika relaktasi
Bahagia (4)
Sedih
Takut
Tak berdaya
Sakit hati
5 Suami

3188
Ibu Orang yang paling
Keluarga mendukung ketika relaktasi
Teman (5)
Tenaga kesehatan
6 Media sosial instagram Pengetahuan dan sumber
Media sosial youtube informasi menyusui bagi ibu
Tenaga Kesehatan (6)
Pengertian relaktasi
Pengalaman menyusui sebelumnya
7 Telemedicine Harapan untuk dukungan
Penerapan ilmu terbaru pada proses relaktasi (7)
Perlunya panduan relaktasi
Homecare
Waktu cuti
Dukungan tenaga kesehatan lebih merata
Fasilitas di tempat bekerja

1. Indikasi Relaktasi “Iya, karena minum antivirus itu kan.


Warnanya hijau, akhirnya nggak boleh
Berdasarkan analisis data tersebut, dikasihkan” (P7, usia bayi 4 bulan, usia
beberapa kondisi yang membuat ibu 33 tahun.
partisipan berhenti menyusui yaitu 1)
Ibu mengalami penurunan produksi ASI, 2. Motivasi Relaktasi
sehingga ibu mengkhawatirkan kondisi Motivasi relaktasi ibu, yaitu karena
bayinya, oleh sebab itu bayi 1) Anjuran agama, 2) Membangun
mendapatkan asupan lain dan menyusui bonding attachment dengan anak, 3)
menjadi terhenti sementara waktu, 2) Ibu Memberikan asupan gizi terbaik, 4)
berpisah dengan bayinya, baik karena Menyempurnakan waktu menyusui, 5)
ibu memerlukan perawatan di Wisma Agar bayi mendapatkan antibodi Covid-
Atlet, dirawat di rumah sakit, atau isolasi 19, 6) Susu formula mahal.
mandiri di tempat atau rumah yang
“Yang pertama saya berpikir gini anak
berbeda dengan bayinya, meskipun
itu kan titipan dari Allah jadi kita harus
kondisi kesehatan ibu tidak mengalami
menyusui pun memang sudah ada
sakit berat 3) Ibu mengalami sakit
syariatnya, sudah tertera itu ya Bu kalau
sehingga priroritas kesehatan adalah
kita harus menyusui anak itu yang
pemulihan kondisi kesehatan ibu, dalam
pertama karena dasar agama yang
keadaan ini kondisi kesehatan ibu benar-
kedua ASI itu merupakan air susu yang
benar tidak dapat menyusui, 4) Ibu
paling bagus yang paling baik gitu untuk
mendapatkan saran dari tenaga
bayi makanya saya mengupayakan
kesehatan untuk tidak menyusui selama
berbagai macam cara untuk
terinfeksi Covid-19, dan 5) Ibu memiliki
memberikan ASI kepada bayi saya gitu
pertimbangan kehati-hatian penularan
apapun kondisinya gitu. (P9, ibu
virus Covid-19.
bekerja, usia bayi 5 bulan)
“saya pindahin ke mamah saya jadi
3. Strategi Relaktasi
berhenti nyusunya sama saya” (P4, usia
bayi 6 bulan, usia ibu 26 tahun) Pengalaman terkait strategi yang
dilakukan oleh para partisipan untuk

3189
dapat berhasil relaktasi atau 5. Orang yang Paling Mendukung
mengembalikan praktik menyusu Orang yang paling mendukung
langsung ke payudara yaitu dengan cara, terhadap proses relaktasi ibu menurut
1) Memompa ASI, 2) Mengkonsumsi pengalaman para partisipan, yaitu 1)
galaktogog, 3) Memelihara komunikasi Suami, 2) Ibu (orang tua kandung), 3)
dengan anak,4) Menawarkan setiap hari, Keluarga, 4) Teman, 5) Tenaga
5) Menyusui ketika bayi menjelang Kesehatan.
tidur, 6) Melakukan skin to skin dan 7) “…Suami sih, suami dukung banget gitu
Menghentikan pemberian susu formula ya karena memang awalnya nya ”Udah
Coba aja susuin lagi, Susuin terus.
