Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN HASIL OBSERVASI

KOMODITAS HORTIKULTURA

KOMODITI WORTEL DAN KOL


Desa Buluballea, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

Disusun oleh: RT 5

APRILYANTI (G021211002)
NURAENI (G021211007)
CHOLETA MARIA VIOLA I. B. (G021211008)
MUHAMMAD APRIFFY FASSA F. (G021211009)
HILDA ALVIERA (G021211077)
MUHAMMAD IRSAN (G021211081)
ANDI SAYYID LUSSA (G021211125)
FADILAH TRIANA DJUFRI (G021201013)

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat dan hidayah-
Nya sehingga kita masih diberikan kesehataan dan kekuatan serta kelancaran
dalam menyelesaikan laporan yang berjudul Laporan Hasil Observasi
Komoditas Hortikultura Komoditi Wortel dan Kol dapat kami selesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sholawat serta salam tak lupa
kita curahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang teraang benderang
seperti saat ini.
Tersususnnya laporan ini tentunya tidak lepas dari peran serta dari
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materi dan spiritual, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kami menghanturkana
rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Kami dari pihak penulis menyadari bahwa laporan yang telah kami susun
masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu kami
berharap kepada pihak pembaca agar dapat memberikan saran dan kritik yang bisa
menyempurnakan penulisan-penulisan mendatang. Apabila di dalam karya ilmiah
ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca, mohon
dimaafkan.

Makassar, 26 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI….......................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN….................................................................................1
1.1 Latar Belakang…...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah…..............................................................................1
1.3 Manfaat…...............................................................................................2
1.4 Kegunaan................................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Aspek Budidaya Komoditi Wortel........................................................3
2.1.1 Subsistem Hulu…..............................................................................4
2.1.2. Subsistem Hilir…...............................................................................4
2.1.3 Subsistem Penunjang…......................................................................5
2.2 Aspek Ekonomi Komoditi Wortel.........................................................5
2.3 Aspek Budidaya Komoditi Kol.............................................................6
2.3.1 Subsistem Hulu…..............................................................................8
2.3.2. Subsistem Hilir…...............................................................................8
2.3.3 Subsistem Penunjang…......................................................................8
2.4 Aspek Ekonomi Komoditi Kol..............................................................9
BAB III : PENUTUP............................................................................................10
3.1 Kesimpulan…......................................................................................10
3.2 Saran….................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA….......................................................................................11
LAMPIRAN…......................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan pertanian dan pedesaan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Pertanian merupakan komoditi utama yang menopang kehidupan
pedesaan di Indonesia. Namun demikian peranan sektor pertanian secara
keseluruhan tidak berkembang sehingga belum berhasil mengangkat posisi petani
pada tingkat sejahtera seperti yang diharapkan. Peranan sektor pertanian
dihadapkan pada berbagai permasalahan sejalan dengan pengembangan
perekonomian pedesaan.
Pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari
pemerintah Indonesia karena peranannya yang sangat penting dalam rangka
pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi
bangsa. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan
kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian
besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang
tinggi dan memberikan devisa bagi negara. Semua usaha pertanian pada dasarnya
adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang
sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode budidaya,
pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran.
Kegiatan usahatani memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas
agar keuntungan menjadi lebih tinggi. Produksi dan produktivitas tidak lepas dari
faktor- faktor produksi yang dimiliki petani untuk meningkatkan produksi hasil
panennya. Rendahnya pendapatan yang diterima karena tingkat produktivitas
tenaga kerja rendah. Faktorfaktor produksi yang dimiliki petani umumnya
memiliki jumlah yang terbatas tetapi disisi lain petani juga ingin meningkatkan
produksi usahataninya
Beberapa komoditi yang dibudidayakan di daerah Kabupaten gowa
diantaranya adalah tanaman wortel, kentang, daun bawang, kol, dan paprika
menjadi jenis usahatani yang mampu menjadikan kehidupan atau pendapatan para
petani di kabupaten tersebut dapat berlanjut sampai sekarang ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana aspek budidaya komoditi wortel
2. Bagaimana aspek ekonomi komoditi wortel
3. Bagaimana aspek budidaya komoditi kol
4. Bagaimana aspek ekonomi komoditi kol

1
1.3 Tujuan Penyusun Laporan
Tujuan penyusunan laporan ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui aspek budidaya komoditi wortel
2. Untuk mengetahui aspek ekonomi komoditi wortel
3. Untuk mengetahui aspek budidaya komoditi kol
4. Untuk mengetahui aspek ekonomi komoditi kol

1.4 Kegunaan Penyusun Laporan


Adapun kegunaan penyusunan laporan yaitu:
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada bidang pertanian
khusunya pada komoditas hortikultura dalam beberapa aspek seperti aspek
budidaya, aspek pemasaran, dan aspek ekonomi untuk komoditi wortel dan
kol.
2. Untuk menambah wawasan para peserta agriedukasi dalam meneliti
berbagai macam faktor keberhasilan maupun faktor penghambat
keberhasilan produk pertanian khusunya pada komoditas hortikultura yang
dibudidayakan di daerah dataran tinggi yang bisa mencapai ketinggian ±
1000 mdpl.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspek Budidaya Komoditi Wortel
Salah satu komoditas hortikultura yang dikembangkan oleh warga desa
Buluballae, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa adalah wortel (dacus
carota L.), merupakan tanaman sayuran yang dapat tumbuh dengan baik di
dataran tinggi yang diambil umbinya untuk dikonsumsi. Dari hasil observasi yang
kami lakukan kepada salah satu warga desa Buluballea yaitu bapak Masdani kami
memperoleh bahwa dalam membudidayakan tanaman wortel diperlukan beberapa
tahap dan proses sampai wortel dapat dipanen. Berikut tahapan dana proses
budidaya tanaman wortel yang pak Masdani lakukan:
a) Perpiapan Lahan
Dari luas lahan yang pak Masdani miliki dengan panjang 75m dan lebar
15m, beliau membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu dalam menyiapkan
lahannya sampai lahan siap ditanami. Menurut pengakuan Pak Masdani tidak
banyak tenaga kerja yang dia butuhkan dalam menyiapkan lahannya, cukup dia
seorang sudah bisa untuk mentraktor lahannya tersebut. Setelah tanah
digemburkan kemudian lahan dibuatkan bedengan dengan jarak dari masing-
masing bedengan yaitu sekitar 10cm dengan luas bedengan 20-25cm.
b) Penanaman
Tahapan pertama dari proses penanaman wortel yang dilakukan Pak
Masdani yaitu dengan memilih benih dari hasil panen sebelumnya yang ditanam
pada lahan terpisah, kemudian sekitar waktu satu bulan barulah bibit wortel
dipindahkan ke lahan dengan jarak tanam 5cm.
c) Pemeliharaan
Berbeda dengan tanaman hortikultura lainnya yang dibudidayakan di Desa
Buluballea ini, wortel merupakan tanaman yang cukup mudah dalam
pemeliharaannya dibanding dengan tanaman kol dan kentang. Dalam satu kali
masa tanam wortel hanya membutuhkan sekali penyiangan dan satu kali
pemupukan, dan mencabut gulma yang tumbuh jika ada. Pupuk yang digunakan
Pak Masdani dalam memupuk tanaman wortelnya sama seperti petani-petani lain,
beliau menggunakan jenis pupuk anorganik seperti MPK dan Urea. Dari
pengalaman Pak Masdani, dia juga pernah menggunakan pupuk organik seperti
kencing kelinci, akan tetapi penggunaannya sudah tidak digunakan lagi karena
sulit untuk mendapatkannya dan mengingat kelinci sulit untuk dikembangbiakkan
di daerah tersebut.
Selain pupuk Pak Masdani juga menggunakan pestisida untuk melindungi
tanamannya dari hama dan tanaman pengganggu, merek pestisida yang digunakan
yaitu Uncorn dan Agil. Dibanding dengan tanaman hortikultura lainnya, tanaman
wortel tidak seintensif dalam penyerangan hama. Akan tetapi terdapat penyakit
umbi yang Pak Masdani hadapi seperti umbi bercabang. Wortel dengan umbi

3
yang

4
bercabang ini tidak laku di pasaran sehinnga dapat membuat hasil dari panen tidak
maksimal.
d) Panen
Sama seperti cara panen wortel pada umumnya, Pak Masdani memanen
wortelnya dengan cara mencabut umbi wortel setelah wortel telah mencapai umur
empat bulan. Setelah wortel dicabut, umbi wortel dipilah antara yang layak jual
dan dikonsumsi sendiri, wortel yang biasanya laku di pasaran yaitu wortel tanpa
cabang. Setelah wortel dipilah, kemudian wortel dikemas menggunakan kantong
dan dijual ke pengepul dengan harga jual Rp 2.000,00 per kilogram.

2.1.1 Subsistem Hulu


Subsistem agribisnis hulu disebut juga subsistem faktor input, yaitu
subsistem pengadaan sarana produksi pertanian. Kegiatan subsistem ini
berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi
dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani atau
budidaya pertanian. Penyediaan sarana produksi pada komoditi wortel yang
dibudidayakan oleh bapak Masdani yang berupa benih. Di Indonesia, perusahaan-
perusahaan bibit dan benih masih menghadapi kendala pada penyediaan dana,
dimana dalam melakukan proses produksi perusahaan lokal masih sering kali
bergantung pada dana yang diberikan investor asing. Keterbatasan modal yang
dimiliki, berdampak pada keterbatasan peralatan produksi canggih. Hal ini tentu
saja akan memberikan pengaruh pada benih atau bibit wortel yang diproduksi.
Keadaan ini menyebabkan untuk memperoleh bibit dan benih unggul, petani harus
mengeluarkan modal yang lebih besar untuk membeli bibit maupun benih
sehingga membuat petani wortel ini membuat benih wortelnya sendiri.
Berikut ini adalah alat dan bahan yang digunakan dalam usaha tani
responden kedua dengan komoditi wortel (pak Masdani) yaitu:
1. Cangkul
2. Traktor
3. Jangkar
4. Sabit
5. Keranjang
6. Pupuk urea dan NPK
7. Unicron Agil

2.1.2 Subsistem Hilir


Dalam memasarkan hasil pertanian, pak Masdani tidak melakukan hal
yang berat atau workhard seperti melakukan promosi atau menggunakan alternatif
lain yang lebih canggih karena beliau masih mengggunakan cara tradisional untuk
hasil pertaniannya.

5
Pak Masdani masing menunggu pengepul yang telah menjadi
langganannya untuk membeli wortel yang telah dipanen. Para pengepul akan
datang langsung ke rumah-rumah warga dan salah satunya adalah rumah pak
Masdani dan para pengepul tersebut menggunakan mobil untuk mengangkut hasil
pertaman ke daerah-daerah yang masyarakatnya menjadi konsumtif. Hasil
pertanian dipasarkan diluar kabupaten gowa hingga pulau Kalimantan. Untuk
memasarkan hasil pertanian pak Masdani masih dikatakan beroprasi kecil karena
kualitas dan kuantitas yang dimiliki belum mencapai titik optimal untuk
pendapatan yang maksimal.
2.1.3 Subsistem Penunjang
Subsistem penunjang terdiri atas semua pemeran utama dalam
menyediakan jasa, meskipun bersifat pilihan namun sangat penting dalam
menunjang keberhasilan berjalannya sistem agribisnis, salah satunya adalah
lembaga penunjang. Lembaga penunjang memiliki peran yang besar dalam
pengembangan agribisnis. Namun pada proses budidaya komoditi wortel yang
dilakukan oleh pak Masdani di Desa Buluballea ini tidak melibatkan lembaga
penunjang seperti kelompok tani. Karena pada saat memasuki kelompok tani, pak
Masdani merasa tidak mendapatkan keuntungan yang beliau harapkan.
Kredit dan pembiayaan yang diberikan pemerintah untuk para petani di
daerah tersebut tidak tersalurkan secara merata karena adanya pihak yang
memiliki kekuasaan lebih tinggi yang tidak menyalurkannya dengan merata.
Bapak Masdani yang merupakan petani penggarap mendapatkan modal dari
pemilih lahan yang beliau garap. Dengan melakukan kerja sama dengan pemilik
lahan.
Subsistem penunjang yang digunakan dalam memperlancar
pengembangan dan pemasaran komoditi wortel yang dilakukan oleh Bapak
Masdani adalah jasa transportasi. Bapak Masdani memanfaatkan jasa transportasi
yang disediakan oleh pengepul untuk menunjang kelancaran pendistribusian hasil
produksi wortel yang dihasilkan oleh Bapak Masdani.

2.2 Aspek Ekonomi Komoditi Wortel


Harga pasar yang tidak konsisten menyebabkan pendapatan pak Masdani
terhadap wortelnya juga menjadi tidak stabil. Dalam observasi kami, pak Masdani
dapat menjual wortelnya seharga 4000/kg ke para pengepul jika harga pasar dalam
keadaan naik. Sebaliknya jika harga pasar turun maka harga jual pak Masdani
sekitar 2000/kg. jika hasil panen maksimal, Pak Masdani dapat memperoleh hasil
produksi dari lahan yang dia kelola yaitu sekitar 3 ton wortel.
Pak Masdani tidak memiliki kerugian yang signifikan atau cukup bessar
terhadap ekonominya apabila terjadi gagal panen karena dalam budidaya wortel
terlebih pada dataran tinggi tidak banyak mengeluarkan input pada
pembudidayaannya dan tidak membutuhkan tenaga ekstra dalam pengawasannya.

6
Bahkan komoditi wortel yang dijadikan usahatani sebagai sumber pendapatan
sangat jarang memberikan efek buruk karena kerugian yang didapatkan tidak
begitu besar dari modal. Harga pasar sendiri bervariasi diakibatkan kebutuhan
konsumen juga yang bervariasi terhadap wortel.
2.3 Aspek Budidaya Komoditi Kol
Selain wortel, komoditi kol juga memiliki beberapa aspek dalam
membudidayakannya, berikut akan dijabarkan aspek dari budidaya komoditi kol
mulai dari persiapan lahan sampai panen:
a) Persiapan lahan
Dalam menyiapkan lahan untuk dijadikan media tanam sayur kol, pak
Daming membutuhkan waktu sekitar 1 minggu. Pak Daming yang dibantu oleh
keluarga seperti anak dan keponakannya tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk mempersiapkan lahannya karena ketersediaan tenaga kerja. Berikut ini alat
yang digunakan dalam pembersihan lahan yaitu sebagai berikut.
1. Sabit
Alat ini akan digunakan untuk membersihkan gulma atau rumput-rumput
yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman.
2. Traktor
Traktor digunakan untuk menggemburkan tanah sehingga proses
pertumbuhan tanaman bisa lebih mudah. Traktor yang digunakan juga
merupakan traktor pribadi. Harga minyak yang digunakan untuk
menjalankan mesin traktor sekitar Rp. 50.000,00 per musim tanam.
3. Cangkul
Cangkul digunakan untuk membentuk bedengan tanaman yang lebarnya
kurang lebih 100 cm, tingginya mencapai 40 cm, dan jarak antar bedengan
sekitar 30 cm. selain digunakan untuk membentuk bedengan, cangkul juga
digunakan untuk menggemburkan tanah/membersihkan gulma pada bagian
samping lahan yang susah dijangkau oleh traktor.
b) Penanaman
Selain sayur kol, pak Daming juga membudidayakan tanaman kentang dan
wortel. Ketiga jenis tanaman ini ditanam dalam 1 lahan yang luasanya sekitar 1
ha. Dalam 1 lahan tersebut, biasanya terdapat 12 bedengan yang berhasil
dibentuk. Sebelum penanaman, benih harus disiapkan terlebih dahulu di media
semaian 5 hari sebelum pembersihan lahan. Benih akan disemai dalam waktu 15-
20 hari sebelum masa tanam dengan kondisi benih yang baik dan sehat.
Ketika benih telah menjadi bibit maka proses pemindahan bibit dari wadah
yang kecil ke lahan yang lebih luas/bedengan sudah bisa dilakukan (proses pindah
tanam). Proses pemindahan ini membutuhkan skill atau kemampuan yang lebih
karena bibit bisa saja rusak apabila pemindahan tidak dilakukan dengan hati-hati.

