Anda di halaman 1dari 10

BAHASA MELAYU BENGKALIS

Kahwa = Khawe

Daro / Dare = sapaan untuk anak perempuan yang belum menikah

Bat = sapaan untuk sebaya umur

Wak = sapaan untuk orang yang lebih sedikit tua

Jang = sapaan orang tua ke anaknya

Pakcik = sapaan buat yang dihormati atau para orang pendatang dan hubungan keluarga

Encik / Makcik = sapaan untuk perempuan yang sudah menikah atau yang lebih tua dan hubungan
keluarga.

Songkok = Peci

Tau = Tahu

Pembengak = Pembohong

Dikau = Engkau

Kemano = Kemana

Neken = Tanda Tangan

Tereak – tereak = Berteriak – teriak

Bahlol = Bodoh

Ape = Apa

Apo = Apa

Cite = Cerita

Ngael = Memancing

Sememang = Memang betul

Aleh – aleh = Tiba – tiba

Tu = Itu

Pembual = Suka Bercerita

Balek = Balik, Pulang

Ngape = Mengapa, ngapa

Ulang Balek = Ulang Kembali

Semayang = Sholat

Kite = Kita
Abis = Habis

Tenampak = Terlihat

Belacan = Terasi

Ado = Ada

Ajo = Saja

Dengo = Dengar

Iyo pulak = Iya juga

Lori = Truk

Keker = Teropong

Yo = ya

Lesap = Habis

Bekeletah = Cerewet

Kilek – Kilek = Main – mainkan

Negaro = Negara

Penat = Capek

Sado = Sadar

Orang Besar = Dewasa

Opor = Over = Beri

Berenti – renti = Berhenti – henti

Lamo = Lama

Bagaimano = Bagaimana

Mano = Mana

Nyo = nya

Beso = Besar

Kareno = Karena

Mendengo = Mendengar

Acam mano = Macam mana

Nak dengo = Mau dengar

Nengok = Lihat, Melihat

Ketiko = Ketika

Ado = ada
Kepalo = Kepala

Meraso = Merasa

Mato = Mata

Mengapo = Mengapa

Jugo = Juga

Nyato = Nyata

Berkato = Berkata

Tibo – tibo = tiba – tiba

Rupo – rupo = rupa – rupa

Kocek = saku

Paso = Pasar

Melempo = melempar

Mengiro = mengira

Tetanggo = Tetangga

Celako = Celaka

Pado = pada

Tanpo = tanpa

Suko = suka

Selamo = selama

Bayo = bayar

Anto = Mengantar

Pegi = pergi

Dio = dia

http://riskachedhika.blogspot.co.id/2013/02/bahasa-melayu-bengkalis.html?m=1

Sumber : Kumpulan – kumpulan Cerita Young Dolah (Young Dolah Seniman Bengkalis).

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah hasil pertumbuhan dan perkembangan bahasa melayu.Untuk


mengetahui pertumbuhan dan perkembangan bahasa melayu, perlu kita mengetahui sedikit tentang
sejarah bahasa melayu tersebut.S. Takdir Alisjahbana menguraikan bahwa negeri kita yang terdiri
atas beribu-ribu pulau ini, telah selayaknya mempunyai jumlah bahasa dan dialek yang sangat
banyak. Namun bahasa dan dialek yang jumlahnya banyak itu sebagian besar  termasuk dalam satu
rumpun bahasa-bahasa melayu, sedangkan sebagian lagi termasuk dalam rumpun yang lebih besar,
yaitu rumpun bahasa-bahasa Austronesia atau bahasa melayu Polinesia.

Menyimak tradisi tulis yang sebanding dengan tradisi tulis bahasa inggris yang ternama pada
masa lalu, dan kemajemukan masyarakat penutur yang berfikiran maju, sehingga bahasa melayu
salah satu bahasa yang sangat berpengaruh diasia tenggara dan salah satu dari lima bahasa yang
terbesar. Bahasa melayu merupakan bahasa nasional satu-satunya dari empat Negara: Brunei,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Bahasa-bahasa dan dialek-dialek yang jumlahnya besar itu meskipun dari satu rumpun, akan
tetapi karena perkembangannya yang berbeda-beda, terjadilah perbedaan-perbedaan pula antara
bahasa-bahasa itu. Bangsa-bangsa yang mendiami beribu-ribu pulau serta memiliki beratus-ratus
bahasa dan dialek memerlukan perhubungan antara sesamanya untuk keperluan perdagangan,
diplomasi, pengajaran agama, dan lain-lain.

Bahasa melayu merupakan lingua franca bagi perdagangan dan hubungan politik
dinusantara pada masa pra-kolonial. Bahasa melayu juga dituturkan didaerah Afrika Selatan,
Srilanka, Thailand selatan, Fhilifina selatan, Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja hingga Papua
Nugini dan Australia.

B.     Rumusan Masalah

Sejauh mana mahasiswa calon guru pendidik memiliki kemampuan tentang Bahasa Melayu?

C.     Tujuan Penulisan Makalah

1.    Mahasiswa calon guru mengetahui apa itu Bahasa Melayu?

2.    Mahasiswa calon guru mengetahui bagaimana sejarah Bahasa Melayu?

3.    Mahasiswa calon guru mengetahui apa itu Bahasa Melayu Riau?

4.    Mahasiswa calon guru mengetahui apa saja varian-varian Bahasa Melayu?


BAB II

PEMBAHASAN

A.    BAHASA MELAYU

Bahasa Melayu adalah bahasa penduduk Semenanjung Malaka, kepulauan Riau Lingga,
sebagian besar pesisir timur Sumatra dan juga sebagian pesisir barat Kalimantan.Dan mencakup
sejumlah bahasa yang saling bermiripan diwilayah nusantara dan beberapa tempat lain, sebagai
bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia, dan
Malaysia, serta diakui pula disingapore dan menjadi bahasa kerja di Timur Leste (sekarang bahasa
Indonesia).

Dalam pengertian awam, istilah bahasa Melayu mencakup sejumlah bahasa yang saling


bermiripan yang dituturkan di wilayah Nusantara dan di Semenanjung Melayu. Sebagai bahasa yang
luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia (sebagai bahasa
Indonesia), dan Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia); bahasa nasionalSingapura; dan
menjadi bahasa kerja diTimor Leste (sebagai bahasa Indonesia). Bahasa Melayu merupakan lingua
francabagi perdagangan dan hubungan politik di Nusantara sejak sekitar A.D 1500-an [1]. Migrasi
kemudian juga turut memperluas pemakaiannya. Selain di negara yang disebut sebelumnya, bahasa
Melayu dituturkan pula di Afrika Selatan, Sri
Lanka,Thailand selatan, Filipina selatan, Myanmarselatan, sebagian kecil Kamboja, hinggaPapua
Nugini. Bahasa ini juga dituturkan oleh penduduk Pulau Christmas danKepulauan Cocos, yang
menjadi bagianAustralia.

B.     SEJARAH BAHASA MELAYU

Bahasa Melayu termasuk kedalam bahasa melayu Polinesia dibawah rumpun bahasa
Austronesia.Menurut statistik penggunaan bahasa didunia penutur bahasa Melayu diperkirakan
mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang merupakan bahasa ke empat dalam urutan jumlah
penutur terpenting bagi bahasa didunia.

Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa melayu kedalam  tiga tahap utama yaitu:

a)    Bahasa Melayu Kuno (abad ke-7 sampai abad ke-14)

Catatan tertulis pertama dalam bahasa melayu kuno berasal dari abad ke-7 masehi dan tercantum
pada beberapa prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya dibagian selatan sumatera dan Wangsa
syailendra dibeberapa tempat dijawa tengah, tulisan ini menggunakan aksara pallawa.

Bahasa melayu kuno masih digunakan untuk prasasti dan batu nisan sampai abad ke-14. Batu nisan
orang Islam ditemukan pada masa kerajaan Perlak, dengan  adanya hal itu maka memperkuat
pendapat bahwa penyebaran Islam didunia pertuturan  bahasa melayu.

b)    Bahasa Melayu Klasik


Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa melayu klasik.Bentuk ini dipakai
oleh kesultanan Melaka yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa melayu tinggi,
penggunaannya terbatas dikalangan keluarga kerajaan disekitar Sumatera, Jawa, dan disemenanjung
Malaya. Ciri yang paling menonjol dalam berbagai ragam sejarah ini adalah melalui masuknya kata-
kata dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai
masuk sejak abad ke-12.

c)    Bahasa melayu Moderen (sejak abad ke-20)

Rintisan kearah bahasa melayu modern dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana dari kesultanan
Riau Lingga secara sistematis menyusun kamus eka bahasa melayu (kitab pengetahuan bahasa yaitu
kamus logat Melayu-Johor-Pahang-Riau Lingga yang pertama) pada pertengahan abad ke-19
sehingga berhasil menjadi bahasa yang dominan, dan zaman pembinaan bahasa melayu.

Perkembangan berikutnya t`       erjadi ketika sarjana-sarjana Eropa (khususnya Belanda dan Inggris)
mulai mempelajari bahasa ini secara sistematis. Bahasa melayu modern didirikan dengan
penggunaan alfabel latin dan masuknya banyak kata-kata Eropa. Pengajaran bahasa melayu
disekolah-sekolah  sejak awal abad ke-20 semakin membuat populer bahasa ini.

