Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Sehubungan dengan penanganan bencana teluk amurang, dengan ini kami sampaikan “Laporan
Toporafu” yang merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam pekerjaan ini. Laporan ini
berisikan tentang penjelasan mengenai hal – hal yang berhubungan dengan pekerjaan topografi.
Dalam laporan ini juga dijelaskan mulai dari persiapan pekerjaan, metode dan pelaksanaan
pekerjaan, hasil pengukuran sampai produk akhir yang berupa peta topografi dan dokumentasi
survei.
Demikian Laporan Topografi ini dibuat, dengan harapan akan mendapatkan masukan dan
tanggapan untuk kesempurnaan studi yang akan dilaksanakan.

Atas kepercayaannya yang telah diberikan, kami ucapkan terimakasih.

Manado, Juli 2022

Faiz Mahbubi, S.T.


Teknik Pengairan Ahli Pertama
LAPORAN PENGUKURAN
TOPOGRAFI

Pekerjaan Swakelola :
Pengukuran Topografi Muara Sungai Ranowangko
Teluk Amurang
DAFTAR ISI

halaman :
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1-1
1.2 Maksud dan Tujuan Pekerjaan 1-3
1.3 Lokasi Pekerjaan 1-3
1.4 Lingkup Pekerjaan 1-3

BAB 2 METODOLOGI PELAKSANAAN


2.1 Pengukuran Topografi 2-1
2.1.1 Pembuatan dan Pemasangan Patok Beton 2-1
2.1.2 Pengamatan Matahari 2-1
2.1.3 Pengukuran Poligon 2-1
2.1.4 Pengukuran Waterpass 2-4
2.1.5 Pengukuran Detail Situasi 2-4
2.1.6 Pengukuran Cross Section 2-6
2.2 Penggambaran 2-6

BAB 3 PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA SURVEI


3.1 Perhitungan Azimuth Astronomis 3-1
3.2 Perhitungan Kerangka Horizontal dan Koordinat 3-3
3.3 Hitungan Ketinggian / Waterpass 3-4
3.4 Perhitungan Situasi Detail dan Cross Section 3-4
3.5 Penyajian Data 3-5

BAB 4 EVALUASI DATA


4.1 Pelaksanaan Pengukuran 4-1
4.2 Pemasangan Bench Mark 4-1
4.3 Pengukuran Waterpass 4-2

Laporan Pengukuran Topografi i


4.4 Pengukuran Situasi Detail 4-2
4.5 Mengoreksi Data Topografi dari 0 Peil ke 0 LLWL 4-2
4.6 Hasil Pengukuran Topografi dan Bathimetri 4-3
4.7 Kondisi Topografi 4-3

LAMPIRAN

Laporan Pengukuran Topografi ii


DAFTAR TABEL

halaman :
Tabel 4.1 Daftar Koordinat dan Elevasi Bench Mark 4-1

Laporan Pengukuran Topografi iii


DAFTAR GAMBAR

halaman :
Gambar 1.1 Lokasi pekerjaan di Kabupaten Minahasa Selatan,
Provinsi Sulawesi Utara. 1-2
Gambar 1.2 Citra satelit daerah orientasi kabupaten Minahasa Selatan 1-2
Gambar 1.4 Lokasi kegiatan survei topografi. 1-3
Gambar 2.1 Pengukuran sudut polygon. 2-2
Gambar 2.2 Sketsa hitungan polygon. 2-2
Gambar 2.3 Sketsa hitungan koordinat. 2-3
Gambar 2.4 Observasi beda tinggi. 2-4
Gambar 2.5 Metode sudut kutub. 2-5
Gambar 2.6 Metode tachymetry. 2-5
Gambar 2.7 Pengukuran cross section. 2-6
Gambar 3.1 Pengamatan matahari. 3-2
Gambar 3.2 Metode tachymetri. 3-5
Gambar 4.1 Sketsa untuk mengoreksi data topografi dari 0 Peil ke 0 LLWL. 4-2

Laporan Pengukuran Topografi iv


Bab 1
PENDAHULUAN
1

1.1 Latar Belakang


Pantai adalah daerah pertemuan antara daratan dan lautan yang tersusun dari bermacam
material yang antara lain pasir – kerikil, lempung – lanau, bahkan bantuan serta material-
material lainnya. Perubahan garis pantai umumnya disebabkan tidak saja oleh faktor alam
tetapi juga akibat kegiatan manusia. Faktor alam diantaranya adalah gelombang, arus, aksi
angin, sedimentasi, sungai. Kondisi tumbuhan pantai serta aktifitas tektonik dan vulkanik.
Sedangkan perubahan karena faktor manusia antara lain adalah kegiatan pembangunan
pelabuhan, pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan,
perlindungan pantai, reklamasai pantai, kegiatan wisata pantai.
Abrasi adalah perubahan garis pantai ke arah darat (mundur) akibat gaya gelombang yang
didominasi oleh gelombang yang datang dalam arah tegak lurus garis pantai dengan
gelombang pecah terjadi di sekitar garis pantai (gelombang dari laut langsung mengambil
material pantai dan membawanya ke laut dalam). Fenomena ini umumnya terjadi pada laut
dengan kemiringan yang terjal. Sementara fenomena erosi terjadi jika pergerakan sedimen
di pantai didominasi oleh gaya gelombang sejajar garis pantai atau akibat arus pasang-
surut. Material pantai diambil dari daerah yang mengalami erosi dan dibawa ke daerah
pantai lain (sedimentasi). Kondisi ini umumnya terjadi pada daerah pantai yang relatif landai
dan gelombang pecah terjadi pada jarak yang relatif jauh dari garis pantai.
Dalam upaya mengatasi bencana alam yang terjadi di muara sungai Ranowangko
Kabupaten Minahasa Selatan maka Pemerintah dalam hal ini melalui Kementrian
Pekerjaan Umum, Direktorat Jedral Sumber Daya Air, Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai
Sulawesi I melakukan survey topografi untuk digunakan dalam penanganan yang lebih
lanjut. Sebelum melaksanakan sebuah perencanaan penanggulangan pantai yang matang,
maka dibutuhkan sekali suatu Peta Topografi dan Bathimetri.
Lokasi pekerjaan pengamanan pantai ini adalah di Kabupaten Minahasa Selatan Propinsi
Sulawesi Utara. Peta orientasi pekerjaan disajikan dalam Gambar 1.1 dan Gambar1.2.

