Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Disusun untuk :

Disusun oleh : Megapratiwi Silvia Annisa Rahma Ulfah Afifah B Fauzia Nur P Vina Farah Adiba : 120110110117 : 120110110140 : 120110110142 : 120110110143 : 120110110147

FAKULATAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014


1|P a g e

PROFIL PERUSAHAAN PT Summarecon Agung Tbk.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) didirikan pada tahun 1975 oleh Bapak Soetjipto Nagaria dan rekan-rekannya untuk membangun dan mengembangkan real estate. Perusahaan memulai proyeknya dengan membangun 10 hektar lahan di kawasan rawarawa kelapa gading. Seiring dengan berjalannya waktu, PT Summarecon Agung Tbk berhasil menjadi salah satu perusahaan pengembang property terkemuka di Indonesia, khususnya dalam pengembangan kota terpadu atau township. PT Summarecon Agung,Tbk didirikan berdasarkan akta Notaris No.308, tanggal 26 November 1975 dan disahkan oleh Ridwan Suselo, SH di Jakarta. Unit bisnis PT Summarecon Agung Tbk saat ini di kelompokkan berdasarkan tiga aktivitas yang berbeda, yaitu: a. Pengembangan properti, PT Summarecon Agung Tbk membangun proyekproyek properti untuk dijual seperti rumah, kavling perumahan, apartemen dan ruko komersial. Proyek-proyek tersebut lengkap dengan berbagai fasilitas pendidikan, olahraga, sarana ibadah dan fasilitas kesehatan sehingga menjadi sebuah kawasan pemukiman dan komersial yang lengkap dengan fasilitasnya. PT Summarecon Agung Tbk memiliki 3 proyek kota terpadu yaitu kawasan Summarecon Kelapa Gading, Summarecon Serpong dan Summarecon Bekasi 45 b. Investasi dan Manajemen Properti, PT Summarecon Agung Tbk membangun proyek-proyek untuk dikelola dan disewakan, khususnya pusat perbelanjaan. Adanya pendapatan sewa dari pusat-pusat perbelanjaan dan property lainnya memberikan pendapatan yang stabil bagi PT Summarecon Agung Tbk. Hingga saat ini, PT Summarecon Agung Tbk memiliki 300.000 m2 pusat perbelanjaan di Sentra Kelapa Gading dan Sentra Gading Serpong. c. Rekreasi dan Hospitality, PT Summarecon Agung Tbk membangun unit bisnis rekreasi dan hospitality yang bersifat sebagai fasilitas pelengkap yang penting bagi kota terpadu.

2|P a g e

Produk-produk lain yang dikembangkan PT Summarecon Agung Tbk antara lain: Mal seperti Mal kelapa gading, Summarecon mall serpong, Kavling (tanah yang dijual dan disewakan), Gading food city, Gading raya golf course and clubhouse, Apartemen seperti Apartemen Summerville, Perumahan, Sentra kelapa gading serpong, Gading Raya Sports Club, Rumah sakit RSIA-Catolus di Summarecon Serpong, Hotel Harris kelapa gading, Plaza Summarecon, dll

Anak perusahaan PT Summarecon Agung Tbk antara lain: 1. PT Bahagia Makmur Sejati, 2. PT Summarecon Property Development, 3. PT Gading Orchard, 4. PT Citra Damai Agung, 5. PT Orient City, 6. PT Serpong Citra kreasi, 7. PT Jaya Bangun ABadi, 8. PT Bhakti Karya Vita, 9. PT Mahkota Berlian Indah, 10. PT Bumi Perintis Asri, 11. Dll

3|P a g e

Struktur Organisasi PT Summarecon Agung Tbk.

Sumber : www.summarecon.com

4|P a g e

ANALISIS FIVE FORCE PORTER PT Summarecon Agung Tbk.

1. Rivalry Among Existing Firms Perusahaan yang bergerak dibidang properti cukup banyak, dimana perusahaan properti yang tergabung dalam APERSI (Asosiasi Perumahan & Permukiman Seluruh Indonesia) sampai dengan 22 Desember 2013 berjumlah 1681 anggota, dan perusahaan propertiyang tergabung dalam REI ( Real Estate Indonesia ) sampai dengan tahun 2013 kurang lebih berjumlah 2000 anggota. Perusahaan Properti dan Real Estate yang tergabung dalam Bursa Efek Indonesia adalah berjumlah 44 Perusahaan Kami mengambil sampel untuk perusahaan pembanding dari PT Summarecon Agung Tbk diantaranya adalah PT Alam Sutera Realty Tbk dan PT Ciputra Property Tbk. Perbandingan total penjualan untuk ketiga perusahaan tersebut adalah :

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nama Perusahaan PT Summarecon Agung Tbk. PT Alam Sutera Realty Tbk. PT Ciputra Property Tbk. PT Agung Podomoro Land Tbk. PT Bakrieland Development Tbk. PT Sentul City Tbk. PT Bumi Serpong Damai Tbk PT Pakuwon Jati Tbk. PT Modernland Realty Tbk. PT Greenwood Sejahtera Tbk

Pendapatan Rp 3.463.163.272.000 Rp 2.446.413.889.000 Rp 826.474.506.998

Rp 4.689.429.510.000 Rp 2.949.585.801.725 Rp 622.705.425.776

Rp 3.727.811.859.978 Rp 2.165.396.882.000 Rp 1.012.520.476.880 Rp 713.853.560.743

5|P a g e

Series 1
PT Greenwood Sejahtera Tbk PT Ciputra Property Tbk PT Sentul City Tbk. PT Pakuwon Jati Tbk. PT Bumi Serpong Damai Tbk PT Modernland Realty Tbk. PT Bakrieland Development Tbk. PT Agung Podomoro Land Tbk. PT Alam Sultra Realty Tbk. PT Summarecon Agung Tbk. RpRp2,000.00 Rp4,000.00 Rp6,000.00

in million rupiah

Berdasarkan data diatas, dapat kita ketahui bahwa persaingan dalam industry yang sama adalah tinggi (high) karena ada data penjualan kompetitor PT Summarecon Agung Tbk yang lebih tinggi dibandingkan dengan PT Summarecon Agung Tbk dan pesaing lainnya.

2. Threat of New Entrance Pendatang baru memiliki pengaruh dalam industri, hal ini dikarenakan pendatang baru akan membawa industri kepada kapasitas yang baru, keinginan untuk merebut dan sumber daya yang penting. Dalam industri property terdapat Entry Barrier atau halangan bagi perusahaan untuk masuk dalam industri ini, antara lain: banyak regulasi-regulasi yang harus dipatuhi.

UU dan PP TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG: a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman c. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung d. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri

6|P a g e

e. Keputusan Presiden No.63 Tahun 2003 tentang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 tentang Pedoman Tim Ahli Bangunan Gedung h. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung i. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Izin Mendirikan Bangunan Gedung j. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan k. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan l. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung m. dan Peraturan lainnya Selain itu, industry property ini lebih membutuhkan banyak biaya dan waktu dalam pengembangannya, sehingga untuk pendatang baru cenderung sulit dalam memasuki industry properti. Sehingga kami menyimpulkan bahwa ancaman dari pesaing baru adalah rendah (low).

3. Bargaining Power of Supplies

PT Summarecon Agung Tbk mendapat bahan baku sebagian besar dari anak perusahaannya sendiri, seperti PT Serpong Cipta Kreasi dan PT Summarecon Hotelindo sehingga supplier tidak mempunyai kekuatan atas PT Summarecon Tbk PT Summarecon Agung Tbk memperoleh bahan baku dengan perjanjian yang telah ditentukan sebelumnya, salah satunya dengan PT Jakarta Cakratunggal Steel untuk pembelian bahan baku baja. Dengan adanya perjanjian tersebut, maka harga yang
7|P a g e

dibayarkan oleh PT Summarecon Agung Tbk adalah tetap, meskipun terdapat kenaikan harga secara umum. Sehingga kami menyimpulkan bahwa daya tawar pemasok adalah rendah (low).

4. Bargaining Power of Customers Konsumen memengaruhi industri ini dengan permintaannya, dimana permintaan ini akan menentukan harga sebuah produk. Permintaan konsumen ini tidak hanya dapat dipenuhi oleh PT Summarecon Tbk, namun juga dapat dipenuhi oleh pesaingnya. PT Summarecon Agung Tbk memiliki tingkatan/klasifikasi atas produk yang dihasilkan sehingga dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Begitu pula dengan pesaing lain di industry property yang menyediakan produk dengan berbagai tingkatan/klasifikasi. Oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa daya tawar dari pembeli adalah tinggi (high), dikarenakan konsumen dapat memilih pesaing lain dibandingkan PT Summarecon Agung Tbk.

5. Threat of Substitute Product Dalam sebuah industri properti produk pengganti atau subtitusi merupakan produk yang mendapatkan keuntungan dari penurunan penjualan produk lain. Dalam hal industri properti, PT. Summarecon Agung, Tbk mengalami ancaman produk pengganti yang cukup tinggi, karena pemain dalam industri properti menyebabkan juga banyaknya produk serupa yang diproduksi oleh perusahaan lain. Misalnya seperti produk hunian rumah yang dapat digantikan dengan keberadaan apartemen yang lebih praktis. Misalnya perumahan Summarecon Kelapa Gading yang dapat digantikan dengan hunian apartemen Apartemen Summerville. Berikut kami cantumkan pendapaan akan penjualan antara hunian dengan apartemen : No 1 2 3 Jenis Produk Hunian Rumah Apartemen Rukan (Rumah-Perkantoran) Pendapatan Rp 843.009.583.000 Rp 368.360.363.000 Rp 338.313.880.000

Dari data diatas kami menyimpulkan bahwa ancaman produk pengganti adalah rendah (low), dikarenakan Pendapatan dari penjualan Hunian Rumah jauh lebih tinggi dari pada dua jenis produk lainnya.
8|P a g e

Forces
Persaingan antar perusahaan yang telah ada.

Rate
High

Keterangan
Pesaing yang sudah ada sebelumya yang bergerak dalam bisnis properti di Indonesia selain PT. Summarecon Agung banyak, dan ketika dibandingkan dari sample pendapatan PT Summarecon Agung Tbk, tidak lah yang tertinggi dibandingkan dengan pesaing lainnya

Ancaman produk pengganti

Low

Sejauh ini produk pengganti dari bisnis properti, seperti hunian dengan apartemen namun penjualan unit Hunian Rumah lebih tinggi daripada Apartemen

Kekuatan tawar pemasok

Low

Karena pemasok PT Summarecon Agung Tbk masih anak perusahaan dan dengan perusahaan lain telah mempunyai perjajnjian.

Kekuatan tawar konsumen

High

Konsumen memiliki pilihan dalam menentukan penyedia jasa dalam memenuhi kebutuhannya yang diinginkan dan pesaing lainnya juga menyediakan produk yang serupa.

Ancaman dari pendatang baru

Low

Untuk masuk ke dalam industri ini dibutuhkan biaya yang sangat besar dalam memulai dan mengembangkan bisnisnya, resikonya juga tinggi, dan juga reguasi pemerintah yang cukup kompleks

9|P a g e

Generic Strategy Cost Leadership Product Differentation

Competitive Strategy yang dirancang oleh Michael E. Porter digambarkan dalam model Generic Strategy seperti yang digambarkan pada model berikut ini:

Model strategi generic Porter menjelaskan empat jenis strategi bersaing yaitu a. Cost Leadership, adalah strategi bersaing biaya rendah yang ditujukan untuk pasar luas dan mengharuskan membangun secara agresif fasilitas skala efisien, pengurangan harga yang gencar, pengendalian biaya dan ongkos yang ketat, dan minimisasi biaya yang tidak terlalu penting dan signifikan. b. Differentiation, ditujukan untuk memperluas pasar melalui penciptaan suatu produk yang kreatif dan unik/khas yang membedakannya dengan pesaing dalam industri. c. Cost Focus, strategi bersaing dengan tingkat biaya yang rendah yang fokus untuk melayani sejumlah konsumen di suatu wilayah geogafis tertentu. d. Differentiation Focus, strategi bersaing dengan mengutamakan keunikan produk yang hanya melayani sejumlah konsumen di suatu wilayah.
10 | P a g e

Dari pengertian diatas bisa dilihat bahwa PT. Summarecon Agung, Tbk menggunakan strategi differentiation dimana perusahaan membuat produk dengan konsep kawasan hunian dengan dikelilingi oleh wilayah komersial untuk memberikan kemudahan konsumen dan perusahaan sudah membangunnya di daerah-daerah inti kawasan Jakarta dan Tangerang. Jadi, menurut kelompok kami PT summarecon sebaiknya memilih strategy......

11 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai