Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN LOGISTIK RUMAH SAKIT

“Pengadaan Suku Cadang Alat Kesehatan di Rumah Sakit”

DOSEN PENGAMPU : Safari Hasan. S.IP., M.MRS

Disusun oleh:

Bilqis Nabila

10821003

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam


penyelenggaraan pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Guna mencapai kondisi maupun
fungsi peralatan kesehatan yang baik serta dapat mendukung pelayanan
kesehatan maka diperlukan adanya pengelolaan peralatan kesehatan
yang terpadu.

Agar peralatan kesehatan dapat dikelola dengan baik diperlukan


adanya suatu kebijakan pemerintah dalam mengelola peralatan kesehatan
di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lainnya.

Siklus peralatan kesehatan dibedakan sebelum masuk ke fasilitas


pelayanan kesehatan (pre-market) dan setelah masuk ke fasilitas
pelayanan kesehatan (post-market). Pengelolaan peralatan kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan, dimulai sejak perencanaan atau didahului
dengan peilaian teknologi dan evaluasi peralatan kesehatan yang ada,
pengadaan, penerimaan, pengoprasian, pemeliharaan dan penghapusan.
Termasuk didalamnya adalah terdapat proses invenrarisasi,dekontaminasi,
surveilens dan vigilance serta recall.

Kementrian kesehatan Republik Indonesia berperan baik pada


tahap pre-market atau antara lain izin produksi, izin edar, izin distribusi
peralatan kesehatan, maupun post-market berupa pengelolaan peralatan
kesehatan di fasillitas pelayanan kesehatan.

Agar peralatan kesehatan bisaa dikelola dengan baik, Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia yang antara lain memiliki tugas penyusunan
standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan prosedur dibidang peralatan
kesehatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi alkes?
2. Bagaimana perencanaan dan pengadaan alkes?
3. Bagaimana instalasi serta penerimaan alkes?
4. Bagaimana pengoprasian alkes?
5. Bagaimana cara pemeliharaan alkes?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahu apa definisi alkes
2. Untuk mengetahui perencanaan dan pengadaan alkes dirumah sakit
3. Untuk mengetahui instalasi dan penerimaan alkes
4. Untuk mengetahui pengoprasian alkes
5. Untuk mengetahui cara pemeliharaan alkes.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dengan adanya makalah ini, bisa membantu


meningkatkan motivasi mahasiswa untuk senantiasa belajar dan
literasi untuk menambah ilmu terkait pengadaan suku cadang alkes di
rumah sakit.

2. Bagi Institusi

Diharapkan dengan adanya makalah ini, dapat membantu institusi


dalam memperkaya sumber ataupun contoh makalah bagi mahasiswa
lainnya.

3. Bagi Pemerintah

Diharapkan dengan adanya makalah ini, bisa membantu


pemerintah dalam merumuskan suatu kebijakan ataupun program yang
nantinya akan bermanfaat dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan
kesadaran akan pentingnya pengadaan suku cadang alkes di rumah
sakit.
BAB II

ISI

A. Definisi

Peralatan kesehatan merupakan instrumen, apparatus, mesin atau


implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan merringankan penyakit, merawat
orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Peralatan medis sebagai bagian peralatan kesehatan yang


memerlukan kalibrasi, pemeliharaan, perbaikan, pelatihan pengguna, dan
dekomisioning kegiatan bisaannya dikelola oleh para tenaga teknis
(elektromedis/ clinical engineer). Peralatan medis digunakan untuk tujuan
diagnosis tertentu dan pengobatan penyakit atau rehabilitasi setelah
penyakit atau luka yang dapat digunakan baik sendiri atau bersamaan
dengan aksesori, bahan oprasional, atau bagian lain dari peralatan medis.
Peralatan medis juga merupakan peralatan yang digunakan untuk
keperluan terapi, rehabilitasi dan penelitian medik, baik secara langsung
maupun tidak langsung.

B. Perencanaan dan Pengadaan Alkes


Tujuan perencanaan dan pengadaan peralatan medis adalah :
1. Diperolehnya keluhan jenis, sppesifikasi teknis dan jumlah peralatan
medis
2. Diperolehnya perbandingan spesifikasi teknis, fungsi, aksesori.
3. Diperolehnya perbandingan harga peralatan medis.
4. Diperolehnya perbandingan biaya pemeliharaan salama teknis.
5. Diperolehnya peralatan medi yang bermutu, aman dan layak pakai

Untuk menjamin keselamtan pasien, manajemen dituntut dalam proses


perencanaan dan pengadaan peralatan medis yang komprehensif dan
berkesinambungan, untuk mendapatkan perencanaan dan pengadaan
yang berkesinambungan yang dibutukan komitmen dalam menerpakan
pperencanaan.
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
kebutuhan terkait jenis, spesifikasi dan jumlah peralatan medis
sesuai dengan kemampuan pelayanan/klasifikasi rumah sakit,
beban pelayanan, perkembangan teknologi kesehatan, sumber
daya manusia yang mengoprasikan dan memelihara sarana dan
prasarana. Perencanaan kebutuhan peralatan sangat beranfaat
untuk penyediaan anggaran, pelaksanaan pengadaan peralatan
medis secara efektif, efisien dan prosesnya dapat dipertnggung
jawabkan.

Pelaksanaan perencanaan peralatan medis membutuhkan


data kinerja peralatan yang telah dimiliki dan informasi terbaru jenis
peralatan medis yang beredar. Kinerja peralatan yang telah dimiliki
diperoleh dari data dokumentasi pemanfaatan dan pemeliharaan
peralatan. Informasi peralatan medis yang beredar diperoleh dari
referensi publikasi produsen atau distributor, website, rumah sakit
lain yang telah menggunakan peralatan. Perlu diperhatikan ijin edar
peralatan medis tersebut dan dipertimbangkan pula informasi
sertifikasi/ pengakuan dari FDA dan CE, spesifikasi, aksesori,
fungsi dan keandalan, pemeliharaan, ketersediaan suku cadang,
harga, jaminan purna jual dan legalitas izin edar peralatan medis di
Indonesia.

Perencanaan peralatan mediis tertentu memerlukan


perencanaan kebutuhan ruangan untuk penempatan peralatan
medis, tenaga medis dan pasien serta instalasi medik meliputi
listrik, gas medis, dan sarana. Untuk peralatan tertentu seperti
radiologi, radioterapi dan MRI membutuhkan kekhususan
perencanaan ruangan dan installasi medik sesuai dengan
persyaratan terkait dengan jenis peralatan dan peraturan
perundang-undangan. Dala merencanakan desain ruangan dan
instalasi medik memperhatikan kebutuhan pengembangan
pelayanan dan pesatnya kemajuan teknologi kesehatan.
Perencanaan peralatan medis tertentu membutuhkan
keterlibatan tennaga teknis peralatan medis, tenaga medis,
keperawatan, tenaga teknis sarana dan prasarana serta
manajemen. Ruang lingkup kegiatan perencanaan meliputi
penilaian kebutuhan, penentuan prioritas pengadaan dan
penganggaran.
a. Penialaian Kebutuhan
Penialaian kebutuhan (need assessment) adalah
proses untuk menentukan dan mengatasi
kesenjangan antara situasi atau kondisi saat ini
dengan situasi atau kondisi diinginkan. Penilaian
kebutuhan peralatan medis pada dasarnya
dimaksudkan untuk pemenuhan standar peralatan
medis sesuai kemampuan/ klasifikasi rumah sakit,
penggantian peralatan medis dan pengembangan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan
masyarakat.
b. Penganggaran
Anggaran dan keuangan untuk pemenuhan,
penggantian atau pengembangan, peralatan medis
disesuaikan dengan kebutuhan peralatan medis.
Untuk Fasyankes milik pemerintah, anggaran bisa
bersumber dari :
1. Pendapatan Nasional Bukan Pajak (PNBP)
2. Badan layanan Umum (BLU)
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN)
4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)
5. Anggaran lain sumber (Bantuan hibah, dll).
c. Prioritas pemenuhan Kebutuhan

Tidak selamanya hasil dari penilaian kebutuhan


peralatan medis dapat direalisasikan semuanya,
keterbatasan anggaran menjadi kendala dalam
pemenuhan tersebut karena pendapatan rumah
sakit memiliki kemampuan yang terbatas, maka
perencanaannya difokuskan kepada peralatan
medis prioritas yang disesuaikan dengan kriteria
pada setiap rumah sakit diantarannya adalah
sebagai berikut :

1. Tingkat Utilitas
Merupakan tingkat penggunaan atau pemakaian
peralatan medis pada pelayanan. Hal ini terkait
terhadap banyaknya kebutuhan peralatan
tersebut, sehingga akan berpengaruh pada
tingkat pelayanan dan penghasilan dari rumah
sakit.
2. Brand Image rumah sakit
Beberapa peralatan medis dapat diasosiasikan
terhadap pencitraan yang positif oleh
masyarakat. Peralatan medis dengan jenis
tertentu, canggih dan peralatan dengan
teknologi terkini diyakini bisa mendorong nilai
jual (marketable) seperti CT-Scan, MRI, USG 4
Dimensi, dll.
3. Pelayanan unggulan
Setiap rumah sakit pasti mempunyai program
pelayanan unggulan yang merupakan suatu
kelebihan dibanding dengan rumah sakit lainnya.
Pelayanan unggulan tersebut haruslah didukung
dengan ketersediaan peralatan medis yang
sesuai dengan tuntutan pelayanan unggullan.
4. Peralatan Life Support
Merupakan peralatan yang menopang hidup
pasien tanpa peralatan ini pasien akan
berdampak pada kematian misalnya
peralatan bantu pernapasan (alat resusitasi,
ventilator, Mesin Anestesi), baby incubator,
Peralatan kriteria ini haruslah selalu tersedia
oleh rumah sakit karena sangat terkait
dengan keselamatan pasien.
5. Kesiapan bangunan/ruangan dan prasarana
Beberapa peralatan medis di rumah sakit
memerlukan ruangan/tempat khusus dalam
operasionalnya. Bangunan/ruangan tempat
peralatan medis berada harus sudah
dipersiapkan dan disesain sedemikian rupa
serta dilengkapi dengan prasarana seperti
listrik, air, gas medik, pembumian, sistem
komunikasi, dll. Sesuai persyaratan. Hal ini
agar pelayanan kesehatan dapat dilakukan
dengan baik serta untuk keamanan petugas,
pasien serta masyarakat dari risiko peralatan
medis, bahaya getaran, panas, bising atau
radiasi.
2. Pengadaan (Procurement)
Pengadaan peralatan medis dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
peralatan medis adalah penyusunan spesifikasi alat kesehatan.
Spesifikasi harus sesuai kebutuhan user/pelayanan. Spesifikasi
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan biaya yang cukup tinggi.
Spesifikasi terlalu rendah bisa mengakibatkan pelayanan tidak bisa
berjalan optimal.

Hal-hal yang perlu diperhatika diantaranya :

- Ketersediaan suku cadang


- Biaya operasional (listrik,bahan habis pakai).
- Kebutuhan pra-instalasi (pekerjaan sipil, listrik khusus,
perpipaan dan komponen pengaman/keselamatan).
- Kebutuhan sarana (bangunan/ruangan).
- Kebutuhan prasarana (listrik, air, gas).
a. Penyiapan Spesifikasi

Spesifikasi peralatan medis disusun memperhatikan


kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit dan
kesesuaian/perkembangan teknologi. Penyusunan spesifikasi
juga harus mempertimbangkan regulasi alat kesehatan di
Indonesia, yaitu peralatan medis yang beredar di Indonesia
serta mempunyai izin edar dan kesesuaian terhadap Standar
Nasional maupun Internasioanal. Hal ini untuk memastikan
peralatan medis yang dipilih memiliki kualitas yang baik serta
sesuai dengn ‘ ISO 13485 untuk pabrik/produsen alkes baik
dalam negri maupun luar negeri. Sedangkan khusus untuk alat
kesehatan luar negri perlu dipertimbangkan tambahan
persyaratan yaitu harus sudah compliance dengan CE Mark
dan FDA.

Selain beberapa peralatan medis yang beredar di


Indonesia, dapat juga menggunakan perbandingan spesifikasi
dari lembaga riset independ baik nasional maupun
internasional, misalnya HPCS (Health Product Comparison
System) yang dikeluarkan oleh ECRI (Emergency care
research institute).

Perbandingan spesifikasi dari HPCS sangat membantu


dalam menyusun spesifikasi sehingga spesifikasi yang
dihasilkan tidak mengarah tetapi sesuai dengan spesifikai yang
diharapkan.

b. Langkah-langkah penyusunan spesifikasi


1. Lakukan pengumpulan dan spesifikasi peralatan medis yang
beredar di Indonesia.
2. Sebagai perbandingan dapat dibantu dengan referensi dari
misalnya HPCS yang dikeluarkan oleh ECRI
3. Susun parameter spesifikasi alat kesehatan yang dibutuhkan.
4. Masukan nilai masing-masing parameter untuk setiap jenis alat
kesehatan yang ditawarkan sesuai kebutuhan pengguna.
5. Nilai parameter dapat dibuat tetap atau dengan nilai tertentu jika
memiliki dasar yang kuat terhadap pemilihan parameter
tersebut.
6. Hal akhir spesifikasi yang dibutuhkan.

C. Instalasi dan Penerimaan Peralatan Medis

Instalasi adalah proses pemasangan peralatan medis ke


tempatnya. Proses terkait lainnya adalah pengiriman, penyimpanan dan
penempatan barang yang dibeli ke lokasi yang diinginkan.

Untuk mendukung penggunaan peralatan medis agar dapat


digunakan secara sfisien, instalasi-instalasi tersebut mutlak harus
dilakukan semaksimal mungkin. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga asset
dan keamanan rumah sakit dimana peralatan medis digunakan untuk
pelayanan kesehatan dan juga merupakan barang yang cukup mahal.

Penerimaan peralatan medis/komisioning adalah proses melalui


proses penerimaan secara fisik dan administratif, uji coba dan uji fungsi
untuk memastikan bahwa peralatan medis itu sesuai dengan spesifikasi
dan kontrak, berfungsi dengan baik sebelum digunakan dalam rangka
menjamin tersediannya peralatan medis yang bermutu, aman dan layak
pakai. Hasil penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

Instalasi peralatan secara umum adalah tahap kegiatan pekerjaan


pemasangan, yang meliputi :
1. Pembukaan peti/koli (unpacking)
2. Penempatan alat pada tempat yang sudah ditentukan.
3. Perakitan alat dan atau peletakan alat pada pondasi atau pada
celling.
4. Penyambungan alat dengan kelengkapan dan atau material pra-
instalasi yang telah dipersiapkan.
5. Pengaturan, pengukuran keluaran, kalibrasi dan atau pengujian
keselamatan kerja.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu instalasi alat


adalah sebagai berikut :

1. Tidak mengganggu kegiatan pelayanan di rumah sakit atau instansi


kesehatan lainnya.
2. Instalasi dilakukan oleh tenaga yang profesional dan ahli
dibidangnya.
3. Kerusakan pada gedung, kelengkapan dan atau material pra-
instalasi yang diakibatkan oleh instalasi alat harus diperbaiki oleh
pemasok/penyedia sehingga kembali kekeadaan semula.

Pada pelaksanaan instalasi, teknisi pemasok/penyedia harus


mengikutsertakan teknisi rumah sakit/fasilitas pelayanan kesehatan
sebagai upaya alih teknologi.

Penerimaan peralatan medis/komisioing adalah proses melalui


proses penerimaan secara fisik dan administratif, uji fungsi dan uji coba
untuk memastikan bahwa peralatan medis itu sesuai dengan spesifikasi
dalam kontrak, berfungsi dengan baik sebelum digunakan dalam rangka
menjamin tersediannya peralatan medis yang bermutu, aman dan layak
pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu pemeriksaan fisik peralatan medis setelah
diinstalasi bagi peralatan medis yang mensyaratkan instalasi, uji fungsi
dan uji coba disertai pelatihan bagi pengguna dan teknisi. Hasil
penerimaan peralatan medis dituangkan dalam berita acara
penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Peralatan yang diterima harus memenuhi ketentuan sebagai


berikut:

1. Telah selesai diinstalasi


2. Telah dilakukan pemeriksaan fisik, instalasi dan uji fungsi
3. Telah melewati masa uji coba dengan hati baik
4. Telah melewati masa pemeliharaan peralatan sesuai program

Selain ketentuan diatas pihak penyedia masih bertanggung jawab


terhadap peralatan salama masa garansi.

Setelah uji fungsi alat mulai tahap masa pemeliharaan.


Pemeliharaan yang dimaksud terdiri dari pemeliharaan berkala dan
panggilan setiap saat (on call service), yaitu dalam keadaan mendesak
teknisi penyedia/distributor harus bersedia melakukan perbaikan setiap
saat selama masa pemeliharaan.

Ketentuan mengenai pemeliharaan meliputi jangka waktu


pemeliharaan, periode pemeliharaan untuk setiap alat dan jenis
kegiatan pemeliharaan.

Langkah – langkah setelah penerimaan alat kesehatan :

1. Pencatatan peralatan medis


Semua perangkat baru akan ditempatkan pada daftar aset peralatan
oleh petugas atau staf yang bertanggung jawab dan ditunjuk.
2. Pelebellan dan Pendokumentasian
Melampirkan lebel yang sesuai, sebagai informasi kepada tenaga
kesehatan dan tenaga teknis bahwa perangkat ini peralatan medis
dalam kondisi baru atau baru saja diterima.
3. Perencaaan pemeliharaan preventif
Semua pengguna dan tenaga teknis diberitahu tentang prosedur
pemeliharaan yang tepat, termasuk waktu harus dilakukan
pengujian, kalibrasi dan perawatan peralatan medis.
4. Cara penanganan peralatan medis
Informasi untuk pengguna dan tenaga teknis untuk penanganan dan
penyimpanan peralatan medis, pentingnya memastikan semua
aksesori lengkap dan tersedia serta bimbingan tentang bagaimana
baterai internal harus diisi ulang.

D. Pengoprasian
Dalam kenyataan sehari- hari sering dikeluhkan bahwa alat rusak
atau tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya, namun, setelah
dilakukan pemeriksaan ternyata kerusakan atau keluhan bukan
disebabkan karena kerusakan fungsi alat tetapi adanya setting yang tidak
sesuai atau kesalahan operasional.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pemahaman cara
pengoprasian peralatan medis harus dipahami dan dipelajari, sehingga alat
dapat digunakan secara benar dan mengurangi keluhan kerusakan alat.
Kesalahan dalam pengoprasian suatu peralatan medis
mengakibatkan kerusakan peralatan, hasil pemeriksaan tidak seperti yang
diharakan bahkan terkadang dikarenakan kesalahan pengoprasian, harus
dilakukan pemeriksaan ulang yang berakibat adanya inefisiensi dan
ketidakpuasan pelanggan. Agar hal-hal yang tidak diinginkan tersebut
terjadi, maka ada beberapa persyyaratan yang harus dipenuhi dalam
pengoperasian suatu peralatan medis.

Peralatan medis dapat berfungsi dengan baik apabila dioperasikan


dengan benar sesuai dengan prosedur, pengoperasian peralatan medis
dengan benar diharapkan dapat memperpanjang umur peralatan dan
mengurangi tingkat kerusakan peralatan serta memperkecil biaya
operasional.

Prasyarat pengoprasian peralatan medis merupakan ketentuan


yang harus dipertimbangkan dan enjadi persyaratan agar peralatan medis
bisa dioprasikan secara aman dan benar. Pengoperasian peralatan medis
adalah langkah-langkah yang dilakukan agar peralatan medis dapat
difungsikan dengan benar sesuai dengan prosedur.

Dalam pengoprasian peralatan medis ada beberapa ketentuan


yang harus dipertimbangkan dan menjadi persyaratan agar alat dapat
dioprasikan secara aman dan benar. Persyaratan pengoprasian mencakup
seluruh aspek yang berhubungan dengan pengopasian peralatan yang
terdiri dari :

1. Sumber daya manusia


2. Kelengkapan alat/aksesori
3. Bahan operasional
4. Sarana pendukung

Sumber daya yang mengoperasikan peralatan harus mempunyai


pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk mengoprasikan peralatan
medis. UU No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pada pasal 11 ayat 4
mengatakan pengoprasian dan pemeliharaan prasarana rumah sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus dilakukan oleh petugas yang
mempunyai kompetensi di bidangnya. Hal ini di tegaskan kembali pada
pasal 16 ayat . Untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantarannya :

1. Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis pada saat


pengadaan (dilakukan oleh distributor/agen).
2. Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis yang dilaksanakan
oleh yang bersangkutan
3. Mempelajari operasional manual dan standar prosedur pengoperasian
peralatan medis.
Setiap alat dilengkapi dengan protap pengoprasian alat harus
sesuai dengan protap. Selain protap pengoprasian alat, harus
dilengkapi pula dengan protap pelayanan yang dimengerti dan
dipahami oleh semua petugas yang terlibat dengan kegiatan di unit
pelayanan tersebut.
Unit yang mengelola alat harus menyiapkan bahan operasional bagi
setiap alat. Sehingga pengoprasian alat dapat dilaksanakan secara
berkesinambungan.
Sarana pendukung dalam rangka pengoperasian suatu alat seperti
misalnya gas medis, daya listrik dll, harus tersedia dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh pabrik, maupun peraturan yang
berlaku.
Dalam pengoperasian peralatan semua prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan pengoperasian harus menjadi perhatian.
Langkah-langkah prosedur harus diikuti secara berurutan mulai dari
awal pengoperasian, pada saat mulai terpasang ke pasien sampai alat
dilepas dari pasien dan alat dikembalikan ditempat semula.
Pengoperasian peralatan medis dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Persiapan pengoperasian peralatan medis
Kegiatan persiapan pengoperasian peralatan medis
meliputi kegiatan :
1. Pemeriksaan kelengkapan peralatan
2. Pemeriksaan fasilitas penunjang
3. Penyiapan bahan operasional.

Kegiatan persiapan dillakukan sesuai dengan kebutuhan


masing-masing peralatan dan kondisi peralatan, dengan tujuan
melakukan pengecekan kelengkapan operasional dan fungsi serta
untuk memastikan bahwa pada saat itu pperalatan medis siap dan
llayak untuk dioperasikan.

Sedangkan untuk kegiatan pemanasan peralatan meliputi :

- Menghubungkan alat ke satu daya, memeriksa kondisi baterai


- Menghidupkan alat
- Memeriksa peralatan dan tombol-tombol
- Mengatur posisi pengoperasian
2. Pelaksanaan pengoperasian peralatan medis
Dalam pengoperasian peralatan medis, semua prosedur-
prosedur yang berhubungn dengan pengoperasian harus menjadi
perhatian. Langkah-langkkah prosedur harus diikuti secara
berurutan mulai dari awal pengoperasian, ppada saat mulai
terpasang kepasien sampai alat dilepas dari pasien dan
dikembalikan di temppat semula.
Dalam pelaksanaan pengoperasian peralatan medis,
perhatikan :
1. Protap pelayanan yang berlaku
2. Hubungan antara peralatan medis dan ppasien
3. Pengoperasian alat pada saat dilakukan tindakan
4. Pengawasan terhadap fungsi dan suplier.
3. Pengemasan/Penyimpanan
Setelah peralatan medis selesai digunakan, dilakukan
kegiatan pengemasan/perapian, dimana kegiatan ini sangat
berpengaruh terhadap usia peralatan medis, kegiatan
pengemasan/perapian meliputi :
- Mematikan peralatan medis sesuai prosedur.
- Melepaskan hubungan peralatan medis dari sayu daya.
- Membersihkan peralatan medis maupun aksesoris yang habis
dipakai
- Meletakkan peralatan medis ditempatnya
- Mencatat bebab kerja peralatan medis.
Pada UU No 44 Tahun 2009 Pasal 11 ayat 5 dikatan antara
lain pengoperasian dan pemeliharaan prasarana rumah sakit
harus didekontaminasi dan dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan. Hal ini pun sejalan dengan standar
dipersyaratkan dalam akreditasi rumah sakit.
4. Dekontaminasi
Mikroorganismme banak terdapat di lingkungan, termasuk
disekitar fasilitas pelayanan kesehatan. Hanya sedikit yang bersifat
pathgen, dimana mikroorganisma pathgon tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan pada tubuh yang rentan. Populasi
mikroorganisme meningkat dalam kondisi lembab, meskipun ada
juga yang bisa bertahan pada kondisi kering.
Pasien dan tenaga kesehatan beresiko mendapatkan
infeksi jika tidak melaksanakan tindakan pencegahan infeksi.
Infeksi nosokomial dapat dicegah atau diminalkan dengan
beberapa strategi pencegahan infeksi yang tertuang dalam
program pengendalian infeksi nosokomial dan dikelola oleh Tim
Pengendal Infeksi. Salah satu strategi pencegahan infeksi adalah
dekontaminasi.
Semua peralatan medis yang digunakan baik di rumah sakit
dapat terkontaminasi secara biologi, kimia atau bahan radioaktif
yang dapat menimbulkan resiko bagi petugas dan pasien. Semua
peralatan medis dapat akan digunakan kembali, dipelihara,
diperbaiki, atau dimusnahkan harus menjalani dekontaminasi. Hal
ini diperlukan untuk memastikan bahwa mereka berada dalam
kondisi yang membuat mereka aman untuk ditangani oleh semua
personel yang mungkin datang ke dalam kontak dengan merekan
salama transit dan penanganan berikutnya.
Tingkat dekontaminasi tergantung pada jenis peralatan
medis dan prosedur tertentu. Tingkat dokontaminasi adalah:
1. Pembersihan
2. Pembersihan diikuti dengan desinfeksi
3. Pembersihan diikuti dengan sterilisasi
Metode dekontaminasi yang paling tepat tergantung pada
banyak faktor termasuk:
- Instruksi dari produsen, intruksi tersebut diperoleh pada saat
acceptance test.
- Sifat dari kontaminan
- Penggunaan maksimal dari masing-masing peralatan.
- Toleransi panas, tekanan, kelembaban, atau kimia masing-
masing peralatan
- Pengadaan peralatan pengolahan
- Risiko yang terkait dengan proses dekontaminasi
- Sifat fisik dari peralatan tersebut, misalnya ukuran.
Klasifikasi Resiko Infeksi dihubungkan dengan
dekontaminasi peralatan medis yang dibutuhkan terdiri dari
resiko tinggi, sedang dan rendah sebagaimana tercantum
dalam tabel.

E. Pemeliharaan
Peralatan medis adalah investasi yang besar difasilitas pelayanan
kesehatan serta memerlukan biaya pemeliharaan. Penting bagi fasilitas
pelayanan kesehatan memiliki program pemeliharaan terencana untuk
menjaga peralatan medis agar aman, bermutu dan layak pakai. Adanya
pemeliharaan peralatan medis diharapkan juga akan memperpanjang usia
pakai peralatan medis.
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari
perencanaan yang memadai, manajemen dan pelaksanaan. Perancanaan
mempertimbangkan sumber daya keuangan, fasilitas dan SDM yang
memadai. Program pemeliharaan peralatan medis harus
berkesinambungan tak terputus dan dikelola agar pelayanan kesehatan
meningkat.
Adanya dalam masa penggunaan, peralatan medis berkurang,
tidak sesuai lagi kinerjannya atau tidak dapat dignakan, diperlukan adanya
perbaikan untuk mengembalikan fungsi peralatan medis tersebut.
Pemeliharaan peralatan medis dapat dibagi menjadi dua kategori
uatama yaitu :
1. Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM)
2. Pemeliharaan korektif/ Corrective Maintenance (CM)
IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk
memastikan fungsi peralatan dan mencegah kerusakan atau
kegagalan. Inspeksi untuk memastikan peralatan medis berfungsi
dengan benar. Ini mencakup pemeriksaan kinerja dan keselamatan.
Kegiatan inspeksi dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pemeliharaan preventif.
Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk pemeliharaan
peralatan akan meningkatkan kinerja peralatan yang handal dan benar
berfungsi baik. Prosedur yang digunakan dalam melakukan kegiatan
IPM harus dilakukan sebelum pelaksanaan ispeksi atau pekerjaan
pemeliharaan melalui kajian yang cermat dari setiap jenis peralatan
atau model.
Kebanyakan prosedur IPM yang dilengkapi oleh tenaga teknik dari
bagian elektromedik/ IPSRS. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun
tugas yan rutin dan mudah untuk personil teknis dalam melakukan
tugas teknis yang lebih kompleks dan kritis dan juga membuat
pengguna memiliki perasaan mempunyai.
Jenis inspeksi yang mungkin dillakukan pengguna adalah
melakukan pemeriksaan sebelum digunakan atau pemeriksaan harian.
Contoh jika memungkinkan adalah kalibrasi harian monitor glukosa
darah, pengujian harian defibrilator atau memeriksa kalibrasi peralatan
laboratorium, ini adalah tanggung jawab bagian elektromedik/IPSRS
untk melatih pengguna dalam melaksanakan tugas ini.
Setiap peralatan kesehatan mempunyai klasifikasi risiko
berdasarkan:
1. Fungsi peralatan kesehatan, penghantar energi, pemantau pasien
atau peralatan untuk kenyamanan pasien.
2. Risiko fisik
3. Preventif pemeliharaan
4. Riwayat insiden
Masing – masing peralatan kesehatan mempunyai bobot pada kategori
fungsi , risiko fisik dan kebutuhan pemeliharaan. Sesuai tabel diatas dapat dilihat
resiko fisik dan ppenggunaan klinis yang dikategorikan sesuai denggan nilai, jenis
dan pengertian.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan pemeliharaan alat kesehatan


yang sudah dikelompokan juga berdasarkan kategori, nilai, jenis dan pengertian
serta tabel riwayat insiden peralatan kesehatan.
Dalam keadaan tertentu manajemen rumah sakit dapat membentuk tim
inspeksi interval untuk jenis peralatan kesehatan tertentu, terlepas dari
perhitungan Equipment Management.
- Pemeliharaan Korektif
• Perbaikan dan Troubleshooting

Untuk perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna


peralatan telah melaporkan masalah tentang peralatan
tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, hal ini juga terjadi
ketika seorang teknisi dibagian IPSRS/Elektromedik
menemukan bahwa peralatan tidak memberikan kinerja seperti
yang diharapkan selama IPM.

Untuk mengembalikan peralatan ke layanan secepat


mugkin, tindakan yang efektif diperlukan untuk memverifikasi
kegagalan dan menentukan penyebabnya. Dalam beberapa
kasus teknisi akan menemukan bahwa peralatan itu sendiri
telah gagal dan harus diperbaiki.

• Inspeksi dan Penggunaan pada pelayanan

Setelah selesai perbaikan, melakukan pemeriksaan kinerja


dan keselamatan adalah penting, dan dalam beberapa kasus
kalibrasi ulang mungkin diperlukan. Kegiatan ini akan mengukur
kinerja peralatan dan memungkinkan untuk setiap pengaturan
yang diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan secara
penuh. Setelah hal ini diselesaikan, peralatan dapat
dikembalikan untuk digunakan dalam layanan pasien.

- Pelaporan
Untuk kegiatan IPM, teknisi biasannya mempunyai daftar
rinci untuk diikuti guna merekam hasil. Memiliki checklist
seperti itu juga berfungsi sebagai pengingat untuk setiap
langkah dalam proses IPM dan dengan demikian membantu
menghindari terlampaui atau dalam menghadap langkah-
langkah tertentu. Merekam pengukuran dan
mendokumentasikan hasil akhir atau baik dengan
pernyataan baik/tidak baik atau dengan skoring membantu
dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dimasa depan
termasuk perbaikan. Untuk kegiatan perbaikan teknisi
mencatat tindakan apa yang telah diambil, termasuk waktu
dan biaya untuk tindakan tersebut.
- Pelaksanaan Pemeliharaan
• Pemeliharaan in-house oleh teknisi yang terlatih

Sebagian besar masalah pada peralatan medis


yang relatif sederhana dan dapat diperbaiki oleh teknisi
yang terlatih. Inspeksi dan perbaikan ringan memerlukan
biaya rendah. Vendor harus menyediakan pelatihan untuk
teknisi pada saat instalasi dan penerimaan peralatan medis.

Ada tiga tingkat pemeliharaan umum dilakukan:

1. Level 1, Pengguna (lini pertama)


Pengguna atau teknisi akan membersihkan filter,
periksa sekering, periksa daya dil tanpa membuka unit
peralatan medis dan tanpa memindahkan dari
tempatnya.
2. Level 2, Teknisi

Dianjurkan untuk memanggil teknisi ketika lini


pertama pemeliharaan tidak dapat menggunakan alat
atau ketika cek enam bulanan sekali.

3. Level 3, Teknisi Khusus

Peralatan seperti CT Scanner, MRI dll perlu teknisi


khusus yang dilatih untuk peralatan tersebut. Mereka
umumnya bekerja dipihak ketiga atau perusahaan
vendor.

• Pemeliharaan oleh produsen atau pihak ketiga

Untuk peralatan khusus dan canggih, vendor harus


menyediakan jasa pemeliharan melalui kombinasi jasa on-
call dan kontrak pemeliharaan yang dinegosiasikan pada
saat pembelian.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesuai informasi mendalam tentang pengadaan suku cadang
alat kesehatan di rumah sakit proses pelaksanaan pengadaan alat
kesehatan dengan pendekatan sistem maka dapat disimpulkan
Pengadaan peralatan medis dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Spesifikasi harus sesuai kebutuhan user/pelayanan. Spesifikasi
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan biaya yang cukup tinggi. Spesifikasi
terlalu rendah bisa mengakibatkan pelayanan tidak bisa berjalan optimal.
Spesifikasi peralatan medis disusun memperhatikan kebutuhan
pelayanan kesehatan di rumah sakit dan kesesuaian/perkembangan
teknologi. Penyusunan spesifikasi juga harus mempertimbangkan regulasi
alat kesehatan di Indonesia, yaitu peralatan medis yang beredar di
Indonesia serta mempunyai izin edar dan kesesuaian terhadap Standar
Nasional maupun Internasioanal. Hal ini untuk memastikan peralatan
medis yang dipilih memiliki kualitas yang baik.

B. Saran

Agar pelaksanaan pengadaan alat kesehatan di rumah sakit


berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan sebagaimana yang
diharapkan, maka disarankan kepada semua pihak segera membenahi
semua komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan pengadaan alat
kesehatan antara lain kebijakan, sumber daya manusia, anggaran, sarana
dan prasarana, perencanaan, pengadaan, penerimaan, dan pelaporan
yang spesifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

1.Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. Pedoman


Pengelolaan Peralatan Kesehatan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehat. 89 (2015).

2.Yusrani, K. G., Miolda, P. R. & Maliangkay, K. S. Analisis Pengadaan Logistik


Alat Kesehatan di Rumah Sakit : Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Pasien. 2, (2023).

Anda mungkin juga menyukai