“…terus produksi aku kan masih belum Emang kamu nggak kangen?” Kayak
stabil produksi asinya masih belum balik gitu sih jadi Emang lebih support…”
lagi gitu sedangkan dia maunya mentil (P13, usia 37 tahun, ibu rumah tangga).
gitu kaya maunya dipeluk nyusu nen
kaya gitu. jadinya aku mulai nambah “…suami dan ibu kandung.
pake asi booster supaya paling ngga ada alhamdulillahnya setiap ada kunjungan
apa produksinya naik dulu gitu terus…” kaya gitu suami saya pun juga ikut gitu
(P1, ibu rumah tangga, primipara, usia jadi dia pun tau gimana kalo istrinya
bayi 12 bulan) stress gimana caranya ngga harus
perempuan loh yang menyusui ternyata
“…saya nggak ketemu selama 17 hari, tuh suami juga harus mendukung ga
tapi saya pumping setiap video call. aku hanya perempuan yang harus sendiri
sounding terus bahwa aku Ibunya kamu nyusuin..” (P4, usia 26 tahun, ibu
sabar dulu..dan dia mengerti gitu…” bekerja)
(P2, ibu rumah tangga, primipara, usia
bayi 0 bulan) 6. Pengetahuan dan sumber
informasi menyusui bagi ibu
4. Perasaan Ibu ketika Relaktasi
Perasaan-perasaan yang diutarakan Pada tema ini beberapa kelompok
oleh para partisipan beragam, mulai dari tema yaitu, 1) Media sosial instagram,
sedih, takut, bahagia, tak berdaya, sakit sebagai sumber ibu mendapatkan
hati. Kesemua perasaan itu muncul oleh informasi menyusui dan relaktasi, 2)
sebab besarnya tantangan yang dihadapi Media sosial youtube, sebagai sumber
ketika relaktasi, yang ternyata dirasakan ibu mendapatkan informasi menyusui
tidak mudah dan penuh tantangan. dan relaktasi, 3) Tenaga Kesehatan,
“…saya yang sempet down tuh, bener- sebagai sumber ibu mendapatkan
bener pompa, bener-bener ga keluar informasi menyusui dan relaktasi, 4)
sama sekali. bener-bener nol gitu 20 Pengertian relaktasi menurut
menit nol itu…” (P3, usia bayi 7 bulan, pemahaman ibu, 5) Pengalaman
usia ibu 30 tahun) menyusui sebelumnya, yang turut
memengaruhi keputusan ibu melakukan
“…hopeless ya. mamanya udah mau relaktasi.
siap-siap nih DBF (direct breastfeeding)
nenenin ke ade, adenya udah nangis “…Aku baca-baca sih, banyak baca-
duluan…. jadi saya tempelin di pipi kiri baca dari kaya sosial media tentang ASI
dia melengos ke kanan saya tempelin di gitu-gitu jadi ya muncul aja gitu
pipi kanan melengos kiri sampe seperti keinginan senggaknya target ya memang
itu. sampe bener-bener menolak gitu aku ngga muluk-muluk lah kalo aku 2
makanya saya sampe yang sedih sedih tahun aku ngga sanggup jadi aku
banget…” (P6, usia bayi 5 bulan, usia stengahnya satu tahun aku harus
ibu 35 tahun) berupaya gitu walaupun cape ya aku

3190
harus berupaya gitu…” (P3, usia 30 kita butuhkan. …” (P9, Bogor, usia 23
tahun) tahun).
“…sama bidan ya dari saya cek
kehamilan sampe sekarang pun masih PEMBAHASAN
tetep sama bidan jadi dijelasin gimana
A. Relaktasi berdasarkan Karakteristik
caranya menyusui yang bener
Partisipan
bagaimana pendekatan dengan anak
bayinya biar kamu tuh ASI nya tetep Usia bayi dan usia ibu tidak menjadi
ngalir terus buat anaknya gimana ukuran kesulitan dan keberhasilan dalam
caranya biar kamu tuh ngga stres itu penelitian ini. Sebanyak sembilan bayi (60%)
diajarin sama bidan…” (P4, usia 26 berada dalam rentang usia ASI eksklusif,
tahun) kemudian empat bayi (26.7%) berusia 7 s.d 12
“…Dari youtube saja sih saya orangnya bulan dan dua bayi (13.3%) berusia 13 s.d 24
youtube bannget gitu jadi jadi info–info bulan. Dari persebaran usia bayi tersebut, di
carinya dari youtube…” (P6, usia 35 dalam penelitian ini, tidak diketahui bahwa
tahun) semakin muda usia bayi, semakin singkat pula
waktu yang dibutuhkan untuk relaktasi.
