Anda di halaman 1dari 20

MELIHAT FAKTOR – FAKTOR PENGARUH BIMBINGAN

KEJURUAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


DI INDONESIA

Demi memenuhi tugas


mata kuliah Bimbingan Kejuruan

Disusun Oleh :
Siti Aisyah 17518244016

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


PENDIDIKAN TEKNIK MEKATRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

1
BAB I
DAFTAR ISI

BAB I DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2


BAB II PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
1. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 3
2. IDENTIFIKASI MASALAH .................................................................................. 5
3. TUJUAN .................................................................................................................. 5
4. MANFAAT KAJIAN .............................................................................................. 6
BAB III KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN ......................................................... 7
A. DESKRIPSI TEORI .............................................................................................. 7
1. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) ................................................. 7
2. BIMBINGAN KEJURUAN ................................................................................ 8

B. PEMBAHASAN ................................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................ 17
1. KESIMPULAN ..................................................................................................... 17
2. SARAN .................................................................................................................. 18
BAB V DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

2
BAB II
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK adalah sekolah dengan tujuan
menghasilkan lulusan berkompeten yang nantinya akan dapat diserap oleh
industri secara tepat sesuai dengan bidang keahlian atau kejuruannya, sekolah
mendidik dengan memberikan pengetahuan dan berfokus pada pembekalan
keterampilan atau hardskill. Oleh demikian SMK merupakan sekolah yang
memfasilitasi para siswa untuk mengembangkan kemampuan keterampilan
sehingga mereka dapat terus eksis dalam dunia kerja yang akan digelutinya.

Guna mencapai lulusan dengan output skill yang sesuai dengan permintaan
industri, Departemen Pendidikan mencanangkan berbagai program program
penting yang dapat meningkatkan mutu sekolah serta dapat mengembangkan
kualitas lulusan untuk ranah industri, program tersebut yakni : (1) kerjasama
industri dengan institusi, (2) pengembangan unit produksi, (3) pengembangan
SMK sebagai pusat budaya profesional, (4) penyelenggaraan uji
profesi/keahlian, (5) forum penasehatn sekolah, (6) pengembangan peranan
PPPG, (7) peningkatan manajemen Dikmenjur, (8) pengembangan sekolah
seutuhnya, (9) pengembangan bimbingan kejuruan (Depdikbud,1993:73)

Bahkan selain itu pada Maret 2019 lalu, Kemenperin juga memprogramkan
link and match yang telah menargetkan sebanyak 2.600 Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan 750 industri yang akan terlibat dalam program pendidikan
vokasi link and match pada tahun 2019. Namun, hingga tahap kesepuluh
peluncuran program, jumlah yang terlibat telah melampaui target dengan
mencapai 2.612 SMK dan 899 industri. Program link and match ini adalah
sebuah program dimana sekolah dan perindustrian bergandengan tangan
bekerjasama dalam dunia pendidikan vokasi untuk menghasilkan para pekerja
yang kompeten dan berketerampilan tinggi sesuai dengan perkembangan zaman
dan kebutuhan industri. Jadi dalam hal ini sekolah dapat mengetahui dengan

3
pasti apa yang industri butuhkan sehingga dapat dengan segera membentuk suatu
proses pembelajaran yang dapat menghasilkan lulusan yang sesuai kriteria, dan
industri pun dalam keadaan ini akan diuntungkan dengan semakin banyaknya
lulusan yang berkompeten di bidangnya.

Sesuai dengan pernyatan dari Mendikbud sebelumnya mengenai program


peningkatan mutu SMK yang tertuang pada No.0490/U/1992 tentang SMK pada
Bab XI pasal 26, bimbingan kerjuruan merupakan salah satu program yang dapat
meningkatkan mutu lulusan SMK dan mempercepat SMK dalam mencapai
tujuannya. Kegiatan ini selanjutnya pun tidak boleh terpisah dari proses belajar
mengajar yang ada di SMK , karena program ini diharapkan mampu menjadi
jembatan antara siswa SMK dengan dunia kerjanya.

Lalu dikarenakan SMK merupakan sekolah yang berbasis keterampilan siap


kerja, maka kayanan bimbingan kejuruan yang diberikan pada siswa pun adalah
bimbingan yang menyangkup bidang okupsi dan karier atau lazim disebut
bimbingan kejuruan. Karena siswa yang masih aktif di SMK (antara umur 16-24
tahun atau usia remaja) adalah siswa yang dalam kondisi fase eksploratif, dimana
saat tersebut siswa mulai memikirkan beberapa alternatif pekerjaan tetapi belum
mengambil keputusan yang mengikat dan disinilah peran bimbingan kejuruan
diberikan. Dengan demikian melalui bimbingan kejuruan yang terprogram
dengan baik di lingkungan sekolah diharapkan siswa memperoleh bekal dalam:
a) Pemahaman diri tentang keadaan dan kemampuan diri; b) Kesadaran tentang
nilai-nilai diri dan masyarakat; c) Pengenalan terhadap berbagai jenis pekerjaan;
d) Persiapan lebih matang untuk memasuki dunia kerja; e) Memecahkan masalah
khususnya sehubungan dengan pemilihan pekerjaan; f) Penghargaan yang
obyektif dan sehat terhadap kerja.

Namun sayangnya terdapat fakta menyedihkan dari keseluruhan program


yang digadang-gadang menjadi solusi dalam peningkatan kualitas lulusan SMK.
Penelitian yang dilakukan oleh J.A Pramukantoro pun juga menunjukkan bahwa
dari 39 SMK di Surabaya hanya terdapat 3 SMK yang dalam pelaksanaan
bimbingan kejuruan memenuhi kriteria yang ada. Selain itu dalam pelaksanaan

4
dan manajemen program bimbingan kejuruan di SMK masih bervariasi sehingga
perlu adanya penyamarataan atau landasan program guna memudahkan evaluasi
dan monitoring.

Hal tersebut tentu memperlihatkan bahwa banyak sekolah belum menyadari


dan mengetahui dalam pengembangan bimbingan kejuruan, faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi sehingga sekolah dapat mulai berbenah diri memperkuat
faktor-faktor pendorong dan mencari solusi untuk setiap faktor-faktor
penghambat dalam lingkungan.

2. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis susun tersebut, maka
terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yakni sebagai berikut:
- SMK kurang memahami faktor apa yang mempengaruhi pilihan karir
yang diinginkan siswa
- SMK tidak melakukan penguatan faktor pendukung bimbingan
kejuruan dikarenakan ketidaktauan dan kurangnya analisis
- SMK tidak melakukan perbenahan faktor penghambat bimbingan
kejuruan dikarenakan ketidaktauan dan kurangnya analisis pihak
sekolah
- SMK kekurangan ragam bentuk layanan dalam bimbingan kejuruannya,
dikarenakan ketidaktauan referensi layanan yang sekiranya dibutuhkan.

3. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini ialah sebagai berikut :
- Mengetahui info terkait faktor yang mempengaruhi pilihan karir yang
diinginkan siswa
- Mengetahui faktor pendukung bimbingan kejuruan, sehingga SMK
dapat melakukan penguatan faktor
- Mengetahui faktor penghambat bimbingan kejuruan, sehingga SMK
dapat melakukan pencarian solusi atau berbenah
- Mengetahui ragam bentuk layanan dalam bimbingan kejuruan

5
4. MANFAAT KAJIAN
Makalah yang penulis susun ini diharapkan mampu menjadi sumber bacaan
yang membuka ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor pengembangan
bimbingan kejuruan pada sekolah menengah kejuruan di Indonesia

6
BAB III
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI TEORI
1. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
Seperti yang dikutip oleh Yanto (2005), seorang ahli yakni Smith
Sughes Act mendefinisikan SMK sebagai pendidikan khusus yang
program-programnya dipilih untuk siapapun yang tertarik untuk
mempersiapkan diri bekerja sendiri / bekerja sebagai bagian dari
kelompok. Sedangkan menurut Thomas H. Arcy, memberikan
pengertian SMK sebagai program-program pendidikan yang
terorganisasi yang berhubungan langsung dengan persiapan individu
untuk bekerja mendapatkan upah ataupun bekerja tanpa upah atau
persiapan tambahan suatu karir. Selain itu Bradley. Curtis H. dan
Friendenberg juga berpendapat bahwa SMK adalah training atau
retraining mengenai persiapan siswa dalam bentuk pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang diperlukan untuk dapat kerja dan
memperbaharui keahlian serta pengembangan lanjut dalam pekerjaan
sebelum tingkat sarjana muda.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa SMK merupakan suatu tingkat pendidikan yang
mana bertugas untuk mempersiapkan peserta didiknya dapat melanjutkan
dari tingkat pendidikan ke tingkat dunia kerja sesuai dengan bidang
keahlian yang ditekuninya.
Sedangkan menurut Kemendikbud, SMK merupakan pendidikan
formal pada jenjang menengah yang menyelenggarakan pendidikan
kejuruan yang bertujuan menghasilkan lulusan yang siap memasuki
dunia kerja. Pada peraturan pemerintah No. 17 tahun 2010 yang
mengatur tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di pasal
76 bagian C, pendidikan kejuruan bertujuan untuk membekali peserta

7
didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan industri.

2. BIMBINGAN KEJURUAN
Disamping itu SMK juga diharapkan mampu membekali siswanya
dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai, karena dalam
dunia kerja yang dibutuhkan tidak hanya hardskill namun juga softskill,
sehingga dengan pendidikan moral yang diberikan akan menghasilkan
kecakapan tertentu pada siswa dan menjadikan siswanya menjadi tenaga
siap pakai dalam menghadapi dunia kerja.
Pembekalan pendidikan moral, sikap, dan nilai-nilai tersebut biasa
disebut sebagai softskill. Aspek softskill dalam proses pendidikan
kejuruan khususnya SMK sering disebut dengan bimbingan kejuruan
(vocational guidance), keberadaanya kurang begitu nampak dalam
proses pembelajaran karena tidak ada kurikulum dan silabus yang
mengaturnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka aspek soft skill
perlu dipertegas atau dianjurkan keberadaannya dalam struktur
kurikulum SMK, tentu saja perlu dirancang dengan baik menyangkut
struktur isi dan silabus, strategi pembelajaran, termasuk guru.
Para ahli vokasi berpendapat, bimbingan kejuruan ialah proses
dalam membantu seseorang untuk mengembangkan dan menerima
gambaran yang terintegrasi dan memadai tentang dirinya dan perannya
dalam dunia kerja. Bimbingan kejuruan adalah proses membantu
individu mengenal diri mereka sendiri; nilai kepentingan mereka; dan
kemampuan serta dunia kerja dan kebutuhannya untuk dapat mencapai
keputusan karier yang matang.
Kemudian Patton dan Mc Mahon (2001: 2) menyebutkan bahwa
bimbingan kejuruan berguna untuk mendidik peserta didik dalam
pembentukan pengetahuan, keterampilan, sikap, perencanaan karir,
mengembangkan karir dan menjaga karir, melalui pengalaman belajar

8
ataupun pelatihan yang direncanakan baik di kelas atau di tempat kerja,
guna mempersiapkan dirinya dalam berpartisipasi di lingkungan
kerjanya kelak. Mempunyai keterampilan, mengerti aktivitas lingkungan
kerja, sikap kerja motivasi kerja, mental kerja serta dapat memilih dan
menentukan karirnya maupun meniti jenjang karirnya.
Pentingnya bimbingan kejuruan dalam pendidikan nasional sudah
mulai dirasakan bersama dengan lahirnya gerakan bimbingan dan
konseling di Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an. Pada kurikulum
1984 bimbingan karier mulai diterapkan dalam layanan bimbingan dan
penyuluhan, dan pada kurikulum 1994 bimbingan penyuluhan menjadi
bimbingan dan konseling yang didalamnya terdapat materi bimbingan
karier. Sampai dengan sekarang ini bimbingan karier tetap masih
merupakan salah satu bidang bimbingan. Dalam konteks Kurikulum
Berbasis Kompetensi, dengan diintegrasikannya Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skill Education) dalam kurikulum sekolah, maka peranan
bimbingan kejuruan dan karir menjadi amat penting, dalam hal ini
berupaya membantu siswa dalam memperoleh kecakapan vokasional
(vocational skill), yang merupakan salah satu jenis kecakapan dalam
Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).
Namun demikian menurut teorinya Super (1995), sukses dan
tidaknya siswa dalam meniti dan mengembangkan karirnya di sekolah
tergantung dari apakah bimbingan tersebut berprinsip pada interes dan
kemampuan individu yang dididik (Osipow dan Fitzgerald,1996: 112).
Pendapat tersebut menunjukkan betapa pentingnya seting yang harus
direncanakan secara tepat dan benar oleh sekolah akan terlaksananya
bimbingan kejuruan.

