Anda di halaman 1dari 24

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluh Pertanian

Haswosoewignjo dan Garnadi (1962) dalam Hafsah (2009) mengatakan sebagai

pendidik dan pembimbing masyarakat tani, sebagai seorang mubaliqh atau seorang

missioner, maka penyuluh dituntut untuk memiliki panggilan terhadap pekerjaan,

harus memiliki cita – cita ideologi. Menurut undang – undang No 49 tahun 2019,

yang dimaksud Penyuluh Pertanian adalah perorangan warga negara Indonesia yang

melakukan kegiatan Penyuluhan Pertanian. Selanjutnya juga disebutkan dalam

Permenpanrb No 2 Tahun 2008, dijelaskan bahwa penyuluh pertanian adalah jabatan

fungsional yang memiliki ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang

penyuluhan pertanian yang diduduki oleh pegawai negeri sipil yang diberi hak dan

kewajiban secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

Dijelaskan dalam Undang – Undang No 16 Tahun 2006, penyuluh pertanian

adalah Penyuluh pertanian baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang

selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang

melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh pegawai negeri sipil yang selanjutnya

disebut penyuluh PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung

jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan

organisasi lingkup pertanian, perikanan, atau kehutanan untuk melakukan kegiatan

penyuluhan, Penyuluh swasta adalah penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau

lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan, Penyuluh swadaya

adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya

yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh.


Permentan No 01/Permentan/OT.140/1/2008, sebagai upaya revitalisasi

penyuluhan pertanian dengan kebijakan 1 (satu) desa 1 (satu) penyuluh guna

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani maka dilakukan perekrutan Tenaga

Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP). Jika pemerintah

daerah masih kekurangan tenaga penyuluh maka pemerintah daerah bisa melakukan

perekrutan terhadap Tenaga Harian Lepas Daerah ( THL – D) yang dibiayai oleh

daerah. Tenaga Harian Lepas Daerah ( THL – D) memiliki peran yang strategis

dalam melaksanakan tugas dan pendampingan serta konsultasi bagi petani dan

mengembangkan usaha agribisnisnya yang berimplikasi pada peningkatan pendapatan

petani dan kesejahtaraan petani.

2.2 Komunikasi dan Model Proses Komunikasi

2.2.1 Komunikasi

Menurut Sikula dalam Mangkunegara (2017) komunikasi adalah proses

pemindahan informasi, pengertian dan pemahaman dari seseorang, suatu tempat atau

sesuatu kepada sesuatu, tempat atau orang lain. Sedangkan menurut Keith Davis

dalam Mangkunegara (2017) komunikasi adalah pemindahan infromasi dari

seseorang kepada orang lain. Berdasarkan pengertian menurut para ahli komunikasi

dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses pemindahan suatu

informasi, ide, pengertian, dari seseorang kepada orang lain dengan harapan orang

lain tersebut dapat menginterpretasikan sesuai dengan tujuan yang dimaksud.

Menurut Nurudin (2004) Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan sehari-hari karena komunikasi mempunyai peran yang

sangat besar dalam segala hal sebagai penunjang kehidupan manusia. Komunikasi
menjadi salah satu kebutuhan dasar individu berinteraksi dalam kelompoknya, tujuan

komunikasi bukan hanya informative atau sebagai cara penyampaian pesan tapi juga

menjadi salah satu bentuk dalam menjalin hubungan, baik individual, dalam

kelompok ataupun organisasi. Komunikasi tidak hanya dilakukan oleh dua orang saja,

tapi kita dapat berkomunikasi dengan lebih banyak orang, baik sebagai komunikator

atau komunikan. Semakin banyak orang yang hidup di lingkungan kita, maka

semakin banyak juga masalah yang timbul karena perbedaan pendapat, sudut

pandang, sifat, perilaku, dan lain sebagianya, maka semakin banyak juga kita

melakukan komunikasi, karena untuk mengatasi masalah atau perbedaan itu hanya

dapat diselesaikan dengan cara berkomunikasi, dari situ kita dapat melihat betapa

pentingnya komunikasi. Pentingnya komunikasi juga tidak hanya diperlukan dalam

lingkungan, tetapi dalam berorganisasipun kita memerlukan komunikasi demi

tercapainya tujuan bersama.

Berdasarkan penjelasan diatas, komunikasi adalah proses penyampaian pesan

dari komunikator kekomunikan, dengan bentuk pesan yang bervariasi dan

menggunakan pola penyampain pesan yang sesuai dengan kondisi atau daya tangkap

komunikan dalam menerima pesan, dari hal tersebut maka akan timbul efek. Efek ini

bisa dilihat dengan cara memperhatikan Feedback dari yang disampaikan oleh

komunikator.

2.2.2 Model Proses Komunikasi

Menurut Sikula (1981) dalam Mangkunegara (2017) mengemukakan bahwa“

the proses of communication is best explained in terms of a model featuring a science

or series of steps “proses komunikasi adalah sangat baik di jelaskan dalam bentuk
suatu model yang menggambarkan serangkaian tahapan berikut tahapan proses

komunikasi menurut Menurut Sikula (1981) dalam Mangkunegara (2017) :

1. Source adalah tahap pertama dimana ide atau informasi di ubah menjadi pesan

dalam bentuk symbol.

2. Encoding adalah tahap pemprosesan pesan dalam bentuk tulisan, pikiran, fisik

atau bentuk lainnya,

3. Transmition adalah tahap pengiriman pesan dengan cara tertulis, berbicara dan

melalui saluran komunikasi.

4. Medium adalah media saluran pesan yang di kirimkan.

5. Reception adalah tahap dimana pesan di interpretasikan baik secara langsung

maupun tak langsung melalui proses pikiran.

6. Decoding adalah tahap dimana pesan dapat di terima dan di mengerti.

7. Action adalah tindakan nyata terhadap pesan yang di terima.

8. Feedback loops adalah pengintegrasian seluruh tahap proses dari system

komunikasi.

2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Efektif dalam konsep manajemen mengandung arti suatu keadaan yang

menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan manajeman dalam arti tercapainya tujuan

organisasi yang telah ditetapkan lebih dahulu. Menurut Aquino (2010), efektivitas

mengandung arti “terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki”. Pengertian

tersebut mengandung arti bahwa sesuatu bias dikatakan efisien atau efektif apabila

fungsi, bentuk dan sisi dari suatu kegiatan dapat bermanfaat untuk pengendalian,

penyempurnaan, pelaksanaan, dan perencanaan kembali. Menurut Siagan (2001)


dalam Gusman (2017) efektivitas adalah pemanfaatan sumberdaya, sarana dan

prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk

menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas

menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan,

jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.

Efektivitas komunikasi adalah komunikasi yang menghasilkan persepsi,

perilaku dan pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan dalam

mencapai tujuan yang diharapkan untuk dapat berkomunikasi secara efektif,

seseorang dituntut untuk tidak hanya memahami prosesnya namun juga mampu

menerapkan pengetahuan secara kreatif. Wahyudi (2020) Komunikasi dikatakan

efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau

sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh

penerima. Semakin besar kaitan antara yang dimaksud oleh komunikator dapat

direspons oleh komunikan, maka semakin efektif pula komunikasi yang

dilaksanakan. Effendy (1993) menyatakan bahwa komunikasi akan efektif kalau

sumber dan penerima (komunikator dan komunikan) homophilous, pasangan sumber

dan penerima yang homophilous akan berinteraksi lebih banyak dan sebaliknya yang

heterophilous. Tetapi komunikasi yang tidak efektif itu bisa dijadikan efektif

kalausumber mempunyai kemampuan empatik (emphatic ability).

Turistiati (2019) komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman pesan

yang melibatkan dua orang atau lebih dengan interaksi tatap muka, dilakukan secara

verbal dan non verbal saling tergantung atau mempengaruhi dan mendapatkan umpan

balik. Dalam pengertian lain Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)


adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap

muka, cangara (2007).

Cangara (2007) mengatakan komunikasi interpersonal dapat dibedakan atas dua

macam, yakni komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil.

Komunikasi diadik adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang

dalam situasi tatap muka. Pace dalam cangara (2007) komunikasi diadik dapat

dilakukan dalam tiga bentuk yaitu percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan

berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan informal, dialog berlangsung dalam

situasi yang lebih intim lebih dalam dan lebih personal, wawancara bersifat lebih

serius yaitu ada pihak dominan dalam posisi bertanya dan yang lainnya menjawab.

Komunikasi kelompok kecil adalah komunikasi yang terjadi antara 2 orang atau lebih

secara tatap muka, dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lainnya.

Komunikasi kelompok kecil dinilai sebagai komunikasi interpersonal karena :

pertama anggotanya terlibat dalam suatu proses komunikasi secara tatap muka, kedua

semua peserta dalam kedudukan yang sama.

Cangara (2007) mengatakan lahirnya era digital yang ditandai lahirnya media

baru komunikasi juga turut mengalami pergeseran atau perkembangan. Croskey

(1971) dalam Cangara (2007) memasukkan peralatan komunikasi yang menggunakan

gelombang udara seperti telepon dan telex sebagai saluran komunikasi antar pribadi.

Oleh sebab itu timbul kelompok yang menamakan komunikasi antar pribadi beralat

dan komunikasi antar pribadi tidak beralat. Risyat (2009) menyatakan Pada

hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan

komunikan.Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif,


negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak berhasil maka komunikator dapat memberi

kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.

Risyat (2009) menyatakan Sumber-sumber informasi dipedesaan dari negara-

negara berkembang, seperti Indonesia, cenderung melalui jalur komunikasi

interpersonal, caranya menggunakan jasa juru penerangan, penyuluh, tokoh

masyarakat dan tokoh agama. Peranan keempat sumber informasi tersebut cukup

penting sebagai agen perubahan dalam menyebarkan ide-ide baru. Kredibilitas

keempat sumber sangat terpercaya untuk mengajak orang lain dalam menerima ide-

ide baru. Ketika seseorang tidak mempunyai banyak informasi mengenai isu tertentu,

maka pesan dari sumber yang mempunyai kredibilitas tinggi dapat dengan mudah

diterima tanpa banyak berpikir. Umpan balik yang diperoleh dalam komunikasi

interpersonal adalah berupa umpan balik positif, negatif, netral.

Menurut Devito (2009) dalam Turistiati (2019) efektivitas komunikasi

interpersonal mempunyai lima ciri, sebagai berikut:

1. Keterbukaan (openness) adalah kemauan menanggapi dengan senang hati

informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal. Menurut

Devito (2011) dalam Midianto (2019) salah satu karakteristik komunikasi yang

efektif ialah keterbukaan komunikasi, kualitas keterbukaan komunikasi setidaknya

mengandung tiga aspek sebagai berikut, yaitu:

a. Bisa saling terbuka dalam setiap berkomunikasi sehingga akan terjadi

pertukaran informasi yang tepat dan jelas, yaitu komunikator bersedia

memberikan secara lengkap dan jelas informasi yang seharusnya bisa

disampaikan kepada komunikan.


b. Melakukan komunikasi untuk bisa bereaksi secara jujur dan terbuka, yaitu

komunikator meluapkan secara tiba-tiba reaksinya (tidak dibuat-buat) kepada

komunikan.

c. Seorang komunikator harus bertanggung jawab terhadap apa yang sedang

diungkapkan.

2. Empati (empathy) adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang

sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain

melalui kaca mata orang lain. Backrack (1997) mendefinisikan empati adalah sebuah

kemampuan seseorang individu untuk bisa memahami apa yang sedang dialami oleh

individu lainnya pada suatu waktu yang tertentu. Shechtman et all (2003) dalam

kusmanto (2016) terdapat 3 pembagian empati yakni empati kognitif atau lazim

dikenal sebagai penempatan perspektif (perspectiv-taking), empati afektif (emphatic

concern), dan distress diri (personal distress).

Perspective-taking merupakan kemampuan spontan seseorang untuk

mengadopsi atau memahami kerangka pikir orang lain, sedangkan unsur afektif dari

empati lebih mengarah pada apa yang dirasakan oleh seseorang terhadap keadaan

orang lain; termasuk pula didalamnya keadaan simpati dan perhatian penuh terhadap

orang lain. Komponen yang lain, yakni distress diri (personal distress) merupakan

suatu keadaan cemas, khawatir, dan tertekan yang dialami oleh seseorang sebagai

reaksi negatif terhadap situasi antarpribadi yang dialaminya

3. Dukungan (supportiveness).

Moss (1973) dalam Prihandrijani (2016) mendefinisikan dukungan sebagai

perasaan memiliki secara subyektif, diterima atau dicintai, membutuhkan semua


untuk dirinya sendiri dan untuk sesuatu yang dapat dilakukan. Dilanjutkan oleh

Sarason (1990) dalam Prihandrijani (2016) menyatakan bahwa dukungan adalah

suatu keadaan yang diperoleh dari orang lain yang terpercaya, yang bermanfaat bagi

individu dan individu dapat menggantungkan harapan pada orang tersebut.

Tarmidi & Rambe (2010), dukungan yang diterima oleh seseorang dari orang

lain dapat disebut dengan dukungan sosial. Dukungan sosial ini dapat berupa

dukungan emosional, dukungan penghargaan atau harga diri, dukungan instrumental,

dukungan informasi atau dukungan dari kelompok. Menurut Smet (1994), dukungan

terdiri dari informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal, bantuan nyata atau

tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka

dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerimanya.

Prihandrijani (2016) menjelaskan dukungan adalah bantuan atau pertolongan yang

bersifat nyata maupun tidak nyata, yang diberikan dalam mengatasi kesulitan-

kesulitannya,sehingga memberikan efek emosional dan perilaku bagi individu yang

menerimanya. Orang yang merasa menerima dukungan akan merasa senang dan lega,

karena mereka menerima sesuatu yang benar-benar dibutuhkan oleh dirinya sehingga

mereka mendapat jalan keluar ketika mereka sedang menghadapi masalah.

Dari uraian tersebut dapat dikerucutkan bahwa dukungan penyuluh merupakan

situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Hubungan

komunikasi interpersonal yang efektif yaitu suatu hubungan dimana terdapat sikap

saling mendukung satu dengan lainnya. Komunikasi yang jujur apa adanya, Kita

memperlihatkan bagaimana sikap mendukung dengan pemikiran deskriptif tidak

evaluatif. Rahmadani ( 2010) indikator komunikasi interpersonal berdasarkan ciri


dukungan adalah (1) Spontan, bereaksi dengan cara yang terus terang dan terbuka

atas prestasi petani, (2) Profesionalisme, kesediaan mendengar pendapat yang

berbeda dan bersedia mengubah posisi bila salah.Untuk mempunyai sikap

mendukung, seseorang harus: (1) Menghindari tuduhan atau menyalahkan, (2)

Menghindari kondisi mengevaluasi secara negatif

4. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif

terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan

situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. Heri Purwanto (1998)

mengatakan, “Rasa positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu”. Secara ringkas rasa positif artinya perilaku baik yang

sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang berlaku dalam

masyarakat. Manfaat rasa positif, rasa positif begitu kuat dapat memperkuat ciri-ciri

kepribadian seperti tidak membosankan, memperkuat citra yang bersangkutan.

Rahmadani ( 2010) indikator komunikasi interpersonal berdasarkan ciri rasa

positif adalah

a. Melihat sisi positif seseorang dalam pekerjaan dan berikan pujian, pujian yang

spesifik / umum misalnya Proyek anda menarik.

b. Menyatakan sikap positif terhadap diri penyuluh sendiri, terlebih dahulu

memulai interaksi.

5. Kesetaraan (equality) Devito (2009) mengatakan kesetaraan adalah

pernerimaan dan persetujuan terhadap orang lain yang menjadi lawan bicara. dalam

Mulyani et all (2017) Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain
sebagai manusia biasa tidak tinggi maupun rendah, walaupun terdapat perbedaan

pada kemampuan tertentu, latar belakang, keluarga maupun sikap terhadapnya.

Kesetaraan komunikasi interpersonal ditunjukkan dalam proses pergantian

peran sebagai pembicara dan pendengar. Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua

belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk

disumbangkan. Dari penjelasan diatas bahwa ciri kesetaraan adalah membicarakan

dan menyelesaikan konflik yang terjadi dengan memahami dan menghargai sesama

untuk kepentingan bersama.

2.4 Pelaksanaan Gerakan KOSTRATANI

Sebagai pemikiran untuk mengungkap permasalahan yang akan dibahas dalam

penyusunan penelitian ini, maka terlebih dahulu mendefinisikan pelaksanaan dan

gerakan itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pelaksanaan

berasal dari kata laksana, selanjutnya terdapat beberapa imbuhan yang menambah

beberapa pengertian seperti melaksanakan berarti melakukan, menjalankan,

mengerjakan berupa rancangan, rancangan dan sebagainya, imbuhan lainnya yaitu

pelaksaan berarti proses, cara, dan perbuatan pelaksaan.

Gerakan dalam penelitian ini yaitu Permentan Nomor 49 Tahun 2019 tentang

Komando strategis petani yang selanjutnya disebut KOSTRATANI. KOSTRATANI

adalah gerakan pembaharuan pembangunan pertanian kecamatan, melalui

optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dalam

mewujudkan keberhasilan pembangunan pertanian. Pembentukan Permentan Nomor

49 Tahun 2019 melalui berbagai pertimbangan antara lain :


a. bahwa strategi pembangunan pertanian dilakukan untuk mewujudkan ketahanan

pangan salah satunya dimulai dari perolehan data pertanian melalui Balai

Penyuluhan Pertanian.

b. bahwa Balai Penyuluhan Pertanian dalam memperoleh data pertanian melalui

pemenuhan prasarana dan sarana, serta peningkatan pelaksanaan tugas dan

fungsi penyuluhan pertanian berbasis teknologi.

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan

huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Komando

Strategis Pembangunan Pertanian.

Permentan Nomor 49 Tahun 2019 menyebutkan bahwa KOSTRATANI

mempunyai tugas:

1. Melaksanakan koordinasi dan sinergi kegiatan pembangunan pertanian sub sektor

tanaman pangan padi sawah di kecamatan, dalam membangun sebuah gerakan besar

tentu harus mendapat dukungan setiap stackholder yang terkait, seperti yang di

sampaikan Mentri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam Alamsyah (2020)

mengatakan bahwa Indonesia menargetkan memiliki satu data pembangunan

pertanian yang diimplementasikan melalui KOSTRATANI merujuk data Badan Pusat

Statistik (BPS), Kementrian Keuangan (Kemenkeua), dan Badan Informasi

Geospasial (BIG) dengan Pusat Data Dan Informasi Pertanian ( Pusdatin) bertindak

sebagai wali data yaitu forum Satu Data Indonesia (SDI) dan KOSTRATANI

mengumpulkan data dilapangan mendukung forum Satu Data Indonesia (SDI).

Adapun data yang dihimpun dalam Gerakan KOSTRATANI antara lain:


a. Pendataan potensi pertanian di kecamatan, meliputi luas tanam, produksi, luas

panen, produktivitas, alat mesin pertanian dan pengolahan hasil dan pemasaran.

b. Penguatan Kelembagaan Petani, keberanjutan pertanian padi sawah melalui

kelompok tani salah satunya tetap adanya sumber daya manusia yang

senantiasa bertani, penguatan keberadaan petani dalam kelompok tani antara

lain adanya keadilan dalam kegiatan pertanian, dukungan gerakan-gerakan dari

pemerintah.

c. Pendampingan, pengawalan, dan penyusunan rencana pelaksanaan gerakan

pembangunan pertanian, antara lain varietas, benih atau bibit, pupuk, obat -

obatan, pola tanam, kalender tanam, panen, pascapanen dan rencana delinitif

kebutuhan kelompok (RDKK)

2. Melaksanakan latihan dan kunjungan pendekatan penyuluhan yang memadukan

antara pelatihan bagi penyuluh sebagai upaya meningkatkan kemampuan penyuluh

dalam melaksanakan tugasnya yang di tindak lanjuti dengan kunjungan lapangan

kepada petani/ kelompok tani/gabungan kelompok tani yang dilakukan secara

terjadwal serta ketersediaan infromasi teknologi sebagai materi kunjungan.

Beberapa aspek positif dalam sistem kerja latihan dan kunjungan diantaranya :

a. punyuluhan memiliki rencana kerja

b. penyuluhan pertanian mengunjungi petani secara teratur dan berkelanjutan.

c. penyuluh pertanian cepat mengetahui permasalahan yang ada dipetani dan cepat

memecahkannya.

d. penyuluh pertanian secara teratur mendapat pengetahuan tambahan dan

keterampilan.
Zulkifly (2019) Penyuluhan dengan sistem kerja latihan dan kunjungan

didasarkan pada prinsip kerja yaitu :

a. kearaban, artinya terjalinnya hubungan yang akrab antara penyuluh pertanian

dengan petani/ kelompok tani.

b. keterpaduan, artinya keterpaduan antara pelaksanaan pelatihan penyuluh dan

kunjungan kepada petani / kelompok tani.

c. faktual, artinya materi yang disampaikan merupakan kebutuhan petani /

kelompok tani dalam pengembangan usahataninya.

d. berkesinambungan,artinya pelaksanaan pelatihan penyuluh dan kunjungan

kepada petani / kelompok tani dilakukan secara terjadwal sesuai rencana kerja

penyuluh dan perencanaan kelompo tani.

3. Melakukan identifikasi permasalahan dan upaya pemecahannya, identifikasi

merupakan upaya seorang penyuluh mendafar permasalahan dalam kegiatan

usahatani padi sawah dan berupaya menemukan jawaban dari permasalahan tersebut

sehingga dapat mencegah dan meminimalisir kerugian yang lebih pada petani.

4. Melaporkan hasil pelaksanaan gerakan pembangunan pertanian kepada ketua

kostrada secara priodik setiap bulan, tri wulan, laporan setiap semester dan lapoan

setiap tahun melalui teknologi informasi. Menyusun, menyajikan, dan melaporkan

hasil merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pelaksaan gerakan. laporan

penyuluhan merupakan suatu cara komunikasi tertulis penyuluh menyampaikan

informasi kepada pemberi tanggung jawab.

2.5 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang diakukan oleh Rasyat tahun 2009 dengan judul “Hubungan

Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dengan Perilaku Bercocok Tanam Padi Sawah

(Kasus Desa Waimital Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat) “

penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui hubungan karakteristik individu dengan

perilaku komunikasi interpersonal petani padi sawah di Desa Waimital Kecamatan

Kairatu. 2. Mengetahui efektivitas komunikasi interpersonal petani padi sawah di

Desa Waimital Kecamatan Kairatu. 3. Menganalisis hubungan karakteristik individu

dan perilaku komunikasi interpersonal dengan efektivitas komunikasi interpersonal

petani padi sawah di Desa Waimital Kecamatan Kairatu. 4. Menganalisis hubungan

karakteristik individu dan perilaku komunikasi interpersonal dengan perilaku petani

di Desa Waimital Kecamatan Kairatu dalam bertanam padi sawah. 5. Menganalisis

hubungan efektivitas komunikasi interpersonal dengan perilaku petani di Desa

Waimital Kecamatan Kairatu dalam bertanam padi sawah.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan: 1. Karakteristik individu; umur,

pendidikan, pendapatan, pengalaman dan luas lahan petani merupakan karakteristik

yang berhubungan nyata dan sangat nyata dengan perilaku komunikasi interpersonal.

Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi umur, pendidikan,

pendapatan dan luas lahan yang dimiliki petani, cenderung komunikasi interpersonal

semakin tinggi dan baik. 2. Petani padi sawah di Desa Waimital memiliki tingkat

efektivitas komunikasi interpersonal yang tinggi pada masing-masing indikator yaitu:

keterbukaan, sikap positif, sikap mendung dan kesetaraan 3. Karakteristik individu

dan perilaku komunikasi interpersonal dengan efektivitas komunikasi interpersonal

yaitu: umur berhubungan nyata positif dengan keterbukaan, empati, sikap positif dan
sikap mendukung. Pendidikan berhubungan sangat nyata positif dengan keterbukaan,

sikap positif dan kesetaraan serta berhubungan nyata positif dengan sikap

mendukung. Pengalaman berhubungan nyata positif dengan sikap positif, sikap

mendukung dan kesetaraan. Pendapatan berhubungan nyata negatif dengan empati,

luas lahan berhubungan nyata positif dengan keterbukaan dan berhubungan nyata

negatif dengan empati dalam efektivitas komunikasi interpersonal. kontak sesama

petani berhubungan nyata negatif dengan keterbukaan, sikap mendukung dan

kesetaraan. Kontak dengan peneliti berhubungan nyata negatif dengan empati.

Kontak dengan tokoh masyarakat berhubungan nyata positif dengan keterbukaan dan

sikap positif dalam efektivitas komunikasi interpersonal. Kontak dengan sesama

petani dalam kelompok berhubungan nyata positif dengan kesetaraan dalam

efektivitas komunikasi interpersonal. 4. Karakteristik individu dan perilaku

komunikasi interpersonal berhubungan nyata dengan perilaku bercocok tanam padi

sawah, yaitu antara luas lahan berhubungan nyata positif dengan pengetahuan dan

tindakan dalam bercocok tanam padi sawah. Kontak dengan peneliti berhubungan

sangat nyata positif dengan pengetahuan dalam perilaku bercocok tanam padi sawah

dan kontak dengan sesama petani dalam kelompok berhubungan nyata positif dengan

tindakan dalam perilaku bercocok tanam padi sawah. 5. Efektivitas komunikasi

interpersonal berhubungan nyata dengan perilaku bercocok tanam padi sawah, yaitu:

keterbukaan berhubungan nyata positif dengan pengetahuan dan berhubungan sangat

nyata positif dengan tindakan dalam perilaku bercocok tanam padi sawah, sikap

mendukung berhubungan nyata positif dengan pengetahuan dalam perilaku bercocok

tanam padi sawah.


Penelitian yang diakukan oleh Rahmadani tahun 2010 yang berjudul

“Hubungan efektivitas komunikasi antar pribadi dengan tingkat partisipasi petani

dalam kelompok tani di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar” penelitian

ini bertujuan untuk 1. Mengkaji efektivitas komunikasi antarpribadi petani dalam

kelompok tani di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. 2. Mengkaji

tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar. 3. Mengkaji hubungan efektivitas komunikasi antarpribadi dengan

tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani di Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Karanganyar.

Hasil peneitian ini menunjukkan bahwa 1. Efektivitas komunikasi antarpribadi

petani dalam kelompok tani di Kecamatan Karanganyar adalah tinggi, dimana faktor

keterbukaan tergolong kategori tinggi, faktor empati tergolong kategori sedang

sampai tinggi, faktor sikap mendukung tergolong kategori tinggi, faktor sikap positif

tergolong kategori tinggi, dan faktor kesetaraan juga tergolong kategori tinggi. 2.

Tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani di Kecamatan Karanganyar adalah

tinggi, dimana tingkat partisipasi petani pada tahap pengambilan keputusan tergolong

kategori tinggi, tingkat partisipasi petani pada tahap pelaksanaan tergolong kategori

tinggi, tingkat partisipasi petani pada tahap pemantauan dan evaluasi kegiatan

tergolong kategori tinggi, dan tingkat partisipasi petani pada tahap pemanfaatan

kelompok juga tergolong kategori tinggi. 3. Analisis hubungan antara efektivitas

komunikasi antarpribadi dengan tingkat partisipasi petani dalam kelompok tani di

Kecamatan Karanganyar perinciannya adalah sebagai berikut: a. Terdapat hubungan

yang tidak signifikan antara keterbukaan dengan tingkat partisipasi petani. b.


Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara empati dengan tingkat partisipasi

petani. c. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara sikap mendukung dengan

tingkat partisipasi petani. d. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara sikap

positif dengan tingkat partisipasi petani. e. Terdapat hubungan yang signifikan antara

kesetaraan dengan tingkat partisipasi petani. f. Terdapat hubungan yang signifikan

antara efektivitas komunikasi antarpribadi dengan tingkat partisipasi petani.

Penelitian yang diakukan oleh Wahyudi tahun 2020 yang berjudul Analisis

Efektivitas Komunikasi Gerakan SL-PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman

Terpadu ) Usahatani Padi di Desa Pulau Birandang Kabupaten Kampar Provinsi Riau

penelitian ini bertujuan untuk 1. Faktor internal petani (umur, pendidikan,

pengalaman, pola usahatani, orientasi usahatani, pendapatan, luas lahan, status usaha

dan motivasi usahatani) peserta gerakan SL-PTT di Desa Pulau Birandang, 2. Faktor

eksternal (keragaan kelembagaan tani, aksessibilitas, syarat mutlak dan syarat

pelancar pembangunan pertanian ) pada gerakan SL-PTT di Desa Pulau Birandang, 3.

Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal petani terhadap pemanfaatan media

komunikasi pada gerakan SL-PTT di Desa Pulau Birandang, 4. Pengaruh faktor

internal, faktor eksternal dan pemanfaatan media komunikasi terhadap efektivitas

komunikasi pada gerakan SL-PTT di Desa Pulau Birandang, 5. Pengaruh faktor

internal dan faktor eksternal terhadap efektivitas komunikasi melalui pemamfaatan

media komunikasi pada gerakan SL-PTT di Desa Pulau Birandang.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan, sebagai berikut: 1. Sebagian besar

petani responden Desa Pulau Birandang berumur produktif, cukup berpengalaman

berusahatani terutama usahatani padi, dengan rata-rata pendapatan di atas


income/kapita Kabupaten Kampar, pola usahatani monokultur lebih banyak

diterapkan dibanding dengan polikultur, status lahan usahatani yang digarap

umumnya sebagai pemilik, dengan luas lahan sawah yang digarap ratarata di atas 1

ha, sebagian besar petani tergolong sebagai anggota aktif dalam kelompok, cukup

memiliki motivasi untuk mengembangkan usahatani. 2. Karakteristik eksternal petani

yang meliputi keragaan kelembagaan pertanian, aksesbilitas, syarat mutlak dan syarat

pelancar dapat dikategorikan berjalan kurang baik/sedang. Hal ini dikarenakan masih

kurangnya dukungan dari para petani, kesinambungan interkasi secara langsung

maupun tidak langsung antar petani dan peneliti dari departemen pertanian,

ketersediaan bantuan kredit, dan teknologi pendukung untuk para petani. 3. Variabel

Karakter Internal berpengaruh nyata positif terhadap Pemanfaatan Media

Komunikasi. Artinya Karakter Internal berpengaruh terhadap Pengetahuan dan Sikap

petani Pemanfaatan Media Komunikasi dapat diterima. Variabel Karakteristik Faktor

Eksternal berpengaruh tidak signifikan terhadap pemamfaaatan media komunikasi.

Ini artinya beberapa faktor eksternal seperti aksesbilitas dan syarat pelancar yang

mempengaruhi dalam pemamfaatan media komunikasi tidak berjalan sesuai dengan

yang diharapkan. Pada variabel faktor internal dalam hal ini pada pendidikan sangat

dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang diterima oleh petani baik melalui

penyuluhan maupun kegiatan gelar teknologi. Rendahya pendidikan para petani akan

dilengkapi dengan informasi-informasi penting mengenai permasalahan para petani di

lapangan. 4. Variabel Faktor Internal berpengaruh tidak signifikan terhadap Faktor

Efektivitas Media Komunikasi. Artinya di beberapa poin faktor internal masih

terdapat halhal yang belum dikatakan dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap
efektivitas media komunikasi di Desa Pulau Birandang. Variabel Faktor Eksternal

juga berpengaruh tidak signifikan terhadap Efektivitas Media Komunikasi di Desa

Pulau Birandang. SL-PTT sebagai wadah pemikiran dan bertukar informasi antara

petani dan para penyuluh yang terlibat pada gerakan ini belum terealisasi secara

optimal, hal ini dikarenakan para petani hanya mau mengunjugi pusat informasi yang

dibentuk oleh dinas terkait sewaktu mereka sudah menemui permasalahan yang sudah

tidak biasa terselesaikan oleh mereka. Proses penyuplaian hasil dari pertanian dari

para petani belum sepenuhnya dipasarkan melalui gerakan yang telah dibuat. 5.

Variabel Pemanfaatan Media Komunikasi berpengaruh nyata positif terhadap

Eefektivitas Media Komunikasi. Tinginya antusias dari para petani terhadap gerakan

SL-PTT dilihat dari muatan informasi penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh

sesuai dengan yang diharapkan oleh para petani. Klinik pertanian yang dibuat oleh

departemen pertanian sangat efektif dan bermamfaat bagi para petani, sehingga

membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan dari lahan pertanian yang

sedang diolah. Informasi yang disampaikan oleh penyuluh di Klinik Pertanian SL-

PTT sangat kredibel sehingga mudah diterima oleh petani. Pelaksanaan gelar

teknologi yang dibuat oleh para penyuluh sudah dapat dikatakan bermamfaat dan bias

diterima oleh petani, walaupun masih terdapat kekurangan.