7. Harapan Terhadap Tenaga Terdapat empat bayi berusia 0 bulan, masing-
Kesehatan dan Tempat Bekerja masing memerlukan waktu relaktasi 1 hari, 7
hari, 2 minggu, dan 4 bulan. Dengan demikian,
Proses relaktasi yang dijalani juga usia bayi tidak merupakan satu-satunya faktor
membuat para partisipan memiliki yang dapat memengaruhi keberhasilan relaktasi.
harapan-harapan terhadap dukungan
teanga kesehatan pada proses relaktasi, Apabila melihat dari persebaran usia
yaitu 1) Dukungan tenaga kesehatan partisipan dan status paritasnya, 100%
lebih merata, 2) Tersedianya fasilitas di partisipan berada pada rentang umur Wanita
tempat bekerja, 3) Tersedianya layanan Usia Subur (WUS) dengan kondisi kesehatan
di rumah atau homecare, 4) Penerapan reproduksi oprimal, yaitu usia termuda
ilmu laktasi terbaru, 5) Perlunya partisipan 23 tahun, dan tertua 38 tahun. Hal itu
panduan relaktasi, 6) Tersedianya membuktikan bahwa relaktasi dapat dilakukan
layanan telemedicine, 7) Tersedianya pada berbagai rentang usia ibu, sebagaimana
waktu cuti yang cukup untuk ibu yang penelitian yang dilakukan oleh Seema (18) yang
menjalani relaktasi menyatakan bahwa wanita dari segala usia dapat
melakukan relaktasi jika ia dapat dimotivasi
“…telemedicene itu juga bisa jadi secara memadai untuk sering menyusui.
wadah berkonsultasi gitu bu karena
ketika kita demotivasi itu Ibu sangat- Begitu juga jumlah anak yang berkaitan
sangat merasa beruntung banget kalo dengan pengalaman menyusui, partisipan
ada orang yang memeperhatikan dia penelitian sebanyak 60% adalah primipara dan
gitu itu sih yang waktu itu aku rasain…” 40% multipara. Di dalam penelitian ini
(P1, Bekasi, usia 28 tahun) diketahui, meskipun primipara atau ibu dengan
anak pertama, hal itu tidak menghalangi
“…bidan yang menyediakan home care kemampuan ibu menyusui dalam melakukan
sih…” (P5, Bogor, usia 28 tahun) relaktasi. Hal ini juga bersesuaian dengan hasil
“…mungkin ada telemedicine ini penelitian (15) dimana paritas tidak
memudahkan kita untuk konsultasi, lalu mempengaruhi keberhasilan relaktasi.
terkait biaya pun lebih di terjangkau. Lamanya waktu berhenti menyusui
Menghubungi konselor menyusui itu bervariasi mulai dari 1 minggu sampai 1,5
pasti kita ada sesuatu yang ingin bulan. Akan tetapi, waktu yang diperlukan untuk
ditanyakan kan, ada sesuatu yang yang

3191
dapat kembali menyusui atau waktu relaktasinya sebab itu, penggalian pengalaman relaktasi ibu
hanya 1 hari sampai 4 bulan. Penemuan ini menyusui pertama-tama dengan bertanya untuk
menguatkan penelitian yang dilakukan oleh (18) mengetahui indikasi dan alasan mengapa ibu
yang menyatakan bahwa berdasarkan studinya menyusui menghentikan proses menyusui
keluarnya ASI antara 2-6 hari, dimana relaktasi anaknya.
sebagian tercapai dalam 4-28 hari dan relaktasi
penuh tercapai antara 7-60 hari. Hal ini berarti, Berdasarkan hasil penelitian, indikasi
relaktasi mungkin dapat dilakukan sedikitnya relaktasi diketahui terdapat lima keadaan.
kurang dari satu minggu, hingga berlangsung Pertama, suplai atau produksi ASI ibu menurun.
sampai beberapa bulan dengan upaya dan Ibu merasa, pada saat terinfeksi Covid produksi
dukungan yang intens. ASI-nya menurun. Kedua, ibu berpisah dengan
bayinya, baik dalam situasi isolasi mandiri
Berdasarkan hasil penelitian ini, maupun isolasi terpisah di tempat khusus
sebanyak 11 orang (73.3%) partisipan misalnya di Wisma Atlet. Ketiga, ibu
membutuhkan waktu relaktasi lebih sedikit mengalami sakit berat atau memerlukan
daripada waktu berhenti menyusuinya, perawatan sehingga kondisi kesehatannya tidak
sebanyak tiga orang dari 15 (20%) partisipan memungkinkan untuk tetap menyusui.
membutuhkan waktu lebih lama dari waktu Keempat, ibu mendapatkan saran dari tenaga
berhenti menyusuinya, dan satu orang partisipan kesehatan untuk berhenti menyusui sementara
(6.7%) membutuhkan waktu yang sama antara waktu. Kelima, ibu memiliki kehati-hatian
waktu berhenti menyusui dengan waktu yang pribadi khawatir bayinya tertular Covid dari
diperlukan untuk relaktasi. Oleh sebab itu, dirinya.
