Penggunaan citraan-citraan simbolik dari budaya lokal oleh Kelahiran sastra pesantren pada masyarakat lokal tidak
Sunan Bonang memperkuat adanya relasi antara sastra terpisahkan dari proses substitusi, sinkretisme, penambahan,
pesantren dan budaya lokal. Keterkaitan antara sastra pesantren penggantian, originasi, dan penolakan. Melalui proses substitusi,
dan budaya lokal antara lain juga tampak pada keterkaitan yang pengarang (kiai), dalam karyanya, menggeser unsur budaya lama
bersifat imperatif. Budaya lokal secara imperatif mewarnai dan ke budaya baru sehingga pembaca menemukan hal baru dalam
menjiwai karya-karya sastra pesantren. Adapun sastra pesantren pembacaannya. Melalui proses sinkretisme, pengarang
dipakai untuk memberikan petunjuk atau nasihat yang secara memadukan unsur-unsur budaya lama dengan unsur-unsur
substansial merupakan nasehat yang bersumber pada ajaran budaya baru sehingga membentuk sistem baru. Melalui proses
Islam yang berkembang dalam komunitas pesantren. Budaya penambahan, pengarang masih mempertahankan unsur budaya
lokal mewarnai dan menjiwai karya-karya sastra pesantren lama, tetapi ia menambah dengan unsur baru sehingga
sehingga karya-karya sastra pesantrenmemuat konvergensi memberikan nilai lebih. Melalui proses penggantian, pengarang
antara Islam dan unsur-unsur budaya lokal. mengganti unsur budaya lama dengan unsur budaya baru.