2.6 Kerangka Pemikiran

Undang – undang No 49 tahun 2019, Gerakan KOSTRATANI padi yang

dikeluarkan oleh Kementrian Pertanian yang selanjutnya disebut komando strategis

petani adalah gerakan pembaharuan pembangunan pertanian kecamatan, melalui

optimalisasi tugas, fungsi dan peran balai penyuluhan pertanian dalam mewujudkan
keberhasilan pembangunan pertanian. Berbagai strategi dan upaya dilakukan untuk

peningkatan produksi dan produktivitas di daerah – daerah sentra produksi pangan.

Kerberhasilan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam meningkatkan produksi dan

produktivitas merupakan salah satu keberhasilan penyuluh dalam melaksanakan

Gerakan KOSTRATANI padi.

Undang – undang No 49 tahun 2019, yang dimaksud Penyuluh Pertanian adalah

perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan Penyuluhan Pertanian.

Haswosoewignjo dan Garnadi (1962) dalam Hafsah (2009) mengatakan sebagai

pendidik dan pembimbing masyarakat tani, sebagai seorang mubaliqh atau seorang

missioner, maka penyuluh dituntut untuk memiliki panggilan terhadap pekerjaan,

harus memiliki cita–cita ideologi. Selanjutnya Permentan (2019) menyatakan

penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam

mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai

upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan

kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan

hidup.

Risyat (2009) menyatakan pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah

komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi ini paling efektif

mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Komunikasi interpersonal bersifat

dialogis. Artinya, arus balik terjadi langsung. Menurut Devito (2009) dalam Turistiati

(2019) efektivitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri, sebagai berikut:


1. Keterbukaan (openness). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi

yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal.

2. Empati (empathy). Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang

dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain melalui

kaca mata orang lain.

3. Dukungan (supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi

berlangsung efektif

4. Rasa positif (positiveness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap

dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi

komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif

5. Kesetaraan (equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak

menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam melakukan pembangunan

pertanian padi sawah salah satunya melalui Gerakan KOSTRATANI. KOSTRATANI

adalah gerakan pembaharuan pembangunan pertanian kecamatan, melalui

optimalisasi tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian dalam mewujudkan

keberhasilan pembangunan pertanian.Permentan Nomor 49 Tahun 2019,

KOSTRATANI mempunyai tugas (1) Melaksanakan koordinasi dan sinergi kegiatan

pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan padi sawah di kecamatanantara

lain Pendataan potensi pertanian, Penguatan Kelembagaan Petani, Pendampingan,

pengawalan, dan penyusunan rencana pelaksanaan gerakan, (2) Melaksanakan latihan

dan kunjungan (3) Melakukan identifikasi permasalahan dan upaya pemecahannya,

(4) Melaporkan hasil pelaksanaan gerakan pembangunan pertanian kepada ketua


kostrada secara priodik setiap bulan, tri wulan, laporan setiap semester dan laporan

setiap tahun melalui teknologi informasi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka kerangka berfikir yang digunakan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2

Gerakan Komando Strategis Petani Kementrian Pertanian


Penyuluh Pertanian

Efektivitas Komunikasi Pelaksanaan gerakan Kostratani (Permentan Nomor 49 Tahun


Interpersonal (Devito; 2009) (2019)
(a) koordinasi pembangunan yaitu Pendataan potensi pertanian,
a. Keterbukaan Penguatan Kelembagaan Petani, Pendampingan, pengawalan,
b. Empati dan penyusunan rencana pelaksanaan program.
(b) Melaksanakan latihan dan kunjungan.
c. Dukungan
(c)Melakukan identifikasi permasalahan dan upaya
d. Rasa positif pemecahannya.
e. Kesetaraan (d) Melaporkan hasil pelaksanaan program secara priodik setiap
bulan, tri wulan, laporan setiap semester dan laporan setiap
tahun melalui teknologi informasi.

Uji Rank Spearman

Berhubungan Tidak berhubungan

Gambar 2. Kerangka pemikiran antara : Hubungan efektivitas komunikasi

interpersonal penyuluh dengan pelaksanaan Gerakan KOSTRATANI padi sawah pada

masa pandemi Covid 19 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

2.7 Hipotesis
Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka berpikir, hipotesis dalam

penelitian ini adalah: diduga terdapat hubungan antara efektivitas komunikasi

interpersonal penyuluh dengan pelaksanaan Gerakan KOSTRATANI padi sawah pada

masa Pandemi Covid 19 di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Anda mungkin juga menyukai