Anda di halaman 1dari 21

Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Bab
8
A. Arti Penting Motivasi

Setiap manusia pada hakikatnya mempunyai sejumlah kebutuhan

yang pada saat-saat tertentu menuntut pemuasan, di mana hal-hal yang

dapat memberikan pemuasan pada suatu kebutuhan adalah menjadi

tujuan dari kebutuhan tersebut. Prinsip yang umum berlaku bagi

kebutuhan manusia adalah setelah kebutuhan itu terpuaskan, maka

setelah beberapa waktu kemudian, muncul kembali dan menuntut

pemuasan lagi.

Kebutuhan-kebutuhan manusia pada umumnya dapat dibagi

menjadi dua golongan (Zein Achmad, 2008), yaitu:

1. Kebutuhan primer, yang pada umumnya merupakan kebutuhan dasar,

seperti lapar, haus, seks, tidur, suhu yang menyenangkan dan lain

sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini timbuldengan

sendirinya atau sudah ada sejak seseorang lahir, sehingga disebut

kebutuhan primer.

2. Kebutuhan sekunder, yang timbul dari interaksi antara orang dengan

lingkngannya, seperti: kebutuan untuk bersaing, bergaul, bercinta,

ekspresi diri, harga diri dan lain sebagainya. Kebutuhan sekunder

inilah yang paling banyak berperan dalam memotivasi seseorang.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 40


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan-

kebutuhan yang ada pada seseorang berperan dalam memotivasi tingkah

laku seseorang, termasuk dalam bekerja. Selain itu kebutuhan-kebutuhan

antara individu yang satu berbeda dengan yang lain (personal needs),

karena adanya karakteristik seseorang “individual differences”.

Ada beberapa alasan lain mengapa motivasi dipandang perlu

dipelajari:

a. motivasi terbukti kuat berperan meningkatkan produktivitas kerja

pegawai,

b. besar motivasi tidak tetap, kadang naik dan kadang pula turun tergantung

kondisi psikologis seseorang,

c. alasan orang termotivasi berbeda-beda tergantung faktor-faktor yang

mempengaruhinya,

d. faktor penurun motivasi juga terdiri dari berbagai macam tergantung

kondisi individu yang bersangkutan,

e. adanya ketidaksadaran individu mengenai potensi dirinya sehingga untuk

membangkitkannya diperlukan dorongan dari bantuan orang lain.

B. Motivasi Kerja

Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal

dalam diri manusia, yang akan mempengaruhi cara bertindak seseorang.

Dengan demikian, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi

pekerja. Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau

dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerjadalam psikologi karya biasa

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 41


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja

seseorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya prestasinya.

Sedangkan pengertian yang sederhana menurut Asa’ad ”motivasi kerja

adalah merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan

kerja”. Berikut ini motivasi diartikan oleh para ahli dalam Sedarmayanti

(2007) sebagai berikut:

1. Keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsang-

nya melakukan tindakan (George R. Terry).

2. Proses dengan mana perilaku dibangkitkan, diarahkan dan

dipertahankan selama berjalannya waktu (Porter & Lawler).

3. Kekuatan kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam

kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukan perasaan

senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana

halnya kepasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia/rela bekerja

untuk mencapai tujuan pekerjaan (Richard M. Steers).

4. Motif cenderung menurun kekuatannya apabila terpenuhi atau

terhambat pemenuhannya (Paul Hersey dan Kenneth Blanchard).

5. Keseluruhan proses pemberian motivasi kerja kepada bawahan

sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi

tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis (Siagian).

Motivasi merupakan kesediaan mengeluarkan tingkat upaya tinggi

ke arah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 42


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

C. Teori Motivasi

Secara garis besarnya, teori motivasi dapat dibedakan menjadi 2

macam, yaitu teori isi (content theory) dan teori proses (process theory).

a. Teori Isi (Content Theory)

Teori ini terdiri dari 4 teori pendukung, yaitu:

1. Teori Hirarki Kebutuhan (A. Maslow 1943-1970)

Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya

semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam

5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari

tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan

sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis

dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan

penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu

peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan

pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

Self
Actual-
V ization

IV Esteem & Status

III Belongingness & Social

II Safety & Security

I Basic Physiological

Sumber: Abraham Maslow

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 43


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)

• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)

• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang

lain, diterima, memiliki)

• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan men-

dapatkan dukungan serta pengakuan)

• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami,

dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan

keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan

menyadari potensinya).

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan ke- butuhan

tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih

tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu

dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan

dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah

tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus

bersusah payah mencari makan, per- lindungan, dan rasa aman.

2. Teori E-R-G (Clayton Alderfer 1972)

Alderfer (1972) mengemukakan tiga kategori kebutuhan. Kebutuhan

tersebut adalah:

a. Existence (E) atau Eksistensi

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 44


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Meliputi kebutuhan fisiologis sepeerti lapar, rasa haus, seks,

kebutuhan materi, dan lingkungan kerja yang menyenangkan.

b. Relatedness (R) atau keterkaitan

Menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi kita,

seperti anggota keluarga, sahabat, dan penyelia di tempat kerja.

c. Growth (G) atau pertumbuhan

Meliputi kenginginan kita untuk produktif dan kreatif dengan

mengerahkan segenap kesanggupan kita. Alderfer menyatakan

bahwa:

Pertama: bila kebutuhan akan eksistensi tidak terpenuhi,

pengaruhnya mungkin kuat, namun kategori-kategori kebutuhan

lainnya mungkin masih penting dalam mengarahkan perilaku untuk

mencapai tujuan.

Kedua: meskipun suatu kebutuhan terpenenuhi, kebutuhan dapat

berlangsung terus sebagai pengaruh kuat dalam keputusan.

Jadi secara umum mekanisme kebutuhan dapat dikatakan sebagai

berikut

• Frustration – Regression

• Satisfaction – Progression

3. Teori Tiga Motif Sosial (D. McClelland 1961)

Menurut McClelland, ada tiga hal yang sangat berpengaruh, yang

memotivasi seseorang untuk berprestasi. Ke tiga motif itu adalah:

a. Achievement Motive (nAch): Motif untuk berprestasi

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 45


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Masyarakat dengan keinginan berprestasi yang tinggi cenderung

untuk menghindari situasi yang berisiko terlalu rendah maupun

yang berisiko sangat tinggi. Situasi dengan resiko yang sangat kecil

menjadikan prestasi yang dicapai akan terasa kurang murni, karena

sedikitnya tantangan. Sedangkan situasi dengan risiko yang terlalu

tinggi juga dihindari dengan memperhatikan pertimbangan hasil yang

dihasilkan dengan usaha yang dilakukan. Pada umumnya mereka

lebih suka pada pekerjaan yang memiliki peluang atau kemungkinan

sukses yang moderat, peluangya 50%-50%. Motivasi ini

membutuhkan feed back untuk memonitor kemajuan dari hasil atau

prestasi yang mereka capai.

b. Affiliation Motive (nAff): Motif untuk bersahabat.

Mereka yang memiliki motif yang besar untuk bersahabat sangat

menginginkan hubungan yang harmonis dengan orang lain dan

sangat ingin untuk merasa diterima oleh orang lain. Mereka akan

berusaha untuk menyesuaikan diri dengan sistem norma dan nilai

dari lingkungan mereka berada. Mereka akan memilih pekerjaan

yang meberikan hasil positif yang signifikan dalam hubungan antar

pribadi. Mereka akan sangat senang menjadi bagian dari suatu

kelompok dan sangat mengutamakan interaksi sosial. Mereka

umumnya akan maksimal dalam pelayanan terhadap konsumen

dan interkasi dengan konsumen (customer service and client

interaction situations).

c. Power Motive (nPow): Motif untuk berkuasa

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 46


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Seseorang dengan motif kekuasaaan dapat dibedakan menjadi dua

tipe, yaitu:

1. Personal power

Mereka yang mempunyai personal power motive yang tinggi

cenderung untuk memerintah secara langsung, dah bahkan

cenderung memaksakan kehendaknya.

2. Institutional power

Mereka yang mempunyai institutional power motive yang tinggi,

atau sering disebut social power motive, cenderung untuk

mengorganisasikan usaha dari rekan-rekannya untuk mencapai

tujuan bersama.

Manajer dengan institutional power motive yang tinggi umumnya

lebih efektif dari manajer dengan individual power motive yang

besar. Power motif ini berhububgan erat dengan emotional

maturity.

4. Teori Dua Faktor

Herzberg (1966) mencoba menentukan faktor-faktor apa yang mem-

pengaruhi motivasi dalam organisasi. Ia menemukan dua perangkat

kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia:

a. Kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja atau disebut juga

motivator, meliputi prestasi, penghargaan, tanggung jawab, kemaju-

an atau promosi, pekerjaan itu sendiri, dan potensi bagi pertumbuh-

an pribadi.

b. Kebutuhan yang berkaitan dengan ketidakpuasan kerja.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 47


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Disebut juga factor pemeliharaan (maintenance) atau kesehata

(hygiene), meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja,

administrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan antar pribadi

dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan ditempat kerja. Faktor ini

berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan alih-alih

dengan pekerjaan itu sendiri.

b. Teori Proses (Process Theory)

Teori ini juga terdiri dari empat teori pendukung, yaitu :

1. Teori Keadilan (Equity Theory, S. Adams)

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk

menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepenting-

an organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang

pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak

memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu:

- Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar

- Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas

yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan suatu persepsi tertentu, seorang pegawai

biasanya menggunakan empat macam hal sebagai pembanding, hal

itu antara lain:

- Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak

diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan,

keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 48


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

- Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang

kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang

bersangkutan sendiri;

- Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di

kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;

- Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan

jenis imbalan yang pada nantinya akan menjadi hak dari para pegawai

yang bersangkutan.

2. Teori Harapan (Expectancy Theory, Victor Vroom)

Victor Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasar-

kan kebutuhan infernal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah

sebagai berikut:

1. Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu,

ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil

(outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas

kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan

orang tersebut.

2. Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu.

Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan

kepada suatu hasil yang diharapkan.

3. Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa

sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort

expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan

menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 49


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

4. Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini.

Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa:

a. Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu

b. Hasil tersebut punya nilai positif baginya

c. Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan

seseorang. Dengan kata lain Motivasi, dalam teori harapan

adalah keputusan untuk mencurahkan usaha.

3. Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory, Edwin Locke)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki

empat macam mekanisme motivasional yakni:

(a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;

(b) tujuan-tujuan mengatur upaya;

(c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan

(d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana

kegiatan.

Teori ini juga mengungkapkan hal hal sebagai berikut:

• Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan

yang hendak dicapai.

• Kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai

suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat.

• Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin

besar keengganan untuk bertingkah laku.

4. Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)

- Teori ini didasarkan atas “hukum pengaruh”

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 50


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

- Tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang,

sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung

untuk tidak diulang.

- Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau memotivasi

timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya akan menghasil-

kan suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan se-

lanjutnya. Konsekuensi yang terjadi secara berkesinambungan akan

menjadi suatu rangsangan yang perlu untuk direspon kembali dan

mengasilkan konsekuensi lagi. Demikian seterusnya sehingga

motifasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang

positif.

Di samping dua teori di atas (teori isi dan teori harapan), juga masih

terdapat beberapa teori motivasi lainnya, seperti:

Teori Douglas Mc.Gregor

Gregor Mengemukakan teori X (negative) dan teori Y (positif),

Menurut teori X empat pengandaian yang dipegang manajer:

a. karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja,

b. karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam

dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

c. Karyawan akan menghindari tanggung jawab.

d. Kebanyakan karyawan menaruh keamanan di atas semua factor yang

dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia

ada empat teori Y:

a. karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti

istirahat dan bermain.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 51


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

b. Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika

mereka komit pada sasaran.

c. Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.

d. Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

Teori Edward

Menurut Edward (1959) yang dikutip oleh Ruch (1972) kebutuhan

yang mempengaruhi motivasi individu dibagi menjadi lima belas kebutuh-

an. Berbeda dengan teori Maslow di mana kebutuhan tersebut bersifat

berjenjang. Edward menyatakan bahwa kebutuhan tersebut bersifat

dominasi. Artinya, mana di antara kelima belas kebutuhan tersebut yang

paling dominan di dalam individu menentukan prilakunya.

Dominasi salah satu kebutuhan bersifat tidak permanen atau tetap.

Artinya, di suatu saat dominasi satu kebutuhan begitu kuat sehingga

peranan kebutuhan tersebut menentukan prilaku sangat besar. Di saat

lain, mungkin kebutuhan lain yang lebih dominan. Semua itu tergantung dari

setiap individu. Walaupun seperti itu, tetap saja ada kebutuhan yang lebih

dominan daripada yang lain sebagai cirri khas atau bentuk kepribadian

individu yang bersangkutan.

Kelima belas kebutuhan tersebut adalah :

1. Kebutuhan berprestasi ( Achievement )

Adalah kebutuhan untuk berbuat lebih baik daripada orang lain atau

berprestasi. Kebutuhan ini diwujudkan dengan bekerja lebih baik, lebih

giat, dan lebih tekun. Tujuan kebutuhan ini adalah untuk mencapai

kesuksesan. Timbulnya kebutuhan ini membuat orang termotivasi

bekerja lebih giat daripada orang lain.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 52


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

2. Kebutuhan untuk mengikuti orang lain ( Defarence )

Kebutuhan untuk mengikuti orang lain. Orang lain berupa yang dituakan,

orang yang berpengaruh, tokoh tertentu, bintang film, orang tua dan

sebagainya. Kebutuhan ini diwujudkan dengan mengikuti kebiasaan dan

adat istiadat pujaannya, walaupun sering kali kebiasaan tersebut aneh.

Contoh, bila bintang pujaannya memakai anting di hidung, pemuja

mengikutinya tanpa berfikir jauh lagi apakah itu pantas bagi dirinya atau

tidak.

3. Kebutuhan akan keteraturan ( Order )

Kebutuhan ini adalah kebutuhan akan keteraturan baik menyangkut

kebiasaan, pendapatan, masa depan, dan sebagainya. Kebutuhan ini

diwujudkan dengan membuat rencana, jadwal kerja, tabungan masa

depan, mengikuti program asuransi, dan sebagainya. Semakin mapan

kehidupan ekonomis seseorang ada kecenderungan semakin tinggi

kebutuhan akan keteraturan.

4. Kebutuhan akan perhatian orang lain ( Exhibition )

Kebutuhan ini muncul karena individu merupakan mahluk sosial yang

bergaul dengan sesamanya. Kebutuhan exhibition diwujudkan dengan

berpakaian rapi, pandai berbicara, melawak, sopan, dan sejenisnya.

Tindakan itu diharapkan menjadi perangsang perhatian orang lain. Suatu

keadaan yang tidak menyenangkan bila kita menjadi makhluk asing

(karena berperilaku atau bepakaian lain daripada yang lain) di suatu

tempat. Karenanya upaya penarik perhatian dilakukan).

5. Berdikari ( Autonomy )

Adalah kebutuhan untuk mandiri, tidak mau diperintah oleh orang lain,

dan tidak mau tergantung orang lain. Kebutuhan ini muncul karena dua

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 53


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

alasan, pertama karena sikap pribadinya. Sikap tersebut sudah tertanam

kuat sehingga ia tidak mau bergantung. Ketergantungan akan

menyebabkan hutang budi. Hutang budi lebih sulit membayarnya

daripada hutang harta atau uang, dan tidak mau mempunyai

ketergantungan tersebut.

6. Hubungan dengan orang lain ( Affiliation )

Kebutuhan hubungan dengan orang lain diwujudkan dengan berupaya

menjalin persahabatan dan relasi dengan orang lain. Jalinan

persahabatan dibuat karena individu mengharapkan dorongan dan

sokongan orang lain. Sering terjadi individu memahami permasalahan

dan upaya pemecahannya.

7. Pemahaman tingkah laku orang lain ( Interception )

Adalah kebutuhan untuk memahami perasaan dan mengetahui tingkah

laku orang lain.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 54


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Contoh nyata kebutuhan ini adalah dilihat di


acara TV. Acara cek and receck di RCTI
mempunyai rating (tingkat perhatian pemirsa)
cukup tinggi. Mengapa? Padahal informasi di
acara tersebut tidak mempunyai kaitan dengan
hidup kita. Padahal kita tidak mengenal secara
pribadi artis yang ditayangkan? Melihat
pertimbangan itu, mengapa acara tersebut
banyak ditonton?.

Jawabannya adalah karena ada kebutuhan ingin


memahami tingkah laku dan perasaan orang lain,
terlebih arti terkenal. Tetangga yang mempunyai
kebiasaan aneh pun jadi pembicaraan menarik,
apalagi artis di mana tingkat kepopulerannya tinggi.
Anggapan sebagian orang, semakin ia banyak
mengetahui menandakan pengetahuan- nya
semakin luas pula. Dan peluang kebutuhan
tersebut dimanfaatkan oleh stasiun TV
menayangkan acara ini, pertimbangan resiko
kecil, karena menyangkut pribadi, coba bandingkan
dengan kasus politik, permirsa banyak, yang
akhirnya iklan pun banyak dan semua itu berakhir
di keuntungan pengelola stasiun TV.

8. Kebutuhan akan kasih sayang ( Succorance )

Adalah kebutuhan mendapatkan bantuan orang lain, simpati, atau kasih

sayang dari orang lain. Ini merupakan kebutuhan sosial individu.

Kebutuhan akan kasih sayang akan lebih dominan ditunjukkan oleh

wanita.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 55


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Mengapa wanita lebih suka merajuk daripada pria? Apakah pada wanita ia
merajuk, sesuatu yang dirajukkan tidak dapat dilakukan sendiri? Apakah ia
merajuk pada semua orang? Mengapa fenomena psikologis tersebut
muncul? Apakah pria juga suka merajuk?

Jawaban pertanyaan pertama adalah karena ada kecenderungan wanita


akan merasa senan dan aman bila dilindungi, dijaga, dan diperhatikan
terutama oleh pasangannya. Pertanyaan kedua, hampir semua orang
dirajukkan itu dapat dilakukan sendiri, tetapi bukan tindakan tujuan utama
merajuk, tetapi perhatian, rasa rela berkorban, perasaan ingin diutamakan
dari yang lain itulah tujuan utamanya tersebut bersifat alamiah, dan
merupakan bawaan manusia. Apakah pria suka merajuk? Sama saja,
suka! Perbedaannya adalah pria cenderung lebih dapat mengendalikan
emosi dibandingkan wanita.

9. Menguasai ( Dominance )

Adalah kebutuhan untuk bertahan pada pendapatnya, menguasai,

memimpin, dan menasehati orang lain. Berbeda dengan kebutuhan

succorance, kebutuhan ini cenderung lebih menonjol pada pria

dibandingkan wanita. Kebutuhan ini sering diwujudkan dalam bentuk rasa

ego yang tinggi dan perasaan tidak mau kalah.

Mengapa ada kecenderungan pria lebih suka mentraktir wanita


dibandingkan sebaliknya? Apakah ia banyak uang? Mengapa pria ada
kecenderungan memilih pasangan yang lebih pendek daripadanya?

Jawabannya adalah karena kebutuhan dominance pria lebih tinggi


daripada wanita. Walaupun tidak mepunyai uang, pria akan merasa terpukul
egonya bila ditraktir oleh wanita, terutama di perkenalan pertama atau pada
waktu pacaran. Ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mentraktir. Demikian
pula alasan mengapa pria cenderungan memilih pasangan yang lebih rendah
tingginya dibanding dirinya. Alasannya adalah bila wanita lebih tinggi,
maka pada waktu ia berbicara akan mendongak ke atas. Dongakan ke atas
secara psikologis akan mengurangi dominasi dirinya dibandingkan
partnernya. Kondisi ini walaupun tidak langsung menyebabkan sebagian
egonya berkurang atau hilang. Kecenderungan ini berlaku pula pada wanita
di mana ia merasa tidak enak jika pasangannya lebih rendah daripada
dirinya. Situasi psikologis ini juga digunakan di pengadilan. Tempat duduk
hakim, di pengadilan manapun selalu lebih tinggi daripada jaksa, pembela,
apalagi terdakwa.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 56


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

10. Rasa bersalah ( Abasement )

Abasement adalah kebutuhan yang menyebabkan individu merasa

berdosa apabila melakukan kesalahan, merasa perlu diberi hukuman

bila melakukan pelanggaran. Tinggi rendahnya kebutuhan ini sangat

tergantung nurani yang dimiliki individu. Pengaruh agama, pendidikan,

latar belakang social, dan pendidikan berperan besar dalam pemben-

tukannya. Hal ini menyebabkan penafsiran kesalahan yang berbeda-

beda.

11. Simpati ( Nurturance )

Kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk membantu atau mendorong

orang lain bila orang lain mengalami kesulitan dan bersimpati terhadap

penderitanya. Simpati lebih terwujud bila penderita mempunyai

persamaan dengan dirinya. Persamaan dapat berupa daerah, agama,

perjalanan hidup, kenalan, perasaan senasib dan sejenisnya.

12. Perubahan ( Change )

Adalah kebutuhan untuk mengadakan pembaharuan-pembaharuan.

Kebutuhan ini diwujudkan dengan tidak menyukai hal-hal yang bersifat

rutin atau tetap. Kebutuhan ini terbukti memberikan sumbangan besar

terhadap ilmu pengetahuan. Upaya untuk menemukan sesuatu yang

lebih baik, lebih ekonomis, lebih cepat, dan segala lebih lainnya

membuat orang menciptakan inovasi-inovasi baru.

Bila manuia puas berjalan kaki saja, tidak ditemukan kuda tunggangan.

Jika manusia puas kuda tunggangan tidak ditemukan mobil. Jika

manusia puas dengan mobil tidak ditemukan pesawat terbang.

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 57


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Begitulah seterusnya kebutuhan akan perubahan membuat kehidupan

dimanis.

13. Mandiri ( Endurance )

Adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir

dan ketidaksenangan, bila individu lain mengganggu aktivitas. Ada

kecenderungan semakin tinggi kemampuan seseorang, semakin tinggi

pula kebutuhan untuk mandiri. Secara psikologis hal ini wajar, karena

semakin tinggi kedudukan seseorang (ekonomis, politik, ekonomi, dan

sosial) semakin bertanggung jawab pula terhadap apa yang

dilakukannya dan akibat negatif, semakin tinggi pula egonya.

14. Keterikatan pada lawan jenis ( Heterosexuality )

Adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk menyukai lawan

jenisnya. Kebutuhan ini diwujudkan dengan upaya untuk menarik

lawan jenis seperti, berdandan, merias diri, berpakaian rapi,

menggunakan minyak wangi dan sebagainya. Timbul pertanyaan

bagaimana kaum homo (gay) dan lesbian di mana ia tertarik kaum

sejenisnya? Memang harus diakui bahwa kejadian itu ada walaupun

tidak terbuka dimasyarakat kita. Untuk kondisi tersebut ketertarikan

ditujukan kepada sejenisnya.

15. Agresif ( Aggression )

Aggression adalah kebutuhan untuk mengkritik, menyalahkan,

dan membantah pendapat orang lain dan suka kekerasan. Walaupun

sikap ini berakibat negatif bagi penerima, tetapi secara sadar atau

tidak sering dilakukan. Wajud kebutuhan aggression yang diangap

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 58


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

“paling berbudaya” adalah fenomena sukanya orang terhadap film

action.

Mengapa orang suka film action? Bukankah dalam film tersebut


digambarkan berbagai macam tindak kekerasan (pemukulan,
penembakkan, pembunuhan, dan sejenisnya?

Jawabannya adalah karena kebutuhan akan kekerasan. Sebenarnya setiap


individu mempunyai kebutuhan akan itu. Perwujudan dalam bentuk tindakan
sangat tergantung seberapa kuat kebutuhan tersbut ada. Inilah alasan
mengapa BSF (Badan Sensor Film) tidak hanya menyensor adegan yang
bersifat pornografi semata, tetapi juga kekerasan yang berlebihan.
Dikhawatirkan penonton terpengaruh terhadap adegan tersebut, terutama
anak-anak walaupun sensor seperti ini kurang begitu popular dibandingkan
sensor terhadap adegan pornografi.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi

1. Faktor Ekstern

a. Lingkungan kerja yang menyenangkan

b. Komposisi yang memadai

c. Suverpisi yang baik

d. Adanya penghargaan atas prestasi

e. Status dan tanggungjawab

f. Peraturan yang berlaku

2. Faktor Intern

a. Kematangan pribadi

b. Tingkat pendidikan

c. Keinginan dan harapan pribadi

d. Kebutuhan terpenuhi

e. Kelelahan dan kebosanan

f. Kepuasan kerja

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 59


Mata Kuliah “Etika Profesi” Politeknik Negeri Ujung Pandang

Lembar Kerja

1. Jelaskan mengapa motivasi dipandang perlu untuk dipelajari?

2. Jelaskan pengertian motivasi?

3. Jelaskan dua teori motivasi yang ada ketahui?

4. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

Abdul Salam Jurusan Teknik Mesin Halaman 60

Anda mungkin juga menyukai