b) Kopling Otomatis
Kopling otomatis adalah kopling yang bekerja berdasarkan pada gaya
sentrifugal, yaitu gaya dihasilkan sebuah benda yang bergerak melingkar.
Gerak melingkar yang dimaksud adalah gerak dari putaran dari mesin
sepeda motor yang diteruskan ke unik kopling. Makin tinggi putaran mesin
maka kopling juga akan semakin kuat untuk menekan secara sentrifugal
(gaya tekan arah luar dampak putaran buat menekan plat kopling). Jadi
bagi pengendara tidak perlu melakukan pengaturan penggunaan sistem
kopling. Oleh sebab itu dinamakan kopling otomatis.
Kedudukan kopling otomatis berada pada poros engkol dan ada juga
yang berkedudukan pada poros utama transmisi (main/ input shaft) seperti
halnya kopling mekanis. Konstruksi kopling otomatis tidak terlalu berbeda
dengan peralatan yang terdapat pada kopling mekanis, yang membedakan
tentunya tidak ada perlengkapan handle untuk mengatur kerja kopling.
Pengatur kerja kopling dilakukan secara otomatis oleh kopling sentrifugal,
berdasarkan kecepatan putaran mesin.
o Putar gas hingga seperempat putaran atau kurang lebih 1000 – 2000 RPM
a) Transmisi Manual
Sesuai dengan namanya, transmisi ini dikendalikan secara manual
oleh pengendara. Pengendara bebas memilih perseneling (rasio gear)
sepeda motor, sesuai dengan tingkat kebutuhan beban, kondisi jalan dan
kecepatan. Berikut ini adalah contoh konstruksi transmisi manual sepeda
motor.
Berikut ini adalah komponen yang terdapat pada satu set CVT pada
sepeda motor antara lain:
o Primary pully, yaitu puli yang terhubung langsung ke poros engkol
yang mempunyai peran sebagai puli pemutar (drive pully).
o Weight/ roller, komponen pemberat yang berada di dalam primary pully
berperan dalam pengubahan diameter drive gear.
o Primary pully shaft, poros pada primary pully berfungsi untuk
menghubungkan putaran dari crankshaft ke primary pully transmisi.
o V-belt, sebuah sabuk karet khusus yang digunakan untuk
menghubungkan puli primer dan sekunder.
o Secondary pully, yaitu puli yang diputarkan oleh puli primer melalui
sabuk, sehingga perannya adalah puli terputar (driven pully). Lokasi
puli sekunder ada di belakang, tepatnya didekat roda belakang. Poros
puli sekunder dihubungkan ke poros roda melalui kopling sentrifugal.
o Return Spring, pegas spiral yang terletak didalam puli sekunder.
Fungsinya untuk mengembalikan diameter puli sekunder agar kembali
membesar ketika putaran puli primer menurun. Return spring berfungsi
juga untuk mengimbangi gaya yang dihasilkan berubahnya diameter
puli primer akibat roller atau disebut juga “clamping force”, agar posisi
sabuk tetap stabil ketegangannya.
o Secondary pully shaft, poros yang digunakan untuk menghubungkan
putaran dari puli sekunder ke sistem kopling sentrifugal.
o Centrifugal clutch disc, adalah mekanisme kopling otomatis yang
bekerja menggunakan gaya sentrifugal. Bentuk kampas kopling ini
mirip sepatu rem tromol.
o Clutch housing, merupakan rumah kopling, apabila kampas kopling
bentuknya seperti sepatu rem tromol maka clutch housing berbentuk
seperti tromol rem.
akselerasi putaran
mesin.
3. Slide
sheave pada pulley
primer terdapat
gemuk yang
berlebihan.
A.
5) Prinsip dan Konstruksi Sistem Final Drive Sepeda Motor
Final drive merupakan penggerak akhir dari sistem pemindah tenaga
setelah dari transmisi sampai dengan ke roda-roda penggerak. Final drive
juga berfungsi sebagai pereduksi untuk menaikkan momen. Biasanya
perbandingan gigi reduksinya berkisar antara 2 sampai 3. Pada sepeda
motor, mayoritas final drive-nya adalah gir dan rantai (sprocket and
chain).
