Anda di halaman 1dari 24

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )
a. Pengertian dan Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )
Dunia saat ini sedang menghadapi tantangan berat sebagai dampak dari
adanya globalisasi. Masalah-masalah tersebut hanya dapat diatasi dengan solusi
yang berbasis pengetahuan dan keterampilan. Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebagai lembaga formal sudah selayaknya berpartisipasi dalam mencari
solusi akan masalah-masalah tersebut dengan membekali para lulusannya
keterampilan-keterampilan pada bidang-bidang tertentu. Dengan bekal tersebut
diharapkan para lulusan dari SMK mampu menembus dunia kerja yang semakin
kompetitif seiring dengan laju perkembangan zaman.
Menurut UU No.2 Tahun 1989 yang memuat Sistem Pendidikan
Nasional bahwasannya “ Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu “.
Sedangkan Suharsimi Arikunto ( 1990 : 1 ) berpendapat bahwa :
“ Pendidikan kejuruan dapat diklasifikasikan ke dalam jenis pendidikan
khusus ( specialized education ) karena kelompok pelajaran atau
program yang disediakan hanya dipilih oleh orang-orang yang memiliki
minat khusus untuk mempersiapkan dirinya bagi lapangan pekerjaan di
masa mendatang. Agar lapangan kerja khusus ini dapat sukses maka
pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga terampil
yang dibutuhkan di masyarakat “

Sedangkan menurut Snedden ( 1917 : 8 ) berpendapat tentang


pendidikan kejuruan adalah sebagai berikut :
“ Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang diarahkan untuk mempelajari
bidang khusus, agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis,
pabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan, otomotif, telekomunikasi, listrik,
bangunan dan sebagainya ”.

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

Di sisi lain Rupert Evans ( 1978 ) mendefinisikan “ Pendidikan kejuruan


adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih
mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau bidang pekerjaan daripada
bidang-bidang pekerjaan lainnya ”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan untuk mempersiapkan tenaga-tenaga
terampil di dalam memasuki dunia kerja sesuai dengan bidang-bidang tertentu.
Disamping itu pendidikan kejuruan harus memahami posisinya dalam
masyarakat dan situasi pasar, melatih siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar
tenaga kerja dan dengan menciptakan kondisi kerja yang lebih baik. Sejalan
dengan hal itu pendidikan kejuruan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menyiapkan siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan
dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang
menungkatkan penghasilan.
2. Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif :
a. Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri.
b. Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain.
c. Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang
berpenghasilan ( produktif ).
3. Menyiapkan siswa menguasai IPTEK, sehingga :
a. Mampu mengikuti, menguasai, dan menyesuaikan diri dengan
kemajuan IPTEK.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri
secara berkelanjutan.
(http://www.acehforum.or.id/pendidikan-kejuruan-di-
t9553.html?s=7552ba648434124c5ceb2b6c9cc4e087& , 3 Agustus
2009)

Di dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan sudah tentu mempunyai


kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakan dengan pendidikan yang
lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi, dan tujuan
pendidikanya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat
kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu :
1. Orientasi Pendidikannya
Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah
tujuan terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

berorientasi pada penampilan para lulusannya kelak di lapangan


kerja.
2. Justifikasi untuk Eksistensinya
Untuk mengembangkan pendidikan kejuruan perlu alasan atau
justifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan oleh pendidikan
umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata yang
dirasakan dilapangan.
3. Fokus Kurikulumnya
Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan
kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang
mengembangkan domain afektif, kognitif, dan psikomotor berikut
paduan integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja
yang tersimulasi lewat proses belajar maupun nanti dalam situasi
kerja yang sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai
yang mendasari aspirasi, motivasi, dan kemampuan kerjanya.
4. Kriteria Keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya
menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan out of school
succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam
memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke
persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua diindikasikan
oleh keberhasiln atau penampilan lulusan setelah berada di dunia
kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaanya Terhadap Perkembangan Masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi kedunia
kerja, pendidikan kejuruan mempunyai ciri lain berupa kepekaan
atau daya suai yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan
dunia kerja. Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya
dunia suatu bidang pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru
di bidang produksi barang dan jasa, semuanya itu sangat besar
pengaruhnya terhadap kecenderungan perkembangan pendidikan
kejuruan.
6. Perbekalan Logistiknya
Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan situasi
atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situsi dunia kerja
secara realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan, sarana
dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah
kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu sekolah
kejuruan.
7. Hubunganya dengan Masyarakat Dunia Usaha
Hubungan lebih jauh dari masyarakat yang mencakup daya dukung
dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup
dan matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan
hubungan timbal balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan
penasehat kurikulum kejuruan ( curriculum advisory commite ),
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah kejuruan


dalam program kerjasama yang memungkinkan kesempatan
pengalaman belajar di lapangan.
(http://re-searchengines.com/0208kurniawan.html, 3 Agustus 2009 )
Sementara itu Depdikbud ( 1987 ) menggolongkan SMK menjadi enam
kelompok yang terdiri dari 35 rumpun atau bidang keahlian dan 94 program studi.
Keenam kelompok itu antara lain :
1. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang pertanian dan kehutanan disebut kelompok
pertanian dan kehutanan.
2. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang rekayasa disebut kelompok rekayasa.
3. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang usaha dan perkantoran disebut kelompok
usaha dan perkantoran.
4. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang kesehatan dan kemasyarakatan disebut
kelompok kesehatan dan kemasyarakatan.
5. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang kerumahtanggaan disebut kelompok
kerumahtanggaan.
6. Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang seni budaya disebut kelompok budaya.

Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada SMK kelompok


rekayasa atau teknik tentang kemampuan kejuruan para siswanya untuk dapat
bersaing di dunia kerja yang sesungguhnya.
Agar dapat menjadi institusi yang baik dalam memberikan pelayanan
pendidikan bagi masyarakat, seperti sekolah-sekolah umum lainnya, SMK
mempunyai tujuan yang akan dicapai di dalam meningkatkan kemampuan para
siswanya. Menurut Rupert Evans ( 1978 ) tujuan SMK adalah :
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja
2. Meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu
3. Mendorong motivasi untuk terus belajar.
Sedangkan menurut Depdikbud ( 1987 ) tujuan pendidikan SMK adalah:
1. Mendidik siswa agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya
berdasarkan Pancasila sehingga mampu membangun dirinya sendiri
dan ikut bertanggung jawab terhadap pembangunan bangsa.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

2. Memberikan bekal kemampuan layak kerja kepada siswa sebagai


tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan persyaratan yang
dituntut oleh dunia kerja.
3. Memberikan bekal kepada siswa guna mengembangkan dirinya agar
tamatannya dapat memperdalam dan atau mengembangkan
keterampilan kejuruannya yang setara maupun melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan
pengembangan kejuruannya.

Sementara itu berdasarkan Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1990


merumuskan bahwa “ Pendidikan menengah kejuruan mengutamakan penyiapan
siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional “.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa SMK bertujuan untuk
mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja di tingkat menengah
yang mempunyai jiwa profesional yang mampu bersaing di dunia industri seiring
dengan perkembangan zaman.

b. Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )


Program pendidikan sekolah kejuruan merupakan jembatan antara
manusia dan dunia kerja. Oleh karena itu, kurikulum dan perencanaan program
sekolah kejuruan merupakan fondasi dari proses belajar mengajar yang
mempunyai tujuan utama diharapkan para lulusannya sudah siap untuk
diterjunkan ke dunia kerja sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Menurut Beauchamp (1981) dalam bukunya Curriculum Theory 4th
Edition, menyatakan bahwa :
“ Sistem kurikulum yang melengkapi sebuah kerangka kerja untuk menentukan
apa yang akan diajarkan dan untuk menentukan titik keputusan akan arah untuk
pengembangan strategi pengajaran “.

Di sisi lain Shoemaker dalam Suharsimi Arikunto ( 1990 : 250 )


mengemukakan bahwa :
“ Curriculum for Vocational Education Starts with a job and End with the Student
on the Job “.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

Jadi dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwasannya kurikulum


Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ), disusun dan direncanakan untuk
menentukan arah strategi pengajaran di SMK yang berbasis pekerjaan dan
produksi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri.
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Agar dapat bekerja
secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan,
mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan
dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan
mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri. Struktur kurikulum pendidikan kejuruan
dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), diarahkan untuk mencapai
tujuan tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006
tentang standar isi, kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berisi tentang
Mata Pelajaran Wajib, Mata Pelajaran Kejuruan, Muatan lokal, dan
Pengembangan Diri.
Mata pelajaran wajib yang bertujuan untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja. Adapun yang termasuk mata
pelajaran wajib adalah Pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa,
matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, dan
keteampilan/kejuruan.
Mata pelajaran kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang
bertujuan untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan
pengembangan kemampuan diri dalam bidang keahliannya.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek
pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh
oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,


bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Selain itu sebagai implikasi pelaksanaan kurikulum di SMK maka :
1. Dalam penyusunan mata pelajaran dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Kelompok Normatif
Berfungsi membentuk peserta didik berkepribadian utuh (sikap dan
perilaku yang positif) serta memiliki norma-norma sebagai makhluk
sosial. Jadi, kelompok normatif bertujuan menanamkan norma, sikap,
dan perilaku melalui pengetahuan dan keterampilan dari materi yang
diberikan. Adapun yang termasuk kelompok normatif adalah Pendidikan
agama, Pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya.
b. Kelompok Adaptif
Berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki
dasar pengetahuan luas dan kuat untuk beradaptasi atau untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya
serta mampu mengembangkan IPTEK dan seni. Jadi, kelompok adaptif
bertujuan agar peserta didik menguasai dan memahami “apa” dan
“bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan dan penguasaan “mengapa”
pekerjaan itu harus dilakukan. Dari tujuan ini berarti kelompok adaptif
dibutuhkan untuk mendukung kelompok produktif atau program
keahlian peserta didik. Adapun yang termasuk kelompok adaptif adalah
Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan
Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.
c. Kelompok Produktif
Berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi kerja
sesuai dengan standar kompetensi kerja nasional atau internasional. Jadi,
tujuan materi pada kelompok produktif ini diberikan secara spesifik
berdasarkan permintaan pasar kerja atau asosiasi profesi. Adapun yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

termasuk kelompok produktif ini adalah sejumlah mata pelajaran yang


dikelompokkan ke dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan. Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada kemampuan
produktif atau kejuruan para peserta didik khususnya dari SMK teknik
untuk dapat bersaing dalam dunia industri seiring dengan perkembangan
kemajuan di beberapa bidang yang tentunya telah dimiliki oleh SMK.
2. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan
disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk memenuhi standar
kompetensi kerja di dunia kerja.
3. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar
kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata
pelajaran. Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka,
praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha atau industri.