Laporan Pengukuran Topografi 1-1


Gambar 1.1 Lokasi pekerjaan di Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara.

Gambar 1.2 Citra satelit daerah orientasi kabupaten Minahasa Selatan

Laporan Pengukuran Topografi 1-2


1.2 Maksud dan Tujuan Pekerjaan
Maksud pekerjaan ini adalah untuk membuat Peta Topografi yang menyajikan informasi
terbaru mengenai keadaan permukaan daerah pantai yang dipetakan. Informasi yang
disajikan meliputi keadaan fisik baik yang bersifat alamiah maupun buatan manusia serta
keadaan relif (tinggi rendah) permukaan tanah.
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk tujuan ini adalah dengan melakukan pengukuran
teritis dan dilengkapi dengan titik Kontrol Geodesi (Benchman Katen BM) baik horizontal
(X, Y) maupun tinggi (Z). titik kontrol dalam hal ini akan digunakan untuk melakukan
perencanaan teknis Penanggulangan Bangunan Pengaman di Kabupaten Minahasa
Selatan.

1.3 Lokasi Pekerjaan


Lokasi pekerjaan berada di Teluk Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan.

Gambar 1.3 Lokasi kegiatan survei topografi.

1.4 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperoleh data topografi yang akan digunakan
membuat rencana teknis rinci dalam rangka pekerjaan Desain Perencanaan
penanggulangan pantai di Kabupaten Minahasa Selatan.
Pelaksanaan survei topografi meliputi :
1) Pemasangan bench mark dan control point.
2) Pengukuran kerangka horisontal dengan sistem polygon tertutup,
3) Pengukuran kerangka vertikal,
4) Pengukuran azimuth astronomi,
Laporan Pengukuran Topografi 1-3
5) Pengukuran situasi detail,
6) Pengukuran situasi tampak bangunan
7) Penggambaran peta dasar yang elevasinya telah diikatkan LLWL (hasil analisa pasang
surut).
8) Pengukuran rangka pemetaan daerah (poligon dan waterpass dengan patok setiap 50
meter)
9) Pengukuran situasi detail dengan kerapatan titik tinggi yang sesuai dengan
penggambaran peta skala 1 : 2.000.

Laporan Pengukuran Topografi 1-4


Bab 2
METODOLOGI PELAKSANAAN
2

2.1 Pengukuran Topografi


Metoda pengukuran yang dilaksanakan untuk mendapatkan data detail situasi adalah
dengan menerapkan metoda Tachymetri menggunakan peralatan theodolit terpadu untuk
mendapatkan data jarak dan sudut pada obyek-obyek yang dikompilasi.
Agar dalam pelaksanaan pengukuran menghasilkan akurasi yang merata dari setiap titik
detail, maka terlebih dahulu dibuat jaring pengukuran kerangka dasar horizontal dan
vertikal yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mencakup seluruh daerah survei.
Untuk mendapatkan orientasi arah utara sebenarnya, maka dilakukan pengamatan
matahari di beberapa titik kontrol pada jaring kerangka dasar.

2.1.1 Pembuatan dan Pemasangan Patok Beton


Patok beton yang dibuat adalah patok beton berukuran 20 cm x 25 cm atau biasa disebut
bench mark (BM). Patok BM tersebut mempunyai fungsi untuk menyimpan data koordinat,
baik koordinat horizontal (X,Y) maupun elevansi (Z). karena fungsinya tersebut, maka
patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman.
BM tersebut masing-masing diberi tanda yang jelas berupa nomenklatur atau kode,
sehingga pihak pengguna kelak tidak mengalami kesulitan jika ingin menggunakan patok-
patok tersebut sebagai titik referensi koordinat. Selain itu juga dibuatkan deskripsi BM, yang
mana membuat sketsa lokasi dimana patok tersebut berada, nilai koordinatnya serta foto-
foto untuk lebih memperjelas bentuk visualnya.

2.1.2 Pengamatan Matahari


Pengamatan Azimuth Matahari diperlukan untuk menentukan arah azimuth awal pada
pengukuran polygon. Pengamatan matahari dilakukan ditempat terbuka dan berada pada
jaring kerangka dasar yang nantinya digunakan dalam proses perhitungan koordinat dari
hasil pengukuran poligon. Hal ini dilakukan agar diperoleh orientasi arah utara daerah yang
dipetakan.

2.1.3 Pengukuran Poligon


Pengukuran kerangka kontrol horizontal dilakukan menggunakan sistem pengukuran
metode polygon, atau lebih dikenal dengan nama pengukuran polygon.
A. Pengukuran Sudut
Sudut diukur dengan menggunakan alat ukur Theodolith Wild T2. Pengukuran sudut
dapat dijelaskan dengan contoh pada Gambar 2.1 berikut ini :

Laporan Pengukuran Topografi 2-1


A

062 15’ 25”


(bacaan I)
062 15’ 24”
(bacaan II)
B

C
Gambar 2.1 Pengukuran sudut polygon.