C.     BAHASA MELAYU RIAU

Bahasa Melayu merupakan bahasa resmi dikerajaan Riau, dan bahwa bahasa itu telah dibina
oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya sedemikian rupa, sehingga menjadi bahasa itu menjadi
bahasa yang baik dan indah. Jika zaman Malaka dan Johor dapat dipandang  sebagai tahap
penyebaran dan perluasan daerah bahasa melayu, sehingga berhasil menjadi bahasa yang dominan,
maka zaman Raja Ali Haji dalam kerajaan Riau adalah zaman pembinaan bahasa melayu.

Untuk pembinaan dan member pembakuan kepada bahasa melayu Riau.Ali Haji menulis
buku Bustanul Katibin tahun 1857, yng isinya mencakup ilmu bahasa dan ejaan. Karena jasa Ali
Haji  pantas mendapat penghargaan yang semestinya, bukan hanya sekedar pembinaan dibidang
tata bahasa saja, usaha Ali Haji  diapun membuat semacam kamus yaitu buku pengetahuan bahasa
yang oleh Zuber Usman dapat disebut sebagai Ensiklopedi Melayu.

Rupanya dalam zaman kerajaan Riau itu bukan hanya pembinaan bahasa melayu saja,
bahkan pembinaan ilmu pengetahuan lainnya pun tidak diabaikan.

D.    VARIAN-VARIAN BAHASA MELAYU

Bahasa melayu sangat bervariasi, penyebab utama adalah tidak adanya instruksi yang memiliki
kekuatan untuk mengatur pembakuannya. Sebagaimana beberapa bahasa dinusantara tidak ada
batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis,
perubahan dialek seringkali bersifat bertahap untuk kemudian biasanya dilakukan pengelompokan
varian tersebut:

1.    Bahasa Melayu Tempatan (lokal)

Bahasa melayu tempatan/lokal merupakan bahasa yang berasal dari daerah orang melayu sendiri
seperti disemenanjung malaka, kepulauan Riau Lingga, sebagian pesisir timur Sumatra dan pesisir
barat Kalimantan.
2.    Bahasa Melayu Kerabat (paramelayu, Paramalay=melayu tidak penuh)

Bahasa Melayu Kerabat adalah bahasa lain yang serupa dengan bahasa melayu, namun terdapat
perbedaan diantaranya:

a)    Bahasa minangkabau

b)   Bahasa Banjar

c)    Bahasa Jambi

d)   Bahasa Kerinci.

3.    Bahasa Melayu Kreol (bukan suku/penduduk Melayu)

Bahasa melayu sudah lama dikenal sebagai bahasa antar suku bangsa khususnya diindonesia.
Dalam perkembangannya terutama kawasan berpenduduk bukan Melayu dan mempunyai bahasa
masing-masing, bahasa melayu mengalami proses kreoliasi.

Dipulau Jawa, terutama diJakarta, bahasa melayu mengalami proses kreolisasi yang unsur dasar
bahasa Melayu pasar dicampur dengan berbagai bahasa disekelilingnya.

BAB III

PENUTUP

  SIMPULAN

Bahasa Melayu adalah bahasa penduduk semenanjung Malaka, kepulauan Riau Lingga,
sebagian besar pesisir timur sumatera dan pesisir barat Kalimantan.Bahasa Melayu termasuk bahasa
melayu polinesia dibawah rumpun bahasa austranesia.Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa
Melayu kedalam tiga tahap utama yaitu:

1.Bahasa Melayu kuno (abad ke-7 sampai abad ke-14)

2. Bahasa Melayu klasik (abad ke15 sampai abad ke 20)

3. Bahasa Melayu Modern (sejak abad ke 20)

Bahasa Melayu Riau dibina oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya sedemikian rupa sehingga
menjadi bahasa yang baik dan indah.
ANTARA BAHASA MELAYU RIAU DAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada
dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Sejarah tersebut di mulai
pada jaman Kerajaan Sriwijaya, saat itu Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa
internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara. Atau sekurang-kurangnya
sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara.

Awalnya pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, dan akhirnya
pindah ke Riau.  Sejak itulah Riau mendapat predikat sebagai pusat kerajaan
Melayu tersebut. Karena itu bahasa Melayu jaman Malaka terkenal dengan Melayu
Malaka, bahasa Melayu jaman Johor terkenal dengan Melayu Johor dan bahasa
Melayu jaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.

Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-
kawannya, sehingga bahasa ini sudah memiliki standar, sudah banyak
dipublikasikan, berupa; buku-buku sastra, buku-buku sejarah dan agama baik dari
zaman Melayu klasik maupunMelayu Modern.

Provinsi Riau terdiri dari enam kabupaten dan dua kotamadya, yaitu Kabupaten
Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten Bengkalis,
Kabupaten Kepulauan Riau, Kotamadya Pekanbaru, dan Kotamadya Batam.
Berdasarkan keadaan alamnya, provinsi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu Riau
Daratan dan Riau Kepulauan. Riau Daratan meliputi Kabupaten Kampar, Kabupaten
Bengkalis, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kotamadya
Pekanbaru, sedangkan Riau Kepulauan meliputi gugusan pulau-pulau yang
menyebar sampai ke perbatasan perairan Malaysia di Laut Cina Selatan dan
perbatasan Kalimantan Barat.

Daerah seluas itu didiami oleh berbagai subdialek Melayu, yang dapat dibagi
menjadi dua subdialek, yaitu subdialek Daratan dan subdialek Kepulauan. Subdialek
Daratan mempunyai ciri-ciri fonologis yang berdekatan dengan bahasa Melayu
Minangkabau, sedang subdialek Kepulauan mempunyai ciri fonologis yang
berdekatan dengan bahasa Melayu Malaysia.

Di samping berbagai ciri khas lain, kedua subdialek ini ditandai dengan kata-kata
yang dalam bahasa Indonesia merupakan kata-kata yang berakhir dengan vokal /a/;
pada subdialek Daratan diucapkan dengan vokal /o/, sedang pada subdialek
Kepulauan diucapkan /?/. Beberapa contohnya antara lain:

Penyebutan kata /bila/, /tiga/, /kata/ dalam Bahasa Indonesia akan menjadi demikian
dalam Bahasa Riau Daratan: /bilo/, /tigo/, /kato/. Sementara dalam Bahasa Riau
Kepulauan menjadi: /bile/, /tige/, /kate/.

Jadi, kesan pertama bila berhadapan dengan dialek Melayu Riau (Kepulauan)
adalah tingginya frekuensi kemunculan vokal /e/ pada kata-kata bersuku terbuka dan
tiadanya vokal yang sama pada suku yang tertutup konsonan, seperti bahasa
Indonesia dialek Jawa. Vokal yang lain juga memiliki distribusi yang khas. Kekhasan
lainnya adalah perbedaan artikulasi pada konsonan getar uvular /R/ yang berbeda
dengan getar ujung lidah yang terdapat dalam bahasa Indonesia.

Agar mengetahui perbedaan yang signifikan antara Bahasa Indonesia dengan


Bahasa Melayu Riau, kita bisa melihat itu dari sudut morfologinya. Karena Morfologi
adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau  yang mempelajari seluk-
beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Seperti umumnya yang terjadi pada bahasa lisan, dalam dialek ini banyak kata yang
muncul dalam bentuk singkat seperti /lah/ untuk kata “sudah” atau “telah”, /na’/ untuk
kata “hendak”, dan pelafalan /ta’/ untuk kata “tidak”. Bahkan, kata /ta’/ yang dalam
bahasa Indonesia hanya muncul dalam bentuk terikat, dalam dialek ini dapat berdiri
sendiri sebagai kalimat minim.
+ Na’ makan ta? / Mau makan tidak?
-    Ta’. / Tidak.

Dalam bidang morfologi, awalan per- dan akhiran -i jarang sekali muncul. Untuk
kata “melalui” misalnya dipakai “lalu dekat” (masjid) dan untuk “mempertinggi”
dipakai kata “membuat tinggi” atau “meninggikan”, sedangkan dalam bidang
sintaksis, jarang muncul kata-kata tugas seperti kata “terhadap” atau “akan”,
“dengan”, dan “oleh”.
Sementara dalam bidang kosakata, tidak terlihat adanya perbedaan yang mencolok,
namun juga dapat dicatat beberapa kata khas yang tidak biasa dipergunakan dalam
bahasa Indonesia modern. Untuk mempersilakan tamu-tamu minum atau makan
dipergunakan kata “jemput”, “silakan ambil”. Untuk kata “tetangga” menggunakan
istilah “rumah sebelah”, kata “patek” /patik/ digunakan bila orang ingin merendahkan
diri, dan untuk panggilan guru dipakai istilah “cek gu”.

Orang Melayu Riau selalu mengaitkan Bahasa dengan budi, maka ketinggian budi
seseorang juga diukur dari kata-katanya, seperti ungkapan:

 Pantang membuka aib orang,


 Pantang merobek baju dibadan, 
 Pantang menepuk air didulang, 
 Hilang budi karena bahasa, 
 Habis daulat karena kuasa, 
 Pedas lada hingga ke mulut, 
 Pedas kata menjemput maut

Ungkapan-ungkapan di atas mencirikan bahwa bagi orang Melayu Riau, kata sangat
berpengaruh dalam pergaulan,“Bahasa menunjukkan Bangsa.” Kata Bangsa di
sini berarti orang berderajat atau orang baik-baik. Orang-orang yang menggunakan
kata yang tidak senonoh, dia tentu orang yang tidak berbangsa dan derajatnya
rendah.

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1284/antara-bahasa-melayu-dengan-riau-dangan-
bahasa-indonesia

Anda mungkin juga menyukai