waktu relaktasi tidak selalu berkaitan dengan
lama dan sedikitnya waktu berhentinya bayi Keadaan pertama, kedua dan ketiga,
menyusu. berkaitan dengan literatur dan penelitian-
penelitian terdahulu. Kondisi bayi yang tidak
B. Pengalaman Relaktasi Ibu Menyusui disusui sebelumnya dan berhentinya proses
Pascaterinfeksi Covid-19 menyusu karena penyakit ibu atau bayi, serta
produksi ASI yang tidak mencukupi bersesuaian
Penelitian ini mendapati pengalaman dari 15 dengan penelitian Kayhan-Tetik (14). Selan itu,
ibu menyusui yang berhenti menyusui karena penelitian Dehkhoda (13) menyebutkan indikasi
terinfeksi Covid-19, sebanyak 14 orang berhasil relaktasi yaitu pada bayi yang dirawat di NICU
melakukan relaktasi, sementara satu partisipan yang tidak disusui secara langsung sejak lahir.
belum berhasil. Sejumlah 14 partisipan dapat Sementara Lommen (19) menyebutkan indikasi
kembali menyusui/meneteki anaknya, relaktasi terjadi pada kondisi pemisahan ibu dan
sementara satu partisipan tetap memberikan ASI bayi dan dalam keadaan bencana.
namun tidak dengan cara meneteki langsung
melainkan menggunakan bantuan botol dot. Apabila melihat sebab relaktasi menurut
Berdasarkan penemuan tersebut dan dilihat dari Mehta (6) di mana dalam penelitiannya
beragamnya indikasi para partisipan melakukan menyebutkan secara umum indikasi relaktasi
relaktasi, penelitian ini memberikan gambaran adalah karena dua hal, yaitu kegagalan
bahwa relaktasi adalah langkah yang dapat menyusui dan ketidakcukupan ASI, tidak
ditempuh dan mungkin dilakukan. Relaktasi sepenuhnya demikian dalam penelitian ini.
khususnya dalam kondisi pandemi dan bencana, Kegagalan menyusui yang dialami para
sebagai upaya mengembalikan ibu dan bayi partisipan penelitian ini sehingga mereka
kepada praktik menyusui untuk mendapatkan berhenti menyusui merupakan kegagalan
manfaat dan kebaikan-kebaikan menyusui bagi menyusui yang dipengaruhi beberapa faktor
ibu dan bayi adalah langkah yang dapat yang khusus berkaitan dengan kondisi pandemi
dilakukan. Covid-19. Misalnya, alasan keempat dan kelima
yaitu tentang berhentinya menyusui karena
Relaktasi tidak akan terjadi tanpa didahului saran dari tenaga kesehatan serta berhentinya
dengan berhentinya proses menyusui. Oleh

3192
menyusui karena kekhawatiran ibu terhadap memengaruhi kepada strategi dan cara ibu
penularan Covid-19 kepada bayinya. Pada dua mengatasi tantangan relaktasi dibandingkan
kondisi tersebut, sebenarnya kondisi kesehatan cara mengatasi tantangan relaktasi pada
ibu masih memungkinkan untuk terus dapat umumnya.
melanjutkan menyusui.
Penggunaan galaktogog disebutkan oleh
Pentingnya motivasi dalam relaktasi adalah beberapa partisipan, bahwa hanya satu yang
sangat jelas (20). Penelitian-penelitian relaktasi merasa berpengaruh kepada peningkatan
yang dilakukan sejak 25 tahun yang lalu tentang produksi ASI, tetapi lainnya menyatakan tidak
relaktasi menemukan hal yang sama yaitu berpengaruh. Penelitian mengenai relaktasi dan
motivasi memgang peranan yang sangat penting kaitannya dengan penggunaan galaktogog
dalam keberhasilan relaktasi (6,11,16,19) . sebagaimana telah dilakukan oleh Cho et al. (16)
menyatakan bahwa pada penelitian retrospektif
Namun demikian, hal lain yang menjadi yang dijalaninya, penggunaan galaktogog
perhatian dalam motivasi menyusui ini, tidak diserta juga dengan dukungan keluarga, sangat
satupun ditemukan bahwa motivasi yang membantu keberhasilan relaktasi. Namun
muncul berasal dari sudut pandang kesehatan demikian, pada penelitian ini tidak demikian,
ibu. Padahal salah satu manfaat penting dalam hanya satu partisipan yang menggunakan
praktik menyusui pada kondisi pandemi Covid- galaktogog dari 14 partisipan lainnya, di mana
19 adalah kesehatan mental ibu (21). ke-14 partisipan tersebut tetap dapat menjalani
Keberhasilan Relaktasi dipengaruhi oleh relaktasi dengan baik.
motivasi ibu (keinginan, alasan), stimulasi bayi Berbeda-bedanya pengalaman yang dijalani
(frekuensi, posisi mulut bayi), dukungan masing-masing ibu memberikan kesan dan
keluarga (keikutsertaan, motivasi, praktik perasaan yang berbeda-beda pula. Sebagian
dukungan), dukungan tenaga kesehatan (materi, besar partisipan penelitian merasa sedih karena
motivasi, penanganan masalah, teknik, tinjauan sulit, merasa ditolak, dan menyusui kembali
langsung) dan dukungan teman sejawat yang tidak mudah. Perasaan-perasaan serupa
(nasehat) yang saling berhubungan. Namun dari juga muncul dalam penelitian relaktasi yang
itu semua, motivasi ibu dan stimulasi bayi dilakukan oleh Lommen (19) terhadap sepuluh
merupakan faktor yang sangat berpengaruh ibu menyusui yang melakukan relaktasi di
terhadap keberhasilan Relaktasi (11). Montana Amerika Serikat bahwa dalam
Pengalaman berhenti menyusui karena menjalani relaktasi ibu merasa gagal, sulit, dan
terinfeksi Covid-19 ini menjadi pengalaman perasaan negatif lainnya.
berhenti menyusui yang unik dan khusus. Pada penelitian tersebut juga ditemukan
Pengalaman ini tidak dipengaruhi oleh bahwa pada ibu yang memberikan susu formula
tantangan-tantangan menyusui yang umumnya ketika berhenti menyusui, sebagian ibu merasa
dialami oleh para ibu yang menjalani relaktasi, gagal telah memberikan anaknya susu formula,
misalnya kesulitan posisi pelekatan, perasaan sementara sebagian lagi justru justru bersyukur
ibu yang sebelumnya tidak ingin menyusui, ibu dengan memberikan susu formula (19).
merasakan nyeri ketika menyusui, dan Perasaan-perasaan tersebut dialami pada ibu
sebagainya. Pada sebelas dari 15 partisipan yang menjalani relaktasi pascaterinfeksi Covid-
penelitian ini, proses terhentinya menyusui telah 19 dalam penelitian ini.
didahului dengan keterampilan menyusui yang
tanpa hambatan. Ibu dan bayi dapat menjalani Kondisi psikis ibu menyusui sebetulnya
praktik menyusui dengan nyaman. Ibu tidak merupakan hal yang amat penting dalam
mengalami nyeri dan ibu tidak mengalami kelancaran dan kemudahan praktik menyusui.
hambatan dalam produksi dan suplai ASI. Penelitian yang dilakukan oleh Fikawati &
Hanya saja ketika terinfeksi Covid-19, mereka Syafiq (22) tentang status gizi ibu dan persepsi
menghentikan praktik menyusui langsung ke ketidakcukupan ASI menyatakan bahwa ASI
payudara. Kondisi unik dan khusus ini yang kurang akan memengaruhi kepercayaan

3193
diri ibu untuk menyusui sehingga menyebabkan Pengetahuan ibu mengenai menyusui juga
terjadinya persepsi ketidakcukupan ASI. tidak sama dengan pengetahuan ibu mengenai
Persepsi ini kemudian dapat memengaruhi relaktasi. Hasil penelitian ini mendapatkan
pikiran ibu dan pengeluaran hormon oksitosin. temuan bahwa 80% partisipan tidak tahu
Gangguan pada hormon oksitosin akan pengertian relaktasi, baru pertama kali
menyebabkan gangguan pada kontraksi otot mendengar, menjawab dengan ragu-ragu, atau
payudara sehingga pengeluaran ASI terhambat menjawab dengan jawaban kurang tepat. Hanya
(22). sebanyak 20% partisipan yang memberikan
pengertian relaktasi yang benar. Namun
Seluruh partisipan penelitian menyatakan demikian, 100% partisipan penelitian
bahwa dukungan suami adalah yang paling menyatakan bahwa ASI adalah makanan yang
berperan. Keberhasilan menyusui, kekuatan terbaik bagi bayi, bermanfaat bagi ibu dan bayi,
menjalankan proses relaktasi, tidak lepas dari dan kebaikan-kebaikan ASI dan menyusui tidak
dukungan penuh suami. Penemuan ini dapat digantikan dengan makanan atau
menguatkan penelitian-penelitian terhadap minuman lain. Hal itu yang kemudian menjadi
dukungan ayah atau suami terhadap salah satu motivasi ibu untuk menyusui kembali
keberhasilan menyusui. Ketiga penelitian setelah pulih dari Covid-19.
menyatakan bahwa peran ayah atau peran
suami, berpengaruh pada inisiasi menyusu dini, Mengenai sumber mendapatkan infomasi
keberhasilan menyusui eksklusif, dan durasi mengenai ASI, menyusui, dan relaktasi,
ASI eksklusif. Oleh sebab itu, pelibatan suami partisipan penelitian menyampaikan dua hal
atau ayah ASI, termasuk dalam relaktasi, yang berbeda, pertama dari sosial media, kedua
menjadi sangat penting dan tidak boleh dari tenaga kesehatan. Sejumlah sebelas orang
diabaikan lagi dalam upaya mendukung, partisipan dari 15 (73.3%) partisipan menjawab
melindungi, dan mempromosikan menyusui. memperoleh info dari sosial media, dengan
Instagram paling banyak disebutkan, kemudian
Penelitian tentang dukungan suami salah youtube. Sejumlah empat orang partisipan
satunya dilakukan oleh Hunter & Cattelona (23) (26.7%) menyebutkan memperoleh informasi
di Amerika serikat terhadap 146 responden yang mengenai ASI dan menyusui dari konsultasi
melibatkan para suami di dalam proses langsung dengan tenaga kesehatan baik itu
persalinan. Penelitian yang bertujuan untuk bidan, dokter, maupun konselor menyusui.
mengetahui pengaruh pelibatan ayah di masa
awal post-partum menemukan bahwa ibu yang Penemuan mengenai sumber pengetahuan
menerima dukungan menyusui dini dari tentang edukasi menyusui ini memberikan
suaminya pasc-melahirkan lebih mungkin untuk gambaran bahwa edukasi menyusui melalui
melanjutkan menyusui setelah meninggalkan platform media sosial dan dukungan langsung
rumah sakit (23). dari tenaga kesehatan adalah hal yang
bermanfaat dan bermakna bagi ibu menyusui
Selain itu, dalam penelitian meta analisis dalam proses relaktasi. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan oleh Mahesh et al (24) tentang yang dilakukan oleh Melasari (25) tentang
Efektivitas penargetan ayah untuk promosi pengalaman ibu mendapatkan informasi
menyusui, menyimpulkan bahwa ketika ayah menyusui melalui sosial media, bahwa
mengetahui bukti ilmiah tentang manfaat kemudahan dan efisiensi waktu merupakan
menyusui, dapat disimpulkan bahwa mereka keuntungan menggunakan media sosial dalam
akan mendorong pasangan atau istri mereka mencari informasi tentang menyusui.
untuk melanjutkan praktik menyusui. Hal itu
kemudian dapat berdampak pada peningkatan Pada situasi pandemi Covid-19, para
dukungan mereka serta secara tidak langsung partisipan penelitian mengharapkan tenaga
memperpanjang durasi para istri menyusui kesehatan yang kompeten yang dapat
eksklusif. memberikan bantuan dan dukungan kepada ibu
menyusui. Layanan seperti telemedicine,

3194
breastfeeding helpline, homecare, dianggap
merupakan layanan yang amat memudahkan
bagi ibu menyusui yang sedang menjalani
relaktasi.
Selain karena kemudahan akses informasi
dari ahli yang dapat dihubungi, ibu menyusui
tidak perlu keluar rumah dan dapat terus
bersama bayinya untuk dapat terus melanjutkan
proses relaktasi. Namun faktanya, tidak semua
layanan kesehatan di Jadebotabek memiliki
layanan seperti yang diharapkan. Fasilitas
layanan telemedicine, breastfeeding helpline,
didapatkan beberapa partisipan penelitian
melalui aplikasi berbayar, dan layanan secara
cuma-cuma justru dari produk galaktogog. Hal
ini menjadi kritik dalam layanan kesehatan
khususnya dalam pelayanan kesehatan yang
dapat disediakan oleh pemerintah secara cuma-
cuma dan dikelola oleh tenaga kesehatan yang
kompeten.
Proses relaktasi yang dijalani juga
mengeksplorasi bagaimana harapan para
partisipan terhadap tenaga kesehatan dalam
dukungan terhadap proses relaktasi
pascaterinfeksi Covid-19. Berupa telemedicine,
layanan homecare, update ilmu laktasi di
layanana kesehatan menjadi lebih mengikuti
perkembangan keilmuan terbaru. Pada 2020,
Sentra Laktasi Indonesia bekerjasama dengan
organisasi swadaya masyarakat Save the
Children telah meluncurkan sebuah panduan
merespon dari situasi pandemi yang terjadi (26).
Buku Panduan Telekonseling Pemberian Makan
Bayi dan Anak untuk Konselor ini juga turut
didukung oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Panduan serupa ini seyogyanya dapat diadopsi
di level nasional sehingga dapat membantu para
ibu menyusui, termasuk ibu yang menjalani
relaktasi, untuk terus mendapatkan dukungan
dari dekat.