c. Keahlian Produktif pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta


Hubungannya dengan Industri
Menurut Arianto (2009), “ Produktif berasal dari bahasa Inggris
“product” yang berarti hasil. Productive berarti menghasilkan kemudian diadopsi
ke dalam bahasa Indonesia yaitu produktif yang berarti kemauan untuk
menghasilkan sesuatu atau banyak yang mendatangkan hasil. Produktif juga dapat
diartikan dengan menghasilkan atau berkarya “.
Karena SMK mencetak tenaga-tenaga terampil bukannya sesuatu barang
atau jasa, maka kaitannya dengan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwasannya kemauan untuk menghasilkan atau berkarya harus dimiliki oleh
setiap siswa SMK. Jadi jiwa produktif harus tertanam pada diri siswa SMK.
Masih menurut Arianto (2009), Bahwasannya jiwa produktif harus
diikuti oleh beberapa sikap, antara lain : disiplin dan menghargai waktu, tekun
bekerja, gemar membaca, tidak mengenal putus asa, dan selalu ingin berkarya.
Maka dari itu tentunya hal ini membuat Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) harus membekali para siswanya berbagai macam keahlian – keahlian
produktif yang dikemas dalam suatu materi Dasar Kompetensi Kejuruan dan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

Kompetensi Kejuruan. Dan keahlian tersebut harus berdasarkan permintaan


industri dan disesuaikan dengan standar kompetensi kerja baik nasional maupun
internasional.
Maka dari itu untuk membekali para siswanya berbagai macam keahlian
produktif ini, pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus menempuh
beberapa langkah – langkah yang berorientasi pada tercapaianya suatu hasil yang
maksimal yaitu mencetak tenaga-tenaga terampil di tingkat menengah sesuai
dengan bidangnya masing – masing.
Untuk itu Suyadi Prawirosentono ( 2002 : 12 ) mengemukakan bahwa
terdapat 6 unsur yang dapat mempengaruhi hasil (output), yaitu :
1. Manusia
Sumber daya manusia adalah unsur utama yang memungkinkan
terjadinya proses penambahan nilai (value added). Kemampuan
mereka untuk melakukan suatu tugas (task) adalah kemampuan
(ability), pengalaman, pelatihan (training), dan potensi kreativitas
yang beragam, sehingga diperoleh suatu hasil (out put).
2. Metode (Methods)
Hal ini meliputi prosedur kerja di mana setiap orang harus
melaksanakan kerja sesuai dengan tugas yang dibebankan pada
masing – masing individu. Metode ini harus merupakan prosedur
kerja terbaik agar setiap orang dapat melaksanakan tugasnya secara
efektif dan efisien.
3. Mesin (Machines)
Mesin atau peralatan yang digunakan sebagai alat pendukung
memungkinkan untuk memperoleh output yang berkualitas.
4. Bahan (Materials)
Bahan yang dipakai dalam proses tahapan agar menghasilkan nilai
tambah menjadi output, jenisnya sangat beragam. Keragaman yang
digunakan akan mempengaruhi nilai output yang beragam pula.
5. Ukuran (Measurement)
Dalam setiap tahapan harus ada ukuran sebagai standar penilaian,
agar setiap tahapan dapat dinilai kinerjanya. Kemampuan dan standar
ukuran tersebut merupakan faktor penting untuk mengukur kinerja
seluruh tahapan, dengan tujuan agar hasil yang diperoleh sesuai
dengan yang diharapkan.
6. Lingkungan (Environment)
Lingkungan dimana proses tahapan terjadi akan sangat berpengaruh
pada keluaran, begitu juga faktor lingkungan eksternal pun dapat
mempengaruhi hasil (output).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

Karena SMK bukan suatu perusahaan penghasil produk barang atau


jasa, akan tetapi mencetak tenaga – tenaga terampil di tingkat menengah maka
dari keenam unsur tersebut dapat digambarkan sebagai suatu elemen – elemen
yang tergabung dalam satu instansi akademis yang saling berhubungan. Faktor
manusia disini dapat digambarkan sebagai pendidik yang langsung berhubungan
dengan siswa dan mengetahui berbagai perkembangan para siswanya. Untuk
dapat mencapai hasil yang baik maka dari unsur pendidik pun harus melalui
proses pelatihan - pelatihan maupun penataran – penataran.
Unsur yang kedua adalah metode (methods). Metode atau cara yang
dilakukan oleh pendidik untuk dapat memberikan hasil yang maksimal juga
merupakan unsur yang penting. Merupakan suatu tugas pendidik untuk
memberikan kenyamanan bagi para siswanya dalam menyerap materi – materi
yang diberikan agar dapat diterima dengan tepat dan tidak terbuang percuma.
Machines atau peralatan dalam hal ini merupakan berbagai fasilitas
sarana dan prasarana yang mendukung untuk kelancaran proses pembelajaran bagi
para siswa. Di samping itu juga terdapat unsur bahan (materials) yang merupakan
faktor terpenting. Dalam hal ini merupakan kumpulan beberapa materi diklat yang
tertuang dalam Garis – garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) yang diberikan
pada siswa sesuai dengan program keahliannya masing – masing.
Ukuran atau measurement. Setiap tahapan dalam proses pembelajaran
harus diukur kinerjanya untuk dapat memperoleh hasil yang diharapkan. Karena
bahan atau materi yang diberikan pada siswa merupakan materi Dasar
Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan maka setiap selesai tahapan
materi tersebut harus diukur penilaiannya dengan jalan membuat laporan hasil
belajar pada tiap semester untuk Dasar Kompetensi Kejuruan dan melaksanakan
uji kompetensi untuk materi Kompetensi Kejuruan.
Hal lain yang tidak dapat ditinggalkan adalah unsur lingkungan
(environment). Baik internal maupun eksternal sangat berpengaruh pada
tercapaianya suatu hasil. Keadaan instansi sekolah yang kondusif akan
memberikan rasa nyaman bagi seluruh elemen sekolah, sedangkan komunikasi
dan jalinan kerja sama dengan pihak luar yang baik dalam hal ini dunia
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

usaha/industri akan semakin mempermudah dalam tercapaianya suatu hasil yaitu


mencetak tenaga terampil tingkat menengah yang siap kerja.
Keenam unsur diatas merupakan satu-kesatuan yang saling berhubungan
untuk dapat mencapai suatu hasil yang maksimal yaitu mencetak tenaga terampil
tingkat menengah yang siap kerja. Karena pendidikan yang berorientasikan pada
pekerjaan adalah pendidikan kejuruan maka keterlibatan institusi pasangan
(industri) dan institusi pendidikan (SMK) sebagai penyelenggara pendidikan
kejuruan sangatlah penting. Mulai dari menetapkan standar kompetensi, hingga
memberikan kesempatan kepada para siswa SMK untuk prakerin dan akhirnya
terlibat langsung dalam pelaksanaan uji kompetensi. Hal tersebut merupakan
peran industri di dalam mencetak manusia Indonesia yang cerdas dan pekerja
yang kompeten sehingga lulusan pendidikan kejuruan merupakan tenaga yang
siap pakai di industri.
Berdasarkan hal tersebut maka Badeni (2002) mengemukakan
bahwasannya lulusan pendidikan kejuruan dapat dikatakan relevan dengan
kebutuhan industri jika :
1. Masa tunggu lulusan sampai memperoleh pekerjaan yang relevan
dengan pendidikannya relatif singkat.
2. Lulusan bekerja sesuai dengan program atau bidang keahlian yang
dididik.
3. Tingkat partisipasi lulusan di industri tinggi atau persentase lulusan
yang terserap di lembaga dan perusahaan pasangan tinggi.

Mengingat milik bersama antara SMK dan institusi pasangan maka


secara teoritik ketiga indikator relevansi tersebut diatas seharusnya terpenuhi oleh
para lulusan pendidikan kejuruan. Berdasarkan uraian diatas maka pada penelitian
ini penulis hanya meneliti keahlian produktif dan hubungannya dengan industri
pada SMK kelompok teknologi.

2. Standar Mutu ISO 9001 : 2000


Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang secara intensif
sedang, dan akan terus melaksanakan upaya peningkatan mutu pendidikan pada
semua jenis dan jenjang pendidikan, paling tidak sejak awal periode
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

pembangunan nasional jangka panjang pertama. Peningkatan mutu pendidikan


mulai dari penataran guru, penyebaran buku dan alat pelajaran, pengembangan
kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan metode dan
pendekatan mengajar. Namun demikian, selama itu pula dan sampai sekarang,
mutu pendidikan masih tetap kita rasakan sebagai tantangan mungkin sama
dengan yang kita rasakan 20 tahun yang lalu. Dengan masalah tersebut, mungkin
karena kita belum secara optimal melakukan upaya peningkatan mutu atau karena
upaya-upaya yang telah kita lakukan relatif lebih lambat dibandingkan dengan
aspirasi kita tentang mutu pendidikan yang terus berubah dan berkembang.
Terkait akan hal itu, perubahan akan mutu pendidikan juga dialami pada
sektor pendidikan kejuruan. Pendidikan yang notabene mempersiapkan para
peserta didiknya ini untuk dapat memiliki keahlian dan ketrampilan di bidang
tertentu untuk dipersiapkan di dunia kerja. Untuk dapat bersaing di dunia kerja
para peserta didik harus mempunyai keahlian dan ketrampilan yang distandardkan
oleh para pelaku industri, yaitu standard akan mutu agar nantinya keahlian dan
ketrampilan yang dimiliki maupun barang yang dihasilkan sudah tidak diragukan
lagi.

a. Deskripsi Umum Standar Mutu


Mutu merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen
untuk berbagai jenis produk barang dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini.
Mutu telah menjadi satu-satunya kekuatan terpenting yang membuahkan
keberhasilan organisasi dan pertumbuhan perusahaan baik di pasar berskala
nasional maupun internasional. Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama
dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling utama.
Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu
dalam pandangan orang lain. Definisi mutu yang praktis adalah sebuah derajat
atau tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan
atau keinginan. Namun ironisnya kita hanya bisa menyadari keberadaan mutu
tersebut setelah mutu itu hilang. Satu hal yang biasa diyakini adalah mutu
merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan sebaliknya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya merupakan hal
yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan.
Menurut seorang ahli mutu yaitu Goetsch dan Davis (1994) membuat
definisi tentang mutu yaitu “ Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan ”.
Di sisi lain Philip Crosby mendefinisikan “ Mutu sebagai kesesuaian
terhadap persyaratan. Persyaratan adalah spesifikasi yang telah
ditetapkan/diminta/diwajibkan/disepakati dan dapat diukur. Dengan
kaitannya dengan konsep fokus pelanggan, persyaratan diartikan secara
lebih luas, yakni mencakup kesesuaian terhadap kebutuhan, persyaratan,
harapan dan persepsi pelanggan “.

Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 19-8402 1991), “


Mutu adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas
maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum
dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu “.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya mutu
adalah usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Suatu produk atau jasa
dapat dikatakan bermutu atau berkualitas apabila dapat memberikan kepuasan
sepenuhnya kepada pelanggan atau pemakai. Mutu meliputi produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan dimana mutu adalah sebuah kondisi yang bersifat
dinamis.
Disamping memberikan definisi tentang mutu, perlu dipahami juga
bahwasannya perkembangan mutu dari tahun ke tahun mengalami kemajuan. Dari
yang dulunya mutu tidak terlalu diperhatikan sekarang menjadi hal yang utama.
Menurut Rudi Suardi ( 2003 : 8 ) konsep perkembangan mutu dibagi menjadi 5
tahap, yaitu :
1. Era Tanpa Mutu
Era ini dimulai sebelum abad ke-18, dimana produk yang dibuat
tidak diperhatikan mutunya.
2. Inspection Era
Pada zaman ini mutu hanya melekat pada produk akhir. Dengan kata
lain masalah mutu berkaitan dengan produk rusak atau cacat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

Pemilahan terhadap produk akhir dilakukan dengan melakukan


inspeksi. Perhatian produsen terhadap mutu sangat terbatas.
Manajemen puncak sama sekali tidak menaruh perhatian terhadap
kualitas produk, dan tanggung jawab terhadap mutu produk di
delegasikan kepada departemen inspeksi dengan titik berat
penanganan terletak pada produk akhir sebelum dilepas kekonsumen.
Era ini berlangsung dinegara barat sekitar tahun 1800-an.
3. Statistical Quality Control Era
Pada tahap ini, departemen inspeksi dilengkapi dengan alat dan
metode statistik dalam mendeteksi penyimpangan yang terjadi dalam
atribut produk yang dihasilkan pada proses produksi. Data
penyimpangan tersebut dapat diberitahukan kepada departemen
produksi sebagai dasar diadakannya perbaikan terhadap proses dan
sistem yang digunakan untuk mengolah produk. Era ini berkembang
pada tahun 1930.
4. Quality Assurance Era
Dalam tahap ini keterlibatan manajemen puncak dalam penanganan
mutu produk mulai disadari pentingnya keterlibatan pemasok dalam
penentuan mutu produk memerlukan koordinasi dan kebijakan
manajemen. Pada tahap ini mulai diperkenalkan tentang konsep
biaya mutu, yaitu pengeluaran akan dapat dikurangi jika manajemen
meningkatkan aktivitas pencegahan yang merupakan suatu hal yang
lebih penting daripada upaya perbaikan mutu atas penyimpangan
yang sudah terjadi. Titik berat penanganan mutu bergeser kearah
desain produk, yang mulai berkembang pada tahun 1950-an.
5. Strategic Quality Management/Total Quality Management/Total
Quality Service
Pada tahap ini keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan
menentukan dalam menjadikan kualitas untuk menempatkan
perusahaan pada posisi kompetitif. Sistem ini dapat didefinisikan
sebagai sistem manajemen strategic dan integratif yang melibatkan
semua manajer dan karyawan untuk memperbaiki secara
berkesinambungan proses-proses organisasi, agar dapat memenuhi
dan melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.

Oleh karena itu, organisasi atau perusahaan pada saat sekarang ini sudah
menerapkan sistem yang terakhir ini. Hal ini dikarenakan, pada prinsipnya total
quality management (TQM) ini adalah cara mengorganisasi dan mengerahkan
seluruh organisasi, setiap departemen, setiap aktivitas, dan setiap individu di
setiap tingkatan untuk mencapai kualitas. Ukuran keberhasilan TQM ini
merupakan kepuasan pelanggan, dan cara mencapaianya terutama melalui desain
sistem dan peningkatan terus-menerus.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

b. Standar Mutu ISO


Banyak yang beranggapan bahwa ISO adalah suatu kepanjangan dari
kata “International Standart Organization”. Menurut Rudi Suardi (2003 : 21)
sebenarnya istilah ISO berasal dari bahasa Yunani yang artinya “Sama”, seperti
istilah “isotherm” yang berarti suhu yang sama, kemudian “isometric” yang
berarti dimensi yang sama. Sedangkan menurut Zulian Yamit (2004 : 143) ISO
adalah organisasi standar sistem kualitas yang diakui secara internasional dan saat
ini beranggotakan lebih 90 negara termasuk Indonesia. Dari kedua pendapat
tersebut kemudian dapat ditarik suatu pengertian bahwa ISO adalah suatu standart
internasional yang menetapkan kualitas agar memenuhi persyaratan yang telah
disepakati bersama.. Jadi penerapan ISO adalah penggunaan suatu standar
internasional yang menetapkan kualitas agar memenuhi persyaratan yang telah
disepakati bersama (internasional).
Konsep penilaian kualitas dimulai pada masa Perang Dunia II, pada
waktu itu angkatan bersenjata sekutu menerapkan suatu standart mutu bersama
dalam hal pengadaan bahan peledak. Setelah perang berakhir Perusahaan –
perusahaan yang tidak bertransaksi dengan pihak militer, mulai menggunakan
suatu standar yang bersifat pararel, pada tahu 1979 BS “British Standart
Institute” mengemukakan ide penerapan standart manajemen mutu di seluruh
dunia. Kemudian pada tahun 1987 seri standart ISO 9000 mulai dipublikasikan,
pada saat ini ISO merupakan sebuah lembaga organisasi yang terdiri dari 130
negara dan berkedudukan di Jenewa Swiss.
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 20 tahun 1984 tentang Dewan
Standarisasi Nasional (DSN), yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan
Presiden No. 7 tahun 1989, standarisasi merupakan suatu sarana penunjang yang
penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional dalam upaya mendayagunakan
sumber daya alam maupun manusia. Kemudian perkembangan ISO di Indonesia
mulai dipubikasikan dengan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1991 tentang
Penyusunan, Penerapan, dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Kemudian Dewan Standarisasi Nasional (DSN) mengadopsi secara total seri ISO
9000, dan mulai digunakan oleh organisasi atau perusahaan di Indonesia.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

Saat ini standar sistem mutu ISO terdiri dari 5 seri yang diakui secara
Internasional, yaitu ISO 9000, ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003 dan ISO 9004.
Masing – masing seri memiliki karakteristik berbeda dalam penerapannya,
adapun karakteristinya adalah sebagai berikut :
1) Sistem manajemen mutu ISO 9000 didefinisikan sebagai standar sistem
manajemen kualitas yang menentukan persyaratan tertentu yang harus
dicapai dan tidak bermaksud menyeragamkan sistem mutu. Berisikan
petunjuk umum untuk dijadikan pedoman pemilihan sistem manajemen
kualitas mana yang cocok untuk diterapkan di suatu perusahaan dan
besifat tidak mengikat. ISO 9000 bersifat umum dan dapat diterapkan oleh
semua organisasi yang menginginkan terpenuhinya sasaran produk atau
jasa yang dihasilkan.
2) Sistem manajemen mutu ISO 9001 didefinisikan sebagai standar
manajemen kualitas yang menetapkan persyaratan sistem kualitas untuk
dipergunakan bila kemampuan perusahaan atau organisasi tertentu dalam
mendesain dan memasok produk yang sesuai perlu ditunjukan. Persyaratan
yang ditetapkan diarahkan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen
dengan cara mencegah terjadinya ketidaksesuain pada seluruh tahapan
operasi yang dimulai dari desain hingga selesai. Sistem manajemen mutu
ISO 9001 saat ini terdiri dua 2 seri yaitu seri 1994 dan seri 2000. Lembaga
ISO di Jenewa menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun guna
menjamin standar – standar ISO 9001 selalu relevan dan up to date untuk
organisasi. Sehingga sistem manajemn mutu 9001 yang paling baru dan
relevan untuk saat ini adalah 9001 versi 2000 (9001:2000). ISO 9001:2000
adalah sistem standar internasional yang menetapkan persyaratan dan
rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen
kualitas yang bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan
memberikan produk (barang atau jasa) sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan.
3) Sistem manajemen mutu ISO 9002 didefinisikan sebagai standar
manajemen kualitas yang menetapkan kesesuaian terhadap persyaratan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan atau organisasi


selama proses produksi, instalasi dan pelayanan. Berbeda dengan ISO
9001 yang memerlukan pengendalian desain, pada ISO 9002 perusahaan
atau organisasi memproduksi barang atau jasa tetapi produk tersebut
dibuat dengan standar atau spesifikasi pihak lain sehingga pengendalian
desain tidak diperlukan.
4) Sistem manajemen mutu ISO 9003 didefinisikan sebagai standar
manajemen kualitas yang menetapkan kesesuaian terhadap persyaratan
yang telah ditetapkan harus dijamin oleh perusahaan atau organisasi hanya
pada tahap inspeksi akhir dan tes akhir. Sistem manajemen mutu ISO 9003
merupakan standar yang kurang terperinci karena hanya dipusatkan pada
tahap akhir saja, sistem standar mutu ISO 9003 umumnya digunakan pada
laboratorium pengujian, distributor peralatan yang melakukan
pemeriksaan dan pengujian produk yang dipasok.
5) Sistem manajemen mutu ISO 9004 didefinisikan sebagai pedoman standar
manajemen kualitas yang tidak mengikat dan berisikan panduan untuk
penerapan. Menurut Yamit Zulian (2004: 171) ISO 9004 terdiri dai 8 seri
yang masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda, yaitu :
a) Seri ISO 9004 – 1 : adalah elemen manajemen kualitas dan sistem
kualitas, berisikan panduan untuk pemilihan dan pemakaian.
b) Seri ISO 9004 –2 : adalah elemen manajemen kualitas dan jaminan
kualitas yang berisikan panduan untuk pelayanan
c) Seri ISO 9004 – 3 : adalah elemen manajemen kualitas dan sistem
kualitas, yang berisikan panduan untuk proses material.
d) Seri ISO 9004 – 4 : adalah elemen manajemen kualitas dan sistem
kualitas, yang berisikan panduan untuk perbaikan kualitas.
e) Seri ISO 9004 – 5 : adalah elemen manajemen kualitas dan sistem
kualitas, yang berisikan panduan untuk perencanaan kualitas.
f) Seri ISO 9004 – 6 : adalah elemen manajemen kualitas dan sistem
kualitas, yang berisikan panduan untuk jaminan kualitas.
g) Seri ISO 9004 – 7 : adalah elemen manajemen kualitas dan sistem
kualitas, yang berisikan panduan untuk bentuk manajemen.
h) Seri ISO 9004 – 8 : adalah elemen manajemen kualitas dan sistem
kualitas, yang berisikan prinsip praktis penerapan manajemen kualitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

