Anda di halaman 1dari 6

HIFI GIRI UTAMI

NIM : W100210031

KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS


PADA PT AGUNG PODOMORO LAND TBK (APLN)

HIFI GIRI UTAMI


NIM : W100210031
HIFI GIRI UTAMI
NIM : W100210031

A. PENDAHULUAN
Kronologis Kasus PT AGUNG PODOMORO LAND Tbk (APLN)
APLN adalah Perusahaan yang bergerak di bidang bisnis real estate, termasuk akuisisi
lahan, pengembangan, penjualan tanah, baik lahan untuk perumahan atau lahan untuk
industry, penjualan tanah beserta bangunannya.
Bisnis pengelolaan apartemen PT Agung Podomoro Group menggurita di DKI Jakarta.
Salah satu gergasi properti terbesar di Indonesia ini memiliki sedikitnya 43 apartemen
dari total hunian vertikal di Jakarta yang berjumlah sekitar 234 apartemen.
Perusahaan yang didirikan oleh almarhum Anton Haliman pada 1969 ini memulai
ekspansinya sejak 1992. Mereka membangun hunian vertikal Executive Menteng yang
menjulang setinggi 15 lantai. Pada 2002-2003, perusahaan membangun enam apartemen,
termasuk Gading Mediterania Residences, Permata Mediterania Residences, Mediterania
Palace Residences, dan The Pakubuwono Residences.
Agung Podomoro Group beranak-pinak. Mereka membidani anak perusahaan, PT Prima
Buana Internusa (PBI) atau dikenal Inner City Management, yang bergerak dalam bisnis
pengelolaan manajemen properti.
Untuk kasus ini lebih mengarah ke PT Prima Buana Internusa (PBI)

Melalui manajemen satu atap di bawah Inner City, Agung Podomoro menggerakkan
Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah Susun (P3SRS).
Agung Podomoro Land juga berwenang menunjuk langsung berbagai perusahaan untuk
membantu apartemen yang dibangunnya. Misalnya untuk perusahaan jasa layanan TV
kabel dan broadband internet, termasuk instalasi, pemeliharaan jaringan tv, internet dan
penyediaan konten TV. Perjanjian kerja sama akan berlaku minimal selama lima tahun.
Pola semacam itu diterapkan setidaknya untuk 13 apartemen di bawah Agung Podomoro
Group. Keuntungannya, anak usaha Agung Podomoro menerima bagi hasil (revenue
sharing) sebesar 10 persen dari pendapatan pelanggan internet, setelah melalui tahun
ketiga kerja sama.

Melalui anak perusahaannya, Agung Podomoro bisa mengerubungi berbagai lini bisnis
dalam satu apartemen. Misalnya, petugas keamanan, petugas kebersihan, perawatan
gedung, konsultan manajemen properti, tempat parkir, layanan TV kabel hingga internet.

Charli Novitriyanto, ketua pengurus Perhimpunan Pemilik dan Penghuni Satuan Rumah
Susun (P3SRS) tandingan atau versi penghuni di Lavande Residences, menjelaskan
bagaimana kuatnya dugaan pola PT Agung Podomoro Land mendulang kekayaan dari
penarikan iuran. Apartemen Lavande pernah didatangi Gubernur Anies Baswedan buat
menyimak curhatan para penghuninya.

Pengelolaan Uang Tidak Transparan


HIFI GIRI UTAMI
NIM : W100210031

Ketua Umum Asosiasi Penghuni Rumah Susun Seluruh Indonesia (Aperssi) Ibnu Tadji
mengatakan, ada perputaran uang yang besar di tiap apartemen di Jakarta. Pada 2010,
Aperssi menghitung, dari 200 apartemen di Jakarta, ada Rp5 triliun yang terus bertambah.
Sedangkan dari data paling mutakhir, Aperssi mengklaim ada Rp10 triliun per tahun yang
ditambang dari warga apartemen.

Penghitungan itu, kata Ibnu, baru sebatas Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL). Ia belum
termasuk parkir, sewa BTS, kolam renang dan ruang rapat bersama.

Untuk apartemen kelas menengah, menurut taksiran Aperssi, rerata biaya IPL sebesar
Rp12 hingga 15 ribu per meter persegi. Sedangkan untuk kelas menengah-atas sebesar
Rp18 hingga Rp30 ribu per meter persegi.

Permasalahannya, selain biaya iuran ditetapkan secara sepihak dan memberatkan


penghuni, pengelolaan uangnya pun tidak transparan. Padahal, kata Ibnu, jika uang itu
dikelola serius, bisa mengurangi tagihan IPL kepada penghuni apartemen.

Penghitungan itu, kata Ibnu, baru sebatas Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL). Ia belum
termasuk parkir, sewa BTS, kolam renang dan ruang rapat bersama.

Untuk apartemen kelas menengah, menurut taksiran Aperssi, rerata biaya IPL sebesar
Rp12 hingga 15 ribu per meter persegi. Sedangkan untuk kelas menengah-atas sebesar
Rp18 hingga Rp30 ribu per meter persegi.

Permasalahannya, selain biaya iuran ditetapkan secara sepihak dan memberatkan


penghuni, pengelolaan uangnya pun tidak transparan. Padahal, kata Ibnu, jika uang itu
dikelola serius, bisa mengurangi tagihan IPL kepada penghuni apartemen.
HIFI GIRI UTAMI
NIM : W100210031

B. ANALISIS ETIKA BISNIS

Apabila dilihat dari sudut pandang etika bisnis, jelas sekali apa yang dilakukan oleh
pengembang, di kasus ini Agung Podomoro, merupakan praktek yang tradisional dan
bersistem pemerasan ela penjajah kolonial. Pengembang apartemen menjadi kuasa
tertinggi di atas penghuni apartemen. Mengisap dan mengelola dana tanpa transparansi.

Perbandingan dengan Teori Etika bisnis


TEORI :
Keadilan dan kewajaran _memeriksa saldo
Keadailan procedural yang berfokus pada bagaimana keadilan di berikan.
Aspek utama dari system hokum yang adil adalah bahwa prosedurnya adil dan transparan.
Dalam hal ini PT Agung podomoro grup melalui anak usahanya yaitu PT Buana Internusa
tidak memberikan laporan keuangan Transparan kepada warga apartemen.

1. Warga apartemen sudah sering meminta transparansi dan hasil audit keuangan.
Namun, mereka kerap ditolak dan diminta melalui prosedur yang rumit. Pemilihan
pengurus Perhimpunan versi pengembang penuh intrik. Misalnya, tahun lalu,
hanya ada 4 dari 80 peserta rapat yang menggunakan hak pilihnya, tanpa
diwakilkan orang lain yang bukan kerabat. Selain itu, pemilihan berdasarkan Nilai
Perbandingan Proporsional. Artinya, pengembang mempunyai hak suara lebih
besar dari para penghuni apartemen. Terlebih hingga kini para penghuni
apartemen tak tahu pasti berapa total jumlah penghuni Lavande yang memiliki hak
suara. Waktu rapat pemilihan pengurus Perhimpunan versi pengembang, banyak
larangan bagi para peserta. Misalnya, tidak boleh membawa rekaman suara dan
video. Di pintu masuk, mereka diperiksa dengan metal detector dan tubuhnya
diraba.
2. Keadilan Distributif
Dalam keadilan distribusi ada 3 kriteria untuk menentukan distribusi yang adil,
kebutuhan , kesetaraan aritmatika, dan Prestasi.
Kesetaraan aritmatika, dalam hal ini menjamin distribusi aliran listrik, aliran air,
dan kartu akses. Tidak merata karena ada beberapa yang di putus karena penghuni
apartemen yang protes.
HIFI GIRI UTAMI
NIM : W100210031

Dalam hal ini PT Agung podomoro telah melanggar etika sebuah perusahaan
dengan memberikan beda perlakuan pembagian fasilitas listrik dan air.

Kasus PT Agung podomoro :


Setiap ada penghuni apartemen yang protes karena Perhimpunan bentukan
pengembang tak transparan, mereka diintimidasi. Caranya dengan pemadaman arus
listrik, air, dan kartu akses. Tahun 2012 sudah ada surat edaran gubernur kalau terkait
masalah IPL tidak mematikan air dan listrik. Bulan Agustus [2016], mereka [P3SRS
pengembang] sempat mematikan sekitar 20 unit. Pimpinan Persatuan Penghuni
mengaku telah memiliki surat-surat seperti SHM Satuan Rusun hingga Akta Jual beli.
Artinya, PT Agung Podomoro Land harus melepaskan diri. Apartemen Lavande
menjadi murni milik penghuni dan pemilik unit apartemen.

Kesimpulan :
Pemerintah Provinsi DKI harus menerapkan sanksi tegas bagi pengembang yang berbuat
merugikan penghuni nya, karena sebagai regulator, pemerintah DKI memiliki hak dan
kewajiban untuk membuat peraturan yang pro pada masyarakat, sehingga tidak selalu
dirugikan oleh konglomerasi. Pengelolaan oleh Perhimpunan juga harus diaudit oleh
akuntan publik independen dan harus dilaporkan secara profesional.

PERILAKU ETIS yang dapat di terapkan pada Perusahaan PT Agung Podomoro TBK
Adalah :
1. Memberikan laporan keuangan yang Transparan kepada penghuni apartemen.
2. Memberikan keadilan fasilitas baik aliran listrik dan air kepada semua penghuni
apartemen tanpa kecuali.

Dengan adanya Etika Bsinis yang di terapkan pada PT Agung Podomoro di masa depan
dapat memberikan imbas yang positif pada perusahaan.
Perusahaan akan lebih dipercaya pelanggan dan memiliki citra yang baik di amta
masyarakat, sehingga dapat memberikan kenaikan keuntungan di masa mendatang.
HIFI GIRI UTAMI
NIM : W100210031

Anda mungkin juga menyukai