Disusun Oleh :
2020
A. Judul
B. Tujuan
2. Pengaduk
4. Sedotan minuman
9. Tanah basah
D. Langkah Kerja
Kegiatan 1
a. Buatlah lubang dengan ukuran sebesar sedotan (1-3 lubang) pada salah satu sisi
kardus.
b. Pasang sedotan pada lubang dan masukkan kira-kira 2 cm.
c. Letakkan beberapa sampel tanah yang anda bawapada kardus pada jarak kira-
kira 5 cm di depan ujung sedotan yang masuk.
d. Tiuplah masing-masing sampel tanah dalam kardus dengan sedotan dari bagian
ujung luar dengan tiupan keras dan tiupan biasa.
e. Amati tingkat erori tanah yang terjadi dan masukkan data pengamatan pada
Tabel.
E. Tabulasi Data
Perlakuan Pengamatan
Tanah Pasir
Basah Kering Basah Kering
Tiupan biasa tetap, tidak terdapat tetap, tidak ada partikel
ada tanah tanah yang membentuk yang
yang tersebar cekungan tersebar
tersebar membentuk tidak ada terbentuk
tidak cekungan tapi partikel cekungan
membentuk tidak dalam yang berukuran
cekungan pada tersebar sedang pada
pada permukaan tidak permukaan
permukaan tanah membentuk pasir
tanah cekungan
pada
permukaan
pasir
Keterangan - ++ - ++
Keterangan :
F. Analisis Data
𝑑𝑒𝑏𝑢
1. % debu : 𝑑𝑒𝑏𝑢+ 𝑙𝑖𝑎𝑡+𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
0,4
: 0,4+ 0,7+2
0,4
: 3,1
: 0,129 x 100%
: 12,9 % ≈ 13 %
𝑙𝑖𝑎𝑡
2. % liat : 𝑑𝑒𝑏𝑢+ 𝑙𝑖𝑎𝑡+𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
0,7
: 0,4+0,7+2
0,7
: 3,1
: 0,225 x 100%
: 22,5 % ≈ 23%
𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
3. % pasir : 𝑑𝑒𝑏𝑢+ 𝑙𝑖𝑎𝑡+𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
2
: 0,4+0,7+2
2
: 3,1
: 0,64 x 100%
: 64 %
G. Pembahasan
Praktikum dengan judul “Identifikasi Tanah dan Erosi Angin” dilakukan
pada tanggal 5 Oktober 2020, mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi
bagian-bagian tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan erosi
oleh angin. Pada kegiatan ini praktikan melakukan dua percobaan yaitu
percobaan struktur tanah dan percobaan erosi angin.
1. Percobaan struktur tanah
Pada percobaan struktur tanah, praktikan bertujuan untuk
mengetahui dan menunjukkan bagian-bagian tanah yang dijelaskan
melalui lapisan-lapisan tanah (horison tanah). Untuk menunjukkan
lapisan-lapisan tanah yang digunakan dalam percobaan, praktikan
mengambil sampel tanah biasa. Sampel tanah ini selanjutnya diamati
lapisan-lapisan dan struktur yang membentuknya setelah diberi air lalu
diendapkan beberapa menit.
Pada percobaan struktur tanah, alat yang digunakan praktikan
adalah botol air mineral sebagai tempat untuk sampel tanah dan air yang
dicampur. Bahan yang digunakan adalah sampel tanah biasa dan air
secukupnya. Adapun langkah kerja yang dilakukan praktikan adalah
praktikan mengisi botol air mineral dengan sampel tanah biasa dan air ±
100 ml. Selanjutnya mengaduk campuran tersebut, kemudian
mendiamkannya selama 10 menit. Setelah itu, praktikan mengamati
struktur tanah yang terbentuk dari campuran tersebut.
Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan
bumi dan terdiri dari massa padat, cair dan gas. Tanah terjadi karena
adanya pelapukan batuan dan tumbuhan yang prosesnya ratusan tahun
(Kartasapoetra dan Sutedjo,1991).
Menurut Kartasapoetra dan Sutedjo (1991), susunan tanah mineral
terdiri atas tiga komponen, yakni pasir (sand), debu (silt), dan lempung
(clay). Ketiga susunan tanah tersebut dibagi berdasarkan ukuran yang
berbeda-beda :
1. Partikel pasir memiliki ukuran sekitar 200 mikrometer hingga
2000 mikrometer.
2. Partikel debu memiliki ukuran sekitar 2 mikrometer sampai
kurang dari 200 mikrometer.
3. Partikel lempung memiliki ukuran kurang dari 2 mikrometer.
Gambar percobaan identifikasi tanah
a. Tiupan biasa
Pada sampel tanah basah setelah diberi perlakuan
tiupan biasa didapatkan hasil tanah basah tetap
(dilambangkan dengan simbol -) yang menandakan tidak ada
pergerakan tanah setelah diberi tiupan, tidak ada tanah yang
tersebar, tidak membentuk cekungan pada permukaan tanah.
Pada sampel tanah kering setelah diberi perlakukan tiupan
biasa didapatkan hasil terdapat tanah yang tersebar
(dilambangkan dengan simbol + +) yang menandakan tanah
tersebar setelah diberi tiupan, membentuk cekungan tapi
tidak dalam pada permukaan tanah. Pada sampel pasir basah
setelah diberi perlakukan tiupan biasa didapatkan hasil tetap
(dilambangkan dengan simbol -) yang menandakan tidak ada
pergerakan tanah setelah diberi tiupan, tidak ada pasir yang
tersebar, tidak membentuk cekungan pada permukaan pasir.
Pada sampel pasir kering setelah diberi perlakukan tiupan
biasa didapatkan hasil terdapat partikel yang tersebar
(dilambangkan dengan simbol + +) yang menandakan tanah
tersebar setelah diberi tiupan, terbentuk cekungan berukuran
sedang pada permukaan pasir yang menandakan tanah
tersebar setelah diberi tiupan.
b. Tiupan keras
Pada sampel tanah basah setelah diberi perlakuan
tiupan keras didapatkan hasil ada partikel/tanah yang
tersebar (dilambangkan dengan simbol + +) yang
menandakan tanah tersebar setelah diberi tiupan, membentuk
cekungan kecil pada permukaan tanah. Pada sampel tanah
kering setelah diberi perlakuan tiupan keras didapatkan hasil
banyak partikel tanah yang tersebar (dilambangkan dengan
simbol + + +) yang menandakan banyak tanah tersebar
setelah diberi tiupan, banyak debu berterbangan dan
membentuk cekungan besar pada permukaan tanah. Pada
sampel pasir basah setelah diberi perlakuan tiupan keras
didapatkan hasil ada partikel pasir yang tersebar
(dilambangkan dengan simbol + ) yang menandakan sedikit
pasir yang tersebar setelah diberi tiupan dan namun tidak
membentuk cekungan pada permukaan pasir. Pada sampel
pasir kering setelah diberi perlakuan tiupan keras didapatkan
hasil banyak partikel pasir yang tersebar (dilambangkan
dengan simbol + + +) yang menandakan banyak pasir yang
tersebar setelah diberi tiupan, terbentuk cekungan besar pada
permukaan pasir.
H. Kesimpulan
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Kartasapoetra, A. G dan Sutedjo, M. M. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta:
Bhineka Cipta.
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi untuk Prioritas.
Yogyakarta: UGM.
Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup.