Anda di halaman 1dari 5

ORANG BAHAGIA

Kelas Pagi – Selasa, 6 Juni 2023


Abi Syatori

Kita akan membicarakan mengenai orang yang bahagia. Siapa itu orang yang bahagia? Atau siapakah itu
orang yang pantas disebut sebagai orang yang bahagia?
 
Orang bahagia adalah
1. orang yang mampu membahagiakan dirinya tanpa orang lain, dan
2. dia mampu bahagia walau orang lain tidak membahagiakannya, dan
3. dia tetap bahagia walau orang-orang ingin merenggut kebahagiaannya.
 
1. Mampu membahagiakan dirinya tanpa orang lain
Kita membutuhkan orang lain, tapi bukan untuk mendapatkan kebahagiaan, melainkan untuk
memberikan kebahagiaan.
Jadi, orang bahagia tidak bisa sendirian, dia butuh orang lain. Dia tidak butuh untuk dibahagiakan.
Kenapa? Karena dia mampu membahagiakan dirinya sendiri. Dan sebenarnya, yang punya
kemampuan membahagiakan kita, apakah diri kita atau orang lain? Diri kita sendiri. Kita diberi
kemampan lebih untuk membahagiakan diri kita. Bahkan kehidupan hanya memberikan kita satu
sosok untuk membahagiakan diri kita, yaitu diri kita sendiri. Tidak ada yang lin, tidak orang tua,
teman, sahabat. Berarti penentu kebahagiaan seseorang adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.
Kalau ya bisa membuat kita adalah diri kita sendiri. Diri yang seperti apa yang bisa
membahagiakan dirinya sendiri? Itu adalah diri yang bahagia. Jadi kalau ada orang yang sedang
dalam keadaan tidak bahagia, maka dia tidak bisa membahagiakan dirinya sendiri. Berarti kita
harus membahagiakan diri kita agar diri kita bisa membahagiakan diri kita sendiri.
 
Orang yang membahagiakan kita sebenarnya adalah orang yang menampakan kebahagiaan kita
yang tadinya tersembunyi.
Karena kalau saja kita sedang tidak bahagia, orang lain tidak akan membua tdiri kita bahagia.
Namun, karena kita sedang bahagia, maka yang dilakukan orang lain itu bisa membuat kita
menampakkan kebahagiaannya.
 
Kita menggantungkan kebahagiaan kepada diri kita, dan diri kita yang harus membuat diri kita
bahagia.
Lalu bagaimana caranya kita bisa membuat diri kita bahagia?
Allah sudah mendesain semuanya. Allah hadirkan mata air kebahagiaan.
 
Bagi siapapun yang bahagia, atau siapapun yang ingin membahagiakan dirinya, cukuplah ia
mendatangi mata air itu. Ini menyambung dengan materi sebelumnya. Mata air kebahagiaan itu
adalah ketaatan kepada Allah.
 
Karena taat kepada Allah itu menyengkan, dan yang menyenangkan itu membahagiakan. Yang
bisa taat itu diri, kita tidak bisa menitipkan taat kita kepada orang lain. Ketaatan itu betul-betul

Fiana Zakiyah
mata air kebahagiaan. Orang yang sedang taat kepada Allah, maka ia sedang membahagiakan
dirinya sendiri. Kepribadiaan taat itu tidak akan hilang termasuk walaupun kita sudah di surga.
 
Kenikmatan taat kita di dunia tidak bisa dikalahkan dengan kenikmatan di surga.
 
Nasihat para ulama, kalau kita sedang membaca ayat tentang surga, maka kita dianjurkan untuk
membayangkan kita ada di sana. Pohon di surga, di ar rahman disebutkan dzawaa taa ahnaan.
Pohon yang rindang, tidak jauh ada sungai yang sangat jernih. Itu adalah keikmatan yangsangat
indah. Namun, kenikmatan itu kalah indah dengan nikmatan kenangan indah sujud, tilawah quran
di darush shalihat. Puncak kenikmatan kenikmatan dunia kita itu akan terasa ketika di sakaratul
maut. Menurut banyak riwayat, sakaratul maut itu sakit. Seperti tubuh ini dikuliti. Saking tidak
teganya rasulullah, beliau mengatakan, orang yang sakaratul maut itu seperti kambing dikuliti
dalam keadaan masih hidup.
 
Memedihkan memang sakaratul maut itu, tapi sepedih apapun itu, itu akan kalah dengan
kenikmatan ketaatan kita kepada Allah.
 
 
Kebahagiaan dari melakukan shalat:
10 tahun g jumlah hari g jumlah shalat g 5000 (satu shalat mentransfer julah kebahagiaan sebanyak
5000)
Rekening kebahagiaan shalat nya sudah mencapai 10 juta.
 
Dari rekening 10 juta, ada orang yangmenghina kita dengan harga 10 perak. 19 juta dikurangi 10 perak,
masih ada 9.999.990, wlaupun berkurang, tapi kan tidak berkurang seberapa. Jadi, ketika kita dihina
orang, tidak seberapa. Itu baru tabungan shalat, belum sedekah, talim, tilawah. Kita sudah punya
tabungan kebahagiaan.
 
Kalau ada orang yang dihina mengamuk, maka ia sebenarnya miskin kebahagiaan.
Hanya orang yang sedang tidak bahagia yang menghina orang lain. Orang yang menghina orang lian, ia
mengambil tabungan kebahagiaan orang lain, tapi yang ia ambill hanya 1000, maka jika orang yang
diambil kebahagiaannya adalah orang baik, maka ia akan merasa bahwa orang yan mengambil itu adalah
orang yang membutuhkan uang, ia tidak punya uang ia tidak bahagia, dan untuk 1000 yang ia ambil itu
tidak akan cukup, maka ia merasa ingin memberikan lebih dari 1000 itu. Cara terbaik untuk
membahagiakan orang laina dalah mengajaknya untuk taat kepada Allaah. Untuk menhajak orang lain
bahagia, maka kita harus tampak bahagia. Karena ia hanya akan bisa mengajak orang lain ketika ia
tampak dapat membuktikan dirinya dengan apa yang ia ajak itu.
 
Misal ada orang yang ingin mengajak orang lain salat, orang lain itu menanyakan kepadanya, apa yan
akan saya dapatkan dari shalat? Hidup kita akan bahagia, tentram, seperti saya. Ini boleh dikatakan, ini
bukan kesombongan. Lalu, ia bercerita bagaimana ia mendapatkan kebahagiaan dari shalat, dan ia
menampakkan kebahagiaan itu kepada orang yang ia ajak.
 
Shalat mata air bahagia
Wajuilat qurratu aini fi shalati
Dan dijadikan penyejuk hatiku, penentram jiwaku, di dalam shalat
 

Fiana Zakiyah
Hadits ini menunjukkan mata air kebahagiaan. Tapi bukankah di quran itu ada ayat, jadikanlah
pasanganku dan anakku menjadi penyejuk hatiku. Ini yang perlu dipahami makna doa ini adalah anak itu
akan menjadi penyejuk hati orang tuanya dikarenakan anak itu adalah anak yang taat kepada Allah,
bukan anak yang menurut perkataan orang tua.

Kita akan membicarakan mengenai orang yang bahagia. Siapa itu orang yang bahagia? Atau siapakah itu
orang yang pantas disebut sebagai orang yang bahagia?
 
Orang bahagia adalah
1. orang yang mampu membahagiakan dirinya tanpa orang lain, dan
2. dia mampu bahagia walau orang lain tidak membahagiakannya, dan
3. dia tetap bahagia walau orang-orang ingin merenggut kebahagiaannya.
 
1. Mampu membahagiakan dirinya tanpa orang lain
Kita membutuhkan orang lain, tapi bukan untuk mendapatkan kebahagiaan, melainkan untuk
memberikan kebahagiaan.
Jadi, orang bahagia tidak bisa sendirian, dia butuh orang lain. Dia tidak butuh untuk dibahagiakan.
Kenapa? Karena dia mampu membahagiakan dirinya sendiri. Dan sebenarnya, yang punya
kemampuan membahagiakan kita, apakah diri kita atau orang lain? Diri kita sendiri. Kita diberi
kemampan lebih untuk membahagiakan diri kita. Bahkan kehidupan hanya memberikan kita satu
sosok untuk membahagiakan diri kita, yaitu diri kita sendiri. Tidak ada yang lin, tidak orang tua,
teman, sahabat. Berarti penentu kebahagiaan seseorang adalah dirinya sendiri, bukan orang lain.
Kalau ya bisa membuat kita adalah diri kita sendiri. Diri yang seperti apa yang bisa
membahagiakan dirinya sendiri? Itu adalah diri yang bahagia. Jadi kalau ada orang yang sedang
dalam keadaan tidak bahagia, maka dia tidak bisa membahagiakan dirinya sendiri. Berarti kita
harus membahagiakan diri kita agar diri kita bisa membahagiakan diri kita sendiri.
 
Orang yang membahagiakan kita sebenarnya adalah orang yang menampakan kebahagiaan kita
yang tadinya tersembunyi.
Karena kalau saja kita sedang tidak bahagia, orang lain tidak akan membua tdiri kita bahagia.
Namun, karena kita sedang bahagia, maka yang dilakukan orang lain itu bisa membuat kita
menampakkan kebahagiaannya.
 
Kita menggantungkan kebahagiaan kepada diri kita, dan diri kita yang harus membuat diri kita
bahagia.
Lalu bagaimana caranya kita bisa membuat diri kita bahagia?
Allah sudah mendesain semuanya. Allah hadirkan mata air kebahagiaan.
 
Bagi siapapun yang bahagia, atau siapapun yang ingin membahagiakan dirinya, cukuplah ia
mendatangi mata air itu. Ini menyambung dengan materi sebelumnya. Mata air kebahagiaan itu
adalah ketaatan kepada Allah.
 
Karena taat kepada Allah itu menyengkan, dan yang menyenangkan itu membahagiakan. Yang
bisa taat itu diri, kita tidak bisa menitipkan taat kita kepada orang lain. Ketaatan itu betul-betul
mata air kebahagiaan. Orang yang sedang taat kepada Allah, maka ia sedang membahagiakan
dirinya sendiri. Kepribadiaan taat itu tidak akan hilang termasuk walaupun kita sudah di surga.
 

Fiana Zakiyah
Kenikmatan taat kita di dunia tidak bisa dikalahkan dengan kenikmatan di surga.
 
Nasihat para ulama, kalau kita sedang membaca ayat tentang surga, maka kita dianjurkan untuk
membayangkan kita ada di sana. Pohon di surga, di ar rahman disebutkan dzawaa taa ahnaan.
Pohon yang rindang, tidak jauh ada sungai yang sangat jernih. Itu adalah keikmatan yangsangat
indah. Namun, kenikmatan itu kalah indah dengan nikmatan kenangan indah sujud, tilawah quran
di darush shalihat. Puncak kenikmatan kenikmatan dunia kita itu akan terasa ketika di sakaratul
maut. Menurut banyak riwayat, sakaratul maut itu sakit. Seperti tubuh ini dikuliti. Saking tidak
teganya rasulullah, beliau mengatakan, orang yang sakaratul maut itu seperti kambing dikuliti
dalam keadaan masih hidup.
 
Memedihkan memang sakaratul maut itu, tapi sepedih apapun itu, itu akan kalah dengan
kenikmatan ketaatan kita kepada Allah.
 
 
Kebahagiaan dari melakukan shalat:
10 tahun g jumlah hari g jumlah shalat g 5000 (satu shalat mentransfer julah kebahagiaan sebanyak
5000)
Rekening kebahagiaan shalat nya sudah mencapai 10 juta.
 
Dari rekening 10 juta, ada orang yangmenghina kita dengan harga 10 perak. 19 juta dikurangi 10 perak,
masih ada 9.999.990, wlaupun berkurang, tapi kan tidak berkurang seberapa. Jadi, ketika kita dihina
orang, tidak seberapa. Itu baru tabungan shalat, belum sedekah, talim, tilawah. Kita sudah punya
tabungan kebahagiaan.
 
Kalau ada orang yang dihina mengamuk, maka ia sebenarnya miskin kebahagiaan.
Hanya orang yang sedang tidak bahagia yang menghina orang lain. Orang yang menghina orang lian, ia
mengambil tabungan kebahagiaan orang lain, tapi yang ia ambill hanya 1000, maka jika orang yang
diambil kebahagiaannya adalah orang baik, maka ia akan merasa bahwa orang yan mengambil itu adalah
orang yang membutuhkan uang, ia tidak punya uang ia tidak bahagia, dan untuk 1000 yang ia ambil itu
tidak akan cukup, maka ia merasa ingin memberikan lebih dari 1000 itu. Cara terbaik untuk
membahagiakan orang laina dalah mengajaknya untuk taat kepada Allaah. Untuk menhajak orang lain
bahagia, maka kita harus tampak bahagia. Karena ia hanya akan bisa mengajak orang lain ketika ia
tampak dapat membuktikan dirinya dengan apa yang ia ajak itu.
 
Misal ada orang yang ingin mengajak orang lain salat, orang lain itu menanyakan kepadanya, apa yan
akan saya dapatkan dari shalat? Hidup kita akan bahagia, tentram, seperti saya. Ini boleh dikatakan, ini
bukan kesombongan. Lalu, ia bercerita bagaimana ia mendapatkan kebahagiaan dari shalat, dan ia
menampakkan kebahagiaan itu kepada orang yang ia ajak.
 
Shalat mata air bahagia
Wajuilat qurratu aini fi shalati
Dan dijadikan penyejuk hatiku, penentram jiwaku, di dalam shalat
 
Hadits ini menunjukkan mata air kebahagiaan. Tapi bukankah di quran itu ada ayat, jadikanlah
pasanganku dan anakku menjadi penyejuk hatiku. Ini yang perlu dipahami makna doa ini adalah anak itu

Fiana Zakiyah
akan menjadi penyejuk hati orang tuanya dikarenakan anak itu adalah anak yang taat kepada Allah,
bukan anak yang menurut perkataan orang tua.

Fiana Zakiyah

Anda mungkin juga menyukai