Anda di halaman 1dari 4

AKU TELAH KEMBALI

“Tara, ayo kita membuat Time Capsule. Supaya saat dewasa nanti kita bisa tetap saling mengingat.” Ucap seorang
gadis berkucir kuda dengan semangat. “Tentu Sela. Nanti kita membukanya setelah sepuluh tahun mendatang.”
Balas gadis berkepang dua yang menjadi lawan bicaranya.

Kedua gadis kecil itu segera berlari ke dalam rumah masing-masing. Sekedar info,mereka ini adalah tetangga.
Mereka mencari barang berharga yang akan mereka simpan di Time Capsule. Setelah menemukan berbagai benda,
kedua gadis kecil itu kembali berlari ke luar rumah. Dengan terbutu-buru mereka berlari menuju sebuah pohon
besar yang berada tak jauh dari rumah mereka. Kedua gadis itu saling menatap dengan senyum yang lebar.
Kedunya pun duduk dibawah pohon besar yang rindang dan sejuk.

“Tara, sekarang kita masukkan barang-barangnya ke dalam kotak ini.” Ucap Sela sembari menyodorkan kotak yang
juga ia bawa. “Oke. Aku akan memasukkan beberapa benda yang memiliki kenangan diantara kita.” Ucap Tara
seraya memasukkan benda ke dalamnya. “Aku juga. Barang ini begitu berharga.” balas Sela memasukkan sebuah
surat dan liontin yang menjadi tanda persahabatan mereka.

Setelah menutup kotak tersebut, kedua gadis kecil itu bersama-sama menggali lubang yang cukup dalam untuk
mengubur kotak tersebut. Saat merasa lubang sudah cukup dalam, mereka berhenti menggali. Diraihnya kotak itu
secara bersamaan dan meletakkannya ke dalam lubang yang mereka buat. Sela maupun Tara tampak bahagia saat
ini.

Selesai mengubur Time Capsule yang dibuat, kedua gadis kecil itu bersandar pada pohon besar. Mereka menikmati
senja sore hari dengan perasaan bahagia. Mereka sama-sama memandang langit yang saat itu tampak begitu indah
dengan gradasi warna jingga,biru dan merah muda nya.

“Tara, ayo kita membuat sebuah janji.” ucap Sela ditengah keheningan yang mereka nikmati. “Janji apa?” tanya
Tara seraya membenarkan posisi duduknya dan menoleh menatap Sela. “Kita harus janji bahwa kita tidak akan
saling melupakan dan akan selalu bersama hingga kapanpun.” ucap Sela sembari mengacungkan jari kelingkingnya.
Tara menatap Sela beberapa detik. Kemudian ia menautkan jari kelingkingnya pada kelingking Sela. “Janji.” ucap
Tara. Sebuah senyuman tersinggung diwajah masing-masing gadis kecil itu. Mereka telah mengucapkan sebuah
janji yang akan berlaku selamanya.

Ya,mereka hanyalah gadis kecil berumur 7 tahun. Bagi mereka mempunyai satu sama lain itu sudah cukup. Dan
keyakinan mereka kepada ikatan persahabatan mereka sangatlah kuat. Hingga mereka melupakan suatu fakta bahwa
tidak ada yang bertahan selamanya. Yang diawali akan diakhiri. Yang datang akan pergi. Yang bertemu akan
berpisah. Dan yang ada akan tiada.

Hari demi hari berlalu. Setelah mengikuti ujian, kedua gadis kecil itu kembali memasuki musim liburan. Mereka
memperoleh nilai yang sangat baik melebihi siswa lainnya. Sela dan Tara sangat menikmati liburan mereka.
Mereka dapat melakukan berbagai hal yang mereka sukai. Hingga suatu saat datang sebuah kabar yang membuat
keduanya terpisah begitu jauh.

Kabar tersebut ialah sebuah pemberitahuan bahwa orangtua Tara mendapatkan pekerjaan di luar negeri. Sehingga
sekolah Tara pun juga dipindahkan ke luar negeri. Tentunya hal itu merupakan kabar baik bagi Tara. Namun tidak
bagi Sela. Sela merasakan seperti akan ada hal buruk yang terjadi. Tentunya ia sangat sedih jika harus berpisah
dengan Tara.
Bagi Sela, Tara adalah semangat hidupnya. Tara selalu ada di saat ia membutuhkannya. Tara selalu menemaninya
disaat ia kesepian. Tara juga yang selalu menghiburnya disaat merasa sedih. Namun saat ini berbeda. Ia harus
kehilangan Tara untuk beberapa waktu. Ia harus berpisah dengan Tara dalam jarak yang sangat jauh. Jika hanya
menyeberangi beberapa kota saja Sela masih sanggup menyusulnya. Tapi jika harus menyeberangi luasnya
samudera, sapertinya Sela tidak akan sanggup. Kali ini ia hanya bisa menunggu. Menunggu dan berharap. Agar
suatu saat nanti ia bisa bertemu kembali dengan Tara. Ia akan selalu mengingat janji yang ia buat dengan Tara. Ia
akan selalu mengingat janji yang ia buat dengan Tara. Bahwa mereka tidak akan saling melupakan dan terus
bersama.

Tak terasa,tujuh tahun telah berlalu. Tepat seperti yang diucapkan Tara kepada Sela bahwa ia akan kembali hari ini.
Tentu ia merasa sangat senang. Selama ini Sela selalu menanti kehadiran Tara. Setelah ia menerima sebuah surat
yang dikirim Tara, Sela lantas berjingkrak senang. Ia pun selalu pergi untuk menunggu kehadiran Tara di pohon
besar yang menjadi tempat bermain mereka sejak dulu. Imajinasi nya pun mulai membuat skenario tentang apa saja
yang akan ia lakukan bersama Tara nanti. ‘Pokoknya kami harus menghabiskan waktu bersama sebanyak
mungkin’,batinya.

Hari demi hari pun kembali berlalu dengan cepat. Namun hingga saat ini Tara belum juga kembali. Sela masih tetap
setia menunggu kedatangannya di bawah pohon. Ia selalu bermimpi akan kehadiran Tara. Entah kapan hari itu akan
tiba. Sela tetap yakin sepenuhnya bahwa Tara pasti kembali.

Sela pun terus menunggu siang-malam di tempat itu. Ia benar-benar mengharapkan sosok Tara hadir di
hadapannya. Namun sungguh malang nasib Sela. Saat Sela kembali ke rumahnya, ia selalu merasa kecewa karena
pada hari itu belum ada hasil yang ia terima.

“Tara apakah kamu melupakan janji kita? Janji yang kita buat bersama. Apakah kamu juga melupakan janjimu?
Kamu bilang bahwa kamu akan kembali. Namun sampai saat ini kamu belum juga kembali.” ucap Sela pada
hembusan angin yang menerpa saat ia kembali menunggu di hari berikutnya. Tak terdengar sebuah jawaban.
Bahkan orang yang sangat is ingin temui belum juga kembali hingga saat ini.

‘Tara, aku merindukanmu.” lirih Sela. Siapa sangka bahwa kalimat itu merupakan kalimat terakhir dari Sela. Di
hari-hari berikutnya, Sela tetap menunggu kehadiran Tara tanpa memperhatikan kesehatannya sendiri. Ia bahkan
selalu menunggu tanpa teringat makan ataupun minum. Lebih dari itu, Sela bahkan menunggu semalaman di pohon
besar itu. Ia sama sekali tak tertidur hingga pagi datang. Ia takut bahwa Tara akan tiba saat dirinya tertidur. Yang
Sela lakukan hanya duduk bersandar sembari menekuk lutut. Setiap harinya ia berharap agar sosok Tara mucul
dihadapannya sebelum ia menghilang untuk selamanya.

Seorang ibu yang selalu memperhatikan Sela bahkan merasa begitu iba. Namun ibu itu tidak bisa melakukan apa-
apa karena Sela terus diam saat ia menawarkan bantuan. Alhasil ibu itu hanya bisa memandang Sela dikejauhan
yang keadaannya semakin memburuk setiap harinya. Hingga suatu hari, Sela dinyatakan telah pergi untuk
selamanya karena sakit bahkan sebelum harapannya terwujud.

Tiga tahun kemudian berlalu sejak terakhir kali Tara mengirim surat kepada Sela. Saat ini Tara tengah berada di
bandara yang akan membawanya kembali ke kampung halaman. Ya, hari ini Tara akan kembali. Setelah sekian
lama akhirnya Tara kembali juga. Meskipun ia tidak mengetahui hal yang menimpa sahabatnya.

Setelah melakukan penerbangan beberapa jam, Tara akhirnya sampai di kota kelahirannya. Ia pun segera bergegas
mencari kendaraan umum yang lewat di sekitar bandara.
Tidak memakan waktu lama, Tara telah sampai di area rumahnya. Tara segera berlari menuju pohon besar dengan
senyum yang mengembang. Sesampainya disana ia tidak menemukan siapapun. Sebelumnya Tara mengira Sela
akan menunggunya disana. Saat mengedarkan pandangan, Tara melihat ada sebuah balon yang duiikatkan di dahan
pohon. Tara menatap balon itu sekilas.

“Hei Sela, dimana kamu? Aku sudah kembali! Jika kamu berada di dalam rumah cepatlah kemari!” teriak Tara.
Saat ini ia begitu senang karena pada akhirnya ia bisa kembali lagi seperti yang ia katakan kepada Sela. Seorang ibu
yang dulu sering menemani Sela di kejauhan pun keluar dari rumahnya saat ia mendengar sebuah teriakan dari
seorang gadis remaja. Ibu itu melihat sosok Tara yang berdiri membelakanginya. Langsung saja ibu itu mendekati
Tara.

“Ada apa nak?” tanya ibu itu. Tara yang terkejut pun segera membalikkan badannya. “Oh, tidak. Saya hanya
sedang mencari sahabat saya.” Jawab Tara. “Oh, nama kamu siapa, nak?” tanya ibu itu lagi. “Nama saya Tara.”
balasnya. “Tara? Tara...Tara... Sepertinya saya sudah pernah mendengarnya.” ucap ibu itu lirih. Setelah berpikir
dan berusaha untuk mengingat sejenak, akhirnya ibu itu mengingatnya. Ia pernah menemukan sebuah surat yang
dibuang Sela. Saat dibukanya, kertas tersebut bertuliskan nama Tara. “Oh, kamu Tara yang itu?!” ucap ibu itu
dengan tatapan tak percaya. “Maksud ibu?” tanya Tara bingung. “Sejak dulu ada seorang gadis yang selalu
menunggu disini. Gadis itu sebaya denganmu, nak. Ia selalu duduk disini setiap harinya. Jadi saya pikir ia sedang
menunggu seseorang. Apakah orang itu kamu, nak?” jelas sang ibu. “Sela? Ya, saya adalah orang itu. Apakah ibu
tahu keberadaannya sekarang?” tanya Tara balik.

Ibu itu hanya menghembuskan nafas dengan perasaan iba. Dan entah kenapa tapi tiba-tiba perasaan Tara menjadi
tidak enak. Dan firasatnya ternyata benar. Ibu itu berkata, “Temanmu sudah lama menunggu kahadirnmu, nak. Saat
ini ia berada di sana.” Ucap ibu itu sembari menunjuk kearah langit. “Langit? Apa maksud ibu?” tanya Tara yang
semakin tidak mengerti arah pembicaraan. “Temanmu sudah tiada, nak. Ia sudah berpulang sekitar 3 tahun yang
lalu.” ucap ibu itu. Tara sontak terkejut. Ia tak percaya dengan apa yang didengarnya. Kedua kakinya lemas
seketika. Tara pun jatuh terduduk di tanah ynag basah dan dingin. Tanpa aba-aba tangisnya pun sontak pecah
seketika. Tara merasa sangat menyesal dalam hatinya.

Andai saja. Andai saja saat itu ia belajar lebih giat lagi. Maka ia tak harus menetap di sana lebih lama lagi. Andai
saja saat itu ia tidak lupa untuk memberi kabar kepada Sela. Andai saja saat itu ia nekat untuk menemui Sela meski
sebentar saja. Andai saja ia tak harus meninggalkan Sela sendirian. Andai saja... Andai saja... Kedua kata itu
sekarang memenuhi benak Tara. Namun nyatanya ia hanya bisa menyesal dan belajar menerima semua kenyataan
yang terlalu mendadak baginya ini.

Tiba-tiba terbesit ingatan akan Time Capsule kembali muncul dalam benaknya. Tara pun bangkit dan berlari ke
rumah lamanya. Ia mengambil sekop untuk menggali tanah dan belari kembali menuju pohon besar. Saat ini tepat
10 tahun sejak mereka menguburnya di dalam tanah. Segeralah Tara menggali tanah tepat dimana ia dan Sela
menguburkannya.

Saat sebuah kotak sudah terlihat, Tara segera menariknya keluar. Kotak itu sudah tampak usang. Setelah 10 tahun
akhirnya Tara kembali membuka kotak itu. Namun saat ini ia membukanya sendirian. Tara kembali mengingat
kenangan masa kecilnya bersama Sela. Saat Tara menemukan surat yang dimasukkan Sela, ia pun segera
mengambil dan membuka surat itu.
Dear Tara,

Awalnya aku tidak tahu ingin menyimpan apa di dalam Time Capsule. Akhirnya aku pun memutuskan untuk
menyimpan surat ini. Tara, aku sangat bersyukur kamu hadir dalam hidupku. Kamu rela melakukan apapun
untukku. Tara, kamu bagai pengganti orangtuaku setelah mereka tiada. Aku tidak tahu apakah sepuluh tahun lagi
kita masih bisa bertemu. Lewat surat ini aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu. Selama ini kamu sudah
mau menerimaku sebagai sahabat.Jika suatu saat nanti kita tidak bisa bertemu lagi, ingatlah surat ini. Aku akan
selalu bersamamu.

Tara kembali merasakan sakit yang begitu dalam dihatinya. Ia bahkna tidak bisa betremu Sela sebelum sahabatnya
itu pergi meninggalkannya. Tara segera kembali dan melangkah mendekati pohon besar. Seolah menemukan
petunjuk, Tara meraba bagian akar yang keluar dari tanah. Ia pun kembali menemukan sesuatu yang terselip di
dalamnya. Lagi-lagi sebuah surat. Segera dibukanya surat tersebut.

Dear Tara,

Kapan kamu kembali? Aku sudah menunggumu sejak lama. Terakhir kali kamu mengirimkan surat untukku kamu
berkata bahwa kamu akan kembali saat itu juga. Tapi selama ini aku sudah menunggumu dan kamu bahkan tidak
kembali. Tara, apakah kamu melupakanku? Apakah kamu lupa dengan janji yang kiat buat? Tara, aku mengingat
selalu janji itu. Kenapa kamu belum kembali juga? Tara, aku akan selalu menunggumu hingga kamu kembali.
Walaupun itu membutuhkan waktu yang lama. Karena aku sangat merindukanmu. You’re is my life.

Air mata kembali membasahi pipi Tara. Ia tak sanggup menahan pedih yang ia rasakan. Bahkan ia tak menyangka
jika Sela selalu menunggunya setiap hari. Ia pikir Sela akan melupakan kedatangannya. Namun dugaan Tara salah.
Sela justru terus menunggunya setiap hari.

“Sela, maafkan aku. Aku tidak tahu jika kamu sedang menugguku. Seharusnya aku belajar lebih giat dan
mendapatkan nilai yang bagus agar aku bisa menemuimu tepat saat aku memberimu kabar. Tapi ternyata yang
terjadi di luar dugaanku. Aku mendapat nilai rendah dan aku harus tinggal di sana 3 tahun lagi. Aku bahkan lupa
memberimu kabar. Sela, kumohon maafkan aku. Aku tidak bisa menjadi sahabat yang baik untukmu. Aku tidak
melupakan janji kita. Aku selalu mengingatnya. Aku juga merindukanmu. Andai aku bisa menemuimu lebih cepat,
mungkin saat ini kita masih bisa bersama. Sela, maafkan aku.” ucap Tara dengan isakan yang kian keras.

Ia tidak mempercayai ini. Sahabat terbaiknya kini telah pergi. Meninggalkan rasa penyesalan dan kerinduan yang
teramat dalam bagi Tara. Tara mengetahui bahwa Sela pasti mendengarnya. Mendengar permintaan maafnya. Ia
yakin bahwa Sela masih berada di sekitarnya.

“Sela..... Aku telah kembali.”

Anda mungkin juga menyukai