Gambar 5. Final drive model rantai dan gir
Jenis final drive lain yang dipakai pada sepeda motor adalah jenis
sabuk dan puli. Jenis ini konstruksinya lebih kompak serta minim
perawatan, namun secara konsep, masih terdapat kerugian akibat
kemungkinan selip antara sabuk terhadap puli. Dalam perkembangannya,
konstruksi pulinya berubah menjadi mirip atau menyerupai gear,
sedangkan sabuknya dibuat bergerigi, hal ini dilakukan untuk mengurahi
atau menghilangkan resiko selip.
Jenis final drive lain yang dipakai pada sepeda motor adalah jenis
propeller shaft atau drive shaft. Jenis ini kuat dan konstruksinya lebih
kompak serta minim perawatan. Final drive jenis ini lebih berat dan biaya
pembuatannya lebih mahal.
Gambar 7. Final drive model drive shaft
Clutch cover assy unit terdiri dari plat penekan, pegas penekan, tuas
penekan dan rumah kopling.
Gambar 12. Rumah kopling tipe radial strap, chodal strap dan boss drive
Berikut ini diuraikan secara singkat cara kerja kopling gesek model
plat tunggal:
Kopling berfungsi untuk memindahkan tenaga secara halus dari mesin
ke transmisi melalui adanya gesekan antara plat kopling dengan fly wheel
dan plat penekan. Kekuatan gesekan diatur oleh pegas penekan yang
dikontrol oleh pengemudi melalui mekanisme penggerak kopling. Jika
pedal kopling ditekan penuh, tekanan pedal tersebut akan diteruskan oleh
mekanisme penggerak sehingga akan mendorong plat penekan melawan
tekanan pegas penekan sehingga plat kopling tidak mendapat tekanan.
Gesekan antara plat kopling dengan fly wheel dan plat penekan kecil dan
bahkan tidak bergesekan sehingga putaran mesin tidak diteruskan.
Jika pedal kopling ditekan sebagian/ setengah, tekanan pedal tersebut
akan diteruskan oleh mekanisme penggerak sehingga akan mendorong plat
penekan melawan sebagian/ setengah tekanan pegas penekan sehingga
tekanan plat penekan ke fly wheel berkurang, sehingga plat kopling akan
slip. Gesekan antara plat kopling dengan fly wheel dan plat penekan terjadi
sehingga putaran dan daya mesin diteruskan sebagian.
Apabila pedal dilepaskan maka gaya pegas akan kembali mendorong
dengan penuh plat penekan. Plat penekan menghimpit plat kopling ke fly
wheel dengan kuat sehingga terjadi jepitan yang kuat dan berputar
bersamaan. Dengan demikian putaran dan daya mesin diteruskan
sepenuhnya (100%) tanpa slip.
b) Tuas pembebas
Penyetelan tuas pembebas dilakukan dengan mengatur baut
penyetel pada pengikat tuas pembebas dan plat penekan dengan bantuan
SST pengukur kerataan. Setelah kerataan tepat, maka kunci dan
keraskan mur penahan pengunci.
Pasangan tiga roda gigi biasa digunakan pada roda gigi mundur.
Penghitungan gear ratio dan kecepatan putaran digunakan persamaan
sebagai berikut:
Kecepatan putar C
12 18
nC nA nC 0.3 nA
30 24
Sliding-mesh Type
Transmisi sliding-mesh dilengkapi dengan sliding gear yang
dipasangkan pada poros out-put. Dengan meluncurkan/ men-sliding-
kan sliding gear berkaitan dengan counter gear maka diperoleh
berbagai perbandingan.
Constant-mesh Type
Pada tipe constant-mesh perkaitan roda giginya tetap atau
konstan, tetapi roda gigi percepatannya dipasang bebas terhadap poros
output. Untuk mendapatkan variasi kecepatan adalah dengan mengunci
roda gigi percepatan terhadap poros output. Pengunci roda gigi
percepatan tersebut dinamakan roda gigi kopling atau collar. Bila
dibandingkan dengan sliding-mesh, constan-mesh perkaitannya lebih
baik dan tidak menimbulkan kerusakan gigi. Penguncian oleh collar/
gigi kopling masih menggunakan konsep sliding, tetapi karena gigi
kopling kecil, maka gaya yang diterima lebih kecil sehingga keausan
lebih sedikit.