3195
SIMPULAN bagi tenaga kesehatan dan ibu menyusui
1. Relaktasi ibu menyusui pascaterinfeksi baik dalam situasi normal maupun bencana
Covid-19 di Jadebotabek adalah praktik 2. Bagi Instantsi Pelayanan Kesehatan,
yang muungkin dan dapat dilakukan. penelitian ini menyarankan tersedianya
2. Relaktasi dapat dilakukan oleh semua ibu layanan telemedicine atau telekonseling,
tanpa melihat status pendidikan, status breastfeeding helpline, dan layanan
pekerjaan, usia bayi, usia ibu, status paritas, homecare dari pemerintah melalui layanan
dan waktu berhentinya menyusui, selama fasilitas kesehatan yang terjangkau baik
mendapatkan dukungan dan motivasi yang secara akses maupun biaya kesehatan.
cukup. Selain itu, nelitian ini menyarankan
3. Waktu relaktasi tidak selalu berkaitan dikuatkannya program-program edukasi
dengan lama dan sedikitnya waktu menyusui yang melibatkan peran para ayah
berhentinya bayi menyusu atau suami, mengingat besarnya dampak
4. Edukasi menyusui melalui media sosial pada pengalaman relaktasi ibu menyusui
dirasakan bermanfaat dan membantu para pascaterinfeksi Covid-19.
ibu perkotaan (Jadbebotabek) untuk 3. Bagi Organisasi Pendukung Ibu Menyusui,
mendapatkan informasi relevan mengenai penelitian ini menyarankan agar tempat
ASI dan menyusui. bekerja untuk dapat memberikan fasilitas
5. Motivasi memegang peranan yang penting dan dukungan kepada ibu bekerja berupa
dalam relaktasi. Ibu menyusui yang perpanjangan masa cuti dan ruang menyusui
melakukan relaktasi memiliki motivasi yang bagi karyawan yang melakukan relaktasi
kuat, beragam, dan personal. untuk tercapainya tujuan menyusui yang
6. Perasaan-perasaan negatif yang terjadi diharapkan
selama proses relaktasi dapat teratasi dengan 4. Bagi penelitian, diperlukan penelitian lebih
adanya dukungan dari orang terdekat yaitu lanjut mengenai tema relaktasi yang
suami dan keluarga, teman sebaya, dan dilakukan dengan metode penelitian yang
tenaga kesehatan. lebih beragam, dan sampel yang lebih besar.
7. Dukungan yang paling dibutuhkan dan Penelitian serupa dapat dilakukan dengan
berperan paling besar dalam proses relaktasi area dan lokasi penelitian yang lebih luas,
adalah dukungan dari suami. misalnya untuk tiap propinsi atau skala
8. Layanan telemedicine dan homecare nasional. Penelitian ini dapat menjadi dasar
diharapkan dapat membantu ibu selama bagi dilakukannya penelitian relaktasi
proses relaktasi. Layanan tersebut dengan pendekatan kuantitatif, sehingga
diharapkan dapat diperoleh secara cuma- temuan penelitian lainnya dapat lebih
cuma dengan akses yang mudah, dan memberikan gambaran yang komprehensif
diampu oleh tenaga professional yang sebagai bentuk mendukung, melindungi,
kompeten. dan mempromosikan menyusui.
9. Cuti untuk menjalani relaktasi diharapkan
dapat diberikan untuk ibu bekerja yang DAFTAR PUSTAKA
menjalani relaktasi. 1. Cheema R, Partridge E, Kair LR, Kuhn-
10. Fasilitas dukungan menyusui berupa Riordon KM, Silva AI, Bettinelli ME, et
penyediaan ruang menyusui di tempat al. Protecting Breastfeeding during the
bekerja dapat membantu ibu ketika COVID-19 Pandemic. Am J Perinatol.
menjalani relaktasi. 2020;95817.
2. Williams J, Namazova-Baranova L,
SARAN Weber M, Vural M, Mestrovic J,
1. Bagi Institusi Pendidikan, penelitian ini Carrasco-Sanz A, et al. The Importance
menyarankan perlunya panduan relaktasi of Continuing Breastfeeding during
yang memuat penelitian-penelitian atau Coronavirus Disease-2019: In Support of
studi terbaru yang dapat menjadi rujukan the World Health Organization Statement

3196
on Breastfeeding during the Pandemic. J Pediatrics. 1997. Available from:
Pediatr. 2020 Aug 1;223:234–6. https://academic.oup.com/tropej/article/4
3. Pereira A, Cruz-Melguizo S, Adrien M, 3/4/213/1661166
Fuentes L, Marin E, Forti A, et al. 13. Dehkhoda N, Valizadeh S, Jodeiry B,
Breastfeeding mothers with COVID-19 Hosseini M-B. The effects of an
infection: A case series. Int Breastfeed J. educational and supportive relactation
2020 Aug 8;15(1). program on weight gain of preterm
4. Analisis Data Covid-19 Indonesia. infants. J caring Sci. 2013;2(2):97–103.
Jakarta; 2021. 14. Kayhan-Tetik B, Baydar-Artantaş A,
5. Tomori C, Gribble K, Palmquist A EL, Bozcuk-Güzeldemirci G, Üstü Y, Yilmaz
Ververs M-T, Gross MS, Cecília Tomori G. A case report of successful relactation.