Sudut yang dipakai adalah sudut dalam yang merupakan hasil rata-rata dari
pengukuran I dan II.
Bacaan I = 062o 15’ 25”
Bacaan II = 062o 15’ 24”
Rata-rata = 062o 15’ 24,5”
Sedangkan untuk pengukuran jarak dilakukan dengan cara optic dan dicek dengan
menggunakan pita ukur (meteran).

B. Hitungan Poligon
Polygon dihitung dengan cara seperti dijelaskan pada sketsa sebagai berikut :
4
d4
5 d d3
e
d5
c 3
6
f
d2
d6
b
a
2
1 d1

Gambar 2.2 Sketsa hitungan polygon.

 Sudut = (n - 2) x 360  
dimana :
 Sudut = jumlah sudut dalam
n = jumlah titik poligon
a,b,c,d...f = besar sudut
d1,d2,...d6 = jarak antar titik poligon
 = kesalahan sudut yang besarnya sudut ditentukan (10”n)
Laporan Pengukuran Topografi 2-2
C. Hitungan Koordinat
Koordinat masing-masing titik poligon dihitung dengan persamaan dari gambar
berikut:

Utara
B
(XB, YB)

AB
dAB

A
(XA, YA)
Gambar 2.3 Sketsa hitungan koordinat.

XB = XA + dab Sin AB  x


YB = YA+ dab Cos AB  y
dimana :
XA, YA = Koordinat titik A
XB, YB = Koordinat titik B
dAB = Jarak datar antara titik A ke titik B
AB = Azimuth sisi titik A ke titik B
x, y = Koreksi absis dan ordinat

Sedangkan untuk koreksi absis dan ordinat digunakan metode Bouwditch berikut
ini:
di di
fxi =  fx ; fyi =  fy
d d

dimana :
xi, yi = Koreksi absis dan ordinat masing-masing koordinat
x, y = Koreksi absis dan ordinat total
di = Jarak sisi - i
d = Jumlah jarak total

Laporan Pengukuran Topografi 2-3


2.1.4 Pengukuran Waterpass
Pengukuran waterpass atau kontrol vertikal dilakukan untuk mengetahui perbedaan
ketinggian antara dua titik, sehingga apabila salah satu titik diketahui ketinggiannya
maka titik selanjutnya dapat diketahui ketinggiannya. Alat ukur yang digunakan
Pentax AIM 2C, pengukuran dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut :

Rambu

Rambu
waterpass

b m

Gambar 2.4 Observasi beda tinggi.

HA-B = b - m
dimana :
HA-B = beda tinggi antara titik A dan titik B
b = bacaan rambu belakang
m = bacaan rambu muka
A, B = titik yang di observasi
Sehingga untuk mengetahui tinggi titik B dapat dicari dengan persamaan :
HB = HA + HA-B
dimana :
HA = tinggi titik A
HB = tinggi titik B
HAB = beda tinggi antara titik A dan titik B

2.1.5 Pengukuran Detail Situasi


Pengukuran detail situasi dilaksanakan untuk memperoleh dan mengetahui
keadaan topografi daerah yang akan dipetakan. Pelaksanaan pengukuran detail
situasi dapat dilakukan dengan Sistem Raai dan Sistem Voorsall.
Pelaksanaan pengukuran situasi detail dengan sistem Tachymetry .Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan sistem hitungan poligon terbuka terikat sempurna,
detail situasi diukur dengan metode sudut kutub sebagai berikut :

Laporan Pengukuran Topografi 2-4


P10 a

d1
c
b
s3 d2
s2 d3
s1

P11 P12
Gambar 2.5 Metode sudut kutub.

dimana :
P10,P11,P12 = titik-titik poligon
S1,S2,S3 = sudut ikat masing-masing titik detail
d1,d2,d3 = jarak sisi masing-masing titik detail
a, b, c = titik-titik detail
Detil-detil tersebut diukur dengan menggunakan alat Theodolith Wild T0. Jarak dan
beda tinggi masing-masing sisi dan titik detail diukur dengan metode Tachymetry
seperti pada gambar berikut ini

Rambu

Dm
Dtgh
h D
BT

ti
B

A D

Gambar 2.6 Metode tachymetry.

AB = Dtgh + ti - bt
dimana :
D = jarak datar
h = sudut vertikal
bt = bacaan benang tengah
ti = tinggi instrumen
AB = beda tinggi antara titik A dan B
Laporan Pengukuran Topografi 2-5
Besaran jarak (D) diperoleh dengan persamaan :

D = AY cos2 h

dimana :
D = jarak datar
A = besaran konstanta alat (= 100)
Y = benang atas - benang bawah h = sudut vertikal

2.1.6 Pengukuran Cross Section


Cross Section pada sungai yang bermuara di pantai dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi tampang permukaan tanah pada posisi tegak lurus terhadap as
sungai, cross section ini diukur dengan menggunakan alat ukur Theodolith Wild-T0
seperti pada sketsa berikut ini:

Gambar 2.7 Pengukuran cross section.

2.2 Penggambaran
Penggambaran draft peta topografi dan batimetri dalam skala 1:10.000 untuk peta
indeks dan skala 1:2.000 untuk peta detail dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak Computer Aided Design (CAD) yang sesuai. Pencetakan dilakukan
menggunakan Plotter di atas kertas HVS/kalkir ukuran A1. Gambar-gambar
dilengkapi dengan penunjuk arah utara, legenda, skala, kop, judul gambar disertai
dengan kelengkapan yang diperlukan lainnya.