Synchronmesh Type
Perkaitan roda gigi transmisi synchronmesh adalah konstan atau
tetap, sama dengan transmisi tipe constan mesh. Penyempurnaan pada
synchronmesh adalah penyamaan putaran roda gigi dengan poros
output pada saat akan dikunci. Konsep penyamaan putarannya
mengadopsi fungsi kopling. Kopling yang digunakan adalah kopling
kerucut. Konstruksi transmisi terlihat pada gambar di bawah.
b) Mekanisme Pengaman
Mekanisme pemindah harus bekerja dengan cepat, mudah dan
aman. Kondisi aman operasional transmisi adalah jika dapat
menghindari terjadinya posisi ganda, kesalahan pemindahan ke posisi
mundur pada saat kendaraan berjalan maju dan terjadinya pemindahan
gigi yang tidak dikehendaki atau kembali ke netral dengan sendirinya.
Terdapat beberapa mekanisme pengaman yang ada, diantaranya adalah
:
Mekanisme pencegah hubung ganda (Double meshing prevention
mechanism)
Mekanisme ini berfungsi untuk menghindarkan kesalahan
pemindahan gigi sehingga ada 2 posisi yang masuk bersamaan,
misalnya gigi 1 dan 3 atau gigi 2 dan 4. Ada dua cara untuk
mendapatkan mekanisme kerja ini. Pertama dengan memberi plat
pengunci garpu pemindah (shift fork lock plate) dan baut pengunci
(lock ball). Selain itu bentuk kepala poros garpu pemindah (shift fork
shaft head) juga dibentuk secara khusus.
Poros tuas pemilih dan pemindah dapat bergerak pada arah
pemilihan namun akan terkunci pada arah pemindahan. Pada saat
shift fork plate berposisi dalam dua buah slot pada shift fork head
dan menahan semua garpu pemindah kecauli yang tidak terhalangi
oleh plat pengunci.
Mekanisme yang ke dua yaitu dengan memasang pin pengaman
pada poros garpu pemindah (shift fork shaft interlock). Poros garpu
pemindah diberi dua atau tiga coakan dipasang sejajar dan sebidang
dengan jarak yang tidak terlalu jauh, dipisahkan oleh rumah
transmisi. Suatu pin dipasangkan diantara poros yang saling
berdekatan.
Jika salah satu poros bergeser maka interlock pin akan tergeser
masuk ke coakan/ cekungan poros disampingnya sehingga poros
disampingnya tidak akan bisa bergeser. Dengan demikian hanya ada
satu kemungkinan posisi gigi yang berdekatan bisa masuk.
Mekanisme penahan
Mekanisme penahan menjaga agar posisi pemindahan gigi tidak
lepas dan kembali ke posisi netral dan atau masuk posisi gigi dengan
sendirinya. Mekanisme ini biasa disebut mekanisme deten (detent
mechanism). Mekanisme ini menahan poros garpu pemindah agar
tidak dengan mudah bergeser. Poros garpu pemindah dibuat
cekungan-cekungan, ada yang berjumlah 3 ada yang 2, tergantung
posisi kerja garpu. Pada cekungan tersebut ditekankan sebuah bola
deten (detent ball) oleh pegas. Gaya tekan pegas membuat bola deten
masuk ke cekungan poros dengan kuat. Mekanisme ini selain untuk
penguncian agar posisi pemindahan tidak lepas, juga untuk membuat
efek langkah tuas pemindah menjadi terasa bagi pengemudi jika
gigi-gigi sudah berposisi dengan tepat dan penuh.
Roda gigi mundur kebanyakan sliding gear. Salah satu ciri gigi
sliding adalah mudah meluncur pada porosnya, sehingga jika poros
posisinya miring, gigi akan cenderung bergeser. Mengantisipasi hal
tersebut, mekanisme detent biasanya juga dipasangkan khusus untuk
menahan roda gigi mundur agar tidak dengan mudah dan tidak
diinginkan masuk posisi. Mekanisme ini selain untuk menahan gigi
mundur, juga untuk membuat efek langkah tuas pemindah menjadi
terasa bagi pengemudi jika gigi-gigi sudah berposisi dengan tepat
dan penuh pada posisi mundur.
Mekanisme pencegahan gigi masuk mundur
Kendaraan dengan 3 atau 5 kecepatan maju mempunyai posisi
yang berbahaya pada konfigurasi tuas transmisinya. Pada saat posisi
3 atau 5 jika digeser maka akan ada kemungkinan keliru masuk ke
posisi mundur, karena posisi tersebut berhadapan dengan posisi
mundur.
Mekanisme ini dibuat untuk mencegah kesalahan pengoperasian
oleh pengemudi. Konsep kerja dari mekanisme tersebut adalah
posisi mundur hanya bisa dilakukan jika dari posisi netral. Jika dari
posisi 5 ditarik langsung ke posisi mundur maka akan tertahan dan
tidak bisa berposisi.
b) Transmisi Otomatis
Transmisi otomatis adalah transmisi yang perpindahan tingkat
percepatan giginya berlangsung secara otomatis. Pada awalnya transmisi
otomatis adalah model roda gigi planet (conventional automatic
transmission), kemudian berkembang ke model belt-pully yaitu
continuous variable transmission (CVT)dan akhir-akhir ini transmisi
selective gear pun dibuat otomatis yang dikenal dengan automated manual
transmission (AMT). Pada modul ini akan dibahas transmisi otomatis
model konvensional dan model CVT.
Transmisi otomatis adalah transmisi yang pemindahan gigi dan
operasional koplingnya dilakukan secara otomatis. Perpindahan tingkat
momen dan kecepatannya terjadi secara otomatis oleh mekanisme
mekanis, hidrolis, elektronis dan atau kombinasi ketiganya. Kerja
mekanisme pemindah tersebut berdasar sensor yang memantau kondisi
pengendaraan, jalan dan beban kendaraan. Transmisi otomatis mempunyai
keunggulan:
Mengurangi beban stress pengemudi sehingga meningkatkan
keselamatan berkendara dan pengemudian menjadi lebih nyaman.
Pemindahan gigi lebih cepat dan tepat sehingga konsumsi bahan bakar
lebih rendah
Transmisi otomatis ditinjau dari roda gigi yang digunakan dibedakan
menjadi dua jenis yaitu transmisi otomatis dengan pasangan roda gigi
(countershaft-type automatic transmission) dan transmisi otomatis dengan
roda gigi planetari (planetary gear type atuotomatic transmission atau
biasa juga disebut conventional automatic transmission). Pada modul ini
akan dipelajari tentang planetary gear type atuotomatic transmission.
Pada transmisi otomatis konvensional secara garis besar dibagi
menjadi 3 bagian utama, yaitu: torque converter, planetary gear dan
control system. Control system terdiri dari sebuah sistem hidrolik atau
elektro-hidrolik komplek yang mengendalikan bekerjanya kopling dan
rem untuk melakukan konfigurasi pada planetary gear set. Sebuah blok
diagram dari sebuah transmisi otomatis dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 30. Bagan sistem transmisi otomatis konvensional
a) Torque Converter
Kopling utama yang digunakan pada transmisi otomatis konvensional
adalah torque converter. Torque converter mempunyai keunggulan tidak
hanya memindahkan kecepatan putar saja tetapi juga sekaligus
mengkorversi torsi. Selain itu torque converter juga mempunyai
keunggulan untuk meredam beban getaran dan beban kejutan torsi,
meredam gaya reaksi kepada mesin dan tidak terjadi keausan secara
mekanis. Namun torque converter juga mempunyai kelemahan, yaitu
effisiensi pemindahannya kurang baik.
Peranan dari torque converter, sebagaimana ditunjukkan oleh
namanya, adalah sebagai unit pemindah momen dari mesin ke transmisi
dan meningkatkan momen melalui aliran fluida (Automatic Transmission
Fluid ”ATF”). Karena dihubungkan langsung ke mesin pada sisi drive
plate, maka torque converter sekaligus juga berfungsi sebagai fly wheel.
Oleh karena itu drive plate lebih ringan dan lebih tipis dibanding fly wheel
pada mesin dengan transmisi manual.
Bentuk torque converter adalah seperti donat besar yang terdiri dari
beberapa komponen utama yaitu converter cover, pump impeller, turbin
runner, stator serta one-way clutch. Pada konstruksi dasar torque
converter. Pada beberapa tipe juga ditambahkan unit lock-up yang
berfungsi untuk meningkatkan effisiensi pemindahan putaran hingga
100% (tidak ada slip).
Converter cover
Merupakan rumah dari komponen-komponen torque converter.
Didalamnya terdapat pump impeller, turbin runner, stator, one-way
clutch dan ATF. Pada bagian pusat converter cover terdapat pilot yang
dipasangkan pada crankshaft sisi bagian belakang mesin dan membantu
menjaga ketepatan/ kelurusan pemasangan. Torque converter
dipasangkan pada drive plate dengan baut yang diulirkan ke dalam boss
pada converter cover. Sebuah drive sleeve dipasangkan dengan cara
dilas pada ujung depan yang berfungsi untuk menggerakkan pompa
yang bertindak sebagai sumber pasokan fluida untuk transmisi otomatis
Pump Impeller
Rangkaian bilah-bilah baja dipasangkan dengan cara dilas pada
bagian dalam converter cover. Bentuk khususnya secara akurat
mengontrol arah aliran fluida.
Turbin Runner
Turbin runner bentuknya mirip pump impeller, dengan rangkaian
bilah-bilah baja berbentuk mangkuk, yang terpasang mengambang di
dalam converter cover, tepat di depan pump impeller. Hub/ spline pada
bagian pusat turbin dipasangkan dengan input shaft transmisi.
Stator dan One-way clutch
Stator terbuat dari alumunium tuang. Pada bagian tengah stator
dipasangkan one way clutch. Hub one way clutch dihubungkan ke
rumah transmisi. One way clutch atau sering juga disebut free wheel,
merupakan kopling satu arah, yakni hanya dapat berputar pada satu arah
saja. Free wheel ada dua tipe yaitu sprag type dan roller type.
Prinsip Kerja Torque Converter
Kerja Stator
Ketika turbin runner diam atau berputar lebih lambat dari pump
impeller, fluida kembali ke pump impeller berubah arah mengikuti
bentuk sudu turbin. Perubahan arah ini mengurangi energi pump
impeller sebab fluida membentur sudu-sudu pump impeller. Sudu-sudu
stator dibuat dengan sudut terbalik dan membetulkan arah aliran balik
fluida ke impeller pump. Momen puntir mesin ditingkatkan oleh energi
dari gaya balik fluida yang selalu meningkat dan menghasilkan
penambahan gaya pada turbin.
Segera setelah kecepatan pump impeller dan turbin runner mulai
sama, aliran balik fluida dari turbin berubah dan aliran mulai bekerja
pada belakang sudu-sudu stator. One-way clutch pada stator sekarang
mulai memungkinkan stator berputar searah putaran pump impeller.
Lock-up
Efisiensi kopling fluida maupun torque converter susah/ tidak
pernah 100%, karena hampir selalu ada slip antara impeller dan turbin.
Untuk mengatasi hal itu maka digunakan mekanisme lock-up pada
torque converter, yang berfungsi untuk menghilangkan slip dan
kehilangan tenaga/ putaran antara impeller dan turbin. Lock-up adalah
mekanisme kopling mekanis yang menghubungkan langsung output
(turbin) dan input (impeller/ cover) untuk menjadi satu kesatuan
mekanis. Kopling mekanis tersebut dioperasionalkan oleh piston yang
dikontrol tekanan fluida.
Gambar 33. Torque Converter with Lock-up saat “un-Lock”
b) Planetary Gear
Planetary gear set terdiri dari sun gear, pinion gears (planet gears),
ring gear (internal gear) dan planetary carrier.
