DISUSUN OLEH :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
berjudul “INDIKASI GEOGRAFIS DI KOTA REMBANG”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui jenis motif batik lasem.
2.Untuk mengetahui sejarah terbentuknya batik lasem.
BAB II
PEMBAHASAN
Lasem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dan terkenal
dengan produksi batik. Daerah ini memiliki banyak penghasil batik terbaik di Jawa dengan
ciri khas batik pesisir yang indah melalui pewarnaan yang berani. batik Lasem merupakan
salah satu jenis batik pesisiran yang memiliki ciri khas tersendiri. Kekhasan tersebut
merupakan hasil dari akulturasi dari budaya Tiongkok dan Jawa. Orang-orang Tiongkok
pada awalnya banyak menetap di pesisir utara pulau Jawa. Hal tersebut terjadi karena
pelabuhan-pelabuhan besar pulau Jawa semuanya terletak di sepanjang pantai utara Jawa.
Tetapi, sebelum akulturasi dengan Tiongkok, batik Lasem bermula pada masa
kepemimpinan Bhre Lasem I (1350-1375). Dalam buku Alkuturasi Lintas Zaman di Lasem:
Perspektif Sejarah dan Budaya (Kurun Niaga-Sekarang), Nurhajarini menerangkan, pada
masa itu batik sudah menjadi pakaian bangsawan di wilayah Lasem.
Budayawan Lasem, Edi Winarno, menyatakan bahwa batik tulis Lasem sudah ada sejak
zaman Majapahit. Corak Majapahit dapat ditemukan dari nama-nama Majapahit dalam motif
batik Lasem, misalnya motif kendoro kendiri, kawung, dan grinsing. Hingga saat ini, para
perajin batik masih mengenal istilah sogan Majapahit yaitu warna dominan berwarna
cokelat. Kemudian batik Lasem berkembang dengan kedatangan bangsa Tiongkok saat
armada Dinasti Ming, di bawah pimpinan Laksamana Cheng Ho, berlabuh di dekat Lasem
pada 1413 M. Menurut R. Panji Kamzah dalam Carita Sejarah Lasem, salah seorang anggota
armada bernama Bi Nang Un tertarik untuk menetap di Lasem. Atas izin Cheng Ho, Bi
Nang Un pulang ke Champa untuk menjemput keluarganya dan kembali ke Lasem bersama
istri, anak, dan kerabat dari Champa, China. Bi Nang Un tinggal di rumah yang terletak di
Desa Jolotundo sebagai hadiah dari Adipati Lasem Wijayabadra. Anaknya yang bernama Bi
Nang Ti kemudian hari menikah dengan Adipati Badranala sehingga muncul akulturasi
budaya.
Pada 1997 terjadi krisis moneter yang menyebabkan banyak pengusaha batik Lasem
gulung tikar. Kemudian di tahun 2004, batik Lasem mulai bangkit kembali hingga
momentum historis setelah melalui proses yang panjang, tepat pada 2 Oktober 2009, United
Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan batik
sebagai Warisan Kemanusian untuk Budaya Lisan dan Non-Bendawi (Masterpiece of the
Oral and the Intangible Heritage of Humanity). Anugerah penetapan tersebut diberikan
untuk batik Indonesia karena teknik, simbolisme, dan budaya terkait batik dianggap melekat
dengan kebudayaan Indonesia. Selanjutnya pada 17 November 2009, pemerintah
menetapkan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 33
Tahun 2009.
Motif batik Lasem memiliki ciri khas tersendiri, ada yang berasal dari warga Lasem asli, ada
pula yang berasal dari akulturasi budaya Tiongkok. Beberapa motif batik Lasem dijelaskan
sebagai berikut:
1.Latohan ; Motif Latohan memiliki bentuk seperti bunga dengan bulatan-bulatan kecil.
Latohan diambil dari nama Latoh yang merupakan salah satu jenis tanaman laut yang sering
fikonsumsi oleh masyarakat Lasem .
2.Watu pecah (Watu Kricak) ; Watu pecah atau disebut juga watu kricak melambangkan
bentuk pecahan batu dan kerikil. Terdapat pula motif seperti tanah retak yang
melambangkan tanah Lasem yang kering. Watu pecah merupakan motif yang terinspirasi
oleh pekerja paksa zaman pemerintahan Daendels.
3.Gunung ringgit ; Gunung ringgit memiliki gambaran yang menyerupai gunungan dalam
pewayangan.
4.Kupu - kupu ; Motif ini merupakan lambang dari cinta kasih dimana masyarakat Tionghoa
adalah orang-orang yang selalu menyebarkan sikap cinta kasih.
6.Naga (Liong) ; Motif ini memiliki makna keagungan. Lambang naga sering digunakan
sebagai simbol kerajaan Tiongkok yang berarti keagungan.
7.Burung Hong (Phoenix) ; Burung Hong adalah simbol kebaikan dan dipercaya oleh
masyarakat Tionghoa sebagai burung dewa.
9.Sampe’s Engthai ; Motif ini menggambarkan sepasang kekasih yang jatuh cinta dan
menjadi cerita rakyat Tionghoa.
