Kahwa = Khawe
Pakcik = sapaan buat yang dihormati atau para orang pendatang dan hubungan keluarga
Encik / Makcik = sapaan untuk perempuan yang sudah menikah atau yang lebih tua dan hubungan
keluarga.
Songkok = Peci
Tau = Tahu
Pembengak = Pembohong
Dikau = Engkau
Kemano = Kemana
Bahlol = Bodoh
Ape = Apa
Apo = Apa
Cite = Cerita
Ngael = Memancing
Tu = Itu
Semayang = Sholat
Kite = Kita
Abis = Habis
Tenampak = Terlihat
Belacan = Terasi
Ado = Ada
Ajo = Saja
Dengo = Dengar
Lori = Truk
Keker = Teropong
Yo = ya
Lesap = Habis
Bekeletah = Cerewet
Negaro = Negara
Penat = Capek
Sado = Sadar
Lamo = Lama
Bagaimano = Bagaimana
Mano = Mana
Nyo = nya
Beso = Besar
Kareno = Karena
Mendengo = Mendengar
Ketiko = Ketika
Ado = ada
Kepalo = Kepala
Meraso = Merasa
Mato = Mata
Mengapo = Mengapa
Jugo = Juga
Nyato = Nyata
Berkato = Berkata
Kocek = saku
Paso = Pasar
Melempo = melempar
Mengiro = mengira
Tetanggo = Tetangga
Celako = Celaka
Pado = pada
Tanpo = tanpa
Suko = suka
Selamo = selama
Bayo = bayar
Anto = Mengantar
Pegi = pergi
Dio = dia
http://riskachedhika.blogspot.co.id/2013/02/bahasa-melayu-bengkalis.html?m=1
Sumber : Kumpulan – kumpulan Cerita Young Dolah (Young Dolah Seniman Bengkalis).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyimak tradisi tulis yang sebanding dengan tradisi tulis bahasa inggris yang ternama pada
masa lalu, dan kemajemukan masyarakat penutur yang berfikiran maju, sehingga bahasa melayu
salah satu bahasa yang sangat berpengaruh diasia tenggara dan salah satu dari lima bahasa yang
terbesar. Bahasa melayu merupakan bahasa nasional satu-satunya dari empat Negara: Brunei,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Bahasa-bahasa dan dialek-dialek yang jumlahnya besar itu meskipun dari satu rumpun, akan
tetapi karena perkembangannya yang berbeda-beda, terjadilah perbedaan-perbedaan pula antara
bahasa-bahasa itu. Bangsa-bangsa yang mendiami beribu-ribu pulau serta memiliki beratus-ratus
bahasa dan dialek memerlukan perhubungan antara sesamanya untuk keperluan perdagangan,
diplomasi, pengajaran agama, dan lain-lain.
Bahasa melayu merupakan lingua franca bagi perdagangan dan hubungan politik
dinusantara pada masa pra-kolonial. Bahasa melayu juga dituturkan didaerah Afrika Selatan,
Srilanka, Thailand selatan, Fhilifina selatan, Myanmar selatan, sebagian kecil Kamboja hingga Papua
Nugini dan Australia.
B. Rumusan Masalah
Sejauh mana mahasiswa calon guru pendidik memiliki kemampuan tentang Bahasa Melayu?
PEMBAHASAN
A. BAHASA MELAYU
Bahasa Melayu adalah bahasa penduduk Semenanjung Malaka, kepulauan Riau Lingga,
sebagian besar pesisir timur Sumatra dan juga sebagian pesisir barat Kalimantan.Dan mencakup
sejumlah bahasa yang saling bermiripan diwilayah nusantara dan beberapa tempat lain, sebagai
bahasa yang luas pemakaiannya, bahasa ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia, dan
Malaysia, serta diakui pula disingapore dan menjadi bahasa kerja di Timur Leste (sekarang bahasa
Indonesia).
Bahasa Melayu termasuk kedalam bahasa melayu Polinesia dibawah rumpun bahasa
Austronesia.Menurut statistik penggunaan bahasa didunia penutur bahasa Melayu diperkirakan
mencapai lebih kurang 250 juta jiwa yang merupakan bahasa ke empat dalam urutan jumlah
penutur terpenting bagi bahasa didunia.
Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa melayu kedalam tiga tahap utama yaitu:
Catatan tertulis pertama dalam bahasa melayu kuno berasal dari abad ke-7 masehi dan tercantum
pada beberapa prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya dibagian selatan sumatera dan Wangsa
syailendra dibeberapa tempat dijawa tengah, tulisan ini menggunakan aksara pallawa.
Bahasa melayu kuno masih digunakan untuk prasasti dan batu nisan sampai abad ke-14. Batu nisan
orang Islam ditemukan pada masa kerajaan Perlak, dengan adanya hal itu maka memperkuat
pendapat bahwa penyebaran Islam didunia pertuturan bahasa melayu.