Ada juga planetary gear set yang mempunyai dua unit roda gigi planet
dan dua unit roda gigi planet roda gigi matahari namun menggunakan satu
ring gear, sebagaimana yang diproduksi oleh Ravigneaux, seperti terlihat
pada gambar berikut ini :
Gambar 36. Konstruksi Ravigeneaux planetary gear-set
Planetary gear set penyusun utamanya terdiri dari ring gear/ internal
gear, planet gear/ pinion gear, sun gear dan planet carrier. Secara prinsip,
kerja planetary gear unit adalah dengan mengunci satu atau lebih dari 3
komponennya yakni sun gear, ring gear atau planet carrier. Penguncian
dapat dikendalikan secara manual ataupun dikontrol secara hidrolis,
elektrik, pneumatik dan atau gabungan. Pengunci komponen
menggunakan rem, sedangkan penggabungan dua bagian komponen
menggunakan kopling.
Kunci kontak juga tidak bisa diposisikan “lock” dan atau tidak bisa dicabut
jika tuas transmisi tidak berasa pada posisi “P”. Pastikan pemeriksaan kondisi
tersebut, yang biasa disebut “key interlock”.
b) Front Engine Front Drive (FF) atau Front Wheel Drive (FWD)
Kendaraan dengan mesin di depan dan menggerakkan roda
depan dinamakan tipe Front Engine Front Drive (FF). Komponen-
komponen sistem pemindah tenaga meliputi : kopling, transmisi,
differential, front axle dan roda
Pada modul ini yang akan dibahas poros penggerak (drive shaft)
yang meliputi propeller shaft dan axle baik front axle maupun rear axle.
Pada kendaraan tipe FR dan FWD, untuk memindahkan tenaga mesin
dari transmisi ke differential, diperlukan propeller shaft atau sering juga
disebut sebagai drive shaft. Panjang pendeknya propeller shaft
tergantung dari panjang kendaraan. Pada kendaraan yang panjang,
propeller dibagi menjadi beberapa bagian untuk menjamin supaya tetap
dapat bekerja dengan baik.
Suspensi kendaraan mengakibatkan posisi differential selalu
berubah-ubah terhadap transmisi, sehingga propeller harus dapat
menyesuaikan perubahan sudut dan perubahan jarak, agar tetap mampu
meneruskan putaran dengan lancar. Mekanisme atau komponen
tersebut adalah universal joint atau sering disebut U-joint.
2) Differential
Differential merupakan bagian dari sistem pemindah tenaga yang
secara umum berfungsi untuk membedakan putaran roda kiri dan kanan
pada saat belok, mengubah arah putaran, dan meningkatkan momen.
Differential yang digunakan pada kendaraan tipe FR, FF maupun AWD
secara konsep tidak jauh berbeda, hanya saja secara konstruksi terdapat
perbedaan, baik bentuk maupun ukuran.
Ada beberapa tipe bevel gear, yaitu spur bevel gear, spriral bevel
gear dan hypoid bevel gear. Sebagian besar final gear menggunakan
hypoid bevel gear, karena mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : gear
contact-nya lebih besar sehingga lebih kuat, memungkinkan kendaraan
lebih rendah sehingga lebih aman, berputarnya tidak berisik/ lebih halus.
Gambar 64. Spiral bevel gear, helical gear dan hypoid bevel gear
gigi..ring..Gear
GR
gigi..drive.. pinion..gear
Differential Gear
Saat kendaraan membelok, jarak tempuh roda bagian dalam (A)
lebih kecil dari jarak tempuh roda bagian luar (B), sehingga dengan
demikian roda bagian luar harus berputar lebih cepat dari roda bagian
dalam. Bila roda-roda berputar dengan putaran yang sama, maka salah satu
ban akan slip, yang akan menyebabkan ban akan cepat aus. Untuk
mengatasi hal ini diperlukan diferential gear dengan tujuan untuk
membedakan putaran roda kiri dan kanan saat belok, sehingga tidak ada
roda yang menyeret dan memperkecil kemungkinan poros patah.
Tipe poros memikul terdiri dari 3 model, yaitu : full floating, three-
quarter floating dan semi-floating.
Gambar 67. Konstruksi poros memikul model full, three quarter dan semi
floating
Sebuah tripod dengan tiga buah trunnion shaft pada plane yang sama.
Tiga buah roller dipasangakan pada trunnion ini dan ke masing-masing
roller dipasangkan tiga tulip dengan celah paralel. Konstruksi ini juga
sederhana dan umumnya dapat bergerak dalam arah axial.