Laporan Pengukuran Topografi 2-6


Bab 3
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA SURVEI
3

Untuk mengetahui bentuk Pantai dan kondisi existing kawasan pantai perairan Teluk
Amurang Kabupaten Minahasa Selatan, telah dilakukan pengukuran Topografi dan
bathimetri, pengukuran di pantai Kabupaten Minahasa Selatan. Pengukuran Topografi di
sepanjang pantai dan pengukuran Bathimetri ke arah laut sampai batas yang diperlukan
untuk pekerjaan desain perencanaan. Pengolahan data terdiri dari pengolahan data
sementara yang dilakukan di lapangan berfungsi sebagai kontrol hasil pengukuran dan
perhitungan definitip yang dilakukan di kantor.
Adapun jenis perhitungan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
 Hitungan Azimut Matahari
 Hitungan koordinat titik – titik poligon
 Hitungan waterpass
 Hitungan Situasi dan Cross Section
Jenis perhitungan yang digunakan akan dibahas pada sub-bab berikut.

3.1 Perhitungan Azimuth Astronomis


Disamping untuk mengetahui arah/azimuth awal, pengamatan matahari dilakukan untuk
tujuan sebagai berikut:
1. Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-
sudut terukur dalam jaringan poligon.
2. Untuk menentukan arah/azimuth titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu
dengan yang lainnya.
3. Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang
bersifat lokal/koordinat lokal.

Berdasarkan Gambar 3.1, Azimuth target  adalah:


 atau 
dimana:
 = Azimuth ke target.
 = Azimuth pusat matahari.
(lT) = Bacaan jurusan mendatar ke target.
(lM) = Bacaan jurusan mendatar ke matahari.
 = Sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target.

Laporan Pengukuran Topografi 3-1


U (Geografi)

T
lM Matahari
M

lT

Target
Meridian Pengamat

Gambar 3.1 Pengamatan matahari.


Azimuth Matahari (AM)
Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut:

Sin δ  Sin  . Sin m


Casα M 
Cos  . Cos m

dimana:
M = azimuth matahari

 = deklinasi matahari dari almanak matahari

m = sudut miring ke matahari

 = lintang miring ke matahari

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z) yang
dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:
Z d  Z u  r  1 2 d  p  i atau
md  m u  r  12 d  p  i

dimana:
Zd = sudut zenit definitif

md = sudut miring definitif

Zu = sudut zenit hasil ukuran

mu = sudut miring hasil ukuran

r = koreksi refraksi
Laporan Pengukuran Topografi 3-2
½d = koreksi semi diameter

p = koreksi paralax

I = salah indeks alat ukur

3.2 Perhitungan Kerangka Horizontal dan Koordinat


Koordinat yang dihitung adalah koordinat kerangka dasar horisontal/titik-titik poligon
dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut :
Syarat Geometrik Sudut
akhir - awal =  - (n + 2) . 180 + f  (1)
akhir - awal = d sin  + f x (2)
akhir - awal = d cos  + f y (3)
d
Koreksi absis .fx (4)
d
d
Koreksi ordinat .fy (5)
d
dimana :
akhir = azimut akhir
awal = azimut awal
 = jumlah sudut ukuran
n = jumlah titik poligon
f = salah penutup sudut
xakhir = absis akhir
xawal = absis awal
Yakhir = ordinat akhir
Yawal = ordinat awal
d = jumlah jarak poligon
 = azimut
fx = salah penutup absis
fy = salah penutup ordinat
Koordinat definitif :
Hitungan Absis Definitif (x)
Xi = X(i-1) +  Xi + k Xi
Xi = absis titik ke i
X(i-1) = absis titik ke titik sebelum i
Xi = selisih absis
Hitungan Ordinat Defenitif (y)

Laporan Pengukuran Topografi 3-3


Yi = Y(i-1) +  Yi + k YI
k Xi = koreksi absis
Yi = ordinat titik ke i
Y(i-1) = ordinat sebelum titik i
Yi = selisih ordinat
KYi = koreksi ordinat

3.3 Hitungan Ketinggian / Waterpass


Langkah – langkah perhitungan ketinggian / elevasi adalah sebagai berikut:
1. Menghitung beda tinggi per seksi
- Beda tinggi stand satu =  h1
- Beda tinggi stand 2 =  h2
- Beda tinggi ukuran pergi = hpr = ½ (D1+D2)
- Salah penutup (SP) ukuran stand satu dan stand dua tidak boleh
melebihi batas toleransi yang diizinkan (10D) , D=dalam Km.
2. Jarak tiap slag , didapat dari jumlah jarak ke belakang ditambah jarak ke
muka.
3. Menghitung salah penutup setiap kring sifat datar (H)
H =  h1 +  h2 + …………….+ hn + SP =0
 SP 
4. Menghitung tinggi : Hj = hi + hij +   . dij
 D 

3.4 Perhitungan Situasi Detail dan Cross Section


Data situasi dan cross section hasil pengukuran lapangan dihitung dengan metoda
tachymetri. Berdasarkan ilustrasi gambar dibawah , alat berdiri pada titik A yang telah
diketahui (X,Y,Z) maka titik B dapat dihitung.
Berdasarkan gambar dibawah, titik Tb dapat diketahui tingginya dari titik TA yang telah
diketahui elevasinya sebagai berikut :

Dm
Az

Gambar 3.2 Metode tachymetri.


TB = TA+H

Laporan Pengukuran Topografi 3-4


1 
H =  100 Ba  Bb  sin 2 m   T A  Bt
2 
Untuk menghitung jarak datar (Dd) menggunakan rumus:
Dd = D Cos  m
Dd = 100 (Ba - Bb) Cos2 m
dimana :
TA = Tinggi titik A yang telah diketahui (X,Y,Z)
TB = Tinggi titik B yang akan ditentukan
H = Beda tinggi antara titik A dan titik B
Ba = Bacaan diaframa benang atas
Bb = Bacaan diaframa benang bawah
Bt = Bacaan diafrahma benang tengah
TA = Tinggi alat
D = Jarak optis [100(Ba-Bb)]
Dd = Jarak datar
m = Sudut miring
Az = Azimuth

3.5 Penyajian Data


Data dari hasil pengukuran yang telah dihitung disajikan dalam bentuk peta dasar topografi
dan gambar potongan melintang pantai.

Laporan Pengukuran Topografi 3-5


Bab 4
EVALUASI DATA
4

Kegiatan survei Topografi dan Bathimetri dilakukan di pantai Kabupaten Minahasa Selatan
pada bulan Juni 2022. Kegiatan survei pengukuran dari lokasi survei di rekam dalam album
pada lampiran.
Pelaksanaan lapangan pekerjaan pengukuran topografi/pemetaan situasi detail lokasi
Teluk Amurang telah dilaksanakan pada bulan Juni 2022. Volume Pengukuran Topografi
sepanjang garis pantai 2 Km, dengan profil ke darat ± 200 m.

4.1 Pelaksanaan Pengukuran


Pelaksanaan pengukuran dimulai dengan pemasangan patok, pengukuran kerangka dasar
horizontal (Poligon), pengukuran kerangka dasar vertikal (Waterpass), pengukuran dasar
situasi (Tachimetri).

4.2 Pemasangan Bench Mark


BM untuk kerangka pengukuran, terbuat dari beton bertukang, berbentuk persegi dengan
ukuran 20x20 cm, dipasang sebanyak 1 (Satu) buah, dan kemudian diberi penomoran
sesuai dengan lokasi yaitu BM.1.
Patok CP di tempatkan berpasangan dengan BM, patok CP dibuat dari pipa paralon
diameter 10 cm diisi dengan cor beton.
Daftar Koordinat dan elevasi BM dan CP seperti pada Tabel 4.1. Deskripsi mengenai
masing-masing BM dapat dilihat pada Lampiran.

Tabel 4.1 Daftar Koordinat dan Elevasi Bench Mark

NAMA KOORDINAT ELAVASI


NO
BM DAN CP X Y Z (M LLWL)

1 BM. 1 675377.059 131345.514 5.389


P0 675391.833 131372.619 4.860

Laporan Pengukuran Topografi 4-1


4.3 Pengukuran Waterpass
Pengukuran waterpass pada tiap jalur pengukuran, dilaksanakan menjadi beberapa seksi,
dengan jarak tiap seksi adalah 50 m dan jarak antara slag adalah  10 m. Alat yang
digunakan adalah Automatic Level NAK.2 dan Ni.2.
Untuk mendukung proses perhitungan serta pembuatan draft gambar peta di lapangan,
elevasi 0 (nol) sementara ditetapkan pada sebuah patok awal. Setelah dilaksanakannya
pengolahan data pasang surut, nilai elevasi 0 (nol) sementara tersebut dikoreksi terhadap
LLWL (Lowest Low Water Level), sehingga didapat nilai-nilai elevasi yang mengacu pada
nilai LLWL tersebut. Data pengukuran waterpass dapat dilihat pada Lampiran.

4.4 Pengukuran Situasi Detail


Pengukuran situasi dilakukan di Teluk Amurang Kabupaten Minahasa Selatan yang akan
dipakai sebagai jalur poligon. Untuk detail situasi, maka tiap titik poligon dilakukan
pengukuran detail situasi yang diperlukan untuk pembuatan peta situasi skala 1:10.000 dan
1:2.000. Data Pengukuran Situasi Detail selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

4.5 Mengoreksi Data Topografi dari 0 Peil ke 0 LLWL


Pengukuran topografi diikatkan pada peilschaal, sedangkan posisi LLWL berada di atas
atau di bawah 0 Peil tergantung pada lokasinya (Gambar 4.13), sehingga data topografi
diikatkan ke LLWL akan menjadi lebih rendah atau lebih tinggi .

Gambar 4.1 Sketsa untuk mengoreksi data topografi dari 0 Peil ke 0 LLWL.
Setelah semua data batimetri dan data topografi selesai dikoreksi, tahap berikutnya adalah
proses pembuatan peta dasar.
Atas dasar hasil pengukuran topografi dan pemetaan situasi detail di lapangan dengan
secara simultan dilakukan pengolahan data (perhitungan) dan penggambaran, yang pada
dasarnya masih bersifat sementara. Proses perhitungan baik perhitungan koordinat
maupun elevasi dilaksanakan di lapangan (base camp). Hal ini dimaksudkan agar apabila
terdapat kesalahan ukuran, maka pengecekan dapat segera dilaksanakan. Dengan
demikian keragu-raguan terhadap hasil pengukuran dapat dihilangkan.

Laporan Pengukuran Topografi 4-2


Setelah selesai semua tahap perhitungan maka pekerjaan selanjutnya adalah proses plot
titik-titik dimulai dari titik kerangka utama, detail, dan ketinggian untuk mendapatkan peta
dasar yang baru dan digambar di atas kertas milimeter. Peng-gambaran ulang secara
digitasi, dengan tujuan penempatan titik-titik penting hasil survei dapat digambar dan
dievaluasi dengan keakuratan yang lebih baik.

4.6 Hasil Pengukuran Topografi


Peta dasar hasil pengukuran Topografi pada Lampiran.

4.7 Kondisi Topografi


Kondisi topografi di lokasi kegiatan survei topografi adalah sebagai berikut :
- Kondisi pantai didaerah pengukuran merupakan pantai berpasir, sedimentasi pasir
dipantai cukup tebal sebagian pantai dipakai tempat penyimpanan perahu nelayan
. profil pantai landai, dibelakang garis pantai pemukiman penduduk, kondisi garis
pantai stabil. Belum ada penanggulangan pantai yang dibuat baik pembangunan
pemerintah maupun masyarakat.

Laporan Pengukuran Topografi 4-3


Lampiran Foto Kegiatan

Survei Awal

Kegiatan Survei
topografi dasar
laut
BM yang dipakai sebagai BM
referensi pengukuran Topografi
(Koordinat dan Elevasi)

Kegiatan pengukuran situasi


menggunakan Total Station
ALBUM GAMBAR
PANTAI AMURANG

- Peta Situasi
- Potongan Melintang

TAHUN 2022
N

W E

0 20 40 60 80 100m

Skala 1 : 1000

-1
0
-9 0
7

-9 -9 -8 -8 -8 -7 -7 -7 -7
4 1 8 5 2 9 6 3 0
4
3
1
2

-52
-49
-6
7
-6
4
-6
1
-5
8
-5
5
-5
2
-4
9
-4
6
-4
3
-4
0
-3
7
-3
4
-3
1
-2
8
-2
5
-2
2
-1
9
-1
6

1
10 5
-4.2.42 6
- 87
0. 829
3. 271
5.

25
P5.227

PETA SITUASI
PANTAI AMURANG
Ke
ota K
mo
ag b
u
8.487
8.790
7.218
7.375
7.045
PANTAI AMURANG
7.005
J.13
Jl.
Tra
PETA SITUASI
s n
Su
law 7.242
J.12
esi
7.237
6.543
J.11

KO
7.324

G
7.285

AN
J.7

W
O
6.891

AN
7.491
J.10

R
6.826

AI
GE

NG
RE
A J

SU
2
1
3
4
8.496
8.508

P
J.6
as
5.727

a r
5.825
5.796
5.874 5.871
Skala 1 : 1000 J.8
Lo Amu
5.127 7 5.750
k r
4.97 600
s.1
a
100m 80 60 40 20 0 33..537

as n
5.500

A
i g

1.906

3.269
37
3.4.5
S 8.576
J.5

2.066
2.453
7.925

A
3.
3.39
35
.44 0
E W 5.230 5.295
J.9
5.415
N 5.678
H4p. 6
P2
J.4 2.1
6 1 5.0
43

A3.11.8.37268
5.672
H4.p17.85 5.1 P5.227
78 25
4
9.1 53 3 4.8 5.
H4p.34.3 H P18
.853 7 7
P2 P19
p 0 5.1 3. 271

A
3
.28.83 0. 829

4.380
27
- 87

43
3.4.2
5
3.908 .3 -4.2.42 6

1.163
P1
35.8.1154 10 5
5.538 H4.p024 H 7 1
41 p 3.8
2469 0.9 524
54
P4.143 2 57
.7 -2. 31 55 .0897
3.40 3 55.4.4..47706644977 7
5.144 3.5 857 55.5..3383 -4. 327 67
2
J.15 3. 02
3.965 33 32.47326 3 70 12..9 333333 8 0.9 7
3.3284 1. 058 -2 66
1.8 7
1 .77 2

A3.6.510
-00. .9465363
P3.157

H5.09
01.2.50 1 -4. .359

8
1. .8228
1..04237 - .51 -2. 2898 13
34

p.2
2
-3
0 50 -0. 007 66
5.273 2
1 5.1.04792
50.9.420 3 -1.3 -2. 374
14
5.854 3.937
h4p.0.55 0 86 8 6 0
H4.0P80 -1-4. .36
P15 P1
41
4.0 69

4.189
3.8 661

Jl.
1-.09.63 48

Tr
6
-16
-2.

an
s
1
-19

Su
8

la
P4.1847

93 2
4.163

we
-22

P3. 1
J.3

si
P3.6974 39
8 3.8
3.227
P

3
1. .997
11

1
4.628
97 4.9.846

68 9
J.2

Ke
3.6 4 374
-25
02

-1. 1.41 994


1. 03
0.7

Tu
7

m
709 3.31
P4.103 .22 003
-4.

pa
P3.8682 P3.8 p4b4.3.239.50.46618870

an
57 1 0.8
4.1
+5
98 .1
79
.00
P3
4.374 92 3.8 2 pb 485
4.0 44..10769317
4.5.5778632
4 7
2 . -4.
-28
2..795 1.9.884 5
1 307 1 3 0 11 4
5.5645 44.1..00528 0.85 6 -1.3.95
5.0 52 2 6 -1.24 -
4.391 4.1 06
0 15
5.68
P4 54 41..2962 0.09.19
- 4
4.830 2 P 1 03 7.20
4.84 4.82 .0 0.9.522 9-
J.1 -31
P4.b7.65602
4 .29 -0 19
7 2 -6.
4.364 4.7269 2
-0.41
4.860
41..6605 28
4.881 4 -9.1
P4.0058 4.458 0.07
P1
4.61
5.4078 4.693
P2 1
4
-2.96
B5 . 3
4.821 4.819
m5.217 1.0681
-3
4.529 4.531 0.02
Bm,0 8.9
BM 1
63
4.5 6
6
4.5 6210
4.90 -0.908
4.557
4.8
2534
-37
4.68 4
0 4.761 4.923
4.8.860 4.853
4
4.868 4.077 3.573
-40
95 1.593
3.6 1.136 0.9949
18 1.367 0.80
0. 637
20.1.89389
-43
0.5 0.442
+2
-46
+ .00
+ 0.10.00
0
-49
- 2 - 1.00
- 3.0.00
0
-52
N

W E

0 20 40 60 80 100m

Skala 1 : 1000

4
3 -100
1
2

-97
-91

-82
-94 -79

-85
-76

-88

-73
-70
-10
0
7
-9

-58 1
-6
-67
-94

-91

-55
8
-8

-52
-85

4
-6
-49
-85

-8 2
9
-7 -7 -76
3 -46
-7 10
7 -68 6
-6 --555 -43 -1
-40

-22
-64

9
-37

-1
-34
-70

-61
-31
-58 -28
-55 -25 -1

-52
0
- 3.0.00
- 2 - 1.00

-49
0
+ 0.10.00
+ .00
-46 0.442 0.5
+2
PETA SITUASI
-43 0. 637
0.80
0.9949
1.36
1.1367
20.1.89389
3.6
18

PANTAI AMURANG
1.593 95
-40 3.573
4.853
4.077
4.761
4.8684
4.8.860
0
4.923 4.86 4
-37 -0.908 4.90
6210 4.8
4.557
2534
4.5
6
4.5 6
63
0.021 4.531 4.529
-3 5.217
4.821
-1.235

8.188
1.316

4
-100

-95

-90

-85
-80
N

W E
-75

-70 S

0 20 40 60 80 100m

-65 Skala 1 : 1000

-60

-55
4
3

7
-9
1
4 -50 2
-9 -88
-45

-40

-35
-30
-25
-20
-67 -15
-10
-5
- 64
-46
-43

-40
-37 -31
-34

PETA SITUASI
PANTAI AMURANG
-65

-60

-55

7
-9
4 -50
-9 -88
-45

-40
N -35
-30
W E -25
-20
-67 -15
S
-10
4 -5
-6 -46
0 40 80 120 160 200m - 3
4
-100
Skala 1 : 2000 -40
-37 -31
-34

-97
-91

-82
-94 -79

-85
-76

-88

-73
-70
-10
0
7
-9

-58 1
-6
-67

-94
-91

-55
8
-8

-52
-85

4
-6
-49

-85
-8 2
-79 -76
-73 -46
-701
7 -68 6
-1
0 -6 --555 -43 -1
-9 0
7 -40

-22
-9 -9 -8 -8 -8 -7 -7 -7 -7

-64

9
-37
4 1 8 5 2 9 6 3 0

-1
-34

-70
-61
-31
-58 -28
-55 -25 -1

-52
0
- 3.0.00
- 2 - 1.00

-49
0
+ 0.0 0
+ 1.0.00

-6 -46 0.442 0.5


+2

7 -43 0.637
0.80
0.9949
1.367
1.136
20.1.89389
18

-6 1.593 3.6
95
4 -40 3.573
4.85
4.077
4.761
4 4.868
4.8.860
4.9233 0
-6 -37
4.68 4
5243
1 -0.908 4.90
4.6210 4.857
4.557
-5 4.5
4.5 6
6
8 1
63
Bm,0
BM
8.9
4.529
-5 -3
0.021
1.068
4.531
4.819 4.821 5.217
B5m.3
5 4
-2.96
1 P2
4.693 P1
4.618
5.407
P4.0058
-5
0.07 4.458
4 4.881
2
-9.1
1 .6 28
4.6605
-0.41 9 4.860
-4
2 4.72 4.364
-6. 7
42.6.2692
9 -31 9-7
19
4.84 4.7 0
4.82 51
Pb.0 - 0
0.9.522 J.1
4.830
-4 P5
4 .20 2 4 03
41.2.962 -
P4
5.68 0.09.19
6 -1.24
0
4 .1
15 06 6 4.391

-4 42.0.02
- 5.04 52
-1 3.95 0.8 6 5.56 5 4 .13578
3 0 .11 4
1 .88 5 4
1.7953
.79375
2.0
1 0

-4 -28 42.5.7.9872 4
4.5 763
-4.
48
5pb 4.16 1
2 4.0
92 3.8 4.33
P 74
0 4.1
79
1.04.87
.1 98
+5
.00
-3 57

an
2
44.3.3.506188 0
pb
7 P3.8682 P3.8

pa
-4.0 3.317
P1 .2 926 03 709

m
4.0
-3

Tu
32 10.3.703

-1. 1.41 994


0
4 -25
3.6

Ke
4.8 74
J.2

68 9
4.9 46 97
4.628

1
11

1. .997
-3

3
1
3.227P8
3.8
39
-2 P3.6974

i
J.3

P3.91

es
8 -22 4.163

w
382
P4.1847

la
Su
-2 -19 1

s
5

an
-2.
-16 6

Tr
1-0. 48
-2 3 .963

Jl.
4.0.869661

4.189
2 P15
41

-1 P1 -1-4.3
0 .8668
H4.0P80 3.937 5.854
9 14
0
-2. 374
6 -1.3 50.9.420 3
5.1.04792
5.273
h4p.0.55
1
-1 2 66
2
-0. 0072
-3 0.4350

5.0982
34
13 -2. 2898 - .51
6 -4. .359 .
1 .8278
1.0 277

Hp.
01. .50 1 P3.157

A3.6.1
-00. .9465363

50
1.8
-2 66 1 .7 2 1. 2058 3.3284
12..9 333333 3 70 33 3.965
0.9 7 02
8 3.
32.47326 2
J.15
67 -4. 327 55.5..3383 3.5 857 5.144
55.4.4..47706644977 7 3 3.40
-2. 31 7 57
55 .0897
42.96
2 P4.143
H3p.8 7
54
1 0.9 524 H4.0p24 41 5.538
10 5 35.8.1154
P1

1.163
-4.2.42 6 3.908
5
.3

A.2
3.443
- 87
27

4.380
0. 829 833
0 5.1 5.2.8
H3p.8 3 P18
3. 271
P4.28 P19
77
5.
H4p.34.3
9.1 53
4
25 78
P5.227 5.1 H4.p17.85
5.672

A3.11..783268
43
5.0 1 .6 J.4
H4p.6
21
P2
5.678

5.415

5.230 5.295 J.9

0
3.35
4
3.394
A.
7.925

2.453
2.066
J.5
8.576

3.435
A. 7

3.269
1.906
as i ng 5.500
33.5

ra
.37
s.1
4.97 600

k 5.750 5.127 7

Lo Amu 5.871
J.8
5.874

5.796
5.825

r
asa
5.727

J.6
P 8.508
8.496

SU
JA
RE

N
GE

G
AI
6.826

R
7.491
J.10

AN
6.891

O
W
J.7

AN
7.285

G
7.324

KO
J.11
6.543
7.237

J.12 esi
7.242 law
Su
ra ns
Jl. T
J.13
7.005

PETA SITUASI
7.045
7.375
7.218
8.790

8.487 PANTAI AMURANG


u
ag
ob
o tam
KeK
P0

V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -3.000

-0.321
3.198

3.703

3.706

3.794
3.963

3.900

3.944

2.835

1.258

0.038
ELEVASI

JARAK 14.67 4.76 10.09 0.07 6.67 2.08 4.35 5.55 1.92 1.54

P1
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -3.000

-0.259

-0.028
4.012
3.223

3.426

3.134

3.162
3.462

3.366

2.682

0.198
ELEVASI

JARAK 3.38 2.87 9.96 0.12 9.05 3.88 4.49 2.17 1.87

P2
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -4.000

-0.936

-1.121

-1.293

-1.488
2.763

2.889

2.601

2.690
2.971

2.993

2.923

1.643

ELEVASI

JARAK 3.67 2.47 10.22 0.02 8.64 1.82 3.97 5.43 2.08 1.66 5.03

POTONGAN MELINTANG
PANTAI AMURANG
P3

V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -6.000

-0.862

-1.909

-2.838
2.444

2.461

2.434

2.951

2.528
ELEVASI

JARAK 15.80 14.70 7.02 2.76 6.60 2.44 10.29

P4
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -8.000
-0.325

-1.856

-4.891
3.750

2.912

2.797

2.739

ELEVASI

JARAK 4.23 8.73 3.00 0.89 6.00 4.98

P5 Pb.0
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
- 5.000
-2.342
2.821

2.730

0.362
3.631

3.115

2.894

ELEVASI

JARAK 3.33 10.04 3.38 2.60 1.33 6.40

POTONGAN MELINTANG
PANTAI AMURANG
P6

V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -14.000

-11.058
-1.027

-2.452
1.952

2.162

2.222

2.285

0.032
ELEVASI

JARAK 13.70 13.51 4.31 1.37 4.38 2.71 12.34

P7
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -10.000

-0.661

-6.664
3.344

3.433

3.665

3.592

1.563

0.441

ELEVASI

JARAK 15.38 12.77 1.80 0.96 4.62 2.13 12.23

POTONGAN MELINTANG
PANTAI AMURANG
P8

V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -11.000

-1.971

-7.929
2.502

2.592

3.437

3.366

2.012

1.070

0.128
ELEVASI

JARAK 20.68 16.71 1.70 0.91 2.08 2.46 3.34 8.52

pb.1
P9
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
- 8.000

-1.840

-4.679
2.949

2.972

3.432

3.853

3.851

2.058

1.247

0.159
ELEVASI

JARAK 23.94 19.57 6.81 2.40 1.64 1.50 2.84 3.42 2.95

POTONGAN MELINTANG
PANTAI AMURANG
pb.2
V = 1:100
P10

H = 1:100
Bidang Persamaan :
- 8.000

-5.211
3.113

3.306

3.667

3.630

1.342

0.692

0.145
ELEVASI

JARAK 25.21 7.23 1.40 2.03 1.51 2.00 11.89

P11
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -8.000

-0.022

-4.728
4.121

4.186

4.121

0.649

ELEVASI

JARAK 27.98 2.10 3.51 2.05 6.30

POTONGAN MELINTANG
PANTAI AMURANG
P12

V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -5.000

-2.406
3.213

3.272

1.269
1.269

0.694
ELEVASI

JARAK 14.40 4.00 0.56 3.43 4.18

P13
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -6.000

-1.356

-3.373
2.848

3.316

3.143

1.241
ELEVASI

JARAK 37.42 2.46 2.81 1.34 4.00

P14
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -8.000
-0.305

-2.588

-5.093

POTONGAN MELINTANG
3.706

4.409

4.323

0.247

ELEVASI

JARAK 23.99 3.19 1.33 1.64 2.68 1.95

PANTAI AMURANG
P15

V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -5.000

-0.288

-2.075
3.628

2.677

2.597

1.159

0.301
ELEVASI

JARAK 24.98 6.27 2.87 2.25 2.44 3.33

P16
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -7.000

-0.520

-2.234

-4.236
3.453

2.832

2.760
2.062

0.601
ELEVASI

JARAK 40.02 3.47 0.22 2.99 3.31 1.76 3.30

P17
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -6.000
-1.099

-2.865
3.101

2.977

3.052

1.097

0.282

ELEVASI

JARAK 12.77 3.07 2.23 2.44 3.68 3.68 POTONGAN MELINTANG


PANTAI AMURANG
P18
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -4.000

-1.014

-3.387
3.108

3.107
4.607

4.607

4.607

2.207
0.931

0.223
ELEVASI

JARAK 26.32 0.200.80 1.40 3.06 0.66 2.01 2.43 4.57

P19
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -8.000
-3.052

-4.753
4.402

4.428

4.428
3.127

0.206

ELEVASI

JARAK 7.20 1.50 0.70 3.93 4.58 3.83

POTONGAN MELINTANG
PANTAI AMURANG
P20
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -8.000

-3.084

-4.857
4.152

4.152
4.372

4.372
5.022
4.742
5.022

4.742

4.742

0.241
ELEVASI

JARAK 23.89 0.01 2.30 0.60 1.20 1.40 5.53 4.67 3.02

P21
V = 1:100

H = 1:100
Bidang Persamaan :
+ -8.000

-3.151

-4.826
4.318

4.453

4.545

4.545

3.104

0.151

ELEVASI

JARAK 13.10 15.87 1.20 2.65 4.20 4.11 2.50

POTONGAN MELINTANG
PANTAI AMURANG

Anda mungkin juga menyukai