c. Penerapan Standar Mutu ISO Dalam Dunia Pendidikan


Terkait dengan bidang pendidikan khususnya pendidikan kejuruan,
standard mutu ISO telah banyak diberlakukan, karena pendidikan kejuruan dalam
hal ini SMK dituntut untuk menghasilkan mutu lulusan sesuai dengan tuntutan
dunia industri yang selalu berkembang dengan adanya persaingan ketat. Dari ke
lima seri ISO 9000 yang telah dijelaskan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 adalah yang paling cocok digunakan
dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan Kejuruan (SMK). Hal ini
dikarenakan sistem manajemen mutu ISO 9001 merupakan standar manajemen
kualitas yang menetapkan persyaratan sistem kualitas dari mulai mendesain
produk (barang atau jasa) hingga selesai kemudian menunjukan kemampuan
sekolah dalam mendesain dan menghasilkan produk sekaligus menjamin bahwa
produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Sesuai
dengan persaingan yang semakin ketat, maka Sekolah Kejuruan berusaha untuk
bisa mendapatkan pengakuan Sistem manajemen kualitas ISO 9001 khususnya
ISO 9001:2000.
Untuk mendapatkan suatu pengakuan akan Sistem Manajemen Mutu
ISO ini, ada dua puluh persyaratan yang harus dipenuhi oleh pihak SMK. Menurut
Zulian Yamit ( 2004 : 153 ), persyaratan tersebut anatara lain :
1. Sekolah harus mengatur tanggung jawab, wewenang, hubungan kerja
dan melakukan evaluasi antar Guru dalam melaksanakan sasaran
kualitas yang telah ditetapkan harus diatur dan didokumentasikan.
2. Sekolah harus menetapkan, mendokumentasikan dan memelihara
sistem kualitas sebagai sarana untuk menjamin agar sasaran yang
dicapai sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
3. Sekolah harus memelihara dan menetapkan prosedur tertulis untuk
melaksanakan koordinasi kegiatan berupa pencapaian tujuan puncak.
4. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
mengendalikan siswa pada tiap – tiap tahapan proses agar nantinya
dapat dijamin mutunya sesuai dengan yang telah ditetapkan.
5. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
mengendalikan semua dokumen dan data yang berkaitan dengan
persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000
6. Sekolah harus membuat dan memelihara prosedur tertulis untuk
menjamin bahwa siswa – siswi yang diterima masuk sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

7. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi


untuk mengendalikan dan melakukan pelayanan terhadap siswa, guru
dan karyawan.
8. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
identifikasi siswa, guru dan karyawan sejak tahap penerimaan hingga
proses tahapan selesai.
9. Sekolah harus mengidentifikasi dan merencanakan proses – proses
belajar mengajar yang secara langsung dapat mempengaruhi mutu
dan harus menjamin bahwa kegiatan belajar mengajar dilaksankan
pada kondisi terkendali.
10. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi
untuk kegiatan ujian siswa bahwa persyaratan yang ditentukan dalam
pengujian siswa telah dipenuhi.
11. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur terdokumentasi
untuk mengendalikan dan melakukan perawatan terhadap sarana dan
prasarana yang digunakan secara berkesinambungan.
12. Sekolah mengadakan evaluasi kepada siswa sesuai dengan standar
ujian yang ditentukan, dan hanya siswa yang benar – benar lolos
ujian yang diperbolehkan mandapatkan status lulus.
13. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
mengendalikan siswa yang tidak lulus dan melakukan evaluasi
susulan hingga bisa lolos ujian.
14. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
melaksanakan tindakan perbaikan dan pencegahan agar dapat
menghilangkan penyebab kegagalan siswa selam proses belajar
mengajar.
15. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
menanangani penurunan kualitas dari siswa, guru maupun karyawan.
16. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
identifikasi, pengarsipan dokumen – dokumen penting agar aman
dan mudah untuk didapatkan.
17. Sekolah harus selalu mengadakan pemeriksaan yang bersifat
independen dan sistematis untuk menentukan apakah sistem
manajemen kualitas yang dilaksanakan dan perencanaannya sesuai
dengan yang telah ditentukan.
18. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
identifikasi kebutuhan pelatihan dan penyediaan pelatihan bagi
semua guru maupn karyawan yang melaksanakan tugas yang
mempengaruhi kualitas.
19. Sekolah harus menetapkan dan memelihara prosedur tertulis untuk
pelaporan bahwa pelayanan telah Sekolah memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan.
20. Sekolah harus mengidentifikasi kebutuhan terhadap teknik statistik
yang diperlukan untuk menetapkan, mengendalikan dan memeriksa
kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

Di sisi lain Rudi Suardi (2003 : 132) mengemukakan tahap-tahap yang


harus dilakukan dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO. Adapun
tahapan tersebut mencakup :
1. Tahap Perancangan.
Sebagai langkah awal dalam menerapkan SMM, sekolah terlebih
dahulu menetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam penerapan
tersebut. Kemudian mencari dan memperoleh informasi tentang ISO
9000 family yang berguna untuk memberikan panduan yang
menyeluruh dalam merancang SMM dan nantinya berguna sebagai
alat pengendali dalam penerapannya.
2. Tahap Pelaksanaan.
Apabila sekolah telah mendapatkan gambaran menyeluruh tentang
perbandingan sistem yang ada dengan sistem yang dipersyaratkan,
maka, supaya lengkap rencana harus diarahkan dengan
mengidentifikasi tindakan yang dilakukan untuk memenuhi
persyaratan standar internasional. Kemudian setelah mendapat
gambaran yang jelas mengenai SMM di sekolah, maka yang
dilakukan selanjutnya adalah mengimplementasikan rancangan
tersebut.
3. Tahap Penilaian.
Dengan melakukan audit sejauh mana SMM yang dilaksanakan
efektif dan sesuai dengan persyaratan standar. Audit dapat
berebentuk audit mutu internal atau audit yang dilakukan oleh pihak
independen seperti konsultan (eksternal).

Selain itu, penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 ini
dapat memberikan keuntungan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan
kejuruan (SMK) yang menerapkannya, keuntungan tersebut antara lain :
1) Membuat sistem kerja dalam suatu sekolah menjadi standar kerja yang
terdokumentasi.
2) Dengan adanya ISO 9001 : 2000 ini, ada jaminan bahwa sekolah tersebut
mempunyai sistem manajemen mutu dan produk yang dihasilkan sesuai
dengan keinginan pelanggan.
3) Menjamin bahwa proses kegiatan yang dilaksanakan di sekolah sesuai
dengan sistem manajemen mutu yang ditetapkan.
4) Dapat menstandardisasi berbagai kebijakan dan prosedur operasi yang
berlaku di sekolah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

5) Semangat guru dan karyawan ditingkatkan karena mereka merasa adanya


kejelasan kerja sehingga mereka bekerja dengan efisien.
6) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan
kualitas yang terorganisasi dan sitematik.

Oleh karena ISO 9001 : 2000 ini bukanlah suatu standar produk karena
tidak menyatakan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh produk baik
barang atau jasa, tetapi ISO 9001 : 2000 ini merupakan standar sistem manajemen
kualitas. Bagaimanapun diharapkan bahwa produk yang dihasilkan dari suatu
sistem manajemen kualitas internasional, akan berkualitas baik. Begitu juga yang
diterapkan oleh sekolah menengah kejuruan ( SMK), dengan sistem manajemen
kulitas yang dimiliki akan menghasilkan lulusan yang siap bersaing dan sudah
tidak diragukan lagi kemampuannya di dunia industri atau usaha.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

B. Kerangka Berfikir
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan titik berat pemerintah
dalam menghasilkan tenaga terampil (teknisi) di tingkat menengah. Oleh karena
itu, keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan perlu mendapatkan perhatian dalam
meningkatkan kualitas sekolah tersebut. Dengan mempertimbangkan suatu
kualitas maka semua komponen sekolah terlibat dalam suatu tanggung jawab
demi terbentuknya suatu Total Quality Management (TQM). Total Quality
Management (TQM) merupakan suatu tahapan mutu dengan melibatkan seluruh
komponen perusahaan atau sekolah yang ukuran keberhasilannya terletak pada
kepuasan pelanggan (siswa). Dimana sebagai wujud TQM ini adalah sistem
manajemen yang menetapkan persyaratan mutu dan memberikan jaminan bahwa
produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan. Sistem manajemen tersebut
adalah SMM ISO 9001 : 2000 yang merupakan sistem yang paling sesuai untuk
pencapaian suatu Total Quality Management (TQM).
Dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan dan akhirnya bermuara ke
kualitas daripada lulusan atau tamatan yang dihasilkan oleh SMK itu sendiri,
maka beberapa cara atau langkah-langkah ditempuh dalam meningkatkan suatu
keahlian atau keterampilan kejuruan dari siswa tersebut sebelum mereka terjun ke
dunia industri. Dunia industri merupakan bagian yang tidak pernah terpisahkan
oleh SMK, sebagai mitra kerja hubungan keduanya saling membutuhkan. SMK
yang menghasilkan tenaga yang siap kerja untuk industri, begitu juga sebaliknya
industri terlibat di dalam suatu tatanan pembelajaran di SMK yang berkaitan
dengan kurikulum yang diterapkan ataupun sarana prasarana.
Langkah-langkah yang ditempuh oleh SMK untuk meningkatkan
keahlian atau keterampilan yang pada akhirnya bermuara pada kualitas lulusan,
menurut pakar manajemen TQM menyangkut enam aspek yang memungkinkan
tercapainya suatu kualitas yang baik. Keenam aspek yang dijadikan penulis
sebagai pedoman dalam penelitian tersebut telah tersaji dalam bagan kerangka
berfikir di bawah. Oleh karena itu, dengan adanya enam aspek yang ditinjau
diharapkan kualitas lulusan yang dihasilkan akan mampu bersaing dan siap kerja,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

dan ini kembali kepada industri sebagai mitra usaha dari SMK. Untuk lebih
jelasnya berikut disajikan bagan alur kerangka berfikir :

Sektor Industri
SMK TQM → ISO 9001 : 2000

Keahlian Kejuruan/ Parameter / Pedoman


Produktif Pelaksanaan

Tercapai Belum Tercapai

Hambatan
Tenaga Terampil

Enam aspek pedoman pelaksanaan :


1. Sumber Daya Manusia
2. Metode / Strategi
3. Sarana Prasarana
4. Bahan Pembelajaran
5. Ukuran / Standar Penilaian
6. Lingkungan
( Suyadi Prawirosentono, “Filosofi Baru Tentang Manajemen
Mutu Terpadu (TQM) Abad 21”, 2002 : 12 )

Gambar 1. Alur Kerangka Berfikir


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

Anda mungkin juga menyukai