BIOGRAFI TOKOH
PAHLAWAN NASIONAL
KI HAJAR DEWANTARA
OLEH :
1.FADIL ABDUL HADI
2.FATIMAH AZ ZAHRA
3.FAUZIYAH RIFADIA
4.HELENA PUSPITASARI
5.MUHAMMAD FAIZ
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga kami
dapat menyelesaikan Makalah Biografi Ki Hajar Dewantara ini tepat pada waktunya.
Penulis sendiri menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dan
penyempurnaan ini.
Makalah Biografi Ki Hajar Dewantara ini disesuaikan dengan berdasarkan materi-materi yang ada. Tujuan utama
pembuatan makalah ini adalah agar dapat menambah pengetahuan dan kreativitas dalam mempelajari sejarah dan biografi
pahlawan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia,dalam hal ini yatu Ki Hajar Dewantara. Serta dapat memahami nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………............................................................................................................v
DAFTAR ISI……......………………………………………............................................................................vi
BAB 1
PENDAHULUAN
A) Latar Belakang……………………………………................................................................................1
B) Rumusan masalah………………………………………........................................................................1
C) Tujuan...........................................................................................................................................2
BAB II
ISI
BAB III
PENUTUP
A) Kesimpulan…………………............………………………………..................................................
B) Saran dan Komentar………………............………………………………………............................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………......................................................................
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak zaman perjuangan kemerdekaan dahulu, para pejuang serta perintis kemerdekaan telah menyadari bahwa
pendidikan merupakan faktor yang sangat vital dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta
membebaskannya dari belenggu penjajahan. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa disamping melalui organisasi
politik, perjuangan ke arah kemerdekaan perlu dilakukan melalui jalur pendidikan.
Mengingat bahwa sistem pendidikan pemerintah kolonial pada masa itu tidak demokratis karena bersifat elit,
diskriminatif dan diorientasikan pada kepentingan pemerintah penjajahan, maka sistem pendidikan rakyat yang sudah ada
perlu dibina dan dikembangkan untuk menjangkau kepentingan rakyat secara lebih luas. Disamping mengembangkan
lembaga-lembaga pendidikan rakyat tradisional yang pada umumnya berorientasi keagamaan, maka pada masa itu muncul
seorang tokoh muda Raden Mas Soewardi Soeryaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Ia bersama
rekan-rekannya mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah itu ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa
(Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan
kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya
merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan
memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian
dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke
pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah
dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan adalah pilar utama dalam pembangunan kesadaran manusia di Indonesia
akan hak-haknya sebagai manusia. Dari sanalah kesadaran mereka sebagai sebuah bangsa terbentuk, bahwa bangsa yang
bermartabat adalah bangsa yang memiliki kebebasan dan dapat menegaskan eksistensi kemanusiaannya secara utuh dan
penuh. Dalam perspektif itu, pendidikan adalah juga aktivitas pembentukan kesadaran akan pentingnya menjadi pribadi
yang humanis dan bertanggung jawab terhadap eksistensi kemanusiaan sesama manusia. Maka segala bentuk tindakan
dehumanisasi bertentangan dengan asas-asas dan tujuan pendidikan sejati. Sekolah Taman Siswa, pada masa itu berarti ia
mengesampingkan pendekatan politik akan tetapi, ternyata ia dapat mewujudkan keinginan bangsanya, karena usaha
untuk mendidik angkatan muda dalam jiwa kebangsaan Indonesia merupakan bagian penting dari pergerakan Indonesia
dan dianggap merupakan dasar perjuangan meninggikan derajat rakyat.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan masalah yang harus dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2018: 206). Rumusan masalah pada hakikatnya adalah deskriptif tentang ruang
lingkup masalah, pembatasan dimensi, dan variabel yang
tercakup di dalamnya. Dengan demikian rumusan masalah tersebut sekaligus menunjukan fokus pengamatan di dalam
proses penelitian nantinya. Rumusan masalah yang akan dibahas sebagai
berikut:
1
1. Bagaimana riwayat hidup Ki Hajar Dewantara?
2. Bagaimana perjalanan karir dan pendidikan Ki Hajar Dewantara?
3. Apa yang melatarbelakangi Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij?
4. Apa yang mendorong Ki Hajar Dewantara membentuk Taman Siswa tahun 1922 ?
5. Bagaimana peran Taman Siswa dalam memajukan pendidikan di Indonesia tahun 1922 ?
6. Bagaimana pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan?
7. Apa saja konsep trilogi Ki Hajar Dewantara?
8. Bagaimana pesan tersirat yang disampaikan Ki Hajar Dewantara melalui konsep trilogi tersebut?
9. Apa saja karya-karya Ki Hajar Dewantara?
10. Apa nilai-nilai yang dapat diambil dari kisah Ki Hajar Dewantara?
Tujuan Makalah
Tujuan yaitu sebagai suatu hal yang ditunjukan untuk mendapatkan suatu hasil yang diinginkan. Pada pembuatan
makalah ini tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Untuk mengenal riwayat hidup Ki Hajar Dewantara.
2. Untuk mengetahui karir dan pendidikan Ki Hajar Dewantara.
3. Untuk mengetahui latar belakang Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij.
4. Untuk mengetahui apa yang mendorong Ki Hajar Dewantara membentuk Taman Siswa tahun 1922.
5. Untuk mengetahui peran Taman Siswa dalam memajukan pendidikan di Indonesia tahun 1922.
6. Untuk mengetahui pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan.
7. Untuk mengetahui konsep trilogi Ki Hajar Dewantara.
8. Untuk memahami pesan tersirat yang disampaikan Ki Hajar Dewantara melalui konsep trilogi.
9. Untuk mengetahui karya-karya Ki Hajar Dewantara.
10. Untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai dari kisah Ki Hajar Dewantara.
Secara garis besar,tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk menemukan solusi dan
penyelesaian dari masalah yang telah dirumuskan tadi. Diharapkan dengan adanya makalah ini maka semua tujuan
tersebut akan tercapai.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ki Hajar Dewantara
Menteri Pengajaran Indonesia ke-1
Masa jabatan
2 September 1945 – 14 November 1945
Presiden Soekarno
Pendahulu Tidak ada, jabatan baru
Pengganti Todung Sutan Gunung Mulia
Informasi pribadi
2 Mei 1889
Lahir
Pakualaman, Hindia Belanda
26 April 1959 (umur 69)
Meninggal
Yogyakarta, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Partai politik Insulinde, Boedi Oetomo
Suami/istri Nyi Hajar Dewantara
Tempat
Pakualaman, Surakarta, Jawa Tengah
tinggal
Almamater Europeesche Lagere School, STOVIA (tidak sampai lulus karena sakit)
Pekerjaan Aktivis, Politisi, Kolumnis, Wartawan
Dikenal Bapak Pendidikan Nasional, Pahlawan Revolusi Kemerdekaan, Menteri Pengajaran Indonesia,
Aktivis Pergerakan Kemerdekaan Indonesia, Pendiri Taman Siswa, Pelopor Pendidikan bagi
karena
Kaum Bumiputra.
Tanda tangan
3
Masa Kecil dan Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman. Kala itu, nama lahirnya adalah Raden Mas
Soewardi Soerjaningrat. Nama kecil beliau adalah Sowardi. Lahir di dalam sebuah keluarga Keraton Yogyakarta. Beliau
adalah anak dari Gusti Pangeran Harya Soerjaningrat dan cucu dari Pakualam III. Beliau mengganti namanya menjadi ‘Ki
Hajar Dewantara’ dan melepas gelar bangsawan yang dimilikinya pada tahun 1922. Dengan status keluarganya tersebut,
beliau mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Belanda, Europeesche Lagere School (ELS).
Lalu melanjutkan pendidikan ke sekolah dokter Bumiputera, STOVIA, namun tidak menamatkan pendidikan tersebut
karena jatuh sakit.
Sebagai figur dari keluarga bangsawan Pakualaman, Soewardi Soerjaningrat memiliki kepribadian yang sederhana dan
sangat dekat dengan rakyat (kawula). Jiwanya menyatu melalui Pendidikan dan budaya lokal (Jawa) guna mencapai
kesetaraan sosial-politik dalam masyarakat kolonial. Kekuatan-kekuatan inilah yang menjadi dasar Soewardi
Soerjaningrat dalam memperjuangkan kesatuan dan persamaan lewat nasionalisme kultural sampai dengan nasionalisme
politik.
Profesi yang digeluti oleh Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) adalah dunia jurnalisme yang berkiprah di
beberapa surat kabar dan majalah pada waktu itu: Sediotomo, de Express, Oetoesan Hindia, Midden Java, Tjahaja Timoer,
Kaoem Moeda, dan Poesara yang melontarkan kritik sosial-politik kaum bumiputera kepada penjajah. Tulisannya
komunikatif, mengena, dan tegas. Pada waktu itu, Ki Hajar Dewantara termasuk penulis terkenal. Tulisannya yang tajam
dan patriotik membuatnya mampu membangkitkan semangat anti kolonial bagi pembacanya.
Selain sebagai wartawan, ia juga aktif di berbagai organisasi sosial dan politik. Ketika tahun 1908, Ki Hajar Dewantara
aktif di seksi propaganda organisasi Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan memebangkitkan kesadaran masyarakat
Indonesia tentang pentingnya kesatuan dan persatuan dalam berbangsa dan bernegara. Jiwanya sebagai pendidik tertanam
dan direalisasikan dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1992 dengan tujuan mendidik masyarakat
bumiputera.
4
Mendirikan Indische Partij
Bersama dengan Danudirdja Setyabudhi atau yang dikenal dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo, Ki
Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme di Indonesia) pada 25
Desember 1912 dengan tujuan untuk kemerdekaan Indonesia, kemudian ditolak oleh Belanda karena dianggap dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme rakyat. Setelah pendaftaran status badan hukum Indische Partij ditolak, Ki Hajar
Dewantara ikut membentuk Komite Boemipoetra pada November 1913. Komite ini sekaligus sebagai komite tandingan
dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa.
Komite Boemipoetra melancarkan kritik kepada pemerintah kolonial Belanda yang bermaksud merayakan seratus
tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai
pesta perayaan tersebut. Berhubungan dengan rencana perayaan tersebut, Ki Hajar Dewantara mengkritik melalui
tulisannya yang berjudul Een voor Allen maar Ook Allen voor Een yang artinya (Satu untuk semua, tetapi semua untuk
satu juga) dan Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Akibat dari tulisan “Seandainya Aku
Seorang Belanda”, pemerintah kolonial Belanda menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukum interning
(hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk ia
bertempat tinggal. Ki Hajar Dewantara akhirnya dihukum buang di Pulang Bangka.
Setelah kembali dari pengasingan di Belanda bersama dengan teman-temannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan
sebuah perguruan yang bercorak nasional, National Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa)
pada 3 Juli 1922, lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi kelas bawah untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Perguruan ini mengubah metode pengajaran kolonial yaitu dari sistem pendidikan “perintah dan sanksi” kependidikan
pamong yang sangat menekankan pendidikan mengenai pentingnya rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka
mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
5
Dalam membangun Taman Siswa, banyak rintangan yang dihadapi Ki Hajar Dewantara. Pemerintah kolonial Belanda
berusaha membatasi dengan mengeluarkan ordonansi sekolah liar pada 1 Oktober 1932. Di Indonesia, Ki Hajar
Dewantara mencurahkan perhatian di bidang Pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Perguruan Taman Siswa sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai
tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Di tengah keseriusannya di bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara tetap rajin berkarya dengan menulis. Tema
tulisannya kemudian beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-
tulisannya itulah Ki Hajar Dewantara berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi negeri Indonesia. Namun
kolonial Belanda juga mengadakan usaha bagaimana cara melemahkan perjuangan gerakan politik yang dipelopori oleh
Taman Siswa. Tindakan kolonial Belanda tersebut adalah “Onderwijs Ordonantie (OO) 1932” (Ordonansi Sekolah Liar)
yang dicanangkan oleh Gubernur Jenderal pada 17 September 1932. Dan pada 15-16 Oktober 1932 MLPTS mengadakan
sidang istimewa di Tosari Jawa Timur untuk merundingkan ordinasi tersebut.
Media massa Indonesia hampir semuanya menentang ordonansi tersebut. Di antaranya: Harian Suara Surabaya, Harian
Perwata Deli, dan berbagai organisasi politik (Pengurus Besar Muhammadiyah, Perserikatan Ulama, PSII, PBI,
Perserikatan Himpunan Istri Indonesia dan sebagainya). Dengan adanya aksi tersebut maka Gubernur Jenderal pada 13
februari 1933 mengeluarkan ordinasi baru yaitu membatalkan “OO 1932” dan berlaku mulai 21 Februari 1933.
Perjuangannya di bidang pendidikan dan politik inilah membuat pemerintah Indonesia menghormatinya dengan berbagai
jabatan dalam pemerintahan Republik Indonesia. Di antaranya adalah mengangkat Ki Hajar Dewantara sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (1950), mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gajah Mada (1959) serta
diangkat sebagai pahlawan nasional pada tahun 1959. Sebagai menteri pendidikan pertama di Indonesia, beliau telah
melakukan berbagai pergerakan nasional yang membantu mengantar Indonesia mencapai kemerdekaan.
Perjuangan Ki Hajar Dewantara belum selesai untuk mendidik penerus bangsa, namun ia sudah wafat terlebih dahulu
pada 26 April 1959 dan dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Brata, Yogyakarta. Upacara
pemakamannya dipimpin oleh Soeharto yang bertindak sebagai inspektur upacara.Kini, meskipun Ki Hajar Dewantara
telah wafat puluhan tahun silam, namun generasi muda wajib banget meneruskan semangat perjuangannya. Tanggal
kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut
wuri handayani yang menjadi slogan Kementerian Pendidikan. Untuk mengingat jasa-jasa Ki Hajar Dewantara,
didirikanlah Museum Dewantara Kirti Griya di Yogyakarta.
6
Konsep Trilogi Ki Hajar Dewantara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), trilogi berarti tiga hal yang saling bertaut atau bergantung. Konsep
trilogi Ki Hajar Dewantara yang digunakan sebagai pijakan yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa,
Tut Wuri Handayani.
Ki Hajar Dewantara, Buku Bagian Keempat: tentang Riwayat dan Perjuangan Hidup Penulis
Pada buku bagian keempat ini, Ki Hajar Dewantara banyak melukiskan kisah kehidupan dan perjuangan hidup perintis.
8