Anda di halaman 1dari 15

PENUNTUN PRAKTIKUM

SECARA DARING
MATA KULIAH
DASAR-DASAR ILMU TANAH

Disusun oleh:

Prof. Sikstus Gusli, Ph.D


Sartika Laban, SP., MP., Ph.D
Dr. Rismaneswati, SP., MP

NAMA PRAKTIKAN :
NIM :
NAMA ASISTEN :

DEPARTEMEN ILMU TANAH,


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
PENGANTAR

Penuntun praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah ini merupakan edisi revisi minor dari penuntun
yang dibuat pada November 2020 yang lalu. Perbaikan yang dilakukan meliputi pendetailan
atau penambahan narasi dan ilustrasi untuk memudahkan mahasiswa memahami sains dan
nilai praktis dari materi praktik yang diberikan.

Materi yang disajikan dalam Penuntun Praktikum ini merupakan bagian dari bahan ajar kuliah
Dasar-Dasar Ilmu Tanah di Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Isinya dirancang
tidak hanya untuk mahasiswa yang kelak akan memilih minat Ilmu Tanah, tetapi juga
mahasiswa lain dalam lingkup Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Setelah mengikuti
praktikum ini secara keseluruhan, diharapkan mahasiswa akan terbekali dengan pengetahuan
dasar dan keterampilan praktis mengenai Ilmu Tanah, baik untuk mempelajari Ilmu Tanah
secara lebih mendalam, maupun untuk pemahaman sifat-sifat dan proses-proses dasar di
dalam tanah.

Materi praktikum terdiri dari 4 topik (bab) yang tersaji secara sekuensial. Di setiap topik
diberikan pengetahuan pengantar yang berhubungan dengan materi praktikum yang akan
dijalankan agar mahasiswa memahami apa yang akan dipraktikkan dan mengapa topik
tersebut penting. Selanjutnya diberikan tujuan praktikum, bahan dan peralatan yang
dibutuhkan, metode pelaksanaan, lembar data yang akan diisi selama menjalankan
praktikum serta tugas-tugas sebagai bahan diskusi untuk penguatan pengetahuan mahasiswa.

Secara keseluruhan praktikum ini dapat dirampungkan dalam waktu tidak lebih dari 4 pekan.
Untuk kemudahan pelaksanaan praktikum, khususnya pada masa pandemi Covid-19 ini, dan
untuk memberikan kesempatan aplikasi yang luas oleh mahasiswa kelak, peralatan dan
bahan-bahan yang digunakan adalah yang sangat sederhana.

Makassar, September 2021

Penyusun,

Prof. Dr. Ir. Sikstus Gusli, Ph.D (Koordinator mata kuliah)


Sartika Laban, SP., MP., Ph.D (Koordinator praktikum)
Dr. Rismaneswati, SP., MP (Anggota dosen pengajar)

ii
DAFTAR ISI

Halaman

Pengantar ii
Daftar Isi iii
1. Tekstur Tanah 1
2. Kadar Air Tanah 4
3. Daya Simpan Air Tanah 6
4. Pengembangan dan Pengerutan Tanah 8

iii
1. TEKSTUR TANAH
Tekstur didefinisikan sebagai “proporsi relatif (persentase) dari partikel yang berukuran liat
(<0,002 mm), partikel debu (0,002 – 0,050 mm) dan partikel pasir (0,050 – 2,000 mm) dalam
suatu massa tanah kering”. Karena ketiga kelas partikel ini berbeda ukuran, tekstur juga bisa
didefinisikan dalam bahasa umum (awam) sebagai “ukuran kehalusan/kekasaran dari suatu
tanah”.

