Anda di halaman 1dari 9

PENINGGALAN SEJARAH DAN PRASEJARAH

BALA KUNING

MAKALAH MULOK
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KELAS XI MIA 2
KELOMPOK 2
Hatizza Ash Shifa
Hilda Wardani
Muhammad Rizaldy
Nayla Hara Agustina
Yulianita Friska Cintia

SMAN 1 SUMBAWA BESAR


Jl. Garuda No.1, Bugis, Kec. Sumbawa, Kab. Sumbawa, Nusa tenggara Barat 84316
2023
Abstrak
Menurut definisi yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sejarah
mengacu pada asal-usul (keturunan) silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau. Sejarah juga mencakup riwayat, tambo, serta pengetahuan atau uraian tentang
peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Hal ini juga termasuk dalam
ilmu sejarah. Sementara itu, prasejarah merujuk pada masa kehidupan manusia sebelum mengenal
tulisan, dan manusia purba diyakini hidup pada masa prasejarah. Peninggalan-peninggalan dari
masa prasejarah ini menjadi sumber sejarah.

Dalam konteks sejarah, terdapat tiga aspek utama yang meliputi masa lampau, masa kini,
dan masa yang akan datang. Masa lampau berperan sebagai titik tolak untuk memahami dan
merencanakan masa yang akan datang. Oleh karena itu, sejarah juga mengandung pelajaran nilai
dan moral. Melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, kita dapat memperoleh
gambaran tentang kehidupan manusia dan kebudayaannya saat itu. Dengan demikian, kita dapat
merumuskan hubungan sebab-akibat mengapa suatu peristiwa dapat terjadi dalam konteks
kehidupan tersebut.

Namun, tidak setiap peristiwa atau kejadian akan tercatat dalam sejarah. Hanya peristiwa-
peristiwa penting atau signifikan yang umumnya dicatat dan dianggap berkontribusi pada
pemahaman kita tentang sejarah. Sejarah juga merupakan disiplin yang berkesinambungan, karena
peristiwa-peristiwa baru terus muncul seiring berjalannya waktu, menjadikan sejarah sebagai narasi
yang terus berkembang dan berubah sepanjang masa.

Kata Kunci : Prasejarah, Sejarah, Peninggalan, Peristiwa, Dan Masa.

Abstract
According to the definition contained in the Big Indonesian Dictionary (KBBI), history
refers to the origins (descendants) of genealogies, events and events that actually happened in the
past. History also includes history, history, and knowledge or descriptions of events and incidents
that really happened in the past. This is also included in the science of history. Meanwhile,
prehistory refers to the period of human life before knowing writing, and early humans are believed
to have lived in prehistoric times. These relics from prehistoric times are historical sources.

In the context of history, there are three main aspects which include the past, present, and
future. The past serves as a starting point for understanding and planning for the future. Therefore,
history also contains values and moral lessons. Through events that occurred in the past, we can get
a picture of human life and culture at that time. Thus, we can formulate a causal relationship why an
event can occur in the context of that life.

However, not every event or occurrence will be recorded in history. Only important or
significant events are generally recorded and considered to have contributed to our understanding of
history. History is also a continuous discipline, as new events continue to emerge over time, making
history a narrative that continues to evolve and change over time.

Keywords : Prehistory, History, Relics, Events, and Times.


PAGE 1
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur ke hadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Peninggalan Sejarah Makam
Sampar dan Prasejarah Bala Kuning dengan sedimikian rupa. Shalawat serta salam tidak lupa
pula kami hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi teladan bagi umatnya.
Adapun maksud dan tujuan penulis menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Muatan Lokal serta guna untuk mengenal dan melestarikan peninggalan sejarah dan
prasejarah dan kerajaan Sumbawa yang dimana sedikit generasi muda yang tertarik pada sejarah.
Makalah penelitian ini mungkin tidak akan selesai tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu. Maka,
penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu, diantaranya sebagai
berikut :

1. Guru Pembina, Ibu Sri Wahyuni, S.Pd, yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan
makalah ini dan senantiasa memberikan arahan untuk membantu observasi kami.
2. Kepada teman-teman kelompok yang telah berpartisipasi dengan sepenuh hati dalam proses
pembelajaran ini. Kerja sama dan kontribusi telah memperkaya pengalaman kita dan
membangun ikatan yang kuat di antara kita

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi
untuk pembaca.

Sumbawa

Penulis

PAGE 2
BAB I

PENDAHULUAN
Zaman prasejarah adalah zaman ketika manusia belum mengenal atau menggunakan
tulisan. Sedangkan zaman sejarah adalah zaman ketika manusia mengenal dan menggunakan
tulisan. Zaman sebelum manusia mengenal tulisan disebut zaman prasejarah. "Pra" berarti
sebelum, sedangkan sejarah adalah cerita atau kisah manusia pada masa silam yang belum ada
bukti tertulis. Zaman prasejarah juga biasa disebut zaman praaksara, "pra" artinya tulisan dan
"aksara" artinya tulisan. Juga dikenal zaman nirleka (nir: tidak, leka: tulisan), jadi nirleka adalah
zaman tanpa tulisan.

Setiap daerah memasuki zaman sejarah berbeda-beda, seberapa cepat suatu bangsa
memasuki zaman sejarah tergantung dari tinggi rendahnya tingkat kebudayaan yang sudah
mereka miliki dan sudah adanya bukti tertulisnya. Contohnya, Indonesia diperkirakan memasuki
zaman sejarah pada abad ke-4 Masehi (sekitar tahun 400-an) dengan ditemukannya sumber
tertulis dari kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, berupa Yupa (tugu batu pengikat hewan
kurban) sebanyak 7 buah yang berisi cerita tentang kerajaan Kutai dengan menggunakan huruf
Pallawa dan bahasa Sanskerta. Akan tetapi, di Mesir mereka sudah memasuki zaman sejarah
jauh lebih dulu, yakni sekitar 4000 SM.

Peninggalan prasejarah suatu daerah adalah bukti arkeologis yang mengungkap sejarah
kuno wilayah tersebut. Di daerah Sumbawa, terdapat sejumlah peninggalan bersejarah yang
memberikan wawasan tentang kehidupan masa lalu. Beberapa di antaranya adalah Situs Makam
Sampar, Situs Ai Renung, Situs Batu Tata, Lutuk Batu Peti, dan Situs Tarakin.

Peninggalan sejarah suatu daerah adalah jejak-jejak yang ditinggalkan oleh generasi
sebelumnya dan memberikan gambaran tentang perjalanan sejarah wilayah tersebut. Di daerah
Sumbawa, terdapat berbagai macam peninggalan yang memberikan informasi berharga tentang
kehidupan masa lalu dan perkembangan budaya yang telah terjadi. Salah satu bentuk
peninggalan sejarah yang masih dapat kita temui saat ini adalah bangunan yang mencerminkan
tentang kebesaran dan kekuasaan yang pernah ada di wilayah Sumbawa. Peninggalan berupa
bangunan tersebut adalah istana yang dahulunya menjadi kediaman sultan Sumbawa. Arsitektur
bangunan ini dominan mencerminkan arsitektur pada masa lalu. Dalam istana ini terdapat
artefak-artefak seperti perhiasan, senjata, atau alat-alat sehari-hari yang digunakan oleh
penduduk zaman dahulu. Artefak-artefak ini memberikan bukti konkret tentang kehidupan sosial,
ekonomi, dan teknologi pada masa lalu.

Sebagai sebuah negeri berdaulat yang pernah dipimpin oleh seorang sultan, Kesultanan
Sumbawa memiliki istana yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan sekaligus rumah tinggal
yang mewah. Sebelum mempelajari lebih lanjut tentang istana-istana tersebut, mari kita
memahami pengertian tentang "Bala". Kata "Bala" berasal dari bahasa Makassar, yaitu rumah
atau rumah besar. Kata ini juga digunakan untuk menyebut rumah para pejabat kesultanan, baik
yang berada di Samawa di Datu maupun di Kamutar.

Salah satu istana yang masih ada dari masa Kesultanan Sumbawa hingga sekarang adalah
Istana Bala Kuning. Istana Bala Kuning adalah rumah tinggal bagi Dewa Masmawa Sultan
Muhammad Kaharuddin III beserta keluarganya. Istana ini dibangun pada sebidang tanah di

PAGE 3
samping Istana Bala Batu Ode yang dulunya merupakan sawah milik sultan. Pembangunan
Istana Bala Kuning dilakukan pada tahun 1941-1942 (sebelum Perang Dunia I). Setelah selesai
dibangun, Istana Bala Kuning ditempati secara resmi oleh Dewa Masmawa Sultan Muhammad
Kaharuddin III dan keluarganya setelah kembali dari Makassar sebagai anggota parlemen NIT
(Negara Indonesia Timur). Dari tahun 1950 hingga sekarang, Istana Bala Kuning dihuni oleh
beberapa pejabat pemerintah pusat yang ditempatkan di Sumbawa. Pada tahun 1950, Dewa
Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III membangun bagian depan Istana Bala Kuning
berbentuk bangunan lengkung sebagai penghormatan terhadap rumah jabatannya ketika menjadi
ketua parlemen NIT di Makassar. Saat ini, istana ini dihuni oleh cucu-cucu dan cicit-cicit Dewa
Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III. Selain sebagai rumah tinggal, Istana Bala Kuning
juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda pusaka Kesultanan Sumbawa, seperti
"Parewa Kamutar" (Lambang Kebesaran Kesultanan), "Parewa Tokal Adat Ode" (Piranti upacara
kesultanan), pakaian kebesaran, keris dan senjata pusaka, keramik kuno, piranti makan, foto -foto
sejarah, dan pusaka lainnya.

Penobatan Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa sebagai Dewa Masmawa dengan
gelar Sultan Muhammad Kaharuddin IV pada tanggal 5 April 2011 menjadikan Istana Bala
Kuning sebagai tempat wisata yang semakin ramai dikunjungi oleh tamu pemerintah, peneliti,
dan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

PAGE 4
BAB II
PEMBAHASAN
I. MASA PRA-SEJARAH

Makam Sampar adalah sebuah situs


makam yang terletak dekat dengan kota Sumbawa Besar, sekitar 1 km di timur dari
wilayah loka. Untuk mencapai lokasinya, Anda perlu mendaki bukit setinggi 100 m dari
daerah Ai-Awak atau Keban-Lapan di kelurahan Seketeng, Sumbawa Besar. Setelah
mendaki bukit tersebut, Anda akan langsung menemukan gerbang masuk ke perkuburan
Makam Sampar.

Nama "Makam Sampar" dipilih karena makam ini berada di atas sampar, yaitu
daratan di atas bukit. Tempat ini sengaja dipilih berdasarkan tradisi leluhur yang sering
mendirikan makam atau perkuburan di atas bukit. Meskipun berbeda dengan makam -
makam di sekitarnya, Makam Sampar tidak lebih tinggi dari makam rakyat biasa di
sekitarnya. Bahkan, masih terdapat makam rakyat biasa yang berada di tempat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan Makam Sampar itu sendiri.

Makam Sampar dikelilingi oleh batu-batu yang disusun seperti tembok setinggi
1m, yang memisahkan makam tersebut dari kuburan masyarakat biasa. Namun, tidak ada
tanda khusus yang menunjukkan nama-nama raja Sumbawa yang dikuburkan di Makam
Sampar. Hal ini disebabkan karena agama Islam melarang pengkultusan terhadap
kuburan. Oleh karena itu, tidak ada penanda khusus pada setiap kuburan yang
menunjukkan identitas raja-raja tersebut.

Di sebelah timur Makam Sampar, telah dibangun perumahan yang disebut Bukit
Permai. Keberadaan perumahan ini memudahkan akses untuk mengunjungi Makam
Sampar. Ahmad Yani, yang merupakan Juru Pelihara Makam Sampar dan tinggal di
Keban Lapan Seketeng Sumbawa, dapat memandu Anda saat mengunjungi makam
tersebut.

II. MASA SEJARAH

Peninggalan sejarah suatu daerah adalah jejak-jejak yang ditinggalkan oleh generasi
sebelumnya dan memberikan gambaran tentang perjalanan sejarah wilayah tersebut. Pada

PAGE 5
daerah Sumbawa, terdapat berbagai macam peninggalan yang memberikan informasi berharga
tentang kehidupan masa lalu dan perkembangan budaya yang telah terjadi. Salah satu bentuk
peninggalan sejarah yang masih dapat kita temui saat ini adalah bangunan yang mencerminkan
tentang kebesaran dan kekuasaan yang pernah ada di wilayah Sumbawa. Peninggalan berupa
bangunan tersebut adalah istana yang dahulunya menjadi kediaman sultan Sumbawa, arsitektur
bangunan dominan mencerminkan arsitektur pada masa lalu. Dalam istana ini terdapat artefak-
artefak seperti perhiasan, senjata, atau alat-alat sehari-hari yang digunakan oleh penduduk
zaman dahulu. Artefak-artefak ini memberikan bukti konkret tentang kehidupan sosial,
ekonomi, dan teknologi pada masa lalu.

Salah satu istana yang dapat dilihat dan dikunjungi sampai sekarang adalah Bala Kuning.
Kata Bala berasal dari bahasa Makassar, Balla yakni rumah / rumah besar bala biasa. Kata
digunakan pula untuk menyebut rumah para pejabat kesultanan baik yang berdomisili Samawa
di Datu maupun di Kamutar. Istana Bala Kuning merupakan rumah tinggal bagi Dewa
Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III beserta keluarganya. Dibangun pada sebidang
tanah berlokasi di samping Istana Bala Batu Ode yang dahulunya merupakan sawah milik
sultan. Dibangun pada tahun 1941-1942 (sebelum PD I). Istana Bala Kuning ditempati secara
resmi oleh Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III dan keluarganya sekembali
beliau dari Makassar sebagai kedua parlemen NIT (Negara Indonesia Timur). Sejak
pembangunannya selesai, Istana Bala Kuning sampai dengan tahun 1950 ditempati oleh
beberapa pejabat pemerintah pusat yang ditempatkan di Sumbawa. Pada tahun 1950 Dewa
Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IlI membangun bagian depan Istana Bala Kuning
berbentuk bangunan lengkung untuk mengenang rumah jabatan beliau semasa menjadi ketua
parlemen NIT di Makassar. Dewasa ini istana yang terdiri dari bangunan induk, keputrian,
pavilion bersambung dengan ruang makan dan dapur serta sebuah bangunan yang disebut Bale
Belo (gudang) dihuni oleh cucu-cucu maupun cicit dari Dewa Masmawa Sultan Muhammad
Kaharuddin. Selain sebagai rumah tinggal, Istana Bala Kuning merupakan tempat penyimpanan
benda-benda pusaka Kesultanan Sumbawa berupa "Parewa Kamutar (Lambang Kebesaran
Kesultanan), "Parewa Tokal Adat Ode (Piranti upacara kesultanan), pakaian kebesaran, aneka
keris dan senjata pusaka, berbagai jenis keramik kuno, piranti makan, foto-foto sejarah dan
pusaka lainnya. Penobatan Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa sebagai Dewa
Masmawa dengan gelar Sultan Muhammad Kaharuddin IV tanggal 5 April 2011 lalu
menjadikan Istana Bala Kuning semakin ramai dikunjungi baik oleh tamu pemerintah, para
peneliti, maupun wisatawan asing dan domestik.

PAGE 6
BAGIAN DEPAN BALA KUNING

PAGE 7
BAGIAN DALAM BALA KUNING

(PUSAKA DAN PENINGGALAN LAINNYA)

PAGE 8

Anda mungkin juga menyukai