Khutbah I
َُُُأَع ْوذُُبهاللهُُ همن، َلُتَم ْوتنُُ هإلُُ َوأَ ْنت ُْمُم ْس هلم ْون
َُ للاُ َحقُُتقَاته هُهُ َو َ ُُاهتق ُْو، َُفَيَاُأَيُّ َهاُ ْالم ْس هلم ْون
َُ ُُاهتق ُْو،للا
َُُُإهلُُالذهين،ُُسانَُُلَ هفيُخسْر
َ اْلن ْ َُ َو ْالع،نُالر هحي هْم
ُُإهنُُ ْ ه،ُص هُر ُللاهُالر ْح َم ه
ُ ُُبهس هُْم،انُالر هجي هْم َ الش ْي
ُط ه
ُص ْواُ هبالصب هْر ُص ْواُ هب ْال َح ه
َ قُ َوت ََوا َ تُ َوت ََوا
ُع هملواُالصا هل َحا ه
َ آ َمنواُ َو
Al hamdulillah Idul Fitri tahun ini terasa istimewa. Kegembiraan umat islam terpancar dimana-mana. Tahun ini
umat islam di negeri kita merayakanya secara bersamaan tanpa perbedaan hari. Suasana di kota dan di desa
penuh suka cita. Pemudik dari berbagai penjuru pulang ke kampung halamanya. Sholat id jamaahnya
membludak, jalanan perkotaan dan kampung kembali padat oleh arus kendaraan. Masing-masing rumah
disibukkan oleh kedatangan sanak saudara dan handai taulan yang bersilaturahmi. Anak-anak tertawa dan
bermain penuh keceriaan. Mereka senang mendapat angpau dan juga aneka jajanan.
Keadaan lebaran tahun ini tentu berkebalikan dengan lebaran dua tahun sebelumnya. Cobaan Pandemi covid
pada negeri kita telah melumpuhkan sendi-sendi kehidupan. Akibatnya lebaran saat itu dalam keadaan was-was
diliputi kekhawatiran. Tidak nampak kebahagiaan terpancar. Shalat id di rumah, yang di Masjid pasrah
berjamaah dengan jumlah terbatas. Jalanan lengang, jarang yang berlalu lalang, Mudik dan pulang kampung
dilarang. Di dalam rumah diliputi kecemasan. Medsos dan televisi bersliweran info kedukaan dan kematian.
Karantina dan isolasi jadi pemandangan sehari-hari. Berlebaran hanya berdiam diri tiada sanak kerabat yang
datang bersilaturahmi.
Karena itu sudah sepatutnya sebagai insan yang beriman hari ini, masih dalam suasana idul fitri di awal bulan
Syawal 1443 H, Marilah tiada henti kita bersyukur atas limpahan nikmat Allah Swt. Marilah kita menyadari dan
bermuhasabah diri agar nikmat yang ada tidak hilang begitu saja. Mari menjaga keadaan yang baik ini dengan
meningkatkan ibadah kita kepada Allah dan saling berbuat baik dengan sesama hamba Allah. Marilah terus
berikhtiyar menjaga diri dan lingkungan dengan prokes kesehatan sehingga pandemi benar-benar sirna. Allah
Swt berfirman:
Artinya, “Maka ingatlah kalian kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu; dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kalian mengufuri-Ku.” (QS Al-Baqarah: 152)
Harapan agar pandemi berakhir dan keadaan kembali normal adalah dambaan kita semua. Boleh jadi bertepatan
dengan ramadhan dan idul fitri tahun ini Allah berkenan mengabulkan doa-doa hambanya yang telah mau
bersabar atas coban dan ujian. Bisa jadi inilah jawaban Allah Swt atas keikhlasan hati menerima musibah dan
kondisi yang serba sulit dan terbatas di masa pandemi
ُ لُ َو ْٱْلَنف ه
ُسُ َوٱلث َم َٰ َر ه
ُتُُۗ َو َب هش هُر ُفُ َو ْٱلج ه
ُوعُ َونَ ْقصُُ همنَُُ ْٱْل َ ْم َٰ َو ه ُش ْىءُُ همنَُُ ْٱلخ َْو ه
َ َولَنَبْل َونكمُ هب
١٥٦َُُلِلُ َو هإناُُ هإلَ ْي هُهُ َٰ َر هجعون َ َٱلذهينَُُ هإذَاُُأ.١٥٥َُُٱلص َٰـ هب هرين
ص َٰـ َبتْهمُ ُّم ه
ُصي َبةُُقَالواُُ هإناُ ه ه
Artinya: "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang
apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji'ūn" (sesungguhnya kami milik Allah dan
kepada-Nyalah kami kembali).( QS Al Baqarah: 155-156)
Maka mari, baik saat suka maupun duka kembalikan semuanya hanya kepada Allah saja. Semoga Allah tetap
membimbing kita menjadi hamba yang bersyukur.
Lalu mengapa kita harus senantiasa bersyukur? Syukur menurut kitab al Hikam ialah pengikat atau tali paling
kuat agar nikmat dari Allah tidak terlepas atau hilang dan dengan syukur pula akan menarik nikmat-nikmat Allah
lainya kepada seorang hamba:
Syukur itu menjadi pengikat dari nikmat yang sudah maujud (ada) dan perburuan untuk nikmat yang belum
terraih.
Jadi, selama seorang hamba mau bersyukur Allah tentu akan mengikatkan nikmatNya pada dia sekaligus
memberi jalan kemudahan baginya memperoleh nikmat Allah berikutnya. Allah berfirman;
Artinya: Jika kalian bersyukur, pasti benar-benar Aku tambahkan nikmat kepadamu".
Hadirin Sidang Jumah Rakhimakumullah,
Bersuka cita di hari lebaran boleh boleh saja, bahkan di anjurkan asal masih dalam batas syariat agama.
Rasulullah Saw bersabda:
َُُمانُ َي ْل َعبون
ُُال َمدهينَةَُُولَه ُْمُ َي ْو ه-ُُصلىُللاُعليهُوآلهُوسلم-ُُُقَد َُهمُ َرسولُُللاه:ل ُْ ع
َُ نُأنَسُُقا َ ُُ
.»مان؟
َذانُاليَ ْو ه َُ فهي ههماُفَقا
ُُ«ماُه ه:ل
Artinya, “Diriwayatkan dari sahabat Anas, ia berkata, ‘Sekali waktu Nabi saw datang di Madinah, di sana
penduduknya sedang bersuka ria selama dua hari. Lalu Nabi bertanya ‘Hari apakah ini (sehingga penduduk
Madinah bersuka ria)?’ Mereka menjawab ‘Dulu semasa zaman jahiliah pada dua hari ini kami selalu bersuka
ria.’ Kemudian Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah swt telah menggantikannya dalam Islam dengan
dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (Idul Adhha) dan hari raya fitri (Idul Fitri)” (HR
Abu Dawud).
Hadist ini menurut para ulama, membenarkan kebolehan seseorang menampakkan kegembiraan di saat hari
raya sebagai ungkapan syukur kepada Allah Swt dan hal demikian merupakan bagian dari syiar agama. Oleh
karenanya kita jauhi kegembiraan yang mengakibatkan kemaksiatan dan kesia-siaan seperti pamer kemewahan
dan menghamburkan harta untuk kesenangan belaka.
Alhasil, Salurkan kebahagiaan idul fitri ini melalui amaliah berikut ini:
Pertama, ajak keluarga bersilaturahmi. Kedua memuliakan dan menjamu tamu yang datang ke rumah. Yang
ketiga, bersedekah kepada sesama yang kurang mampu yang berada di sekitar kita. Pepatah arab mengatakan
.ُُوخلصتُللُنيته،إنُيومُالعيدُيومُفرحُوسرورُلمنُطابتُسريرته
"inna yaumal 'iidi yaumu farahin wa sururin, liman thobat sariratuhu wa kholashot lillahi niyyatuh".
Artinya: Sesungguhnya hari raya adalah hari suka cita dan kegembiraan bagi orang yang pribadinya menjadi
lebih baik dan niatnya tulus karena Allah.
Semoga Allah Swt menerima amal kita semua, mengampuni dosa dan kesalahan kita, orang tua dan para
pemimpin kita. Amin ya robbal alamin.
ُُفَا ْستَ ْغ هفر ْوهُُ هإنهُُه َُو،لُذَ ْنب ُْ سائه هُرُ ْالم ْس هل هميْنَُُ هم
ُنُك ه َ يُ َولَك ُْمُ َو هل َُ ُُيُهذاُ َوأَ ْستَ ْغ هفر
ُْ للاُ هل ُْ أَق ْولُُقَ ْو هل
.ُْالغَف ْورُُالر هحيْم
Khutbah II
اءُ هم ْنه ُْمُ َو ْاْل َ ْم َواتهُ،اللهمُا ْدفَ ُْعُ والمؤْ همنهيْنَُُ َو ْالمؤْ همنَا هُ
تُ ْاْل َ ْحيَ هُ تُ ْاَللّٰهمُُا ْغ هف ُْرُ هل ْلم ْس هل هميْنَُُ َو ْالم ْس هل َما هُ
فُ ْالم ْختَ هلفَ ُةَُ َُوالش َدائه َُدُ َو ْال هم َحنَ ُ، عناُ ْالبَ َل َُءُ َو ْالغ ََل َُءُ َو ْال َوبَا َُءُ َو ْالفَ ْحشَا َُءُ َو ْالم ْنك ََُرُ َو ْالبَ ْغ َُ
يُ َوالسُّي ْو َُ َ
ش ْيءُُ
لُ َ انُ ْالم ْس هل هميْنَُُ َ
عامةًُ،إهنكَُُ َ
علَىُك هُ نُب ْل َد هُ
نُبَلَ هدنَاُ َهذَاُخَاص ُةًُ َو هم ُْ ظ َه َُرُ هم ْن َهاُ َو َماُبَ َ
طنَ ُ،هم ُْ َماُ َ
قَ هديْرُ
ارُ.والحمدُللُربُالعالمين
ابُالن هُ سنَةًُُ َو هقنَاُ َ
عذَ َُ سنَةًُُ َو هفيُاْْل َ هخ َرهُةُ َح َ
َر َبنَاُ َءا هتنَاُ هفيُالد ْن َياُ َح َ
Oleh: