Anda di halaman 1dari 5

Mimpi

Kala merupakan Siswi kelas 3 SMA yang tidak pandai bergaul dengan orang lain. Gadis berparas
cantik tersebut hanya memiliki satu orang teman, yaitu Genta. Kala dan Genta sudah berteman
sejak kecil karena rumah mereka yang berdekatan. Keduanya adalah orang yang sangat berbeda.
Kala yang cenderung pendiam, sedangkan Genta yang ceria. Genta juga sangat populer di
Sekolahnya.

Di mana ada Genta, di situ ada Kala. Itu yang orang-orang pikirkan tentang mereka. Tidak sedikit
pula yang mengira bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar sahabat. Padahal meraka benar-
benar hanya bersahabat. Banyak siswi yang merupakan fans dari Genta kesal karena Kala sangat
dekat dengan Genta. Seperti saat ini ketika Genta dan Kala sedang berjalan menuju tempat parkir
motor, Kala menerima tatapan sinis dari beberapa siswi.

“Serem-serem banget matanya. Kamu ga takut Kal?” ucap Genta dengan sedikit tawaan.

“Lebay ah,” jawab Kala.

Genta hanya tertawa mendengar jawaban dari Kala. Mereka pun langsung menaiki motor milik
Genta dan keluar dari area Sekolah. Di perjalanan mereka berbincang-bincang banyak hal. Seperti
rencana mereka nanti setelah lulus SMA.

“Ta, Jepang jadi kan? Kamu benar mau ambil IT?” tanya Kala pada Genta.

“HAH? APA KAL? KENCANGAN DIKIT NGOMONGNYA,” ucap Genta yang tidak
mendengar Kala berbicara apa karena angin yang sangat kencang.

“KAMU JADI KE JEPANG? BENAR MAU AMBIL IT?” tanya kala sekali lagi. Tapi kali ini
dengan suara yang sangat lantang.

“NAH GITU DONG, TADI GA KEDENGARAN. JADI KAL. KITA KAN SUDAH IKUT
KURSUS BAHASA, LES DI MANA-MANA. MASA GA JADI?” jawab Genta.

“Janji ya, Ta. Kita akan ke Jepang bareng-bareng,” ucap Kala lirih.

1
Kala dan Genta memiliki mimpi yang sama. Mereka ingin melanjutkan pendidikan ke negeri
Jepang. Kala ingin mengambil jurusan Administrasi Bisnis, sedangkan Genta ingin mengambil
jurusan IT. Mereka juga sudah berjanji untuk berangkat ke Jepang bersama. Maka dari itu Kala
dan Genta harus belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan beasiswa.

Hari Jum’at adalah jadwal kursus bahasa Jepang Kala dan Genta. Biasanya mereka berangkat
bersama, tetapi kali ini Genta meminta Kala untuk berangkat sendiri ke tempat kursus karena
Genta sedang ada urusan lain. Sudah 30 menit kursusnya dimulai tetapi Genta belum juga datang.
Bahkan sampai kursusnya pun selesai, Kala belum melihat batang hidung Genta. Kala bingung
karena Genta tidak memberikan kabar. Beberapa kali Kala mencoba menelepon Genta tetapi tidak
diangkat. Akhirnya Kala memutuskan untuk pergi ke rumah Genta sebelum Ia pulang ke rumahnya.

Ketika sampai di depan rumah Genta, Kala tidak melihat motor milik Genta terparkir di garasi. Itu
berarti Genta belum pulang. Tiba-tiba Kala melihat kedua orang tua Genta keluar dari rumah
dengan tergesa-gesa dan mereka terlihat sangat panik. Kala pun segera menghampiri kedua orang
tua Genta untuk bertanya apa yang sedang terjadi.

“Om, Tante, ada apa ya?” tanya Kala bingung.

“Kamu ikut kita ya, Kala. Nanti di jalan Om akan jelaskan,” jawab Ayah Genta sambil
membukakan pintu mobil dan menyuruh Kala untuk masuk.

Saat di perjalanan tidak ada yang bersuara. Hanya ada suara isak tangis Ibu Genta. Kala semakin
cemas. Mengapa Ibu Genta menangis? Apakah sesuatu terjadi pada Genta? Kala memutuskan
untuk bertanya sekali lagi.

“Om, Tante, ada apa? Genta kenapa?”

“Genta kecelakaan. Kondisinya sangat parah. Sekarang Genta sedang berada di ruang operasi,”
jawab Ayah Genta dengan nada yang sedikit bergetar.

Kala terkejut. Sangat terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Kala mencoba menenangkan Ibu
Genta dan meyakinkan bahwa Genta akan baik-baik saja.

2
Setibanya di rumah sakit, Kala dan kedua orang tua Genta langsung menuju ruang tunggu. Mereka
terlihat sangat cemas menunggu proses operasi selesai. Setelah beberapa lama menunggu, Dokter
datang menghampiri kedua orang tua Genta untuk menjelaskan kondisi Genta pasca operasi.
Dokter berkata bahwa Genta mengalami pendarahan yang sangat hebat. Akan tetapi tim dokter
berhasil menghentikan pendarahan tersebut namun Genta masih belum sadarkan diri dan harus
dirawat di ICU. Hati orang tua Genta hancur mendengar hal tersebut.

Kala sangat sedih melihat kondisi sahabatnya yang terbaring lemah dengan berbagai alat yang
dipasang di tubuhnya. Dia sungguh berharap Tuhan memberikan anugerah agar sahabatnya segera
sadarkan diri. Setiap hari Kala selalu mengunjungi Genta di ICU dan dia terus memberikan
semangat kepada Genta untuk segera sadar karena dia merindukan hari-hari yang biasa mereka
habiskan bersama.

“Ta, cepat dong bangun katanya mau ke Jepang!” itu yang selalu Kala katakan pada Genta.

Beberapa hari sudah berlalu namun Genta masih belum sadarkan diri. Sampai akhirnya Dokter
memanggil kedua orang tua Genta ke ruangannya. Kala sangat gelisah selama orang tua Genta
berada di dalam ruang dokter. Tidak lama kemudian Kala mendengar suara tangis histeris Ibu
Genta. Perasaan Kala semakin tidak karuan membayangkan apa yang disampaikan Dokter kepada
kedua orang tua Genta. Saat kedua orang tua Genta keluar dari ruang Dokter, Kala langsung berlari
menghampiri mereka.

“Om, Tante, kenapa? Apa yang dikatakan Dokter?” tanya kala kepada kedua orang tua Genta.

Ibu Genta hanya terus menangis dan tidak bisa berkata-kata. Ayah Genta juga berusaha menahan
air matanya agar tidak jatuh. Mereka terlihat sangat putus asa. Kala langsung memeluk tubuh Ibu
Genta dan menenangkannya sembari berkata, “Genta pasti bisa, Tan. Genta kan kuat.”

Setelah kedua orang tua Genta mulai sedikit tenang, Ayah Genta memberi tahu Kala tentang apa
yang disampaikan oleh Dokter. Bahwa kemungkinan terburuknya adalah Genta akan mengalami
mati batang otak karena pendarahan pada otak yang dialaminya.

3
“Menurut Dokter, Genta membutuhkan ventilator agar jantungnya tetap bisa berdetak dan oksigen
beredar melalui darahnya. Kematian pada batang otak yang Genta alami bersifat permanen. Genta
tidak akan pernah sadar kembali dan tidak dapat bernafas dengan sendirinya tanpa bantuan alat.
Dengan kata lain Genta sudah dianggap meninggal secara medis,” ucap Ayah Genta.

Kedua kaki Kala terasa sangat lemas Ketika mendengar perkataan Ayah Genta. Dia langsung
terduduk di kursi besi rumah sakit dan mulai meneteskan air mata. Kala tidak menyangka bahwa
hal ini terjadi kepada sahabatnya. Ia teringat kembali semua waktu yang mereka habiskan bersama
dari mereka masih anak-anak sampai saat terakhir sebelum Genta mengalami kecelakaan.

Setelah melalui pembahasan yang panjang bersama seluruh keluarga, dengan berat hati orang tua
Genta memutuskan untuk mencabut semua alat bantu yang dipasang pada tubuh Genta dan
membuat surat pernyataan untuk diberikan kepada Dokter. Hari itu juga tim Dokter melepas
seluruh alat bantu yang dipasang pada tubuh Genta dan Genta dinyatakan meninggal.

Kala tidak dapat berhenti menangis selama proses kepulangan jenazah Genta dari rumah sakit ke
rumah orang tua Genta. Kala terus berada di sisi jenazah Genta dan tak henti membacakan doa
untuk sahabatnya tersebut. Proses pemakaman Genta dilakukan dengan khidmat dan banyak sekali
pelayat yang mengantarkan Genta ke tempat peristirahatan terakhirnya.

“Genta, mungkin perjalananmu sudah selesai sampai di sini. Tapi aku janji akan terus berusaha
mewujudkan mimpi kita untuk kuliah di Jepang. Istirahat yang tenang ya, Ta. Terima kasih untuk
semua waktu yang pernah kita lalui bersama,” ucap Kala di pusara Genta.

Hari demi hari berlalu, Kala terus memegang janjinya kepada Genta. Ia menjadi lebih giat mencari
jalan untuk mendapatkan beasiswa. Ujian akhir sekolah pun datang dan tiba pula waktunya bagi
Kala untuk mendaftar beasiswa di beberapa Universitas ternama di Jepang.

Setelah melalui proses yang panjang selama beberapa bulan, di suatu siang Kala menerima sebuah
e-mail dari salah satu Universitas yang Ia daftar bahwa Kala diterima untuk mendapatkan beasiswa
penuh untuk Pendidikan S1 nya di jurusan Administrasi Bisnis. Hati Kala sangat senang membaca
e-mail yang Ia terima karena akhirnya Ia bisa memenuhi janjinya kepada Genta.

4
Kala mulai menyiapkan seluruh keperluannya untuk berangkat ke negeri Sakura tempat Dia akan
melanjutkan Pendidikan S1 nya. Sehari sebelum keberangkatannya, Kala menyempatkan waktu
untuk mengunjungi makam Genta.

“Ta, besok aku berangkat nih ke Jepang. Kamu pasti seneng kan mimpi kita terwujud. Aku pamit
ya, dadah Genta!” Ucap kala di atas makam Genta sambil menaburkan bunga.

Keesokan paginya Kala berangkat ke Bandara dan tiba di Jepang pada sore hari setelah 9 jam
penerbangan. Setibanya di Bandara Narita, Kala melihat seseorang membawa papan bertuliskan
namanya yang dibawa oleh pihak asrama University of Tokyo. Setelah menempuh jarak sejauh 70
km dari Bandara akhirnya Kala tiba di Asrama University of Tokyo. Ia dipandu menuju ke kantor
penerimaan siswa internasional untuk melakukan proses pendataan dan mendapatkan kunci kamar
asramanya.

Setelah proses pendataan selesai, Kala ditunjukkan jalan menuju kamar yang berisi satu tempat
tidur, meja belajar, rak buku, dan lemari pakaian yang akan menjadi tempat tinggalnya selama Ia
menuntut ilmu di Universitas tersebut. Perasaan Kala campur aduk. Ia senang sekaligus berdebar
karena Ia tidak bisa membayangkan seperti apa masa kuliahnya nanti. Kala mendatangi
Universitasnya untuk melihat-lihat dan mengambil beberapa foto untuk Dia abadikan.

Setelah 4 tahun, Kala berhasil menyelesaikan pendidikan S1 nya tepat waktu dengan hasil yang
memuaskan dan Kembali ke Indonesia. Hal pertama yang Ia lakukan adalah mengunjungi makam
Genta dengan diantar oleh kedua orang tua Kala untuk memperlihatkan sertifikat kelulusannya dan
banyak foto yang Ia ambil selama di Jepang.

“Ta, aku benar-benar berhasil nih mewujudkan mimpi kita. Terima kasih ya, kamu sudah menjadi
penyemangatku di masa-masa sulit selama aku kuliah.”

Anda mungkin juga menyukai