7
Jarak tanam yang digunakan oleh pak Daming yaitu sekitar 50 x 40 cm untuk bisa
mencapai hasil yang optimal.
c) Pemeliharaan
1. Penyiangan
Setelah tanaman berpindah ke bedengan dalam waktu 1-2 minggu
biasanya gulma atau rumput-rumput liar sudah mulai tumbuh dan bisa saja
menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu pak Daming melakukan
penyiangan agar pertumbuhan tanaman bisa berlangsung dengan baik tanpa
adanya gangguan gulma atau rumput-rumput liar.
2. Pemupukan
Pupuk yang digunakan pak Daming yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik yaitu kotoran ternak yang tekah dijadikan kompos
yang memiliki banyak kelebihan untuk pertumbuhan tanaman dan pupuk
anorganik yaitu urea dan NPK. Pemupukan dilakukan bisa sampai 4 kali
selama masa tanam. Pada umumnya, pemupukan hanya dilakukan sebanyak 3
kali, namun jika diperlukan maka dilakukan sebanyak 4 kali dengan
pertimbangan yang dilkaukan.
 Pemupukan pertama, usia tanaman 7-10 hari (masa penyemaian).
 Pemupukan kedua, usia tanaman 20-22 hari (setelah pindah tanam).
 Pemupukan ketiga, usia tanaman 40-45 hari
 Pemupukan keempat/susulan, usia tanaman 70-75 hari (ketika
diperlukan).
3. Pemberantas hama dan penyakit
Bagian tanaman yang sering diserang oleh hama dan penyakit yaitu daun
tanaman. Ulat-ulat kecil sering menjadi pengganggu pertumbuhan tanaman
sehingga daun tanaman menjadi rusak dan harga jual sayur kol bisa saja turun.
Peristiwa tersebut bisa menjadi ancaman bagi pak Daming dan juga petani-
petani lain di daerah tersebut karena jika hama ini menyerang dengan cukup
kuat maka akan menyebabkan gagal panen bahkan para petani tidak balik
modal (rugi). Untuk memberantas hewan pengganggu tanaman (ulat), pak
Daming menggunakan isektisida plutella xylostella yang bisa mengendalikan
ulat pada daun tanaman kol. Selain itu, cuaca juga menjadi faktor gagal panen
bagi pak Daming. Hujan yang berkepanjangan bisa saja menyebabkan tanaman
kol tidak bisa tumbuh dengan baik.
d) Panen
Tanaman kol yang telah siap dipanen memiliki ciri- ciri seperti usia
tanaman 85-100 hari, kepala yang kokoh dan terbentuk penuh, tepi daun krop
mulai melengkung/terkelupas, dan krop bagian dalam sudah padat. Pada saat
panen, pak Daming masih menggunakan cara tradisional yaitu dnegan bantuan
sabit atau pisau yang tajam. Ketika panen, pak Daming mengikutsertakan 2-3
helai krop terluar

8
sehingga bisa melindungi krop dalam dari berbagai ancaman dari luar. Hasil
pertanian dikumpulkan dalam keranjang setelah itu dimasukkan ke dalam karung
sehingga para pengepul bisa dengan mudah mengangkutnya ke atas mobil.

