Anda di halaman 1dari 4

Pembangunan Boster Loa Ipuh Darat dan Jembatan Pipa JDU Menuju Boster Kec.

Tenggarong

Rencana Kerja & Syarat (RKS) III - 1


Pembangunan Boster Loa Ipuh Darat dan Jembatan Pipa JDU Menuju Boster Kec.Tenggarong

BAB 3
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN KAYU

3.1 PERSIAPAN
Sebelum pekerjaan kayu dimulai maka Penyedia barang/jasa harus mempersiapkan rencana
kerja, material, serta peralatan yang lengkap untuk pekerjaan kayu tersebut, sehingga
pekerjaan tersebut dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

3.2 ACUAN NORMATIF


Semua pekerjaan konstruksi kayu yang belum tercakup dalam peraturan ini harus memenuhi
syarat-syarat dalam :
a. Peraturan umum Bahan Bangunan di Indonesia NI-3.
b. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5.

3.3 KAYU
3.3.1 Mutu Kayu
Kalau tidak ditentukan lain, maka semua kayu yang digunakan untuk penyangga harus
kayu dengan mutu A sesuai dengan PPKI. Semua kayu harus bebas dari getah-getah,
cacat-cacat kayu seperti mata kayu, retak-retak, bengkok, dan sebagainya dan harus
sudah mengalami proses pengeringan udara mininum 3 bulan.

3.3.2 Kadar air


Kadar air dari semua kayu yang dipakai untuk pekerjaan harus lebih kecil atau sama
dengan 15%, sedangkan untuk pekerjaan-pekerjaan yang kasar harus lebih kecil atau
sama dengan 20%.
Harus dijaga agar supaya kadar air tersebut konstan baik pada saat penyimpanan,
pengerjaan, maupun sampai pada penyelesaian pekerjaan.

3.4 MACAM - MACAM KAYU


Macam kayu yang dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan ini akan disebutkan atau ditentukan
pada saat rapat penjelasan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS) III - 2


Pembangunan Boster Loa Ipuh Darat dan Jembatan Pipa JDU Menuju Boster Kec.Tenggarong

3.5 PENYIMPANAN KAYU


Segera setelah kayu diterima di tempat pekerjaan, maka kayu-kayu ditumpuk agar tidak
menyentuh tanah pada tempat-tempat yang disetujui Direksi.
Kayu bundar disusun sedemikian rupa sehingga setiap batang mempunyat jarak tidak kurang
dari 7,5 cm dari batang yang berdampingan.
Papan-papan disusun seperti batang bundar atau disusun tegak lurus terhadap lapisan di
bawahnya atau dipisahkan dengan tumpukan pada jarak tertentu untuk mencegah perubahan
dari bentuk kayu,
Kayu pada setiap lapisan harus dipisahkan dari kayu-kayu berdampingan dengan jarak
horizontal 2,5 cm.
Semua kayu yang disusun di tempat pekerjaan harus selalu dilindungi dengan baik dan bila
kayu-kayu itu menjadi rusak atau tidak sesuai untuk digunakan, maka kayu itu akan ditolak
dan harus diganti oleh Penyedia barang/jasa atas tanggungannya.

3.6 UKURAN - UKURAN


Ukuran-ukuran kayu harus sesuai dengan yang disyaratkan, kecuali penyimpangan-
penyimpangan sedikit akibat penggergajian di perkebunan. Ukuran-ukuran yang menyimpang
harus disesuaikan seperti yang ditunjukan dalam gambar rencana.

3.7 PERMUKAAAN KAYU YANG TERBUKA


Semua kayu yang pada penyelesaian akhir dibiarkan permukaannya terbuka, misalnya pada
pekerjaan meubelair, pintu, jendela dan sebagainya, permukaan harus dikerjakan kembali jika
tidak ditentukan lain dalam spesifikasi ini. Semua kayu pada pekerjaan konstruksi kayu harus
dibiarkan kasar dari penggergajian jika tidak ditentukan bahwa harus dikerjakan lagi.

3.8 PENYUSUTAN KAYU


Persiapan, penyambungan, dan pemasangan dari pekerjaan kayu harus sedemikian rupa
sehingga penyusutan pada bagian-bagian tertentu atau arah-arah tertentu harus tidak
mempengaruhi kekuatan dan bentuk terakhir dari pekerjaan dan tidak merusak bahan-bahan
secara terus menerus.

3.9 PABRIKASI
Penyedia barang/jasa harus menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi persiapan
pekerjaan pabrikasi juga termasuk penyediaan semua plat-plat penyambung, sekrup-sekrup,
paku, dan lain sebagainya, sehingga pekerjaan dapat dilakukan sebaik-baiknya sesuai dengan
gambar rencana. Penyedia barang/jasa harus menyiapkan pula segala keperluan untuk
pemasangan seperti perancah-perancah dan lain sebagainya, untuk mendukung dan memasang
konstruksi tersebut pada tempat yang sesuai dengan gambar rencana.

Rencana Kerja & Syarat (RKS) III - 3


Pembangunan Boster Loa Ipuh Darat dan Jembatan Pipa JDU Menuju Boster Kec.Tenggarong

3.10 PENGAWETAN DAN PENGECETAN KAYU


Direksi dapat memerintahkan untuk menggunakan bahan-bahan untuk mengawetkan kayu jika
dipandang perlu, yang dapat berupa minyak pengawet kayu ataupun penggunaan ter. Semua
sambungan pada ujung-ujung kayu perlu mendapat perhatian khusus dan pada penyelesaian
pekerjaan, minyak pengawet kayu harus dituangkan pada sambungan-sambungan.
Semua bagian-bagian yang diminyaki harus diselesaikan dahulu sebelum mulai pekerjaan
pengecetan dan tidak ada satu bagianpun yang diminyaki selama atau segera setelah hujan
atau selama permukaan kayu masih basah. Diperlukan sekurang-kurangnya 48 jam berselang
setiap penggunaan minyak pada bagian yang sama.
Jika digunakan ter untuk mengawetkan kayu maka bagian kayu tersebut harus kering dulu
sebelum dipasang. Untuk bagian-bagian yang nantinya tidak tertutup oleh lapisan tanah dan
sebagainya bisa dilaksanakan pengeteran setelah bangunan terpasang.
Setelah pengolahan bagian-bagian kayu dengan minyak-minyak pengawet kayu maka dapat
dilapisi dengan satu lapisan menie atau bahan lain yang telah disetujui. Seteiah lapisan menie
maka harus diplamur dan setelah digosok dengan amplas dilapisi dengan tiga lapis cat yang
disetujui mutunya. Semua sambungan dan bagian lain yang tidak dapat dicapai seteiah
pemasangan kayu konstruksi, harus terlebih dahulu diberi menie 2 kali sebelum pemasangan.
Tidak diperkenankan mencat selama permukaan kayu terpengaruh oleh air hujan atau selama
permukaan kayu atau besi masih basah.
Setelah sekurang-kurangnya 24 jam baru lapisan cat yang berikut dapat diberikan dan setiap
lapisan cat harus kering betul sebelum yang berikutnya diberikan.

Rencana Kerja & Syarat (RKS) III - 4

Anda mungkin juga menyukai