Tekstur merupakan sifat primer tanah yang sangat penting dan bersifat permanen, hasil
pelapukan batuan induk tanah. Tekstur memengaruhi banyak sifat tanah yang lain, misalnya
kemampuan tanah memegang dan menyimpan air, sifat olah, kohesi, agregasi, kekuatan tanah,
infiltrasi air, drainase, kesuburan tanah, organisme tanah, dll. Bahkan, kelas tekstur tanah
adalah hal yang pertama (dan paling mudah) dilakukan di lapangan ketika kita mempelajari
suatu tanah. Bila tekstur tanah diketahui – termasuk berdasarkan test cepat di lapangan yang
materinya diberikan dalam pedoman ini – banyak hal terkait sifat-sifat penting tanah yang bisa
diketahui.

Analisa tekstur secara teliti dilakukan di laboratorium mengikuti petunjuk yang baku
(Gee and Bauder, 1986). Namun, tekstur juga dapat ditetapkan secara tepat dengan tingkat
keakuratan yang lumayan bila dilakukan dengan cermat menggunakan teknik analisa
berdasarkan perasaan (feeling), misalnya berdasarkan pedoman yang diberikan oleh Natural
Resources Conservation Service-USDA (dimodifikasi dari S.J. Thien. 1979. A flow diagram for
teaching texture by feel analysis. Journal of Agronomic Education 8: 54-55) yang diberikan dalam
penuntun ini. Ini dimungkinkan karena masing-masing kelas partikel (liat, debu dan pasir)
memiliki sifat yang khas terkait kekasaran/kehalusan, kelekatan, plastisitas, dan
kekerasan/keteguhan. Sifat inilah yang dielaborasi untuk mengembangkan teknik penentuan
tekstur berdasarkan feeling ini.

Tujuan

Praktik ini bertujuan mendemonstrasikan:


• Bagaimana menentukan tekstur tanah secara cepat; dan
• Tanah bisa memiliki tekstur yang berbeda, dan perbedaan itu dapat diketahui dengan cara
yang sederhana dan dapat dilakukan setiap mahasiswa.

Bahan
• Sampel tanah kering udara yang telah dibersihkan dari kotoran atau batu dan telah
diayak melewati saringan berukuran sekitar 2 mm yang diketahui bertekstur “pasiran”
(sandy soils atau sandy loam) dan tanah bertekstur “liat” atau “lempung” yang dapat
anda peroleh dari di sekitar lokasi dimana anda berada.
• Air.

Alat
• Diagram penentuan tekstur dengan metode remasan (feeling) (Gambar 1)
• Labu semprot air

1
Metode pelaksanaan

Penentuan tekstur dengan metode remasan/perasaan (feeling). Cara penetapan dengan teknik
remasan mengikuti prosedur berikut ini.

Mulai

Ambil segenggam tanah, tambahkan air sedikit demi sedikit sambal


meremas agregat tanah, sehingga didapatkan pasta tanah pada kondisi Tambahkan
sekitar batas plastis (dapat dengan mudah dibentuk, tidak terlalu basah, tanah
tidak terlalu kering). Buat bola tanah

Ya

Tidak Tidak
Apakah tanah tetap seperti Apakah tanah Tidak Apakah terlalu
bola bila sedikit ditekan? terlalu kering? basah? Pasir
Ya

Tempatkan bola tanah di antara ibu jari &


telunjuk, pelintir tanah ke atas dengan ibu
jari untuk secara perlahan membentuk
pita tanah yang panjang hingga patah
dengan sendirinya

Ya

Apakah tanah Tidak


Pasir
membentuk pita?
berlempun
Ya g

Apakah tanah membentuk Apakah tanah membentuk Apakah tanah membentuk pita
Tidak Tidak
pita yang lemah, <2,5 cm pita 2,5 – 5 cm panjangnya yang kuat, panjangnya 5 cm
panjangnya sebelum patah? sebelum patah? atau lebih sebelum patah?

Ya Ya Ya

Basahkan sejumlah tanah pada telapak tangan anda, lalu gerus dengan ibu jari

Ya Apakah tanah Lempung


Lempung Ya Apakah tanah Liat Ya Apakah tanah
terasa kasar? liat
berpasir terasa kasar? berpasir terasa kasar?
berpasir
Tidak
Tidak Tidak

Lempung Ya Apakah tanah Ya Apakah tanah


Liat Ya Apakah tanah
terasa halus? Lempung terasa halus?
berdebu terasa halus?
liat berdebu
Tidak berdebu
Tidak
Tidak
Ya Tanah tidak
kasar tidak Ya Tanah tidak
Lempung Ya Tanah tidak
pula halus Lempung kasar tidak
berliat pula halus
Liat kasar tidak
pula halus

Gambar 1. Skema penentuan tekstur tanah dengan teknik peremasan/perasaan (feeling) yang diintroduksi
oleh Natural Resources Conservation Service-USDA.

2
Lembar kerja dan Pembahasan

Tabel 1. Hasil penentuan tekstur tanah dengan metode feeling.

Kode sample Tekstur (metode feeling) Keterangan lokasi sampel#

#
Misalnya koordinat bumi (diperoleh dari GPS atau HP anda), kedalaman tanah (dalam cm), nama desa, kecamatan,
kabupaten dan provinsi

Pertanyaan dan pembahasan

1. Adakah perbedaan sifat-sifat mekanik (kelengketan, kemudahan untuk dibentuk, plastisitas


berdasarkan kemudahan untuk dibentuk dan kekuatan atau resistensi tanah bila bulatan tanah
ditekan atau ditusuk dengan lidi) masing-masing sampel tanah yang anda praktikkan?
Jelaskan secara detail, gunakan referensi dari jurnal ilmiah atau buku bila perlu.

3
2. KADAR AIR TANAH

Tanah memegang peran penting dalam penyediaan air bagi makhluk hidup (tumbuhan,
hewan, manusia). Tanpa tanah, makhluk hidup tidak bisa mendapatkan air. Jumlah air yang
tersimpan di dalam tanah bervariasi dan terus berubah dari waktu ke waktu. Untuk
kepentingan pengelolaan air di dalam tanah, manusia perlu mengetahui berapa banyak air yang
ada atau tersedia di dalam tanah. Banyaknya air yang ada di dalam tanah per massa atau volume
tanah pada suatu saat disebut sebagai kadar air tanah.
Tujuan
Praktik ini bertujuan untuk:
• Memahami bagaimana kadar air tanah diukur dan dihitung menggunakan metode
gravimetrik (penimbangan);
• Memahami bahwa tanah yang berbeda (misalnya dilihat dari teksturnya) memiliki
kadar air yang tidak sama, meskipun besaran energi yang memegang air di dalam
tanah adalah sama, misalnya sama-sama kering udara atau lembab.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan meliputi:


• Tanah kering udara (tanah yang sama pada saat analisis tekstur) sebanyak sekitar satu
genggam penuh (idealnya dari dua sampel tanah yang berbeda tekstur)
• Air,
• Mistar.

Alat

Peralatan yang diperlukan terdiri dari:


• cawan petridis;
• timbangan;
• peralatan sangria.

Metode pelaksanaan

Metode penetapan kadar air tanah secara gravimetrik (modifikasi karena dicobakan di rumah
masng-masing):

1. Timbang cawan petridis atau piring kecil, kemudian tambahkan kurang lebih sekitar satu
genggam penuh tanah yang lembab.
2. Keringkan dengan cara disangrai (tanah diaduk-aduk selama proses sangrai) pada wadah
sangrai (misalnya plat besi, wajan atau peralatan dari tanah liat) selama 1 jam dengan api
sedang.
3. Timbang cawan petridis bersama tanah.
4. Hitunglah dengan rumus :
 Berat cawan petridis = a gram
 Berat cawan petridis + tanah yang lembab = b gram
 Berat cawan petridis + tanah kering = c gram
 Berat tanah lembab = (b – a)
 Berat tanah kering = (c – a)
 Berat air yang hilang = (b – c)

4
(𝑏−𝑎)− (𝑐−𝑎)
Kandungan air tanah = (𝑐−𝑎)
𝑥 100 % (2-1)

Lembar kerja dan Pembahasan

Tabel 2. Pengukuran kadar air tanah dengan metode gravimetri.

Berat
Berat
Berat Cawan
Cawan Berat air Kandungan
Kode Cawan Petridis Berat tanah Berat tanah
Petridis + yang air tanah
sample Petridis + tanah lembab (g) kering (g)
tanah kering hilang (g) (g)
(g) kering
oven (g)
udara (g)
1
2
3

Keterangan kode sampel (lokasi dari mana sampel diambil, kedalaman tanah – jika sampel tanah
diambil dengan cara menggali atau informasi lain):
1.
2.
3.

Pertanyaan dan pembahasan

1. Anda diminta menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan


kandungan air tanah dari sampel tanah yang anda gunakan.

5
3. DAYA SIMPAN AIR TANAH

Daya simpan air (DSA) tanah diartikan sebagai kemampuan tanah untuk menyimpan air
setelah diberikan air berupa hujan atau irigasi. DSA tanah dapat dengan mudah diilustrasikan
sebagai kapasitas tanah di dalam pot menyimpan air setelah disirami hingga jenuh air (tanah di
dalam pot mulai menteskan air). DSA tanah penting, karena memengaruhi (misalnya) berapa
lama tanaman bisa bertahan dengan cadangan air yang ada tanpa penyiraman/irigasi/hujan,
berapa lama suatu kejadian hujan bisa berlangsung sebelum terjadi aliran permukaan, dll. Di
laboratorium, DSA tanah diukur dengan prosedur standard, sehingga hasilnya akurat. Namun,
dalam praktik ini DSA tanah diestimasi dengan prosedur sederhana menggunakan bahan-bahan
dan peralatan sederhana yang bisa diperoleh dari sekitar kita dengan hasil yang lumayan bagus.

Bahan

Tanah. Gunakan kedua contoh tanah kering udara atau ‘kering lapangan’ yang digunakan pada
praktik penentuan tekstur.

Air. Siapkan sekitar 2 L air (boleh air PDAM atau air sumur).

Tissue. Siapkan 2 lembar tissue wajah (walaupun kemungkinan yang akan terpakai hanya satu
lembar).

Alat

Enam (6) gelas plastik bekas, buangan dari air mineral kemasan dalam gelas, misalnya merek
Aqua, Club, dll dengan volume sekitar 220 mL.

Paku dengan diameter 2 – 4 mm.

Corong air atau sejenisnya (apa saja yang bisa dipakai yang dapat berfungsi sebagai corong air).

Dudukan, tempat dimana gelas plastik akan diletakkan, misalnya kotak dari bahan plastik, kursi
plastik atau meja atau alat lain yang serupa.

Prosedur

Masukkan Tanah A dan Tanah B ke dalam gelas plastik masing-masing yang dasarnya sudah
dilubangi dengan paku sebanyak lima lubang, hingga terisi kurang lebih separuh dari gelas.

Dudukkan gelas A dan B yang berisi tanah tersebut ke atas corong air yang sudah diletakkan di
atas gelas kosong penampung air gravitasi (Gambar 2).

Siapkan dua gelas plastik penuh (sekitar 220 mL) air untuk kemudian dituangkan seluruhnya ke
Tanah A dan Tanah B. Hati-hati agar tidak ada air yang tertumpah saat menuangkan air.

Biarkan air menetes melalui corong ke gelas penampung. Setelah air pada tanah bertekstur halus
berhenti menetes (sekitar 30 – 60 menit), estimasi jumlah air yang tertampung, tuliskan ke dalam
tabel pengamatan. (Bila tersedia gelas ukur atau timbangan, dapat ditimbang atau ditakar. Bila
tidak tersedia, dapat diestimasi saja seakurat mungkin).

6
Gambar 2. Desain skematis pengukuran (estimasi) kapasitas tanah memegang air. Tanah A dan Tanah
B bertekstur berbeda, sebaiknya yang satu bertekstur halus (misalnya liat) dan yang lainnya bertekstur
kasar (pasiran), misalnya lempung berpasir (sandy loam).

Lembar Kerja:

Tabel 3. Volume air yang tertampung setelah 60 menit tanah dibasahi.

Kode sample Volume (mL)

Pertanyaan dan pembahasan:

1. Anda diminta menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan


volume air yang tertampung pada setiap jenis sampel.

______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________
______________________________________________________________________

7
4. PENGEMBANGAN DAN PENGERUTAN
Tanah dapat mengembang (selama proses pembasahan) dan mengerut (selama pengeringan).
Sifat mengembang dan mengerut ini dipengaruhi oleh kandungan dan tipe liat tanah. Semakin
tinggi kandungan liat, semakin besar kapasitas pengembangan dan pengerutan. Tipe liat
montmorilonit pada tanah Vertisols mengembang/mengerut jauh lebih besar dari pada tipe liat
kaolin (Oxisols). Sifat mengembang/mengerut ini mempunyai implikasi terhadap sifat
mekanik tanah, edapologis dan agronomis.

Tujuan

Praktik ini bertujuan:


• Mendemonstrasikan sifat mengembang dan mengerut tanah;
• Mengukur besarnya pengembangan dan pengerutan berdasarkan koefisien
pengembangan linier (coefficient of linear extensibility – COLE).

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari:


• Sampel tanah terombak yang mewakili kapasitas pengembangan yang kontras (nilai
COLE tinggi, sedang dan rendah);
• Air; dan
• Gemuk (atau krim rambut, bila tidak ada gemuk).

Alat

Peralatan yang digunakan meliputi:


• COLE device (cawan COLE), atau botol air mineral sekitar 200-300 mL yang dibelah
dua.
• Spatula, dan
• Mistar dengan panjang 30 cm, berskala mm.

Kaki cawan COLE

Gambar 3. Desain skematis pengukuran coefficient of linear extensibility (COLE) tanah. Li = Panjang
tanah awal (lembab) = Lc = Panjang bagian dalam cawan COLE, Lf = Panjang tanah akhir setelah
dikeringkan. Gemuk atau krim rambut dioleskan pada bagian dalam cawan COLE sebelum tanah
lembab dimasukkan.

8
Metode pelaksanaan

Siapkan COLE device atau cawan atau botol air mineral yang telah dibelah dua yang bagian
dalamnya telah diolesi gemuk. Lumatkan (remold) secara merata sekitar 500 g (atau
secukupnya) masing-masing sampel tanah kering udara yang telah disiapkan hingga tanah
berbentuk pasta (sekitar liquid limit stage atau batas cair) yang halus tanpa agregat. Dengan
spatula, masukkan pasta tanah ini ke dalam COLE device. Biarkan tanah mengering di dalam
ruangan (jangan dimasukkan ke dalam oven). Setelah tanah mengering (sekitar 1 minggu),
ukur panjang tanah, lalu catatkan dalam lembar data. Hitung COLE dengan rumus:

COLE = [(Li - Lf)/Li] x 100

Dimana, Li dan Lf masing-masing adalah panjang tanah awal (sama dengan panjang
COLE device bagian dalam) dan panjang tanah akhir (mm). COLE dinyatakan dalam
satuan %.

Lembar kerja dan pembahasan

Tabel 4. Pengukuran kadar air tanah dengan metode gravimetri.

Kode sample La (mm) Lf(mm) COLE

Keterangan kode sample:


1.
2.

Pertanyaan dan pembahasan:

1. Apakah ada perbedaan pengembangan dan pengerutan dari kedua sampel tanah? Anda
diminta menjelaskan arti nilai COLE pada masing-masing sample tanah yang diamati.
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________

9
2. Anda diminta menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan nilai
COLE pada setiap jenis sampel tanah yang diamati.
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________
____________________________________________________________________________

10
11

Anda mungkin juga menyukai