C, et al. When separation is not the Turk J Pediatr. 2013;55(6):641–4.
answer: Breastfeeding mothers and 15. Tomar R. Initiation of relactation: an
infants affected by COVID-19. Matern Army Hospital based study of 381 cases.
Child Nutr [Internet]. 2020 [cited 2021 Int J Contemp Pediatr. 2016;635–8.
Aug 24]; Available from: 16. Cho SJ, Cho HK, Lee HS, Lee K. Factors
https://doi.org/10.1111/mcn.13033 Related to Success in Relactation. J
6. Mehta A, Rathi AK, Kushwaha KP, Korean Soc Neonatol. 2010;17(2):232.
Singh A. Relactation in lactation failure 17. Praveena KR, Sasikumar S. Application
and low milk supply. Sudan J Paediatr. of Colaizzi’s Method of Data Analysis in
2018;18(1):39–47. Phenomenological Research,. Medico-
7. Kern J, Vuletic S. Phenomenology in Legal Updat. 2021;21(2):914–8.
Publich Health - Manual. Zagreb; 2020. 18. Seema, Patwari AK, Satyanarayana L.
8. Starks H, Trinidad SB. Choose Your Relactation: An effective intervention to
Method: A Comparison of promote exclusive breastfeeding. J Trop
Phenomenology, Discourse Analysis, and Pediatr. 1997;43(4):213–6.
Grounded Theory: http://remote- 19. Lommen A, Brown B, Hollist D.
lib.ui.ac.id:2131/101177/104973230730 Experiential perceptions of relactation: A
7031 [Internet]. 2016 Jul 1 [cited 2021 phenomenological study. J Hum Lact.
Oct 6];17(10):1372–80. Available from: 2015;31(3):498–503.
https://remote- 20. Rogers IS. Relactation. Early Hum Dev.
lib.ui.ac.id:2190/doi/abs/10.1177/104973 1997;49:75–81.
2307307031 21. Pacheco F, Sobral M, Guiomar R, de la
9. Surayya R. Pendekatan Kualitatif Dalam Torre-Luque A, Caparros-Gonzalez RA,
Penelitian Kesehatan. J Kedokt dan Ganho-ávila A. Breastfeeding during
Kesehat Malikussaleh. 2018;1(2):75. covid-19: A narrative review of the
10. Hayden J. Introduction To Health psychological impact on mothers. Behav
Behavior Theory Third Edition [Internet]. Sci (Basel). 2021 Mar 1;11(3).
3rd Editio. Burlington: Jones & Bartlett 22. Fikawati S, Syafiq A. Status Gizi Ibu dan
Learning; 2019. Available from: Persepsi Ketidakcukupan Air Susu Ibu
www.jblearning.com. Maternal Nutritional Status and Breast
11. Sartika R, Noer ER. Faktor pengaruhi Milk Insufficiency Perception. J Kesehat
keberhasilan relaktasi. J Nutr Coll Masy Nas. 2011;6(6):249–54.
[Internet]. 2013;2(1):60–8. Available 23. Hunter T, Cattelona G. Breastfeeding
from: http://ejournal- initiation and duration in first-time
s1.undip.ac.id/index.php/jnc%0A mothers: exploring the impact of father
12. Seema by, Patwari AK, Satyanarayana L. involvement in the early post-partum
Relactation: An Effective Intervention to period. Heal Promot Perspect.
Promote Exclusive Breastfeeding 2014;4(2):132–6.
[Internet]. Vol. 43, Journal of Tropical 24. Mahesh PKB, Gunathunga MW, Arnold

3197
SM, Jayasinghe C, Pathirana S, Makarim media / Ika Melasari [Internet]. 2014
MF, et al. Effectiveness of targeting [cited 2021 Oct 17]. Available from:
fathers for breastfeeding promotion: http://lib.ui.ac.id
Systematic review and meta-analysis 11 26. Novita R, Haryeny S, Setiawan D,
Medical and Health Sciences 1117 Public Pratitasari D. Panduan Telekonseling
Health and Health Services. BMC Public PMBA Save the Children Indonesia dan
Health. 2018 Sep 24;18(1). Sentra Laktasi Indonesia. first. Utami,
25. Melasari I. Pengalaman ibu mendapatkan Tuti Asriatni; Hakim, Wahdini; Wadoe,
informasi menyusui melalui media sosial Hana; Yani FD, editor. Jakarta: 2020;
= The mothers experience of getting the 2020.
breastfeeding information through social

3198

Anda mungkin juga menyukai