PELAYANAN
FARMASI
i
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Alamat : JL.R.E Martadinata Simboro Mamuju 91512
Website: rsud.sulbarprov.go.id Email : rsud.provinsi.sulbar@gmail.com
M N
EL
LE NA
T E D I AT O N G A
i
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 56 Tahun
2014,tentang Klasifikasi dan Perijinan
Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
Rumah Sakit.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472
tahun 1996 tentang Pengamanan Bahan
Berbahaya Bagi Kesehatan.Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012
Tentang Akreditasi Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2016, tentang
Standar Pelayan Farmasi di Rumah Sakit.
ME MUT US KA N :
PASAL 1
Pedoman Pelayanan Farmasi RSUD Provinsi
Sulawesi Barat sebagaimana terlampir dalam
surat keputusan ini.
PASAL 2
Pedoman Pelayanan Farmasi dimaksudkan
untuk diketahui, dipahami, dihayati dan
dilaksanakan oleh seluruh pegawai di
lingkungan Instalasi Farmasi RSUD Provinsi
Sulawesi Barat dengan penuh tanggung
jawab.
ii
PASAL 3
Surat Keputusan ini berlaku terhitung mulai
tanggal ditetapkan. Dengan terbitnya surat
keputusan ini maka Surat Keputusan tetang
Pedoman Pelayanan Farmasi yang lama
tidak berlaku, dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dan
penetapannya akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Mamuju
Pada tanggal : 6 Januari 2023
iii
TIM PENYUSUN
PEMBINA :
dr. H. Muhammad Ihkwan (Direktur RSUD Provinsi Sulawesi Barat)
PENGARAH :
Nurwardi Nur, S.Si, M.Kes., Apt (Kepala Bidang Pelayanan)
TIM TEKNIS :
iv
KATA PENGANTAR
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus
memenuhi persyaratan lokasi,bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratan
kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu,
bermanfaat, aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan
bahwa pelayanan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit harus
mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya
diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri
Kesehatan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam
menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan
Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan
Menteri Kesehatan.
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
tersebut dan perkembangan konsep Pelayanan Kefarmasian,
perlu ditetapkan suatu Standar Pelayanan Kefarmasian
dengan Peraturan Menteri Kesehatan, berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
B. Tujuan Pedoman
2
Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan
farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber
daya manusia, sarana, danperalatan.
Apoteker dalam melaksanakan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian tersebut juga harus mempertimbangkan faktor
risiko yang terjadi yang disebut dengan manajemen risiko.
D. Batasan Operasional
3
undangan.
9. Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian
di Rumah Sakit.
10. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
E. Landasan Hukum
4
Indonesia Tahun 2013 Nomor741);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2014,tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2016,tentang Standar Pelayan Farmasi di Rumah
Sakit;
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1) Apoteker
1) Tenaga Administrasi
6
d. Instalasi Farmasi Rumah Sakit dikepalai oleh seorang
Apoteker yang merupakan Apoteker penanggung jawab
seluruh Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
e. Kepala Instalasi Farmasi harus memenuhi persyaratan
sebagi berikut :
7
5) Berkemampuan untuk mempengaruhi,menggerakkan,
dan berkomunikasi dengan orang lain
6) Sehat jasmani, rohani dan social
a. Beban Kerja
8
3) Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan
Kefarmasian rawat inap dan rawat jalan, maka
kebutuhan tenaga Apoteker juga diperlukan untuk
pelayanan farmasi yang lain seperti di unit logistik
medik/distribusi
c. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
B. Distribusi Ketenagaan
9
Jam pelayanan rawat jalan adalah jam 08.00 – 14.00 WIT
dengan kegiatan sebagaimana disebutkan dalam jenis
layanan farmasi pasien rawat jalan.
Jam pelayanan rawat inap dibagi atas tiga shift, yaitu shift
pagi (08.00 – 14.00), shift sore (14.00 – 21.00) dan shift
malam (21.00 – 08.00) dengan kegiatan sebagaimana
disebutkan dalam jenis layanan farmasi pasien rawat inap.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
a) Ruang pimpinan
11
3) Ruang distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
Terdiri dari distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai rawat jalan
(depo farmasi rawat jalan) dan rawat inap (depo farmasi
rawat inap).
Ruang distribusi cukup untuk melayani seluruh
kebutuhan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai rumah sakit. Ruang distribusi
terdiridari:
12
3) Tempat penyimpanan obat di ruang perawatan
4) Fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf.
6. Peralatan
a. Peralatan Kantor :
2) Perangkat keras
13
c. Peralatan Produksi
d. Peralatan Penyimpanan
14
u) meja penyerahan
f. Peralatan Konsultasi
4) Lemari arsip.
3) Komputer, telefon.
4) Lemari arsip.
15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
16
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai di rumah sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi
Farmasi Rumah Sakit.
5. Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi
Farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara Pelayanan
Kefarmasian, sehingga rumah sakit akan mendapatkan
manfaat dalam hal :
a. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai.
b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
Medis habis pakai.
c. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai.
d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat
kesehatan,dan bahan medis habis pakai.
e. Pemantauan terapi obat.
c. N P W P
17
d. Izin Pedagang Besar Farmasi–Penyalur Alat Kesehatan
(PBF– PAK);
18
B. Seleksi dan Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai
1. Seleksi
19
2) Mengutamakan penggunaan obat esensial dan daftar
obat Formularium Nasional
3) Kualitas obat terjamin, termasuk uji bioavailabilitas
dan bioekuivalensi, serta stabilitas
4) Cost benevit yang tinggi dihitung dari total biaya
perawatan
5) Kemudahan dalam pengadaan
6) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
7) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
8) Satu zat aktif obat memiliki maksimal 1 nama dagang
jika obat non Normularium Nasional.
9) Sedapat mungkin menghindari obat yang
mengandung unsur LASA/ NORUM baik dalam nama
obat maupun kemasannya.
10) Mudah dalam hal prosedur pengembalian /retur obat
jika obat rusak atau hampir kadaluarsa (3 bulan
sebelum kadaluarsa).
20
j. Evaluasi kepatuhan peresepan obat formularium
dilakukan setiap bulan.
- Pola penyakit
– Skala prioritas
– Sisa persediaan
– Rencana pengembangan
3. Pengadaan
21
1) Pembelian
22
hibah berasal dari pemerintah.
23
kerja, antara jam 08.00 sampai dengan 14.00 WIB.
C. Penyimpanan
d. Indikasi
7. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan suhu
penyimpanan dibedakan menjadi:
24
aturan khusus
c. Narkotika:
25
berdasarkan peraturaan perundang-undangan.
3) High Alert Medications yang di ada di ruang
perawatan disimpan dalam kotak emergensi kit yang
memiliki kunci dispossible bernomor dan diberi label/
peringatan “High Alert Medication” pada setiap obat.
4) Infus intravena yang mengandung High Alert
Medication harus diberikan label high alert medication.
f. Elektolit konsentrat:
1) Elektrolit konsentrat hanya disimpan di depo farmasi.
2) Disimpan di rak penyimpanan High Alert Medications.
3) Diberi wadah tambahan pada setiap botol elektrolit
konsentrat dan diberi label “High Alert-Elektrolit
konsentrat- harus diencerkan”
4) Elektrolit disimpan sesuai prosedur penyimpanan
High Alert Medications.
g. Obat Emergensi
1) Obat emergensi disediakan sesuai standar di unit-unit
pelayanan pasien dalam kondisi aman, siap pakai,
dan dapat diakses segera untuk memenuhi kebutuhan
emergensi.
2) Obat emergensi sesuai standar yang ditetapkan
rumah sakit, di bangsal ICU, Kamar Operasi, IGD,
ruangan perawatan dan disimpan di Trolley
Emergency atau Emergency kit (suhu ruangan) yang
memiliki kunci dispossible bernomor yang bisa
dipotong saat akan digunakan dan penyimpanan di
kotak di dalam kulkas (untuk obat dengan
penyimpanan suhu2°-8°C)
3) Dipakai hanya untuk emergensi saja dan sesudah
dipakai harus segera diresepkan untuk diganti dengan
obat baru dengan kunci yang baru.
4) Maksimal pergantian adalah 1 jam setelah informasi
pemakaian emergency kit/trolly emergency.
5) Harus dicek secara berkala setiap satu bulan sekali
meliputi aspek ketepatan jumlah dan kondisi obat
26
(kadaluarsa atau rusak)
h. Nutrisi parenteral
1) Disimpan terpisah dengan sediaan lain dan dipantau
kondisi penyimpanannya.
2) Disimpan sesuai instruksi dari produsen baik dalam
hal temperatur maupun kondisi ketahanan terhadap
cahaya.
3) Penyimpanan cairan nutrisi parenteral diperiksa
secara teratur untuk memastikan kondisi
penyimpanan (suhu, kelembaban, kadaluarsa, dan
kerusakan) dan keamanannya dan dicatata dalam
form monitoring suhu penyimpanan nutrisi.
4) Khusus Produk nutrisi berupa susu bubuk formula
untuk bayi, disimpan di Instalasi Gizi.
5) Petugas farmasi melakukan supervisi secara berkala,
minimal 1 bulan sekali untuk pemantauan suhu dan
kelembaban dan mencatat pada formulir monitoring
suhu dan kelembaban.
k. Penyimpanan vaksin
1) Vaksin disimpan di dalam lemari pendingin dengan
suhu 2–8oC
2) Setiap hari suhu lemari pendingin dipantau secara
berkala
3) Vaksin disimpan di logistik farmasi dan unit farmasi
27
rawat inap secara aman.
4) Semua persediaan vaksin diperiksa secara teratur
setiap hari oleh farmasi untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang tepat terpenuhi termasuk
temperatur dan keamanannya.
m. Penyimpanan film
1) Film disimpan secara aman di lemari terpisah dan
menggunakan indikator suhu yang sesuai kebutuhan
film
2) Semua persediaan film pada unit harus diperiksa
secara teratur untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang tepat terpenuhi termasuk
temperatur, perlindungan terhadap cahaya, dan
keamanannya
n. Penyimpanan reagen
1) Reagen disimpan secara aman di ruangan terpisah
dan menggunakan indikator suhu yang sesuai
kebutuhan reagen.
2) Semua persediaan reagen pada unit harus diperiksa
secara teratur untuk memastikan kondisi
penyimpanan yang tepat terpenuhi termasuk
temperatur, perlindungan terhadap cahaya, dan
keamanannya.
28
obat saat pasien sudah di ruang perawatan dengan
mengecek ulang kesesuaian lembar rekonsiliasi
dengan obat yang dibawa pasien. Obat yang
dilanjutkan disimpan di depo farmasi dan dikelola oleh
farmasi dengan sistem O DD (One Daily Dose
Dispensing)
d) Obat yang tidak dilanjutkan disimpan di
loker pasien di instalasi farmasi diberi
tulisan “STOP” dan dikembalikan saat
pasien akan pulang.
2) Pengobatan sendiri (Self administration) dan
Obat yang dibawa dari luar
a) Pasien yang membawa obat sendiri harus
lapor dan menyerahkan obat yang dibawa
kepada DPJP dan atau perawat untuk
mendapatkan persetujuan penggunaan.
b) Obat yang dilanjutkan disimpan di depo
farmasi dan dikelola oleh farmasi dengan
sistem ODD (One Daily Dose Dispensing)
c) Obat yang tidak dilanjutkan disimpan di
loker pasien di instalasi farmasi diberi
tulisan “STOP” dan dikembalikan saat
pasien akan pulang.
p. Penyimpanan gas medis
b. Obat rusak
c. Obat ditarik oleh pabrik/ distributor obat
29
a. Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang akan
dimusnahkan.
b. Membuat laporan sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang akan
dimusnahkan ke Unit Sanitasi RSUD Provinsi
Sulawesi Barat dan disertai serah terima antara unit
farmasi dan unit Sanitasi.
c. Unit Sanitasi Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Barat
bekerja sama dengan pihak ketiga untuk
memusnahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai.
12. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang izin edarnya dicabut oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maka segera
dipisah dan dikeluarkan dari tempat penyimpanan di
seluruh unit yang menyimpan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tersebut,
kemudian dikembalikan ke logistik farmasi
13. Unit Logistik farmasi mendokumentasikan dan
membuat berita acara penarikan sediaan farmasi
kemudian sediaan farmasi tersebut dikembalikan ke
distributornya dengan disertai serah terima antara
farmasi dan distributor sediaanfarmasi.
30
instruksi terapi diberikan lewat telepon maka
dokter jaga yang melakukan penulisan resep.
b. Dokter/perawat wajib melakukan rekonsiliasi dan
assesmen pasien terkait obat yang sedang
diminum atau dibawa
1) Nama obat
2) Dosis / frekuensi
3) Berapalama
2) Nama obat
3) Jenis Kelamin
4) Alamat
5) Usia/tanggal lahir
1) Persyaratan administrasi
a) Identitas pasien
31
c) Berat badan/ Tinggi badan (untuk pasien
anak)
e) Ruangan/ poliklinik
2) Persyaratan farmasetik
b) Bentuk sediaan
e) Jumlah
3) Persyaratan klinik
32
masing-masing relasi.