Batik Lasem memiliki sejumlah manfaat yang dapat diidentifikasi, baik dari perspektif
budaya, ekonomi, maupun lingkungan. Berikut adalah beberapa manfaat dari batik Lasem :
1. Pelestarian Warisan Budaya: Batik Lasem adalah bagian dari warisan budaya Indonesia
yang kaya. Dengan memproduksi dan mempromosikan batik Lasem, kita dapat
membantu melestarikan tradisi dan kearifan lokal yang terkandung dalam pola dan
teknik batik ini. Hal ini penting untuk menjaga identitas budaya kita dan mencegah
kemungkinan punahnya tradisi batik Lasem.
2. Pemberdayaan Ekonomi Lokal: Produksi dan penjualan batik Lasem dapat memberikan
kontribusi ekonomi yang signifikan bagi masyarakat di daerah Lasem dan sekitarnya.
Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan batik Lasem menciptakan lapangan
kerja dan penghasilan tambahan. Dengan demikian, batik Lasem berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal.
3. Wisata Budaya: Batik Lasem juga dapat menjadi daya tarik wisata budaya di Indonesia.
Wisatawan lokal dan internasional tertarik untuk melihat proses pembuatan batik Lasem
secara langsung dan mempelajari nilai-nilai budaya yang terkait. Hal ini berpotensi
meningkatkan pariwisata di daerah Lasem, memberikan pendapatan dari sektor
pariwisata, serta meningkatkan kesadaran akan kekayaan budaya Indonesia.
4. Kreativitas dan Inovasi: Batik Lasem memiliki ciri khas pola dan motif yang kaya akan
makna simbolis. Pengrajin batik Lasem memiliki kebebasan untuk menggabungkan
tradisi dengan kreativitas dan inovasi mereka sendiri. Hal ini memungkinkan adanya
peningkatan nilai tambah pada produk batik Lasem, sehingga dapat menarik perhatian
pasar yang lebih luas.
5. Ramah Lingkungan: Produksi batik Lasem umumnya menggunakan bahan-bahan alami
dan teknik pewarnaan tradisional, seperti menggunakan pewarna dari tumbuhan atau
serangga. Hal ini berkontribusi pada praktik yang lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan penggunaan pewarna kimia yang berbahaya. Dengan memilih batik Lasem, kita
juga mendukung upaya menjaga keberlanjutan lingkungan alami.
Dengan memahami manfaat dari batik Lasem, kita dapat lebih menghargai keindahan dan
nilai-nilai yang terkandung dalam warisan budaya ini. Melalui penggunaan dan
pengembangan batik Lasem, kita dapat mendukung keberlanjutan tradisi, pemberdayaan
ekonomi lokal, dan pelestarian lingkungan.
Hambatan dalam produksi batik Lasem dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor.
Berikut adalah beberapa kemungkinan hambatan yang dapat ditemui dalam produksi batik
Lasem :
Dengan upaya-upaya ini, diharapkan batik Lasem dapat terus berkembang dan bertahan
sebagai warisan budaya yang berharga.
Indikasi geografis nantinya akan berwujud perlindungan hukum bagi komunitas Batik
Tulis Lasem. Mulai dari pengrajin, pembatik, hingga koperasi. Semuanya akan menjadi satu
kesatuan dalam pengelolaan indikasi geografis itu sendiri. Artinya, outputnya tidak
peroragan, tetapi wilayah yang sudah ditetapkan berdasarkan pengrajin.
Pihaknya berterimakasih kepada masyarakat, pengrajin, dan para pegiat batik tulis
lasem. Ia akan ikut mendukung bersama Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI)
Kemenkumham untuk mewujudkan upaya ini.
Batik Tulis Lasem ini merupakan potensi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
kreatif di Kabupaten Rembang yang juga merupakan bagian budaya visual. Oleh karena itu,
diperlukan adanya upaya untuk mengatasi atau meminimalisir kendala-kendala yang terjadi
yakni dengan upaya hukum dan upaya non hukum.
2) Dibuatnya Peraturan Bupati Rembang Nomor 29 Tahun 2017 tentang Pelestarian Batik
Tulis Lasem sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Hak Cipta.
2) Upaya Pemasaran
3) Upaya menambah pengetahuan secara menyeluruh mengenai Batik Tulis Lasem dan
perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unika.ac.id/29417/2/17.C1.0095-M.%20Refo%20Yudhatama-BAB%20I_a.pdf
https://katadata.co.id/redaksi/berita/611e2ca006335/keindahan-batik-lasem-hasil-akulturasi-
budaya-jawa-dan-tiongkok
https://radarkudus.jawapos.com/rembang/08/12/2022/pelestarian-batik-lasem-disokong-dewan-
hingga-kemenkumham/
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/89952/Perlindungan-Hukum-Kekayaan-Intelektual-Bagi-
Industri-Kecil-dan-Menengah-Karya-Seni-Batik-Tulis-Lasem-sebagai-Upaya-Peningkatan-
Potensi-Ekonomi-Kreatif-di-Kabupaten-Rembang