Rintisan kearah bahasa melayu modern dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana dari kesultanan
Riau Lingga secara sistematis menyusun kamus eka bahasa melayu (kitab pengetahuan bahasa yaitu
kamus logat Melayu-Johor-Pahang-Riau Lingga yang pertama) pada pertengahan abad ke-19
sehingga berhasil menjadi bahasa yang dominan, dan zaman pembinaan bahasa melayu.
Perkembangan berikutnya t` erjadi ketika sarjana-sarjana Eropa (khususnya Belanda dan Inggris)
mulai mempelajari bahasa ini secara sistematis. Bahasa melayu modern didirikan dengan
penggunaan alfabel latin dan masuknya banyak kata-kata Eropa. Pengajaran bahasa melayu
disekolah-sekolah sejak awal abad ke-20 semakin membuat populer bahasa ini.
Bahasa Melayu merupakan bahasa resmi dikerajaan Riau, dan bahwa bahasa itu telah dibina
oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya sedemikian rupa, sehingga menjadi bahasa itu menjadi
bahasa yang baik dan indah. Jika zaman Malaka dan Johor dapat dipandang sebagai tahap
penyebaran dan perluasan daerah bahasa melayu, sehingga berhasil menjadi bahasa yang dominan,
maka zaman Raja Ali Haji dalam kerajaan Riau adalah zaman pembinaan bahasa melayu.
Untuk pembinaan dan member pembakuan kepada bahasa melayu Riau.Ali Haji menulis
buku Bustanul Katibin tahun 1857, yng isinya mencakup ilmu bahasa dan ejaan. Karena jasa Ali
Haji pantas mendapat penghargaan yang semestinya, bukan hanya sekedar pembinaan dibidang
tata bahasa saja, usaha Ali Haji diapun membuat semacam kamus yaitu buku pengetahuan bahasa
yang oleh Zuber Usman dapat disebut sebagai Ensiklopedi Melayu.
Rupanya dalam zaman kerajaan Riau itu bukan hanya pembinaan bahasa melayu saja,
bahkan pembinaan ilmu pengetahuan lainnya pun tidak diabaikan.
Bahasa melayu sangat bervariasi, penyebab utama adalah tidak adanya instruksi yang memiliki
kekuatan untuk mengatur pembakuannya. Sebagaimana beberapa bahasa dinusantara tidak ada
batas tegas antara satu varian dengan varian lain yang penuturnya bersebelahan secara geografis,
perubahan dialek seringkali bersifat bertahap untuk kemudian biasanya dilakukan pengelompokan
varian tersebut:
Bahasa melayu tempatan/lokal merupakan bahasa yang berasal dari daerah orang melayu sendiri
seperti disemenanjung malaka, kepulauan Riau Lingga, sebagian pesisir timur Sumatra dan pesisir
barat Kalimantan.
2. Bahasa Melayu Kerabat (paramelayu, Paramalay=melayu tidak penuh)
Bahasa Melayu Kerabat adalah bahasa lain yang serupa dengan bahasa melayu, namun terdapat
perbedaan diantaranya:
a) Bahasa minangkabau
b) Bahasa Banjar
c) Bahasa Jambi
d) Bahasa Kerinci.
Bahasa melayu sudah lama dikenal sebagai bahasa antar suku bangsa khususnya diindonesia.
Dalam perkembangannya terutama kawasan berpenduduk bukan Melayu dan mempunyai bahasa
masing-masing, bahasa melayu mengalami proses kreoliasi.
Dipulau Jawa, terutama diJakarta, bahasa melayu mengalami proses kreolisasi yang unsur dasar
bahasa Melayu pasar dicampur dengan berbagai bahasa disekelilingnya.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Bahasa Melayu adalah bahasa penduduk semenanjung Malaka, kepulauan Riau Lingga,
sebagian besar pesisir timur sumatera dan pesisir barat Kalimantan.Bahasa Melayu termasuk bahasa
melayu polinesia dibawah rumpun bahasa austranesia.Ahli bahasa membagi perkembangan bahasa
Melayu kedalam tiga tahap utama yaitu:
Bahasa Melayu Riau dibina oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya sedemikian rupa sehingga
menjadi bahasa yang baik dan indah.
ANTARA BAHASA MELAYU RIAU DAN BAHASA INDONESIA
Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada
dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Sejarah tersebut di mulai
pada jaman Kerajaan Sriwijaya, saat itu Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa
internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara. Atau sekurang-kurangnya
sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara.
Awalnya pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, dan akhirnya
pindah ke Riau. Sejak itulah Riau mendapat predikat sebagai pusat kerajaan
Melayu tersebut. Karena itu bahasa Melayu jaman Malaka terkenal dengan Melayu
Malaka, bahasa Melayu jaman Johor terkenal dengan Melayu Johor dan bahasa
Melayu jaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.
Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-
kawannya, sehingga bahasa ini sudah memiliki standar, sudah banyak
dipublikasikan, berupa; buku-buku sastra, buku-buku sejarah dan agama baik dari
zaman Melayu klasik maupunMelayu Modern.
Provinsi Riau terdiri dari enam kabupaten dan dua kotamadya, yaitu Kabupaten
Indragiri Hilir, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kampar, Kabupaten Bengkalis,
Kabupaten Kepulauan Riau, Kotamadya Pekanbaru, dan Kotamadya Batam.
Berdasarkan keadaan alamnya, provinsi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu Riau
Daratan dan Riau Kepulauan. Riau Daratan meliputi Kabupaten Kampar, Kabupaten
Bengkalis, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kotamadya
Pekanbaru, sedangkan Riau Kepulauan meliputi gugusan pulau-pulau yang
menyebar sampai ke perbatasan perairan Malaysia di Laut Cina Selatan dan
perbatasan Kalimantan Barat.
Daerah seluas itu didiami oleh berbagai subdialek Melayu, yang dapat dibagi
menjadi dua subdialek, yaitu subdialek Daratan dan subdialek Kepulauan. Subdialek
Daratan mempunyai ciri-ciri fonologis yang berdekatan dengan bahasa Melayu
Minangkabau, sedang subdialek Kepulauan mempunyai ciri fonologis yang
berdekatan dengan bahasa Melayu Malaysia.
Di samping berbagai ciri khas lain, kedua subdialek ini ditandai dengan kata-kata
yang dalam bahasa Indonesia merupakan kata-kata yang berakhir dengan vokal /a/;
pada subdialek Daratan diucapkan dengan vokal /o/, sedang pada subdialek
Kepulauan diucapkan /?/. Beberapa contohnya antara lain:
Penyebutan kata /bila/, /tiga/, /kata/ dalam Bahasa Indonesia akan menjadi demikian
dalam Bahasa Riau Daratan: /bilo/, /tigo/, /kato/. Sementara dalam Bahasa Riau
Kepulauan menjadi: /bile/, /tige/, /kate/.
Jadi, kesan pertama bila berhadapan dengan dialek Melayu Riau (Kepulauan)
adalah tingginya frekuensi kemunculan vokal /e/ pada kata-kata bersuku terbuka dan
tiadanya vokal yang sama pada suku yang tertutup konsonan, seperti bahasa
Indonesia dialek Jawa. Vokal yang lain juga memiliki distribusi yang khas. Kekhasan
lainnya adalah perbedaan artikulasi pada konsonan getar uvular /R/ yang berbeda
dengan getar ujung lidah yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
Seperti umumnya yang terjadi pada bahasa lisan, dalam dialek ini banyak kata yang
muncul dalam bentuk singkat seperti /lah/ untuk kata “sudah” atau “telah”, /na’/ untuk
kata “hendak”, dan pelafalan /ta’/ untuk kata “tidak”. Bahkan, kata /ta’/ yang dalam
bahasa Indonesia hanya muncul dalam bentuk terikat, dalam dialek ini dapat berdiri
sendiri sebagai kalimat minim.
+ Na’ makan ta? / Mau makan tidak?
- Ta’. / Tidak.
Dalam bidang morfologi, awalan per- dan akhiran -i jarang sekali muncul. Untuk
kata “melalui” misalnya dipakai “lalu dekat” (masjid) dan untuk “mempertinggi”
dipakai kata “membuat tinggi” atau “meninggikan”, sedangkan dalam bidang
sintaksis, jarang muncul kata-kata tugas seperti kata “terhadap” atau “akan”,
“dengan”, dan “oleh”.
Sementara dalam bidang kosakata, tidak terlihat adanya perbedaan yang mencolok,
namun juga dapat dicatat beberapa kata khas yang tidak biasa dipergunakan dalam
bahasa Indonesia modern. Untuk mempersilakan tamu-tamu minum atau makan
dipergunakan kata “jemput”, “silakan ambil”. Untuk kata “tetangga” menggunakan
istilah “rumah sebelah”, kata “patek” /patik/ digunakan bila orang ingin merendahkan
diri, dan untuk panggilan guru dipakai istilah “cek gu”.
Orang Melayu Riau selalu mengaitkan Bahasa dengan budi, maka ketinggian budi
seseorang juga diukur dari kata-katanya, seperti ungkapan:
Ungkapan-ungkapan di atas mencirikan bahwa bagi orang Melayu Riau, kata sangat
berpengaruh dalam pergaulan,“Bahasa menunjukkan Bangsa.” Kata Bangsa di
sini berarti orang berderajat atau orang baik-baik. Orang-orang yang menggunakan
kata yang tidak senonoh, dia tentu orang yang tidak berbangsa dan derajatnya
rendah.
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1284/antara-bahasa-melayu-dengan-riau-dangan-
bahasa-indonesia