5) Perubahan terapi pasien dari generik ke paten
atau sebaliknya atau ganti terapi yang
disebabkan visite dokter pengganti atau
konsulan atau rawat bersama maka yang
menentukan adalah DPJP dan terapi DPJP
menjadi acuan perencanaan kebutuhan obat
pasien rawat inap.
6) Penggunaan obat diluar Formularium Rumah
Sakit dan Formularium Nasional harus
mendapat persetujuan dari Direktur Pelayanan
Medik setelah mendapat rekomendasi dari
Komite Medis dan Komite Farmasi danTerapi.
h. Penulisan nama dan jumlah obat
33
1) Dosis pemberian obat non oral untuk anak-
anak wajib dengan mg (milligram)
2) Jika perlu atau p.r.n (pro renata) harus
dituliskan dosis maksimal dalam sehari
3) Penulisan milli liter di tulis dengan “ml” (tidak
dengan “cc”) untuk mencegah kesalahan
transkripsi dengan CC (sendok makan) atau
cth (sendok teh)
4) Dicantumkan kecepatan pemberian obat untuk
obat infus
5) Jika aturan pakai obat terlalu panjang untuk
ditulis di kertas resep (misalnya kortikosteroid
oral dengan penurunan dosis berkala) boleh
dituliskan singkatan
u.c. (usus cognitus) atau u.n. (usus notus).
Kepada pasien diserahkan kertas terpisah
dengan keterangan lengkap cara penggunaan
obatnya hari demihari.
34
diberikan secara periodik yang menyangkut
standar pelayanan, dosis, dan konsentrasi
obat (yang telah disetujui oleh Komite
Farmasi dan Terapi),sertai nformasi yang
dibutuhkan untuk mengoptimalisasi
keselamatan pasien
k. Penanganan bila terjadi permasalahan
dalam resep
35
terapi, kecuali ketorolak dan meperidine.
Daftar Obat Automatic Stop Order
terlampir.
m. Permintaan obat secara lisan atau melalui
telepon
36
diturunkan secara bertahap sampai
akhirnya dihentikan.
Cara ini dimaksutkan agar tidak terjadi
efek yang tidak diharapkan akibat
penghentian mendadak. Contoh obat
yang dilakukan tapering off : pemakaian
jangka panjang kortikosteroid,
psikotropika Instruksi harus rinci
dituliskan tahapan penurunan dosis
atau perpanjangan interval waktu
pemberiannya.
Contoh : Prednison 30 mg
37
pemakaian, jumlah obat dan tanda
tangan dokter.
Resep ditulis Dengan mencantumkan
kata ”CITO” pada resep dibagian atas
resep.
Resep dapat dibawa oleh keluarga
pasien/perawat.
p. Batasan penulisan resep atau terapi
khusus
38
dengan diresepkan
u. Daftar singkatan yang tidak boleh
digunakan di RS (terlampir)
2. Rekonsiliasi obat
3. Pancatatan Resep
39
berlaku.
4. Penyalinan Resep
1. Penyiapan
40
tercantum (unsur-unsur penulisan resep).
f. Apoteker atau TTK terlatih harus melakukan
pengkajian atau telaah (pemeriksaan kelayakan)
terhadap resep meliputi:
1) Kelengkapan administrasi
2) Kelengkapan Farmasetika
41
Ketepatan cara pemberian terhadap kondisi
klinis pasien (susah menelan,dll)
(f) Ketepatan waktu pemberian obat
42
TTK melakukan konfirmasi kepada dokter penulis
resep.
k. Penyiapan obat racikan
43
yaitu :
1) Sistem Resep Perorangan
44
farmasi rawat inap hingga 24 jam ke
depan.
c) Obat yang telah disiapkan petugas
farmasi, diambil oleh perawat untuk
disimpan di loker pasien di ruang perawat.
