Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fatmah Himaayah

NIM : 20101010063
Nilai Profetik dalam Qasidah Burdah
Karya Imam Al-Bushiri
Latar BelakangSastra merupakan ungkapan ekspresi seseorang baik berupa karya tulisan maupun
lisan berdasarkan pikiran, pendapat, pemahaman hingga perasaan yang dituangkan menggunakan
bahasa imajinatif. Penciptaan karya sastra tidak hanya bertujuan untuk keindahan saja,
melainkan juga untuk menyampaikan nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan. Karya sastra
memiliki peranan penting dalam penyebaran agama islam di nusantara khususnya di Indonesia.
Pada abad ke 16-17 karya sufi Arab dan Persia menjadi populer setelah diterjemahkan ke dalam
bahasa Melayu. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara sastra dan agama. Sastra yang
mengandung nilai-nilai agama merupakan pengungkapan jiwa dan sarana untuk melakukan
ibadah pada Sang Pencipta. Salah satu bentuk sastra islam adalah qasidah. Sastra islam tidak
hanya mengungkap jiwa semata, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai transenden.
Syair kenabian dan kerasulan dalam dunia sastra dikenal dengan sastra profetik. Sastra profetik
merupakan pengembangan dari sastra yang bercorak religius dimana di dalamnya terdapat unsur
yang harus terpenuhi, bukan hanya hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan
manusia dengan sesama. Sastra profetik memiliki jiwa transendental dan sufistik karena tidak
hanya berangkat dari nilai-nilai ketauhidan, tetapi juga memiliki semangat untuk terlibat dalam
mengubah sejarah kemanusiaan yang memiliki semangat kenabian. Sastra profetik ditemukan
Kuntowijoyo dalam Al-Quran, yakni pada surat Ali Imran ayat 110, yang kemudian disebut
sebagai etika profetik. Bunyi dari etika profetik adalah amar ma’ruf (humanisasi), nahi munkar
(liberasi), dan tu’minu billah (transendensi). Sastra profetik merupakan karya sastra yang mampu
memberikan keseimbangan antara tema sosial dan spiritual, serta merepresentasikan sejarah
kemanusiaan maupun nilai-nilai kenabian. Penerapan sastra profetik dengan cara menciptakan
karya sastra yang memiliki semangat humanisasi dan liberasi yang ditopang dengan
transendensi.
Qasidah Burdah ditinjau dari segi ekspresif termasuk dalam genre puisi perasaan yaitu ungkapan
perasaan penyairnya (al-Bushiri), jika ditinjau dari segi objektif termasuk puisi cerita yaitu teks
yang bercerita tentang pujian penyair kepada Nabi Muhammad saw, sedangkan ditinjau dari segi
bentuk termasuk puisi tradisional yang terikat dengan aturan wazan dan qafiyah. Burdah adalah
syair mada’ih (puji-pujian) kepada Rasulullah yang ditulis oleh imam al-Bushiri. Beliau
mengungkapkan perasaan cinta dan rindu kepada Rasulullah lewat syair-syairnya yang berjudul
“alkawakib addurriyah fi madh khayr albariyyah” (bintang kemilau dalam memuji makhluk
terbaik) yang kemudian terkenal dengan Qasidah Burdah.
Peneliti memfokuskan objek penelitian pada qasidah karena peneliti tertarik untuk meneliti
bagian dari syair tulisan yang berisi tentang nuansa keislaman, karna menurut peneliti tidak
banyak orang meneliti tentang qasidah. Qasidah Burdah menarik untuk diteliti, terlebih karena
ketertarikan peneliti terhadap penulis Qasidah ini yaitu imam al-Bushiri. Di samping seorang
penyair, al-Bushiri juga merupakan seorang ulama yang arif lagi bijaksana dan seorang ahli
tasawuf yang mashur dimasanya. Syair dari Qasidah Burdah merupakan pelopor yang
menghidupkan kembali syair-syair pujian terhadap Nabi Muhammad saw. Syair ini juga sangat
tinggi kualitas sastra dan pesan-pesan yang dimuat. Saking tingginya apresiasi dari para
pemerhati sastra, syair ini disejajarkan dengan Banat Su’ad, syair legendaris yang sangat populer
di kalangan sahabat Rasulullah. Syair dari Qasidah Burdah dianggap sebagai pelopor yang
menghidupkan kembali syair-syair pujian terhadap Nabi Muhammad. Tidak hanya menanamkan
rasa kecintaan dan kasih sayang yang mendalam terhadap Nabi SAW, nilai-nilai sastra, sejarah
dan moral juga terkandung dalam qasidah burdah ini.
Syair Qashidah Burdah tercatat sebagai kekayaan literatur Arab dengan memiliki acuan asli dan
istimewa ketika menyanjung Nabi Muhammad SAW. Qashidah burdah ini terdiri dari 160
untaian bait yang tersusun lewat kiasan berirama, dan memukau. Burdah merupakan satu-
satunya bentuk puisi dalam khazanah kesusastraan Arab yang paling kuat bertahan. Qosidah
Burdah menjadikan seni Islami yang menjunjung nilai-nilai pendidikan karya imam al-Bushiri
lebih berkarakter Islami. Qasidah burdah dikenal oleh masyarakat dengan syair-syair yang sangat
indah. Kebanyakan dari masyarakat hanya mengenal bunyi bait-baitnya saja, tetapi sedikit yang
mengenal penamaan dari Qosidah itu adalah Burdah. Berikut potongan awal bait (mathla’) dari
Qosidah Burdah karya imam al-Bushiri yang sangat terkenal di kalangan masyarakat.

ِ ‫ك خَ ي ِْر ْالخَ ْل‬


‫ق ُكلِّ ِه ِم‬ َ ِ‫َعلَى َحبِ ْيب‬ ‫صلِّ َو َسلِّ ْم دَاِئ ًما َأبَدًا‬ َ ‫َموْ اَل‬
َ ‫ي‬

Dari latar belakang di atas, peneliti menganalisis nilai profetik yang terkandung dalam Qosidah
Burdah karya imam al-Bushiri dan dipilihnya objek tersebut dikarenakan Qosidah Burdah
merupakan salah satu karya imam al-Bushiri yang paling popular dan fenomenal diantara karya-
karya yang lain dalam khazanah sastra Islam. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai “Nilai Profetik dalam Qasidah Burdah Karya Imam Al-Bushiri.”

Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi yang telah diuraikan dalam latar belakang, peneliti akan membatasi
penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana sejarah dari Qasidah Burdah karya imam al-Bushiri?
Bagaimana bentuk nilai-nilai profetik dalam Qasidah Burdah karya imam al-Bushiri?

Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai Qasidah Burdah bukan merupakan penelitian baru. Sudah banyak para
peneliti yang menjadikan Qasidah Burdah sebagai objek penelitian. Terdapat karakteristik
tersendiri pada setiap pembahasan satu dengan pembahasan lainnya mengenai imam al-Bushiri
maupun syair-syairnya baik dalam bentuk skripsi, artikel, tesis maupun jurnal. Penelitian
mengenai Qasidah Burdah karya imam al-Bushiri selalu menarik dikaji secara akademis melalui
berbagai macam pendekatan yang berbeda. Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, skripsi dengan judul “Nilai-Nilai Spiritual dalam Qashidah Burdah Karya Imam al-
Bushiri (Kajian Psikologi Sastra)” ditulis pada tahun 2021 oleh Syafa Nur Qitmaya Jurusan
Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora, IAIN Salatiga. Penelitian
ini membahas tentang analisis psikologi sastra dalam qasidah burdah menggunakan teori teori
Carl Gustav Jung. Jung dengan teorinya mengungkap bahwa terdapat dua psyche, yakni
kesadaran dan ketidaksadaran. Serta nilai-nilai spiritual yang terdapat dalam qasidah burdah.
Kedua, Skripsi dengan judul “Nilai-Nilai Religiusitas dalam Shalawat Burdah karya Imam
Syarafuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri dan Relevansinya terhadap
Pendidikan Akhlak” ditulis pada tahun 2020 oleh Kartika Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Ponorogo. Penelitian ini membahas tentang nilai-
nilai religiusitas yang terkandung dalam qasidah burdah serta bagaimana relevansinya terhadap
pendidikan akhlak.
Ketiga, jurnal Lingua, Vol. 10, No. 1, Juni 2015 dengan judul “Nilai-nilai Religius dalam Syair
Shalawat Burdah”, yang ditulis oleh Eko Setiawan Program Pascasarjana Sosiologi, Universitas
Brawijaya Malang. Penelitian ini membahas tentang nilai-nilai yang terkandung dalam qasidah
burdah serta fadhilah membacanya.
Keempat, tesis dengan judul “Nilai-Nilai Profetik dalam Syair Perahu Kertas Hamzah Fansuri”,
yang ditulis oleh Fajar Budiantoro Program Magister Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas
Ushuluddin dan Pengembangan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini
membahas tentang nilai-nilai profetik yang terdapat pada syair Perahu Kertas karya Hamzah
Fansuri yang terdiri dari humanisasi, liberasi, dan transendensi.
Kelima, jurnal Sirok Bastra, Vol. 10 No. 1, Juni 2022 dengan judul “Nilai Profetik dalam Syair
Pengantin pada Acara Pernikahan Banjar Karangan K.H. Abdul Hakim”, yang ditulis oleh
Zakiyah UPPKH Banjar. Penelitian ini membahas tentang nilai-nilai profetik dalam syair
pengantin pada acara pernikahan Banjar yang terdiri dari humanisasi, liberasi, serta nilai
transendensi.
Keenam, Ghancaran: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3, No. 2, 2022 dengan
judul “Representasi Nilai Kenabian dalam Antologi Puisi Rumah-Mu Tumbuh di Hati Kami
Karya Sosiawan Leak: Tinjauan Sastra Profetik”, yang ditulis Agus Tika Dwi Savira dan Siti
Isnaniah Jurusan Tadris Bahasa Indonesia, UIN Raden Mas Said Surakarta. Penelitian ini
membahas tentang representasi nilai kenabian dalam antologi puisi bertajuk Rumah-Mu Tumbuh
di Hati Kami serta bagaimana implementasinya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia di Madrasah Aliyah

Kerangka Teori
Penelitian mengenai Qasidah Burdah dapat dikaji dengan menggunakan berbagai perspektif.
Pada penelitian ini Qasidah Burdah karya imam al-Bushiri akan ditinjau dari perspektif teoritis
sebagai berikut:
Nilai Profetik
Teori koseptual mengenai sastra profetik diambil dari seorang tokoh intelektual Indonesia yaitu
Prof. Dr. H. Kuntowijoyo, MA dalam bukunya yang berjudul “Maklumat Sastra Profetik”.
Menurutnya sastra profetik merupakan sastra demokratis. Maksudnya yaitu tidak otoriter hanya
memilik satu tema, teknis, gaya, dan premis tertentu baik yang bersifat baku maupun tidak baku.
Kuntowijoyo mengungkapkan bahwa cita-cita sastra profetik terletak pada etika yang sifatnya
dilakukan secara sukarela dan tidak memaksa.
Kuntowijoyo menemukan gagasan sastra profetik dalam Al-Qur’an surah Ali Imran: 110 seperti
pada kutipan di bawah ini:
“etika profetik itu sendiri saya temukan dalam Al-Qur’an, 3: 110, yang artinya: “kamu adalah
umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menuju kepada yang ma’ruf dan mencegah
kemungkaran, dan beriman kepada Allah”. Setelah menyatakan keterlibatan manusia dalam
sejarah (ukhrijat linnas), selanjutnya ayat itu berisi tiga hal, yaitu ‘amar ma’ruf (menyuruh
kebaikan, humanisasi), nahi munkar (mencegah kemunkaran, liberasi), dan tu’minuna billah
(beriman pada Tuhan, transendensi).”
Etika profetik berisi tiga hal, yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi. Pembahasan secara
lengkap mengenai ketiga etika tersebut akan penulis paparkan pada bab selanjutnya.
Qasidah
Qasidah berasal dari bahasa Arab ‫ قصيدة‬yang artinya bentuk syair epik kesusastraan Arab yang
dinyanyikan. Qasidah merupakan seni suara yang bernapaskan Islam, di mana lagu-lagunya
banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah dan nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam.
Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh kegembiraan yang hampir menyerupai
irama-irama Timur Tengah dengan diiringi rebana. Seiring perkembangan zaman, qashidah dapat
dimainkan dengan menggunakan berbagai macam alat kesenian lainnya menyesuaikan dengan
keterampilan seniman qashidah tersebut.
Qasidah pertama kali ditampilkan oleh kaum Anshar dalam perjalanan hijrah dari tanah
kelahirannya (Makkah) ke Yatsrib (Madinah). Saat itu sebagian kaum Anshar menyambut
kedatangan Nabi serta menyanyikan lagu-lagu pujian diiringi dengan lantunan musik rebana.
Lagu-lagu sanjungan pada waktu itu pun melegenda sampai saat ini sebagai lagu klasik serta
masih dapat dinikmati hingga sekarang
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah metode atau cara untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan
data. Adapun tahapan yang akan dilakukan peneliti untuk menyusun penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yakni sebuah penelitian yang terfokus pada
pengkajian data-data terkait tema secara mendalam, yang mengarah pada penelitian data pustaka
(library research). Sebuah penelitian yang memanfaatkan data-data yang berada ruang
perpustakaan baik berupa buku, jurnal, majalah, media cetak, maupun media online.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk mendapatkan sebuah data penelitian yang
akan menjadi bahan penelitian tersebut. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data
berupa dokumentasi, dengan cara mengambil data dari literatur-literatur yang berhubungan
dengan penelitian ini. Adapun sumber data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu:
Sumber data primer, yaitu teks Qasidah Burdah karya Imam al-Bushiri
Sumber data sekunder, yaitu data-data pendukung baik berupa buku, jurnal, majalah, media
cetak, media online, dan juga sumber-sumber yang terkait pembahasan pada tema penelitian ini.
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan kegitan penelitian ketika peneliti telah mendapatkan data-data yang
sesuai penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif, yaitu dengan cara menginterpretasi, mendeskripsikan, dan menafsirkan yang
bersumber karya ilmiah, jurnal, skripsi.
Pertama, peneliti akan menjadikan teks Qasidah Burdah sebagai sumber informasi yang objektif
dengan mengkaji struktur dalam Qasidah Burdah. Selanjutnya, peneliti mengungkapkan makna
dalam Qasidah Burdah dengan menekankan pengkajian terhadap pemgarang dan latar sosial
budayanya. Kemudian, memfokuskan telaah Qasidah Burdah dalam kaitannya dengan realitas.
Terakhir, peneliti akan menitikberatkan pembacaan Qasidah Burdah pada peran pembaca sebagai
penerima sastra dalam pengungkapan makna dari Qasidah Burdah itu sendiri.

Sistematika Penulisan
Penelitian dengan judul “Nilai Profetik dalam Qasidah Burdah Karya Imam al-Bushiri” tersaji
atas lima bab, yang mana dari satu bab ke bab selanjutnya saling berkaitan dan tidak bisa
dipisahkan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penyajian penelitiannya sebagai berikut:
Bab I: Berisikan pendahuluan yang di dalamnya memaparkan latarbelakang masalah yang ingin
diangkat oleh peneliti sehingga penelitian kredibel dan memiliki kejelasan topik yang ingin
diangkat. Kemudian rumusan penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II: Bab ini membahas kerangka konseptual profetik meliputi definisi, sejarah, dan sastra
profetik.
Bab III: Berisikan pemaparan tentang data-data dari penelitian ini baik biografi dan karya imam
al-Bushiri (Qasidah Burdah). Dapat dirinci pembahasannya seperti kontekks sejarah Qasidah
Burdah dan karakteristik syair-syair imam al-Bushiri.
Bab IV: Analisis terhadap Qasidah Burdah karya imam al-Bushiri menggunakan pendekatan
sastra profetik kuntowijoyo dengan menggali nilai-nilai profetik yang akan dibagi dalam tiga
pembahasan, yaitu: pertama, menemukan tamsil-tamsil yang mengandung makna humanisme.
Kedua, menelusuri nilai liberasi. Ketiga, mendalami nilai-nilai profetik transendensi yang
terdapat dalam Qasidah Burdah.
Bab V: Penutup. Di dalamnya meliputi kesimpulan dari hasil kajian yang telah dilakukan pada
bab-bab sebelumnya. Selanjutnya di dalam bab ini akan memberikan saran serta rekomendasi
dalam penelitian selanjutnya yang mengkaji tentang karya Imam al-Bushiri.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai