Anda di halaman 1dari 6

PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA

LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA


LDNU KABUPATEN KEDIRI
Sekertariat: Jl. Imam Bonjol 38 Kediri 64122
=============================================================================

Khutbah Jumat[1]
07 Juli 2023
OLEH-OLEH HAJI DAN UMRAH

Khutbah I

ُ‫علَىُآ هل هُه‬َ ‫ُ َو‬، َ‫ع ْدنَان‬ َ ُ‫س هيِّ هُدُ َولَ هُد‬َ ُُ‫علَىُم َح َّمد‬ َ ُ‫س ََل ُم‬ َّ ‫ص ََلةُُ َوال‬
َّ ‫ُ َوال‬،ُ ‫َّان‬‫كُالدَّي ه‬ ُ‫للُ ْال َم هل ه‬
ُ‫ال َح ْمدُُ ه‬
َّ ‫ْكُلَهُُ ْالمن‬
ُُ‫َـزه‬ ُ َ ُُ‫للاُ َوحْ دَه‬
َُ ‫ّلُش هَري‬ ُ ُ‫ّل‬ ُ َّ ‫ّلُإهل ُهَُإه‬ ُْ َ ‫ُ َوأ َ ْش َهدُُأ‬،‫ان‬
ُ َّ ُ‫ن‬ َّ ُ‫علَىُ َم هُِّر‬
‫الز َم ه‬ َ ُ‫صحْ به هُهُ َوت َابه هع ْي هُه‬َ ‫َو‬
ُ‫ي‬ َّ
ُْ ‫عبْدهُُ َو َرس ْول ُهُال هذ‬ َ ُ‫س هيِّدَنَاُم َح َّمدًا‬ َ ُ‫ن‬ َ َ
َُّ ‫ُ َوأ ْش َهدُُأ‬،‫ان‬ ْ
‫انُ َوال َم َك ه‬ُ‫الز َم ه‬ ْ
َّ ‫نُ ُال هجس هْميَّ هُةُ َوال هج َه هُةُ َو‬ ْ ُ‫ع ه‬
َ
ْ
، َ‫كانَُُخلقهُُالق ْرآن‬ َ
ُ‫لُفهُيُ هكت َابه هُه‬ ُ‫ُ ْالقَائه ه‬،ُ ‫ان‬ ُ ‫صيْك ُْمُ َونَ ْفسهيُبهت َ ْق َو‬
‫ىُللاهُُال َمنَّ ه‬ ‫ُفَإنهِّيُأ ْو ه‬،‫الرحْ مٰ هن‬ َّ َُ‫ُ هعبَا ُد‬،‫أ َ َّماُبَ ْعد‬
ُُ‫ع هميق‬
َ ُ‫ج‬ُِّ َ‫لُف‬ ُْ ‫امرُُيَأْتهينَُُ هم‬
ُِّ‫نُك ه‬ ‫ض ه‬ ُٰ َ‫عل‬
َ ُ‫ىُك هُِّل‬ َ ‫اّلُ َو‬ َُ ‫جُيَأْت‬
ُ ً ‫وكُ هر َج‬ ُ‫اسُبه ْال َح ِّ ه‬
ُ ‫نُفهيُالُنَّ ه‬ ُ‫ْالق ْر ه‬
ُْ ِّ‫ُ َوأ َ هذ‬:‫آن‬
)27ُ:‫(الحج‬

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,


Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita
semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha
meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa taala
dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang
dilarang dan diharamkan.
Hadirin rahimakumullah,
Dalam beberapa hari terakhir, Jamaah Haji Indonesia mulai berdatangan
secara bertahap pulang ke kampung halaman masing-masing. Tentu mereka
[1] Oleh: al faqir Nur Rohmad, Katib Syuriyah MWCNU Dawarblandong, Kab. Mojokerto dan Pengasuh

Majelis Ilmu & Dzikir NURUL FALAH, Mojokerto. No. wa: 0815-15-785-373

1
pulang tidak dengan tangan kosong. Melainkan membawa oleh-oleh yang
sebagian di antaranya langsung mereka beli dan datangkan dari tanah suci.
Oleh karena itu, tema khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini
adalah tentang buah tangan atau oleh-oleh yang biasa dibawa oleh jamaah haji
dan umrah dan dihadiahkan kepada para tamu sekembalinya mereka dari
Tanah Suci.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah,


Ada beberapa oleh-oleh yang biasanya dihadiahkan para jamaah haji dan
umrah kepada para tamu sesampainya mereka di tanah air. Di antaranya
adalah:
Pertama, siwak.
Mengenai keutamaan siwak, Nabi shallallhu alaihi wa sallam bersabda:

ُ)‫ي‬
ُِّ ‫بُُِّ(رواهُالبخار‬
‫لر ه‬ َ ‫ط َه َرةُُ هل ْلفَ هُمُ َم ْر‬
َّ ‫ضاةُُ هل‬ ْ ‫س َواكُُ َم‬
ُِّ‫ال ه‬
Maknanya: “Siwak adalah alat yang membersihkan mulut dan sebab untuk
mendapatkan ridla Allah” (HR al Bukhari)
Nabi shallallâhu alaihi wa sallam juga bersabda:

ُ)‫ْرُ هس َواكُُ(رواهُابنُماجه‬
ُ‫غي ه‬ ُْ ‫س ْب هعيْنَُُ َر ْك َع ُةًُ هم‬
َ ُ‫ن‬ َ ُ‫ن‬ َ ‫س َواكُُأ َ ْف‬
ُْ ‫ض ُلُ هم‬ ُ‫َر ْك َعت ه‬
ُ‫َانُ هب ه‬
Maknanya: “Dua rakaat yang disertai dengan siwak itu lebih utama dari 70
rakaat tanpa disertai dengan siwak” (HR Ibnu Majah)
Siwak adalah kayu atau semacamnya yang digunakan untuk
membersihkan gigi dan mulut. Boleh menggunakan semua jenis kayu. Namun
yang paling utama digunakan adalah kayu Arak )‫(األراك‬. Disunnahkan bersiwak
ketika hendak melaksanakan shalat, ketika akan berwudlu, setelah membasuh
kedua telapak tangan saat wudlu, sebelum tayammum, sebelum membaca al
Quran, pada saat gigi menguning, pada saat thawaf dan ketika bangun dari
tidur. Disunnahkan bersiwak dengan tangan kanan, memulai dari bagian kanan
mulutُkemudian kembali ke tengah lalu dijalankan ke arah kiri mulut lalu
kembali lagi ke tengah, setelah itu dijalankan di langit-langit mulut dengan
lembut, disertai niat ingin memperoleh kesunnahan. Di antara manfaat siwak
2
adalah membersihkan mulut, meraih ridla Allah, menguatkan gusi,
melipatgandakan pahala, memutihkan gigi, membantu mengeluarkan huruf-
huruf dari makhrajnya dan mengingatkan dua kalimat syahadat menjelang
kematian. Siapakah di antara kita yang tidak berharap mampu mengucapkan
dua kalimat syahadat ketika maut menjelang?. Oleh karenanya, marilah kita
jaga dan pelihara sunnah yang agung ini.
Kedua, air zamzam.
Disunnahkan meminum air zamzam. Seseorang yang memiliki hajat atau
keperluan tertentu, hendaklah minum air zamzam dengan niat agar dikabulkan
hajatnya dan hendaklah membaca doa berikut ini sebelum meminumnya:

ُ‫َلًُ هع ْل ًما‬ ُ ‫سائه‬َ ُُ‫ُاللهمُ هإُنهِّـيُأ َ ْش َربه‬،ُ‫بُلَه‬ َُ ‫َّكُقَا‬


َُ ‫ُ َماءُُزَ ْمزَ َُمُ هل َماُش هر‬:‫ل‬ َُّ َ ‫اللهمُ هإنَّهُُبَلَغَنهيُأ‬
َُ ‫نُنَ هبي‬
‫اء‬
ُ َ ‫لُد‬ ُِّ‫نُك ه‬ ُْ ‫نَافهعًاُ َو هر ْزقًاُ َوا هسعًاُ َو هشفَا ًُءُ هم‬
“Ya Allah, sungguh telah sampai kepadaku berita bahwa Nabi-Mu bersabda:
“Air zamzam bermanfaat untuk tercapainya tujuan sesuai dengan niat orang
yang meminumnya,” Ya Allah sungguh aku meminumnya untuk memohon ilmu
yang bermanfaat, rezeki yang lapang dan kesembuhan dari segala macam
penyakit.”
Setelah itu, memohon hajat apa pun yang diinginkan.
Ketiga, kurma.
Kurma sangatlah banyak jenisnya. Di antara sekian banyak jenis kurma,
kurma yang paling banyak mengandung manfaat dan khasiat adalah kurma
ajwah Madinah (‫عجْ َوةُُ ْال َم هد ْينَ هُة‬
َ ). Baginda Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫ّلَُسهحْ رُُ(رواه‬ َُ ‫عجْ َوةُُلَـ ُْمُيَض َّرهُُفهيُذ هل‬


ُ ‫كُاليَ ْو هُمُسمُُ َو‬ َ ُ‫ت‬
ُ‫س ْب َُعُت َـ َم َرا ه‬ َُّ ‫حُك‬
َ ُ‫لُيَ ْو ُم‬ َُ َّ‫صب‬ ُْ ‫َم‬
َ َ ‫نُت‬
ُ )‫ي‬
ُِّ ‫البخار‬
Maknanya: “Barangsiapa makan setiap pagi hari 7 buah kurma Ajwah, maka di
hari itu ia tidak akan terkena bahaya oleh racun maupun sihir ” (HR al Bukhari)
Keempat, tasbih.
Di antara hadiah haji dan umrah adalah tasbih. Para ulama Ahlussunnah
menegaskan bahwa tidak mengapa menggunakan tasbih untuk berdzikir,
karena ia selalu mengingatkan orang yang membawanya untuk mengingat

3
Allah dan mengagungkan-Nya. Suatu ketika, salah seorang istri Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam meletakkan di hadapannya empat ribu biji kurma
untuk bertasbih. Rasulullah melihatnya dan sama sekali tidak mengingkarinya.
Berdasarkan ini, para ulama memahami bahwa berdzikir dengan tasbih
hukumnya boleh. Bukan bidah dan tidak haram sebagaimana didengungkan
oleh sebagian kalangan. Hanya saja berdzikir dengan menggunakan jari-jari
tangan lebih utama berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

ُُ‫طقَات‬ َ ‫نُ َمسْؤ ْو َّلتُُم ْست َ ْن‬


ُِّ ‫لُفَإهنَّـه‬ ‫ْسُ َوا ْع هق ْدنَُُبهاألَن ه‬
ُ‫َام ه‬ ُ ‫لُ َوالت َّ ْق هدي ه‬
ُ‫ْحُ َوالت َّ ْه هل ْي ه‬ َُّ ‫علَيْك‬
‫نُبهالت َّ ْسبهي ُه‬ َ
ُ )‫ي‬
ُِّ ‫(رواهُالترمذ‬
Maknanya: “Hendaklah kalian bertasbih, bertahlil serta menyucikan Allah dan
hitunglah dengan jari-jari tangan karena di hari kiamat jari-jari tangan itu akan
ditanya dan disuruh berbicara memberikan kesaksiannya” (HR at Tirmidzi)
Pada hari kiamat, Allah akan memberikan kemampuan berbicara kepada
jari-jari tangan untuk bersaksi bagi para pemiliknya mengenai apa yang mereka
lakukan di dunia, yaitu berdzikir dan menyebut asma Allah disertai menghitung
jumlah dzikir itu dengan jari-jari tangan mereka.
Bahkan di dunia hal semacam itu pernah terjadi. Al Hafizh Ibnu Asakir
menceritakan dalam kitab Tarikh Dimasyq bahwa suatu ketika, Abu Muslim al
Khaulani, salah seorang wali di kalangan tabiin tengah berdzikir dengan tasbih.
Kemudian ia tertidur. Tasbih itu pun lalu berputar sendiri di tangannya pada
saat ia tidur sembari tasbih itu berucap:

ُ‫تُ َويَاُدَائه َُمُالثَّبَا ه‬


‫ت‬ َُ ‫َكُيَاُم ْنبه‬
ُ‫تُالنَّبَُا ه‬ َُ ‫س ْب َحان‬
“Mahasuci Engkau Ya Allah, Dzat yang menumbuhkan tumbuhan dan Maha
Kekal”
Ketika Abu Muslim terbangun, ia memanggil istrinya dan mengatakan:
“Wahai Ummu Muslim, kemarilah, lihatlah keajaiban yang luar biasa ini.” Pada
waktu Ummu Muslim tiba dan melihat tasbih itu berputar sembari membaca
dzikir, sesaat setelah itu tasbih tersebut diam dan berhenti berputar. Peristiwa
ini telah terjadi di dunia dan merupakan bukti yang menguatkan apa yang akan
terjadi di hari kiamat kelak, saat jari-jari tangan akan berbicara dan bersaksi
untuk para pemiliknya.
Hadirin rahimakumullah,

4
Kelima, buku-buku gratis.
Para jamaah haji dan umrah ketika menunaikan ibadah di tanah suci,
biasanya mendapatkan hadiah buku-buku terjemahan berbahasa Indonesia.
Buku-buku itu dibagikan kepada para jamaah dengan cuma-cuma. Jika kita baca
dengan seksama, buku-buku itu ternyata memuat aqidah dan ajaran yang
bertentangan dengan apa yang diyakini, diamalkan dan diajarkan oleh para
ulama kita di Indonesia. Di antara yang disebutkan dalam buku-buku itu adalah
pengkafiran terhadap para pelaku tawassul, tabarruk dan ziarah makam para
wali. Padahal mayoritas umat Islam, tidak hanya di Indonesia tapi juga di
berbagai belahan dunia yang lain, adalah para pengamal tawassul, tabarruk dan
ziarah kubur. Di buku-buku itu juga disebutkan pembidahan terhadap beberapa
amaliah yang telah mentradisi di kalangan umat Islam, seperti peringatan
maulid nabi dan peringatan hari-hari besar yang lain. Oleh karena itulah, buku-
buku tersebut tidak layak dibaca, tidak layak disebarluaskan dan tidak layak
dijadikan oleh-oleh dan hadiah. Dan yang paling parah, di buku-buku itu
terdapat keterangan bahwa Allah taala berada di atas arsy. Aqidah seperti ini
jelas-jelas bertentangan dengan apa yang diyakini dan diajarkan oleh Nabi, para
sahabatnya dan para ulama dari masa ke masa. Umat Islam sepakat
menyatakan bahwa Allah ada tanpa tempat, ada tanpa arah dan tidak
membutuhkan kepada apapun dan siapapun serta tidak dapat dibayangkan.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan suatu saat nanti kita
diberi kemampuan untuk berhaji, berumrah dan berziarah ke makam Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam.

َّ ُُ‫ُإهنَّهُُه َُوُ ْالغَف ْور‬،‫ُفَا ْست َ ْغ هفر ْوه‬،ُ ‫يُ َولَك ْم‬
.ُ‫الر هحيْم‬ ُ ُُ‫يُ ٰهذَاُ َوأ َ ْست َ ْغ هفر‬
ُْ ‫للاَُ هل‬ ُْ ‫أَق ْولُُقَ ْو هل‬

Khutbah II

ُ‫علَىُآ هل هُه‬ َ ‫ُ َو‬،‫طفَى‬ َ ‫ص‬ ْ ‫س هيِّ هدنَاُم َح َّمدُُ ْالم‬ َ ُ‫علَى‬ َ ُُ‫س هلِّم‬َ ‫يُ َوأ‬ ُْ ِّ‫ص هل‬
َ ‫ُ َوأ‬،‫للُ َو َكفَى‬ ُ‫ا َ ْل َح ْمدُُ ه‬
ُ‫س هيِّدَنَاُم َح َّمدًا‬ َ ُ‫ن‬ َُّ َ ‫ُ َوأ َ ْش َهدُُأ‬،‫ْكُلَه‬ َُ ‫ّلُش هَري‬ ُ َ ُُ‫ّلُللاُُ َوحْ دَه‬ ُ َّ ‫ّلُ هإل ُهَُ هإ‬
ُ َّ ُ‫ن‬ ُْ َ ‫ُأ َ ْش َهدُُأ‬.‫لُ ُْال َوفَا‬
ُ‫ص َحا هب هُهُأ َ ْه ه‬ْ َ ‫َوأ‬
.ُ‫عبْدهُُ َو َرس ْول ُه‬ َ
ُ‫ي هُ ْال َع هظي هُْمُ َوا ْعلَمُ ْوُا‬ ُِّ ‫للاُ ْال َع هل‬
ُ‫ىُ ه‬ ُ ‫يُ هبت َ ْق َو‬
ُْ ‫صيْك ُْمُ َونَ ْف هس‬ ‫ُأ ْو ه‬، َ‫ُفَ َياُأَيُّ َهاُ ْالم ْس هلم ْون‬،ُ ‫ُأ َ َّماُ َب ْعد‬
َُ‫للا‬
ُ ُ‫ن‬ َُّ ‫ُ هإ‬:‫ل‬ َُ ‫علَىُنَ هب هيِّ هُهُ ْال َك هري هُْمُفَقَا‬ َ ُ‫س ََل هُم‬ َّ ‫ص ََلةهُُ َوال‬َّ ‫ُأ َ َم َرك ُْمُ هبال‬،‫ع هظيْم‬ َ ُُ‫للاَُأ َ َم َرك ُْمُ هبأ َ ْمر‬
ُ ُ‫ن‬ َُّ َ ‫أ‬
َ ُ‫ُاَللّٰهُ َُّم‬،‫س هلِّمواُت َ ْس هلي ًما‬
ُ‫ص هُِّل‬ َ ‫علَ ْي هُهُ َو‬ َ ُ‫صلُّوُا‬
َ ُ‫ُ َياُأَيُّ َهاُالَّذهينَُُآ َمنوا‬،ُ ‫ي‬ َ َُُ‫صلُّون‬
ُ َ‫عل‬
ِّ‫ىُالنَّ هب ه‬ َ ‫َو َم ََل هئ َكت َهُُي‬

5
‫علَىُآ هُلُ َ‬
‫س هيِّ هدنَاُ‬ ‫علَىُ َ‬
‫س هيِّ هدنَاُ هإب َْرا ههي َُْمُ َو َ‬ ‫ْتُ َ‬‫صلَّي َُ‬ ‫س هيِّ هدنَاُم َح َّمدُُ َك َماُ َ‬ ‫لُ َ‬‫علَىُآ هُ‬ ‫علَىُ َ‬
‫س هيِّ هدنَاُم َح َّمدُُ َو َ‬ ‫َ‬
‫سيهِّ هدنَاُإهب َْرا ههي َُْمُ‬ ‫علَىُ َ‬ ‫تُ َ‬‫ار ْك َُ‬ ‫سيهِّ هدنَاُم َح َّمدُُ َك َماُبَ َ‬ ‫لُ َ‬ ‫علَىُآ هُ‬ ‫سيهِّ هدنَاُم َح َّمدُُ َو َ‬ ‫علَىُ َ‬ ‫كُ َ‬ ‫ار ُْ‬ ‫إهب َْرا ههي َُْمُ َوبَ ه‬
‫تُ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ّٰ‬
‫كُ َح هميْدُُ َم هجي ُْد‪ُ.‬اَلله َُّمُا ْغ هف ُْرُ هللم ْس هل هميْنَُُ َوالم ْس هل َما هُ‬ ‫ْ‬
‫يُال َعالَ هميْنَُُ هإنَّ َُ‬ ‫س هيِّ هدنَُاُ هإب َْرا ههي َْم‪ُ،‬فه ُْ‬
‫لُ َ‬‫علَىُآ هُ‬ ‫َو َ‬
‫عنَّاُ ْالبَ ََل َُءُ َو ْالغ َََل َُءُ َو ْال َوبَا َُءُ‬ ‫اءُ هم ْنه ُْمُ َو ْاأل َ ْم َواته‪ُ،‬اللهمُا ْدفَ ُْعُ َ‬ ‫تُ ْاألَحْ يَ هُ‬ ‫والمؤْ همنهيْنَُُ َو ْالمؤْ همنَا هُ‬ ‫ْ‬
‫ظ َه َُرُ هم ْن َهاُ َو َماُ‬ ‫شدَائه ُدَُ َو ْال هم َحنَ ‪َ ُ،‬ماُ َ‬ ‫فُ ْالم ْخت َ هلفَ ُةَُ َوال َّ‬ ‫سي ْو َُ‬ ‫يُ َوال ُّ‬ ‫َو ْالفَحْ شَا َُءُ َو ْالم ْن َك َُرُ َو ْالبَ ْغ َُ‬
‫ش ْيءُُقَ هدي ُْر‬ ‫لُ َ‬ ‫علَىُك هُِّ‬ ‫كُ َ‬ ‫عا َّمةً‪ُ،‬إهنَّ َُ‬ ‫انُ ْالم ْس هل هميْنَُُ َ‬ ‫نُب ْلدَ هُ‬ ‫ص ُةًُ َو هم ُْ‬ ‫نُبَلَ هدنَُاُ َهذَُاُخَا َّ‬ ‫طنَ ‪ ُ،‬هم ُْ‬ ‫بَ َ‬
‫نُالفَحْ ش هُ‬
‫َاءُ‬ ‫ع هُ‬ ‫ىُ َ‬ ‫يُ ْالق ْربَىُويَ ْن َه ُ‬ ‫َاءُ هذ ُ‬ ‫انُ َوإه ْيت هُ‬ ‫س هُ‬ ‫لُ َو ْاْلحْ َ‬ ‫للاَُيَأْمرُُبه ْالعَ ْد هُ‬‫إنُ ُ‬ ‫هعبَا ُدَُللاه ُ‪َُّ ُ،‬‬
‫للاَُ ْال َع هظي َُْمُيَ ْذك ْرك ُْمُ َولَ هذ ْكرُُ ُ‬
‫للاهُأ َ ْكبَرُُ‪.‬‬ ‫َو ْالم ْن َك هُرُ َوالبَ ْغيه‪ُ،‬يَ هعظك ُْمُلَ َعلَّك ُْمُتَذَ َّكر ْونَُ‪ُ.‬فَاذكرواُ ُ‬
‫‪Ustadz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan‬‬
‫‪Sekretaris Komisi Dakwah MUI Kab. Mojokerto‬‬

‫‪6‬‬

Anda mungkin juga menyukai