7) Nama obat
8) Jumlah obat
a. Frekuensi penggunaan
45
c. Waktu minum obat (pagi/ siang/ sore/
malam), jika ada ketentuan khusus
d. Sebelum/ bersama atau tanpa/ sesudah
makan
46
F. Pemberian Obat
b. Uraian jabatan
a. Benar pasien
47
2) Periksa obat-obatan yang tidak biasanya dengan
referensi
c. Benar dosis
a) Oral b) Nasogastric
c) Rectal d) Vaginal
e) Intradermal f) Intramuscular
g) intravenous h) subcutan
i) spinal j) epidural
k) intravesical l) intra-arterial
48
m) topical n) inhalasi
o) ocular p) intranasal
q) aural
a) Obat oral
Frekuensi Waktu
49
2 x sehari 06.00 18.00
(tiap 12 jam)
3 x sehari 06.00 14.00 22.00
(tiap 8 jam)
4 x sehari 06.00 12.00 18.00 22.00
(tiap
6 jam)
5x sehari 06.00 11.00 16.00 21.00 24.00
(tiap
4,5 jam)
6 x sehari 06.00 10.00 14.00 18.00 22.00 02.00
(tiap
4 jam)
b) Obat parenteral
Frekuensi Waktu
4x sehari
06.00 12.00 18.00 22.00
(tiap 6 jam)
50
waktu menyesuaikan dengan perhitungan
kecepatan dan lama pemberian obat.
f. Benar Informasi
51
dipantau oleh perawat yang selanjutnya perawat harus
mengisi kuesioner evaluasi.
G. Pemantauan
52
Samping Obat Nasional
53
untuk memperbaiki proses penggunaan obat termasuk
mengevaluasi kebijakan dan prosedur pengelolaan dan
penggunaan obat di rumah sakit
H. Pengendalian
54
BAB V
LOGISTIK
55
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
56
obat/farmasi yang lebih aktif, rutin, komprehensif dan multi disiplin
dalam pencegahan risikonya.
A. Tipe Insiden
Istilah Definisi
Kondisi Potensial Suatu situasi/ kondisi Contoh :
Cidera (KPC) yang sangat berpotensi kotak emergensi
Repotable untuk menimbulkan yang ditemukan
Circumstance insidena, tetapi belum tidak lengkap
terjadi cidera sesuai daftar yang
ditetapkan
petugas lain
sebelum diberikan.
57
B. Kategori Error
Tipe Medication Errors Keterangan
58
Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau
perintah diberikan secara lisan
sehingga menimbulkan interpretasi
yang keliru dari penerima instruksi,
termasuk tulisan dokter yang tidak
dapat terbaca.
60
diperbolehkan karena berisiko menimbulkan kesalahan
untuk diwaspadai.
2. Kondisi Lingkungan
61
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
63
a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala, khususnya bagi
petugas yang menangani penyiapan sitostatika.
b. Upaya-upaya yang dilakukan sehubungan dengan
kapasitas dan beban kerja, yang terdiri dari : pengaturan
kerja bergilir yang menyesuaikan dengan kemampuan
kerja individual, penempatan petugas pada jabatannya,
pendidikan dan pelatihan petugas farmasi tentang K3.
64
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
65
b. Penilaian kualitas Pelayanan Kefarmasian yang
sedang berjalan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan;
c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas
pelayanan bila diperlukan;
d. Penilaian ulang kualitas Pelayanan
Kefarmasian;
e. Update kriteria.
KEGIATAN Sasaran
Perhitungan penyimpangan terhadap <10 %
anggaran pembelian perbekalan farmasi
Perhitungan kejadian keterlambatan 0
pembayaran
Pengukuran kinerja pemasok skor >=90 > 92 %
Pengukuran kesesuaian DO dengan PO >95 %
>93 %
68
>30 x per tahun
Pengukuran kesesuaian stok >24 x per tahun
Perhitungan TOR gudang <0,35 %
Perhitungan % obat kadaluwarsa IFRS < 0,12% per tahun
Keluhan unit lain karena keterlambatan 0
Distribusi
Perhitungan Margin of Distribution > 10 %
KEGIATAN Sasara n
Pengukuran kesesuaian stok >80 %
Perhitungan TOR > 24 kali per tahun
Perhitungan Death Stock <10 %
Perhitungan Persentase Obat Kadaluarsa < 0,5 % per tahun
Pengukuran Kesesuaian dengan >95 %
Formularium
Perhitungan Cakupan Pelayanan Resep > 95 %
Poliklinik
Perhitungan cakupan pelayanan resep rawat >80 %
jalan
PengukuranWaktuTunggu ≤ 10menit (non >90%
racikan), ≤ 25
menit (Racikan)
Pengukuran Kepuasan Pelanggan >70 %
Identifikasi Dispensing error KNC/KTC/KTD 30/0/0 per bulan
Pelatihan/pendidikan SDM Seluruh staf dalam
1 tahun
Perhitungan Profit Margin on Sales >20 % per tahun
Peningkatan pendapatan dari tahun 9 % per tahun
sebelumnya
Capaian pendapatan terhadap RAPB >50%
Peningkatan jumlah resep >5 %
69
3. Farmasi Rawat Inap
KEGIATAN Sasaran
Pengukura kesesuaian stok >80 %
Perhitungan TOR > 24 kali per tahun
Perhitungan Death Stock <10 %
Perhitungan Persentase Obat Kadaluarsa < 0,5 % per tahun
Pengukuran Kesesuaian dengan Formularium >95 %
PengukuranWaktuTunggu ≤ 10menit (non >90%
racikan), ≤ 25menit (Racikan)
Identifikasi Dispensing error KNC/KTC/KTD 30/0/0 per bulan
Pelatihan/pendidikan SDM Seluruh staf dalam
1 tahun
Perhitungan Profit Margin on Sales >35 % per tahun
Peningkatan pendapatan dari tahun 9%
Sebelumnya
Capaian pendapatan terhadap RAPB >50%
Pencampuran obat kanker >30 pasien per
bulan
Konsultasi obat >30 perbulan
Monitoring of Therapy > 25 px per bulan
Response the question >30Qs per bulan
Monitoring ESO > 5 pasien/bulan
Rekonsiliasi > 20 pasien/bulan
70
BAB IX
HEALTH TECNOLOGY ASSESMENT (HTA)
71
B. Klasifikasi berdasarkan tujuan, kegunaan atau aplikasi
72
5. Teknologi kuno atau tertinggal – teknologi telah digantikan oleh
teknologi lain, atau teknologi yang terbukti tidak efektif atau
bahkan berbahaya.
Ruang lingkup HTA mencakup berbagai teknologi
kesehatan seperti obat, alat kesehatan, prosedur diagnostik dan
terapi, dan sebagainya. Demikian pula bidang kesehatan
masyarakat seperti skrining, program imunisasi dan lain-lain.
Dalam bidang farmasi kajian farmakoekonomi untuk obat telah
berkembang pesat, sementara kajian dalam bidang lain seperti
alat kesehatan dan program kesehatan masyarakat tidak
sepesat kajian terhadap obat. Contoh-contoh pada panduan ini
terutama adalah evaluasi ekonomi untuk obat. Hasil studi evaluasi
ekonomi dalam bidang kesehatan dalam konteks PTK
dimaksudkan untuk membantu memutuskan apakah intervensi /
obat baru dapat masuk ke dalam paket manfaat karena memiliki
“value for money”, demikian juga untuk membantu pengambilan
keputusan dalam konteks HTA di rumah sakit (hospital-based
HTA) atau kajian oleh agen HTA lain sesuai dengan kesepakatan
dengan pihak penentu kebijakan dan BPJS.
Saat melakukan HTA, kapan sebaiknya HTA dilakukan?
Tidak ada standar yang berlaku kapan HTA harus dilakukan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa makin cepat HTA dilakukan
makin bagus dampaknya, namun semua tergantung pada
keperluan khusus. Perlu diingat bahwa HTA tidak hanya perlu
dilakukan terhadap teknologi baru yang akan diterapkan, namun
juga dilakukan terhadap teknologi yang sudah atau sedang
diterapkan.
Khusus untuk obat-obatan dalam bidang farmasi bukan
hanya tentang teknologi tetapi bisa mengarah kepada riset seperti
efektivitas obat, misalnya uji klinis 2 jenis obat yang berbeda
tetapi fungsinya sama kemudian di lihat diantara 2 jenis obat
tersebut mana yang lebih efektif.
73
BAB X
PENUTUP
74
Lampiran Dokumen : Pedoman Pelayanan
Farmasi Lampiran 1
Nomor : 1660 Tahun 2019
Tentang : Denah Instalsi Farmasi Depo
Rawat Inap/UGD
KASIR I B
1.
B A B
II III C
E C
B IV
C C
C A
C
C V
KETERANGAN:
75
Lampiran 2
Nomor : 1660 Tahun 2019
Tentang : Denah Instalsi Farmasi Depo Rawat
Inap/UGD
B
I
A II
D
B C
III B
KETERANGAN :
76
Lampiran 3
Nomor : 1660 Tahun 2019
Tentang : Daftar Obat Automatic Stop Order
77