2.3.1 Subsistem Hulu


Dalam sistem agribisnis terdapat subsitem-subsistem yang akan menjadi
satu kesatuan untuk keseluruhan mata rantai produksi pertanian, salah satunya
adalah subsistem hulu. Subsistem ini yang menjadi penyedia input atau pengadaan
dan penyaluran sarana produksi yang akan digunakan dalam melakukan usaha tani
atau pembudidayaan tanaman.
Berikut ini adalah alat dan bahan dalam pembudidayaan tanaman kol, yaitu:
1. Traktor
2. Sabit
3. Cangkul
4. Keranjang
5. Karung
6. Benih
7. Pupuk organik (kotoran ayam)
8. Urea/NPK

2.3.2 Subsistem Hilir


Dalam memasarkan hasil pertanian, pak Daming tidak melakukan hal yang
berat atau workhard seperti melakukan promosi atau menggunakan alternatif lain
yang lebih canggih karena beliau masih mengggunakan cara tradisional untuk
hasil pertaniannya. Pak Daming masing menunggu pengepul yang telah menjadi
langganan untuk membeli sayur kolnya yang dibungkus menggunakan karung.
Para pengepul akan datang langsung ke rumah-rumah warga dan salah satunya
adalah rumah pak Daming. Mereka menggunakan mobil untuk mengangkut hasil
pertanian ke daerah-daerah yang masyarakatnya menjadi konsumtif..
Sampai saat ini, hasil pertanian masih dikirim ke masyarakat Gowa dan
sekitarnya karena adanya perbedaan kualitas dan kuantitas produk pertanian dari
bapak Daming. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti benih pak
Daming tidak menggunakan benih yang berkualitas tetapi masih menggunakan
benih dari hasil pengolahan hasil pertanian musim lalu. Faktor lain seperti pupuk
yang tidak dengan komposisi yang dibutuhkan tanaman karena harga pupuk yang
semakin mahal serta luas lahan yang sempit sehingga tidak bisa menghasilkan
pendapatan yang optimal.
2.3.3Subsistem Penunjang
Di daerah pak Daming tepatnya di desa Buluballea, Kec. Tinggimoncong,
Kab Gowa, Sulawesi Selatan, lembaga tani atau gabungan kelompok tani

9
(Gapoktan) sudah tidak aktif lagi atau tidak ada lembaga yang aktif di daerah
tersebut. Beberapa diantara petani banyak yang berusaha tani sendiri tanpa adanya
bantuan dari lembaga pemerintah daerah setempat. Hal tersebut terjadi karena
desa Buluballea merupakan daerah yang bisa dikatakan terpencil dan tidak cukup
luas sehingga tidak dilirik atau sulit dijangkau oleh pemerintah.
Bantuan dari pemerintah untuk pertanian di desa Buluballea sudah
tersalurkan namun tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pupuk yang
tersalurkan masih dikatakan kurang dan biaya pupuk yang sangat melonjak tinggi
bahkan para petani susah mendapatkan pupuk tanpa adanya persiapan penerimaan
pupuk jauh sebelum pupuk datang. Menurut pak Daming sendiri kelangkaan
pupuk sekarang bisa menjadi salah satau faktor yang menghambat keberhasilan
usaha tani atau hasil pertanian.
2.4 Aspek Ekonomi Komoditi Kol
Jika harga sayur kol di pasar tinggi/naik maka 1 karung berisi 12-15 biji
yang ditaksir dengan harga Rp. 150.000,00. Jika hasil pertanian pak Daming
berhasil dengan dengan berbagai faktor yang mendukung maka hasil pertanian
pak Daming bisa mencapai ± 30-40 karung dengan pendapatan sekitar Rp.
5.500,00 setiap kali panen. Namun jika faktor-faktor keberhasilan terhambat yang
akan menimbulkan gagal panen maka pak Daming biasanya mendapatkan
kerugian yang cukup besar bahkan modal utama tidak kembali. Hal tersebut
terjadi karena beberapa faktor penghambat keberhasilan hasil pertanian salah
satunya adalah cuaca/iklim yang cukup ekstrim.

1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pertanian merupakan komoditi utama yang menopang kehidupan pedesaan
di Indonesia. Namun demikian peranan sektor pertanian secara keseluruhan tidak
berkembang sehingga belum berhasil mengangkat posisi petani pada tingkat
sejahtera seperti yang diharapkan. Pada laporan ini kelompok kami telah
mewawancarai 2 petani dengan komoditi yang berbeda yang berlokasi di desa
Buluballea, Kecamatan Tinggi Moncong Wawancara pertama kami dengan Pak
Masdani telah menekuni komoditi wortel kurang lebih 15 tahun. Pak Masdani
selaku petani penggarap dengan lahan yang digarapnya sebesar 75 x 15 m
menanam wortel dengan masa panen setiap ..
Wawancara kedua dengan pak Daming petani kol juga selaku ketua rt
setempat. Pak Daming telah bertani kurang lebih 30 tahun dan lahan yang ia
miliki sebesar 1 hektar namun didalamnya dibagi 3 komoditi salah satunya kol.
Benih yang digunakan adalah hasil dari kol sebelumnya, ketika bibit sudah
menjadi benih baru bisa dipindahkan ke lahan namun harus dengan proses yang
teliti dan hati - hati. Pak Daming mengatakan proses persiapan lahan sama dengan
komoditi lainnya yaitu membersihkan dari gulma sebelum dilakukan penanaman.
Penyemprotan pestisida akhir akhir ini frekuensinya sering dikarenakan hujan
yang membuat banyaknya hama pada tanaman.
3.2 Saran
Hasil wawancara dengan dua petani di desa Buluballea menghadirkan
masalah yang sama. Masalah harga yang diberikan pengepul kadang membuat
mereka tidak balik modal. Masalah yang dihadapi juga ialah gagal panen yang
terjadi dikarenakan kurangnya ilmu yang dimiliki oleh petani dan jika terjadi
gagal panen mereka hanya bisa pasrah. Padahal dari gagal panen tersebut ada hal
yang bisa dipelajari namun karena kurang mengerti mereka hanya bisa mengulang
menanam sama seperti sebelumnya dan berharap bisa lebih baik dari sebelumnya.

1
DAFTAR PUSTAKA
Hermawan SP. MP. 2012. Membangun Sistem Agribisnis. Diakses melalui
http://www.mb.ipb.ac.id/uploads/File/2012/MEMBANGUN%20SISTEM
%20AGRIBISNIS.pdf. Diakses pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 19:30
WIB.
Maulidah, Silvana. 2014. Rancangan Usaha Agribisnis. Malang: Lab of
Agribusiness and Management Faculty of Agriculture University of
Brawijaya.
Muhammad T. dan Gede S. 2012. Identifikasi Meloidogyne Penyebab Penyakit
Umbi Bercabang pada Wortel di Dataran Tinggi Dieng. Jurnal
Fitopatologi. 8(1); 16-21.
Ryan. Ishaq. 2019. Teknik Budidaya Tanaman Sayuran Berdasarkan Kearifan
Lokal Masyarakat Suku Damal di Kabupaten Puncak. Jurnal Fapertanak.
4(1); 2-8.
Santoso, B, B., dkk. Pengenalan Budidaya Tanaman Wortel ( Daucus carota L. )
Dataran Medium Di Desa Santong Kabupaten Lombok Utara. Universitas
Mataram: Nusa Tenggara Barat.

1
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Wawancara oleh responden pertama

Gambar 1.2 Wawancara oleh responden kedua

Anda mungkin juga menyukai