9
B. PEMBAHASAN
Bimbingan kejuruan di sekolah menengah kejuruan sayangnya
dalam pengaplikasian di sekolah kurang mendapat perhatian dan lirikan,
padahal bimbingan kejuruan memiliki tujuan membantu individu
memperoleh kompetensi yang diperlukan agar dapat menemukan perjalanan
hidupnya dan mengembangkan karir ke arah yang di pilihnya secara optimal
dan memberikan gambaran yang utuh mengenai kualifikasi suatu pekerjaan
tertentu sehingga siswa dapat memahami dan mengukur kemampuan
dirinya sendiri, mampu menentukan arah pilihan karir dan pada akhirnya
membantu siswa dalam merancang masa depannya.
Selain itu dengan tersedianya layanan bimbingan kejuruan, siswa
dapat lebih siap kerja karena telah mempersiapkan diri sejak awal dan
memiliki sikap kemandirian yang dapat diandalkan untuk menghadapi
persaingan era globalisasi dan tantangan karier masa depan serta mencetak
tenaga terampil untuk mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja
dengan pemenuhan kompetensi di berbagai pengembangan. (Ulifa Rahma:
16). (Abu Ahmadi, 1991: 175) mengungkapkan pendapat berbagai tujuan
khusus hadirnya bimbingan kejuruan di SMK, sebagai berikut:

a. Siswa dapat membedakan lebih terinci sifat-sifat kepribadiannya


(kemampuan, bakat khusus, minat, nilai, dan sifat-sifat
kepribadiannya) dan mampu melihat perbedaannya dengan
oranglain. Selanjutnya ia dapat mengidentifikasikan daerah dan
tingkatan pekerjaan yang luas yang mungkin sesuai dengan dirinya.

b. Siswa dapat membedakan bermacam-macam dunia pendidikan


yang tersedia, yang dapat memberikan latihan persiapan untuk
pekerjaan mendatang. Informasi ini dapat meliputi sifat serta tujuan
setiap pendidikan yang tersedia, kesempatan mendapatkannya, dan
perkiraan tentatif mengenai apa yang tersedia baginya sebagai
kemungkinan pilihan pekerjaannya di kemudian hari.

10
c. Siswa mampu mengidentifikasikan keputusan mendatang yang
harus ia putuskan dengan maksud untuk mencapi tujuan-tujuan
tertentu yang berbeda

d. Siswa dapat membedakan di antara banyak pekerjaan dalam


pengertian:
- Sejumlah jenis pendidikan yang di butuhkan untuk persiapan
memasuki dunia pekerjaan.
- Isi, alat, letak, produksi atau pelayanan pekerjaan – pekerjaan
itu.
- Nilai pekerjaan itu bagi masyarakat.

e. Siswa dapat memilih atau menyelesaikan pendidikan atau latihan


dengan dasar pilihan karirnya.

Pada uraian tersebut dapat dilihat bahwa tujuan dari bimbingan


kejuruan memiliki orientasi yang berfokus pada perkembangan siswa, baik
secara softskill maupun hardskill. Layanan bimbingan kejuruan dengan ini
bertugas untuk dapat mengembangkan dan membantu siswa agara dapat
menyadari potensi dalam dirinya, mengenali diri sendiri dan memotivasi
siswa untuk terus mengembangkan diri sesuai dengan kualifikasi suatu jenis
pekerjaan sesuai dengan bidang yang ditekuninya.
Siswa dengan kata lain tentu membutuhkan berbagai layanan yang ada
pada bimbingan kejuruan guna meningkatkan aspek dalam diri, jadi
sebaiknya sekolah memfasilitasi segala bentuk pelayanan yang sekiranya
dibutuhkan dalam perkembangan aspek diri pada siswa. Berikut adalah
beberapa layanan yang sekiranya dibutuhkan:
a. Layanan Orientasi
Menurut Prayitno (2004) orientasi berarti tatapan ke depan ke
arah dan tentang seseuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan

11
orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa di sekolah yang
berkenaan dengan tatapan ke arah dan tentang sesuatu yang baru.

b. Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya
memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka
perlukan. Layanan informasi juga bermakna usaha-usaha untuk
membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang
lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan.

c. Layanan Penempatan
Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa
merencanakan masa depannya selama masih di sekolah dan sesudah
tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak
memangku jabatan tertentu.

d. Layanan Pembelajaran
Inti layanan pembelajaran ialah upaya agar siswa menguasai
dengan sebaik-baiknya, secara optimal, ilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang kejuruan yang di maksudkan.

e. Layanan orientasi
yakni layanan pelacakan karir agar siswa lebih mengetahui
mengenai karir yang nantinya akan dijalani.

Pelaksanaan Layanan-layanan bimbingan kejuruan diatas


diberikan kepada siswa menggunakan bimbingan klasikal, bimbingan
individu dan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kejuruan
diberikan kepada siswa menggunakan:

12
- Bimbingan klasikal
Dilakukan oleh Guru pembimbing, dengan cara tatap muka
secara langsung dengan siswa yang biasanya dilakukan dikelas
seperti halnya kegiatan pembelajaran.
- Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok
Bimbingan konseling Individu atau perorangan adalah
layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang pembimbing
(konselor) terhadap seorang klien dalam rangka pengentasan
masalah klien.
Sedangkan Layanan konseling kelompok adalah suatu upaya
pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-
masalah pribadi yang di alami oleh masing-masing aggota
kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan
yang optimal.

- Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan
bantuan (bimbingan) kepada individu (siswa) melalui kegiatan
kelompok. Gadza (1978) mengemukakan bahwa bimbingan
kelompok di sekolah merupakan kegiatan informasi kepada
sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan
keputusan yang tepat.

Tujuan bimbingan karir tidak bersifat teacher center tetapi sebaliknya


student center. Artinya bahwa siswa lah yang paling aktif mengenali
dirinya, memahami dan menemukan dirinya, memahami gambaran dunia
kerja dan para siswa itu sendiri yang akan memilih dan memutuskan
pilihanya. Sedangkan konselor dan guru hanya memberikan bantuan,
pengarahan dan bimbingan.

13
Dalam pelaksanaan bimbingan kejuruan, akan ada banyak faktor yang
dapat dijadikan pertimbangan seorang siswa dalam menentukan karir dan
dalam menciptakan progres perkembangan dalam dirinya sendiri. Faktor-
faktor tersebut ialah yakni:
1. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Karir Siswa
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan pilihan karir
seorang siswa, diantaranya adalah :
a. Faktor yang bersumber pada diri individu (internal)
Faktor internal ini meliputi:
- Kemampuan Intelegensi
Pada hakikatnya tes intelejensi memiliki kecenderungan untuk
mengukur kemampuan pembawaan yang ada pada diri individu.
Kemampan intelejensi yang dimiliki oleh individu berperan
sangat penting, sebab kemampuan intelejensi yang dimiliki
seseorang dapat diperguakan sebagai pertimbangan dalam
memasuki suatu jenjang pendidikan tertentu.

- Bakat
Bakat adalah merupakan suatu kondisi, suatu kualitas yang
dimiliki individu yang memungkinkan individu untuk
berkembang pada masa mendatang. Bakat merupakan potensi
terpendam dari diri seseorang, agar bakat memungkinkan
seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, harus
di sertai dengan minat, pengetahuan, latihan dan dorongan. (Alex
Sobur,2003:181)

- Hobi atau kegemaran


Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu
karena kegiatan tersebut merupakan kegemaranya atau
kesenangannya.

14
- Kepribadian
Kepribadian di artikan sebagai suatu organisasi yang dinamis
dalam individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan
penyesuaian-penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya
(Dewa Ketut, 1984: 44-47).

- Sikap
Sikap adalah suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak
secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap akan
mendatangkan gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek baik secara positif maupun negatif
(Muhibbin Syah:131).

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah sejumlah hal atau faktor yang berada di luar diri
individu yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung dengan diri
seseorang. Faktor eksternal antara lain:
- Status sosial ekonomi keluarga, beberapa hal yang melatar
belakangi status sosial ekonomi orang tua adalah tingkat
pendidikan orang tua, penghasilan, status pekerjaan orang tua.
- Prestasi Akademik siswa, yaitu suatu tingkatan pencapaian tertentu
dalam kerja akademik terbukti pada hasil evaluasi belajar, hasil tes,
nilai raport, dan hasil tes lainnya.
- Lingkungan, lingkungan yang bersifat potensial maupun rekayasa
mempunyai hubungan yang positif terhadap sikap, perilaku, dan
keseluruhan hidup dan kehidupan orang di sekitarnya (Ulifa
rahma:44-47).

15
Kemudian berikut adalah faktor-faktor yang menjadi penghambat
dan pendukung dalam proses tercapainya segala tujuan yang ada pada
Bimbingan Kejuruan
2. Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Pelaksanaan Layanan
Bimbingan Karir
Dalam layanan bimbingan karir tentu saja ada faktor pendukung
dan hambatan setiap layanan yang diberikan, berikut faktor
penghambat dan pendukung yang biasanya terjadi pada SMK (Desi
Wulandari, 2011: 28)
a. Faktor Penghambat Layanan Bimbingan Kejuruan
- Kesalahan dalam prosedur pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling.
- Tugas guru pembimbing yang tidak sesuai dengan bidangnya.
- Kesenjangan rasio siswa dengan guru pembimbing.
- Terdapat guru bidang studi yang mengampu menjadi guru
pembimbing.
- Kegiatan bimbingan dan konseling dianggap sebagai pelengkap
sekolah.
- Kurangnya sosialisasi tentang pelayanan bimbingan dan
konseling, sehingga terjadi kerancuan di berbagai pihak.
- Tidak diberikan jam pelajaran untuk guru pembimbing dan
konseling serta fasilitas yang diberikan tidak memadai.

b. Faktor Pendukung Layanan Bimbingan Kejuruan


- Mempunyai modal personal diri, yaitu guru pembimbing yang
berwawasan luas dan terbuka.
- Mempunyai modal professional, yaitu guru pembimbing
mendapatkan pendidikan secara formal.
- Mempunyai modal penunjang kegiatan meliputi sara, prasarana,
ruangan yang memadai.

16
BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan, berikut adalah Kesimpulan
yang dapat diberikan, berdasarkan identifikasi masalah dan tujuan :
a. Bentuk – bentuk layanan bimbingan kejuruan
- Layanan Informasi
- Layanan Penempatan
- Layanan Pembelajaran
- Layanan orientasi

b. Faktor penentu keputusan karir siswa


- Internal
 Kemampuan intelegensi
 Bakat
 Sikap
 Hobi dan kegemaran
 Kepribadian

- Eksternal
 Status sosial ekonomi keluarga
 Prestasi akademik
 Lingkungan

c. Faktor pendukung bimbingan kejuruan


- Sekolah memiliki aset personal diri yakni guru pembimbing yang
berwawasan luas dan terbuka.
- Mempunyai modal professional, yaitu guru pembimbing
mendapatkan pendidikan secara formal.

17
- Mempunyai modal penunjang kegiatan meliputi sara, prasarana,
ruangan yang memadai.

d. Faktor penghambat bimbingan kejuruan


- Kesalahan dalam prosedur pelaksanaan layanan
- Tugas guru pembimbing yang tidak sesuai dengan bidangnya.
- Kesenjangan rasio siswa dengan guru pembimbing.
- Terdapat guru bidang studi yang mengampu menjadi guru
pembimbing.
- Kegiatan bimbingan dianggap sebagai pelengkap sekolah.
- Kurangnya sosialisasi tentang pelayanan bimbingan dan
konseling, sehingga terjadi kerancuan di berbagai pihak.
- Tidak diberikan jam pelajaran untuk guru pembimbing dan
konseling serta fasilitas yang diberikan tidak memadai.

2. SARAN
Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan, berikut adalah Saran yang
dapat diberikan :
- Sekolah dapat lebih memperhatikan siswa nya lagi dalam proses
bimbingan kejuruan
- Sekolah dapat memperkuat faktor pendukung dengan penambahan
fasilitas dan lainnya
- Sekolah dapat segera menemukan solusi bagi faktor penghambat
- Dapat menganalisis berbagai faktor penunjang lain guna pengembangan
bimbingan kejuruan
- Pemerintah dapat menetapkan standar tetap bagi bimbingan kejuruan
yang ideal
- Guru dapat menentukan layanan terbaik bagi masing-masing siswa
tergantung dari kebutuhan

18
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Wahyu Nidi, PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KARIR PADA


SISWA KELAS XII DI SMK N 2 PURWOKERTO TAHUN AJARAN
2017/2018, Purwokerto: 2018

Gothard.W.P,. (1987).Vocational Guidance: Theory and Practice. London:


Croom Helm.

Karimah Nur, LAYANAN BIMBINGAN KARIR DALAM


MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIR SISWA DI SMK/SMF
“INDONESIA” YOGYAKARTA, Yogyakarta: 2016

Rahma, Ulifa. Bimbingan Karier Siswa. Malang: UIN Maliki Press: 2010

Rohmah, Khanifatur. dan Nailul Falah. Layanan Bimbingan Karir Untuk


Meningkatkan Motovasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi
Pada Siswa SMA Negeri 1 Depok Sleman D.I Yogyakarta. Jurnal Hisbah,
Vol. 13, No. 1: 43. 2016

Dimmit Carrey, 2010. Evaluation in School Counseling:Current Practices and


Future Possibilities Counseling. Outcome Research and Evaluation.
Volume 1(1) 44-56.

Wulandari, Desi. Studi Tentang Kualitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan


Konseling, Faktor Pendukung Dan Penghambat Serta Alternatif
Pengatasanya Pada Sekolah Menengah Pertama Di Kecamatan Batuwarno
Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010. Surakarta: Skripsi
Jurusan Bimbingan dan Konseling, UNS Surakarta, 2011

19
Rahayu Tri Candra. Strategi Layanan Bimbingan Karier dalam Membantu
Pengembangan Kematangan Karier Siswa Kelas X di SMK Muhammadiyah
Ngawen Tahun Pelajaran 2014/2015, Skripsi, Bimbingan dan Konseling,
FKIP UNP Kediri, 2015.

Winkel, W. S., & Hastuti, S. (2004). Bimbingan Karir di Institusi Pendidikan.


Jakarta: Media Abadi.

Jarkawi, J., Ridhani, A. R., & Susanto, D. (2017). Strategi Bimbingan dan
Konseling Karier Bermutu pada Sekolah Menengah Kejuruan Syuhada
Banjarmasin. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, 2(3), 123–131.

Wendy Patton and Mary Mc Mahon. (2001). Career development programs.


Preparation for lifelong career decision making. Melbourne: Australian
Council for Educational Research Ltd.

Osipow, H. Samuel., Fitzgerald, F. Louise., (1996). Theories of career


development. London: Allyn and Bacon

Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling,


Jakarta:Rineka Cipta, 2004.

Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati, Panduan Perencanaan Karir,
Surabaya: Usaha Nasional, 1993

Emel Ültanır, THE FACTORS AFFECTING CAREER GUIDANCE AND


CURRENT STATUS OF CAREER GUIDANCE SERVICES IN TURKEY.
TURKEY: 2012

20

Anda mungkin juga menyukai