Anda di halaman 1dari 32

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RPP (2)
KELAS X (sepuluh)
Berpakaian Sesuai Syariat Islam

Disusun Oleh :
Nama : Choirul Huda, S.Pd.I
Kelas : PAI - J

Tahun Pelajaran 2022/2023


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMKN 1 Kertosono


Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/1 (Ganjil)
Materi Pokok : Berpakaian sesuai syariat Islam
Alokasi Waktu : 3 x 45 Menit

A. Kompetensi Inti
KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan,
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan kawasan internasional”.
KI-3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah
keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
1.5 Terbiasa berpakaian sesuai dengan syariat 1.5.1 Meyakini tentang: berpakaian secara
Islam islami (A3)
2.5 Menunjukkan perilaku berpakaian sesuai 2.5.1 Membiasakan sikap bersatu dan
dengan syariat Islam kebersamaan dalam lingkungan masyarakat
sebagai implementasi berpakaian sesuai dengan
syariat Islam (A5)
3.5 Menerapkan ketentuan berpakaian sesuai 3.5.1 Menganalisis tata cara berpakaian sesuai
syariat Islam syariat Islam (C3)
3.5.2 Menganalisis tujuan berpakaian menurut
syariat Islam (C3)
3.5.3 Menemukan manfaat berpakaian menurut
syariat Islam (C4)
3.5.4 Menelaah landasan hukum berpakaian
menurut syariat Islam (C4)
3.5.5 Mengaitkan antara kesesuaian model
berpakaian dengan ketentuan syariat Islam (C4)
3.5.6 Mengaitkan ketentuan berpakaian menurut
syariat islam dengan hikmah yang diperoleh
individu, keluarga, dan masyarakat (C4)
4.5 Mempraktikkan tata cara berpakaian sesuai 4.5.1 Merumuskan tentang berpakaian menurut
syariat Islam syariat Islam (P4)

C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah pembelajaran peserta didik dapat Meyakini kebenaran tentang berpakaian secara islami
dengan baik dan benar
2. Setelah pembelajaran peserta didik dapat membiasakan sikap bersatu dan kebersamaan dalam
lingkungan masyarakat sebagai implementasi berpakaian sesuai dengan syariat Islam dengan
tepat
3. Melalui diskusi peserta didik mampu Menganalisis tata cara berpakaian sesuai syariat Islam
dengan baik dan benar
4. Melalui diskusi peserta didik mampu Menganalisis tujuan berpakaian menurut syariat Islam
dengan baik dan benar
5. Melalui diskusi peserta didik mampu Menemukan manfaat berpakaian menurut syariat Islam
dengan baik dan benar
6. Melalui diskusi peserta didik Menelaah landasan hukum berpakaian menurut syariat Islam
dengan benar
7. Melalui diskusi peserta didik Mengaitkan antara kesesuaian model berpakaian dengan
ketentuan syariat Islam dengan benar
8. Melalui diskusi peserta didik mampu Mengaitkan ketentuan berpakaian menurut syariat islam
dengan hikmah yang diperoleh individu, keluarga, dan masyarakat dengan benar
9. Melalui menganalisis video peserta didik mampu Merumuskan tentang berpakaian menurut
syariat Islam dengan baik dan benar
D. Materi Pembelajaran
Materi Pokok : Berpakaian sesuai syariat islam
1. Faktatual : Siti Muti’ah Wanita Yang pertama di jamin Rasulullah masuk surga
https://www.youtube.com/watch?v=5uE9_heIWOY
2. Konseptual : Makna Jilbab dan Busana Muslimah, Pengertian Aurat
3. Prosedural : Menerapkan Perilaku Mulia Berpakain sesuai Syari’at Islam
E. Pendekatan, Model dan Metode
1. Pendekatan : Saintifik dan TPACK
2. Model : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan) dan Problem Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Masalah)
3. Metode : Diskusi
F. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Waktu
Pendahuluan 1. Kelas dimulai dengan salam dilanjutkan dengan do’a
dipimpin oleh salah satu siswa. (Religius dan Integritas)
2. Guru mengabsen peserta didik
3. Guru mengecek kerapian seragam peserta didik
(Kedisiplinan)
4. Siswa dan guru bersama-sama menyayikan lagu
Padamu Negeri (Nasionalisme)
5. Siswa menyimak apersepsi dari guru tentang
pelajaran sebelumnya, guru memberi pertanyaan pada
siswa terkait pelajaran sebelumnya dan mengaitkan
dengan pengalamannya sebagai bekal pelajaran berikutnya 15 menit
(Apersepsi)
6. Guru membagikan lembaran bacaan dari internet
https://www.youtube.com/watch?v=5uE9_heIWOY dan
meminta siswa membacanya selama 3 menit
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan teknik
penilaian yang akan disampaikan
8. Guru memberikan pretes kepada siswa sebelum masuk
materi dengan Tanya jawab lisan
9. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik
Kegiatan Inti Mengamati
1. Peserta didik menyimak video pada link
youtubehttps://www.youtube.com/watch?v=Iyo55FUMxT0
2. Pada saat bersamaan dengan siswa menyimak video guru
mengisi lembar penilaian sikap spiritual
3. Guru memberikan penjelasan tambahan terkait materi
yang dipelajari
Menanya
1. Peserta didik bertanya kepada guru tentang materi yang
telah diamati/dibaca.
Mengumpulkan data
1. Peserta didik diminta membentuk kelompok, kemudian
melakukan diskusi berpakaian sesuai dengan syariat
Islam.
2. Saat siswa melakukan diskusi guru menyimak prosesi
diskusi dan mengisi lembar penilaian sikap sosial dan
keterampilan
3. Peserta didik menuliskan laporan hasil diskusi pada
selembar kertas 110 menit
Mengasosiasi
1. Guru memberikan soal latihan kepada peserta didik untuk
melatih pemahaman peserta didik terkait berpakaian
sesuai dengan syariat Islam.
2. Peserta didik diminta mengerjakan soal latihan tersebut
secara mandiri pada google form dan linktree yang telah
disediakan guru, dan siswa langsung mengetahui hasilnya
pada layar. Link:
https://forms.gle/YSgNxgbHmDfQsmDh7
https://linktr.ee/choirulhuda790
Mengomunikasikan
1. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas secara bergantian.
2. Guru memberikan pembenaran dan masukan apabila ada
kesalahan serta kekurangan dari hasil yang
dipresentasikan peserta didik.
3. Peserta didik dan guru melakukan tanya jawab terkait
materi yang belum dipahami.
4. Guru dan peserta didik membuat kesimpulan terkait materi
yang telah dipelajari.
Penutup 1. Dengan bantuan guru peserta didik mampu
mengemukakan hasil belajar hari ini. (Kesimpulan)
2. Guru memberikan penekanan kepada peserta didik agar
senantiasa menanamkan sikap
3. Peserta didik diminta secara bergantian membaca
Pancasila untuk menumbuhkan Nasionalisme
10 menit
(Nasionalisme, Persatuan, dan Toleransi)
4. Guru menyampaikan secara singkat materi pembelajaran
pertemuan berikutnya
5. Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah satu siswa.
(Religius)

G. Penilaian Pembelajaran, Remidial, dan Pengayaan


1. Penilaian
a. Penilaian sikap: Observasi Guru, Penilaian diri, Penilaian antar teman
b. Penilaian pengetahuan: Soal pilihan ganda
c. Penilaian keterampilan: Penilaian kinerja dan penilaian proyek
2. Remidial
Bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar, guru mengidentifikasi tujuan
pembelajaran yang belum dikuasai oleh peserta didik. Berdasarkan dari identifikasi itu, guru
menyampaikan pembelajaran ulang yang fokus pada materi yang dianggap sulit oleh peserta
didik. Pelaksanaan remedi dilakukan pada hari dan waktu tertentu yang sesuai dengan
keadaan, contoh: pada saat jam belajar (apabila masih ada waktu), diluar jam pembelajaran
(30 menit setelah jam belajar selesai). Penilaian dilakukan dengan tipe soal sejenis.
3. Pengayaan
Bagisiswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai
berikut:
a. Siwa yang mencapai nilai ketuntasan diberikan materi masih dalam cakupan KD dengan
pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
b. Siwa yang mencapai nilai maksimum diberikan materi melebihi cakupan KD dengan
pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
H. Media, Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media: Video dari Youtube, Internet
2. Alat dan bahan: Laptop, LCD, HP, Spidol, Kertas
3. Sumber belajar:
a. Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti X Kemendikbud Revisi 2016
b. Video https://www.youtube.com/watch?v=VLAKOqotFYA dan Jurnal
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/338-Article%20Text-489-2-10-20200914.pdf

Mengetahui, Nganjuk, 17 Juli 2022


Kepala SMKN 1 Kertosono

Drs. Gaguk Wiyono Heru Choirul Huda, S.Pd.I


LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1

TEKS LITERASI
Dia adalah seorang shahabiyyat bernama Su’airah al-Asadiyyah atau yang dikenal dengan
Ummu Zufar radhiyallohu’anha. Walau para ahli sejarah tak menulis perjalanan kehidupannya
secara rinci, karena hampir semua kitab-kitab sejarah hanya mencantumkan sebuah hadits dalam
biografinya, namun dengan keterangan yang sedikit itu kita dapat memetik banyak faedah, pelajaran,
serta teladan yang agung dari wanita shalihah ini.
Su’airah al-Asadiyyah berasal dari Habsyah atau yang dikenal sekarang ini dengan Ethiopia.
Seorang wanita yang berkulit hitam, yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dengan penuh
ketulusan. Ia adalah perumpamaan cahaya dan bukti nyata dalam kesabaran, keyakinan dan keridhaan
terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah, Rabb Pencipta Alam semesta ini. Dia adalah wanita yang
datang dan berbicara langsung dengan pemimpin orang-orang yang ditimpa musibah dan imam bagi
orang-orang yang sabar, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Dialog mereka berdua telah dimaktub dan dinukilkan di dalam kitab sunnah yang mulia. Telah
diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari ‘Atha’ bin Abi Rabah ia
berkata, Ibnu Abbas berkata kepadaku, “Inginkah engkau aku tunjukkan seorang wanita
penghuni surga?” Aku pun menjawab, “Tentu saja.”
Ia berkata, “Wanita berkulit hitam ini (orangnya). Ia telah datang menemui
Nabi shallallahu’alaihi wasallam lalu berkata:
“Sesungguhnya aku berpenyakit ayan (epilepsi), yang bila kambuh maka tanpa disadari auratku
terbuka. Do’akanlah supaya aku sembuh.” Rasululloh shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Jika engkau kuat bersabar, engkau akan memperoleh surga. Namun jika engkau ingin, aku
akan berdoa kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu.”
Maka ia berkata: “Aku akan bersabar.” Kemudian ia berkata: “Sesungguhnya aku (bila
kambuh maka tanpa disadari auratku) terbuka, maka mintakanlah kepada Allah supaya
auratku tidak terbuka.” Maka Beliau shallallahu ’alaihi wasallam pun mendo’akannya. (HR Al-
Bukhari 5652)
Perhatikanlah … betapa tingginya keimanan wanita ini. Ia berusaha menjaga hak-hak Allah
dalam dirinya. Tak lupa pula mempelajari ilmu agama-Nya. Meski ditimpa penyakit, ia tidak putus
asa akan rahmat Allah dan bersabar terhadap musibah yang menimpanya. Sebab ia mengetahui itu
adalah sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Bahwasanya tak ada suatu musibah apapun yang
diberikan kepada seorang mukmin yang sabar kecuali akan menjadi timbangan kebaikan baginya
pada hari kiamat nanti.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang akan diberi pahala tanpa
batas.” (QS Az-Zumar :10)
Di dalam musibah atau cobaan yang diberikan Allah kepada manusia terkandung hikmah yang
agung, yang dengannya Allah ingin membersihkan hambanya dari dosa. Dengan keyakinan itulah
Su’airah lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, kerana apa yang ada disisi Allah lebih baik dan
kekal. Dan Ketika diberikan pilihan kepadanya antara surga dan kesembuhan, maka ia lebih memilih
surga yang abadi. Akan tetapi di samping itu, ia meminta kepada Rasululloh shallallahu ’alaihi
wasallam untuk mendoakan agar auratnya tidak terbuka bila penyakitnya kambuh, karena ia adalah
waniya yang telah terdidik dalam madrasah ‘iffah (penjagaan diri) dan kesucian, hasil didikan
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, dan menjaga hak Allah yang telah memerintahkan wanita
muslimah untuk menjaga kehormatan dirinya dengan menutup aurat. Allah subhanahu wa
ta’alla berfirman:

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (Qs An-Nur: 31)
Su’airah telah memberikan pelajaran penting bagi para wanita yang membuka auratnya, bahwa
hendaknya mereka bersyukur kepada Allah ta’alla atas nikmat kesehatan yang telah dilimpahkan
kepada mereka. Berpegang dengan hijab yang syar’i adalah jalan satu-satunya untuk menuju
kemuliaan dan kemenangan hakiki, karena ia adalah mahkota kehormatannya. Dalam
permintaannya, Su’airah hanya meminta agar penyakit yang membuatnya kehilangan
kesadarannya itu tidak menjadi sebab terbukanya auratnya, padahal dalam keadaan itu pena
telah diangkat darinya! Akan tetapi, ia tetap berpegang dengan hijab dan rasa malunya!
Betapa jauhnya perbandingan antara wanita yang pemalu dan penyabar ini dengan mereka yang
telanjang yang tampil dilayar-layar kaca dan terpampang di koran dan majalah-majalah. Tak perlu
kita mengambil contoh terlalu jauh sampai ke negara-negara barat sana. Cukuplah kita perhatikan di
negara kita tercinta ini saja, banyak kita temukan wanita-wanita telanjang berlalu lalang dengan
santainya di setiap lorong dan sudut kota, bahkan di kampung-kampung tanpa rasa malu sedikitpun.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah sebutkan perihal mereka ini dengan sabdanya:

“Ada dua golongan penduduk neraka yang aku belum pernah melihat mereka: satu kaum yang
memiliki cemeti seperti ekor sapi dimana mereka memecut manusia dengannya, dan kaum wanita
yang berpakaian akan tetapi telanjang, genit dan menggoda, (rambut) kepala mereka seperti punuk
onta yang miring. Sungguh mereka tidak akan masuk surga bahkan tidak akan mendapati baunya,
padahal bau surga bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian (jauhnya).” (HR Muslim
5704)
Mereka tak ubahnya seperti binatang yang kemana-mana tak berpakaian karena mereka
memang tidak berakal! Keluarnya mereka telah merusak pandangan orang-orang yang berakal.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam juga bersabda tentang mereka:

“Seorang wanita itu (seluruhnya) aurat. Apabila ia keluar (rumah) maka setan akan membuat
mereka nampak indah di hadapan orang-orang yang memandanginya.” (HR Tirmidzi 1206,
dishahihkan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no 6690)
Dan sungguh semua itu bertolak belakang dengan fitrah manusia. Allah ta’ala berfirman:

“ Sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia.
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah). Dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah). Dan mereka memiliki telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang
yang lalai. (Qs Al A’raf :179)
Demikianlah sosok Su’airah al-Asadiyyah radhiyallahu’anha, wanita yang dipuji
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam akan kesabaran dan ‘iffah (penjagaan diri)nya. Semoga
pelajaran agung yang telah diwariskannya dapat menjadi acuan bagi wanita muslimah menuju
keridhaan Allah subhanahu wa ta’alla, dan menjadikan kita penghuni surga sebagaimana Su’airah,
Aamiin.
Lampiran 2
MATERI AJAR
Busana muslim adalah busana atau pakaian yang seharusnya dikenakan oleh umat Islam, baik
itu wanita (muslimah) ataupun laki-laki (muslim) dalam setiap aktivitas sehari-hari, baik kegiatan
resmi maupun santai, seperti rekreasi, jalan sehat, aktivitifas sehari-hari. Artinya bahwa selama ini
ada anggapan bahwa busana muslim hanya dipakai ketika menghadiri majelis taklim, majelis zikir,
hari besar keagamaan, seperti Idulfitri, Iduladha, memperingati hari-hari besar Islam atau ketika pergi
ke masjid atau mushala.
1. Adapun syarat busana atau berpakaian muslim adalah sebagai berikut;
a. Menutupi aurat, aurat secara makna adalah bagian tubuh yang haram dilihat, karena itu harus
ditutupi. Menurut Islam, aurat bagi wanita adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak
tangan berdasar pada firman Allah Q.S. al-Ahzab/33:59 yang berbunyi:

b. Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”
c. Pakaian yang tidak mengundang syahwat, busana atau pakaian yang dikenakan boleh sebagai
hiasan, tetapi bukan sebagai alat mengundang perhatian lawan jenis. Jadi, hakikat berbusana
adalah menutup aurat dan melindungi seseorang dari cuaca panas dan dingin meskipun tidak
melupakan unsur keindahan.
d. Tidak transparan, bahan yang dipakai berbusana adalah tidak boleh transparan atau tembus
pandang karena fungsi berpakaian dalam Islam adalah untuk menutup aurat. Rasulullah Saw.
bersabda, yang artinya: “Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat: satu
kaum mencambuk orang-orang dengan cambuk seperti ekor sapi, dan satu golongan kaum
wanita yang berpakaian, tetapi telanjang, memberitahukan (memperlihatkan) kepada orang lain
perilaku mereka yang tercela, menyimpang dari ketaatan kepada Allah, serta dari apa yang
wajib mereka jaga, rambut mereka itu laksana punuk unta yang berjalan miring. Mereka tidak
masuk surga dan tidak akan mencium aromanya, padahal semerbak surga bisa tercium dari
jarak perjalanan sekian dan sekian” (H.R. Muslim)
e. Harus longgar dan tidak ketat sehingga tidak memperlihatkan lekukan tubuh yang ditutupi.
Sebagaimana penjelasan hadis berikut ini. Rasulullah Saw. memberiku baju Quthbiyyah yang
tipis, hadiah dari Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan kepada istriku. Nabi Saw
bertanya kepadaku: Mengapa kamu tidak mengenakan baju Quthbiyyah?” Aku menjawab:
“Aku pakaikan baju itu untuk istriku.” Nabi Saw lalu bersabda: “Perintahkan ia agar
mengenakan baju dalam di balik Quthbiyyah itu, karena aku khawatir baju itu masih bisa
menggambarkan bentuk tubuhnya.” (H.R. al-Baihaqi, Ahmad, Abu Dawud dan Adh-Dhiya)
f. Tidak diberi wewangian atau parfum yang baunya sangat mencolok, khususnya bagi wanita,
karena perbuatan tersebut dapat mengundang perhatian.
g. Tidak menyerupai laki-laki atau sebaliknya, busana atau pakaian serta hiasan yang dikenakan
oleh laki-laki tidak menyerupai pakaian atau hiasan yang biasa dikenakan oleh wanita. Begitu
juga sebaliknya, wanita tidak boleh menyerupai pakaian dan hiasan yang dipakai laki-laki.
h. Bukan busana atau pakaian syuhrah merupakain pakaian yang dikenakan dalam rangka untuk
mencari sensasi sehingga tenar dan pemakainya dikenal orang.
i. Bukan untuk tabarruj. Tabarruj adalah memperlihatkan hiasan dan keindahan dirinya, serta
apapun yang wajib ditutupi agar tidak mengundang fitnah.
j. Bukan kain sutra bagi laki-laki. Telah ditetapkan dalam hadis Nabi Muhammad Saw.
bahwasanya untuk laki-laki haram hukumnya memakai pakaian dari kain sutra. “Boleh bagi
wanita dari umatku dan haram bagi pria dari umatku.” (H.R. Tirmidzi, Nasa’i, dan Abu Dawud).
2. Tujuan Berbusana atau Berpakaian dalam Ajaran Islam
Berbusana atau berpakaian sesuai dengan aturan Islam merupakan bukti ketaatan seorang hamba
kepada Allah. Adapun tujuan berpakaian sesuai aturan Islam adalah:
a. Menutup aurat dan sebagai perhiasan
b. Memelihara diri dari panas matahari dan dinginnya cuaca
c. Sebagai bagian dari ibadah
d. Menghindari diri dari godaan setan
e. Sebagai identitas diri
f. Untuk menggapai rida Allah Swt.
3. Tata Cara Berbusana sesuai dengan Ajaran Islam
Bagi wanita, hendaklah memakai kerudung/ jilbab yang menutup dada dan menutupi seluruh
tubuhnya, selain muka dan telapak tangan, kecuali dihadapan mahramnya. Namun demikian,
ketika berada di lingkungan mahram, harus tetap terjaga untuk aurat-aurat tertentu karena
dikhawatirkan menimbulkan fitnah. Lain halnya jika kepada suaminya, keharaman berpakaian
ketat, tipis, pendek tidak berlaku lagi. Mengenai model atau mode pakaian, bergantung pada selera
masing-masing orang. Pakaian tersebut harus menutup aurat, tidak transparan dan tidak ketat, dan
tidak menyerupai lawan jenis. Oleh karena itu, berbagai busana daerah di Indonesia yang beraneka
dapat dikategorikan sebagai busana muslim bila sesuai dengan syariat. Sementara bagi laki-laki,
cara berpakaiannya minimal menutupi lutut sampai pusar. Namun demikian, seorang laki-laki
dalam berinteraksi pada kehidupan keseharian harus tetap menjaga kesopanan dan kesantunan.
4. Hikmah Mengenakan Busana atau Berpakaian Muslim
Kepatuhan terhadap aturan Allah Swt. sesungguhnya untuk kebaikan dan kemaslahatan manusia,
karena Allah Swt. tidak perlu penghambaan dari manusia. Demikian juga, ketika manusia
berupaya untuk mematuhi seruan-Nya memakai busana sesuai syariat memiliki hikmah. Di antara
hikmahnya adalah:
a. Sebagai bukti keimanan kepada rukun iman yang enam, yakni: iman kepada adanya Allah Swt,
malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan qadha dan qadar;
b. Sebagai cara untuk mendapatkan pahala dari Allah Swt., sehingga kelak akan mendapatkan
kebahagiaan di akhirat berupa surga-Nya;
c. Sebagai cara menghindari murka dan laknat Allah Swt. yang menyebabkan seseorang akan
menderita kelak di akhirat;
d. Sebagai cara untuk terjaga dari fitnah dan pelecehan seksual;
e. Sebagai motivasi untuk lebih baik lagi dalam beribadah, sehingga tampak dalam sikap perilaku
akhlaknya.
Lampiran 3

Format dan Pengisian Jurnal Guru Mata Pelajaran

Satuan Pendidikan : SMKN 1 Kertosono


Kelas : X (Sepuluh)/1 (Ganjil)
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Mata Pelajaran : PAI

Butir (+) /
No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Tindak Lanjut
Sikap (-)
1 2 3 4 5 6 7
Najwa Firdaus Mengumpulkan tugas Disiplin Memberikan
tepat waktu apresiasi dan
motivasi agar
1 + sikap disiplin
yang sudah baik
semakin
ditingkatkan
Yusuf Tri Ashe Mengumpulkan tugas Disiplin Memberikan
tepat waktu apresiasi dan
motivasi agar
2 + sikap disiplin
yang sudah baik
semakin
ditingkatkan
Menyajikan hasil Percaya Diberi apresiasi
Andika Maulana diskusi kelompok dan diri berupa pujian.
menjawab sanggahan
kelompok lain
3 +
dengan tegas
menggunakan
argumentasi yang
logis dan relevan
Andre Maulana Tidak mengumpulkan Disiplin Diberi
tugas tanpa alasan Tanggung peringatan dan
yang kuat Jawab diminta untuk
4 -
menyelesaikan
tugasnya pada
saat istirahat
Mengumpulkan tugas Disiplin Memberikan
Agus Sugiarto tepat waktu apresiasi dan
motivasi agar
5 + sikap disiplin
yang sudah baik
semakin
ditingkatkan
M.Rafli Maulana Berbohong dengan Jujur Memberikan
mengumpulkan tugas Tanggung nasehat agar
6 yang dikerjakan oleh jawab - tidak diulangi
orang lain (tidak dan senantiasa
dikerjakan sendiri) berbuat jujur
dalam
kehidupan
sehari-hari
Tidak berani Percaya Memberikan
Andrian Dwi N berargumentasi saat diri motivasi agar
7 diskusi dan tidak - berani
berani mengeluarkan mengemukakan
pendapatnya pendapatnya

Mengetahui, Nganjuk,………………….
Kepala SMKN 1 Kertosono Guru PAI

Drs.Gaguk Wiyono Heru Choirul Huda, S.Pd.I

Jurnal Penilaian Sikap Spiritual

Satuan Pendidikan : SMKN 1 Kertosono


Kelas : X (Sepuluh)/1 (Ganjil)
Tahun Pelajaran : 2022/2023

Butir (+) /
No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Tindak Lanjut
Sikap (-)
1 2 3 4 5 6 7
Fatkhurrahman Senantiasa bersyukur Bersyukur Diberikan
meskipun uang saku apresiasi dan
yang diberikan orang motivasi agar
1 +
tuanya tidak terus bersyukur
sebanyak teman yang dalam segala
lain keadaan
Ahmad Musa Selalu berdoa dengan Berdo’a Memberikan
baik sebelum dan Apresiasi dan
sesudah belajar motivasi untuk
terus
2 +
meningkatkan
sikap yang
sudah baik
tersebut
Shoimatul Rajin mengikuti Ibadah Memberikan
Mufidah sholat dhuha saat jam apresiasi dan
istirahat motivasi untuk
3 +
terus
meningkatkan
ibada
Amar Maulana Tidak mau ikut Berdo’a Diberikan
4 berdoa sebelum - peringatan dan
belajar nasehat tentang
pentingnya doa
dalam
kehidupan
Mustofa Rajin mengikuti Ibadah Memberikan
sholat dhuha saat jam apresiasi dan
istirahat motivasi untuk
5 +
terus
meningkatkan
ibada
Ali Khosam Menjadi imam shalat Ketakwaan Memberikan
dhuhur di sekolah Apresiasi dan
motivasi untuk
6 +
terus
meningkatkan
sikapnya
Ahmad Wildan Bercanda saat Adab Diberi
pelaksanaan doa berdoa peringatan dan
7 -
sebelum pelajaran diminta berdoa
sendirian

Jurnal Penilaian Sikap Sosial

Satuan Pendidikan : SMKN 1 Kertosono


Kelas : X (Sepuluh)/1 (Ganjil)
Tahun Pelajaran : 2022/2023

Butir (+) /
No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Tindak Lanjut
Sikap (-)
1 2 3 4 5 6 7
Syamsul Ali Bersikap santun Santun Memberikan
terhadap guru dan apresiasi berupa
1 +
teman-teman saat pujian dan
pelajaran berlangsung motivasi
Zumairoh Tidak mau ikut Kerjasama Memberikan
membantu kelompok peringatan dan
dalam menyelesaikan tambahan
2 tugas kelompok yang - wawasan akan
diberikan oleh guru pentingnya
kerjasama dalam
kehidupan
Gunawan ikut membantu Kerjasama Memberikan
Andre W kelompok dalam Apresiasi dan
menyelesaikan tugas motivasi untuk
3 +
kelompok yang terus
diberikan oleh guru meningkatkan
sikapnya
Syaiful Mubarok Tidak memungut Peduli Diberi
sampah untuk lingkungan peringatan agar
dibuang ke memiliki
tempatnya, padahal sensitivitas
4 -
sampah tersebut terhadap
dekat dengan dirinya lingkungan
dan dia sudah
melihatnya
Andre Maulana memungut sampah Peduli Memberikan
untuk dibuang ke lingkungan Apresiasi dan
tempatnya motivasi untuk
5 +
terus
meningkatkan
sikapnya
Zulfia Tidak mau ikut Kerjasama Memberikan
membantu kelompok peringatan dan
dalam menyelesaikan tambahan
6 tugas kelompok yang - wawasan akan
diberikan oleh guru pentingnya
kerjasama dalam
kehidupan
Royyan memungut sampah Peduli Memberikan
untuk dibuang ke lingkungan Apresiasi dan
tempatnya motivasi untuk
7 +
terus
meningkatkan
sikapnya
Penilaian Diri

Nama : ………………….
Kelas : X (Sepuluh)/1 (Ganjil)

Petunjuk:
1. Bacalah baik-baik setiap pertanyaan dan beri tanda cek (√) pada kolom yang disesuaikan
dengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
2. Serahkan Kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas
2 Saya sholat lima waktu tepat waktu
3 Saya tidak mengganggu teman saya yang berdoa
4 Saya berani mengakui kesalahan yang saya lakukan
5 Saya menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu
6 Saya berani menerima resiko atas tindakan yang saya lakukan
7 Saya mengembalikan barang yang saya pinjam
8 Saya meminta maaf jika saya melakukan kesalahan
9 Saya melakukan praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan
10 Saya datang ke sekolah tepat waktu

Mengetahui, Nganjuk,………………….
Guru PAI Siswa

Choirul Huda, S.Pd.I ……………………………….


Penilaian Antar Teman

Petunjuk:
1. Amati perilaku 2 orang temanmu selama mengikuti kegiatan kelompok.
2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√) jika temanmu menunjukkan perilaku yang
sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati atau tanda strip (-) jika temanmu
tidak menunjukkan perilaku tersebut.
3. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu guru.

Nama Teman : 1. ……………………… 2. ……………….


Nama penialai : ………………………
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/1 (Ganjil)

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Teman Saya selalu berdoa sebelum melakukan aktivitas.
2 Teman Saya beribadah tepat waktu.
3 Teman Saya tidak mengganggu teman yang berdoa.
4 Teman Saya berani mengakui kesalahannya
5 Teman Saya menyelesaikan tugas-tugas tepat waktu.
6 Teman Saya berani menerima resiko atas tindakan yang dilakukannya
7 Teman Saya mengembalikan barang yang dipinjamnya.
8 Teman Saya meminta maaf jika saya melakukan kesalahan.
Teman Saya melakukan praktikum sesuai dengan langkah yang
9
ditetapkan.
10 Teman Saya datang ke sekolah tepat waktu.

Mengetahui, Nganjuk,………………….
Guru PAI Penilai

Choirul Huda, S.Pd.I ………………………


KISI-KISI TES TERTULIS BENTUK PILIHAN GANDA

Satuan Pendidikan : SMKN 1 Kertosono


Kelas/Semester : X (Sepuluh)/1 (ganjil)
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Mata Pelajaran : PAI

Level No. Bentuk


No Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal
Kognitif Soal Soal

Disajikan QS. an-Nur:31 siswa


Pilihan
1 dapat menganalisis larangan C4 1
Ganda
menampakkan perhiasan

Disajikan kasus siswa dapan Pilihan


2 C4 2
menentukan dalilnya Ganda

Disajikan sebuah kasus, siswa di


Pilihan
3 harapkan dapat menyimpulkan C4 3
Ganda
3.2 Menerapkan Berpakaian hukumnya
ketentuan sesuai
Berpakaian sesuai syariat Siswa diharapkan dapat Pilihan
4 C4 4
menganalisis adab berpakaian Ganda
syariat islam islam

Siswa diharapkan dapat Pilihan


5 C4 5
menganalisis adab berpakaian Ganda

Disajikan sebuah kasus, siswa di Pilihan


6 C5 6
harapkan dapat menyimpulkannya Ganda

Disajikan sebuah kasus, siswa di Pilihan


7 C5 7
harapkan dapat menyimpulkannya Ganda

Soal Penilaian Pengetahuan

1. Dalam QS. an-Nur: 31, telah dijelaskan tentang larangan menampakkan perhiasan, kecuali...........
a. Muka
b. dua telapak tangan
c. rambut
d. muka dan kedua telapak tangan
e. bentuk tubuh
2. Supaya auratnya tertutup, seorang muslim diperintahkan untuk menjulurkan kain kerudungnya
sampai ke dada. perintah tersebut terdapat pada surah ...........
a. Al-ahzab: 59
b. an-nur: 30
c. an-nur: 31
d. al-a'raf: 26
e. al-isra': 32
3. Faiha setiap hari selalu mengenakan jilbab. baginya memakai jilbab adalah menjalankan syariat
islam dengan penuh kesadaran diri tanpa paksaan maupun riya. faiha menyadari bahwa
mengenakan jilbab hukumnya ......
a. Makruh
b. Mubah
c. Wajib
d. Sunnah
e. haram
4. seorang muslimah boleh menampakkan aurat (perhiasan) yang biasa terlihat, kecuali terhadap
...........
a. suaminya
b. saudara laki-lakinya
c. teman laki-lakinya
d. ayahnya
e. anak laki-lakinya
5. Setiap model pakaian yang sesuai dengan perkembangan zaman, tradisi dan budaya tetap
diperbolehkan dalam islam, asalkan......
a. tidak bertentangan dengan etika berpakaian dalam islam
b. sesuai dengan selera orang yang berpakaian
c. harganya terjangkau dan tidak mahal
d. sesuai dengan tradisi dan budaya setempat
e. bahan dan motifnya sesuai dengan selera
6. Islam tidak menentukan model pakaian tertentu bagi umatnya. Agama menyerahkan sepenuhnya
pada manusia untuk berkreasi dalam berpakaian asalkan mengikuti aturan islam. Artinya meskipun
islam tidak menjelaskan secara detail model pakaian islami, tetapi islam menjelaskan aturan umum
dan etika berpakaian yang mesti dipahami dan diamalkan. Dalam islam fungsi utama pakaian
adalah menutup aurat sebagaimana tercantum dalam QS al-A’raf:26 yang artinya “Hai anak Adam,
Sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian
indah untuk perhiasan". Berjalannya waktu makna hijab hijab bergeser secara terminologi menjadi
sebuah pakaian yang digunakan muslimah. Di era sekarang ini pakaian muslimah sangat modis
dan beraneka macam dan masih saja memamerkan bagian-bagian tertentu dan mengundang
syahwat. Menurut pendapatmu perlakuan yang seperti apa yang harus dilakukan pada wanita yang
seperti itu?
a. Memberi teguran yang sangat keras kepada wanita tersebut
b. Memberi hukum kepada wanita tersebut dengan kasus pidana
c. Lelaki yang menggoda wanita tersebut harus di hukum
d. Memberi teguran kepada wanita tersebut untuk menutup aurat dengan benar
e. Keduanya sama-sama bersalah dan harus ditegur
7. Perhatikan wacana dibawah ini! Fenomena yang melanda masyarakat Indonesia khususnya para
pelajar muslimah adalah budaya berpakaian yang menyimpang dari tuntunan syariat Islam, meski
masih ada muslim-muslimah yang menunjukkan cara berpakaian yang sesuai syariat, tapi
jumlahnya muslimah sedikit dibandingkan yang belum sesuai. Fenomena berhijab pun saat ini
masih belum sesuai dengan syarat pakaian muslim-muslimah dimana tidak sedikit dari model
pakaian yang dikenakan muslim berhijab tapi masih memperlihatkan bentuk tubuh, berbahan
transparan dan sebagainya. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menumbuhkan kesadaran
di kalangan muslim-muslimah tentang kewajiban menutup aurat dengan memberikan pemahaman
yang cukup mengenai aurat, kewajiban menutupnya dan adab berpakaian dalam Islam. Dari uraian
diatas, jenis pakaian yang boleh dikenakan sesuai dengan aturan agama adalah …
a. Pakaian dari kain yang tebal atau tidak transparan, sehingga tidak menampakkan warna kulit
dan bentuk tubuh
b. Pakaian dari bahan wol yang ketat
c. Boleh dari bahan sutra atau emas bagi laki-laki
d. Pakaian yang dibeli dari penghasilan yang tidak jelas asalnya
e. Memakai pakaian seadanya

Mengetahui, Nganjuk,………………….
Kepala SMKN 1 Kertosono Guru PAI

Drs. Gaguk Wiyono Heru Choirul Huda, S.Pd.I


RUBRIK PENUGASAN

Kriteria Skor Indikator


Pendahuluan 5 Memuat: (1) tujuan penyusunan laporan, (2) nama tema, (3)
tempat, (4) waktu
4 3 Memuat tujuan dan 2 dari 4 butir lainnya
3 2 Memuat tujuan dan 1 dari 4 butir lainnya
2 1 Tidak memuat tujuan penyusunan laporan, ada salah satu atau
lebih dari 4 butir lainnya
1 0 Tidak memuat tujuan dan 4 butir lainnya
Pelaksanaan 4 (Hasil pengamatan) diulas dengan lengkap
3 3 (Hasil pengamatan) diulas cukup lengkap
2 2 (Hasil pengamatan) diulas kurang lengkap
1 1 (Hasil pengamatan) diulas tidak lengkap
Kesimpulan 4 Terkait dengan pelaksanaan tugas dan ada saran untuk perbaikan
penugasan berikutnya yang fleksible
3 Terkait dengan pelaksanaan tugas dan ada saran untuk perbaikan
penugasan berikutnya tetapi kurang feasible
2 Terkait dengan pelaksanaan tugas tetapi tidak ada saran
1 1 Tidak terkait dengan pelaksanaan tugas dan tidak ada saran
Tampilan 4 Laporan rapi dan menarik, dilengkapi cover dan foto/gambar
Laporan 3 Laporan rapi dan menarik, dilengkapi cover atau foto/gambar
2 Laporan dilengkapi cover atau foto/gambar tetapi kurang rapi
atau kurang menarik
1 Laporan kurang rapi dan kurang menarik, tidak dilengkapi
cover dan foto/gambar
Keterbacaan 4 Mudah dipahami, pilihan kata tepat, dan ejaan semua benar
3 Mudah dipahami, pilihan kata tepat, beberapa ejaan salah
2 Kurang dapat dipahami, pilihan kata kurang tepat, & beberapa
ejaan salah
1 Tidak mudah dipahami, pilihan kata kurang tepat, dan banyak
ejaan yang salah
Pendahuluan 5 Memuat: (1) tujuan penyusunan laporan, (2) nama tema, (3)
tempat, (4) waktu
4 3 Memuat tujuan dan 2 dari 4 butir lainnya
3 2 Memuat tujuan dan 1 dari 4 butir lainnya
2 1 Tidak memuat tujuan penyusunan laporan, ada salah satu atau
lebih dari 4 butir lainnya
1 0 Tidak memuat tujuan dan 4 butir lainnya

Mengetahui, Nganjuk,………………….
Kepala SMKN 1 Kertosono

Drs. Gaguk Wiyono Heru Choirul Huda, S.Pd.I


RUBRIK PENILAIAN KINERJA
Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/2 (Genap)
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Kompetensi Dasar : 3.5 Menerapkan ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam
Indikator Soal : 3.5.5 Mengaitkan antara kesesuaian model berpakaian dengan ketentuan
syariat Islam

Kriteria Skor Indikator


Persiapan 3 Pemilihan Masalah yang tepat
(Skor maks =
2 Pemilihan Masalah yang kurang tepat
3)
1 Pemilihan Masalah yang tidak tepat
0 Tidak menyiapakan permasalahan
Pelaksanaan 3 (Hasil pengamatan) diulas dengan lengkap
(Skor maks =
3) 2 3 (Hasil pengamatan) diulas cukup lengkap

1 2 (Hasil pengamatan) diulas kurang lengkap

0 1 (Hasil pengamatan) diulas tidak lengkap

Hasil 3 Mencatat dan mengolah data serta memberikan penyelesaian masalah


(Skor maks = dengan tepat
3) 2 Mencatat dan mengolah data serta memberikan penyelesaian masalah
Yang kurang tepat
1 Mencatat dan mengolah data serta memberikan penyelesaian masalah
yang tidak tepat
0 Tidak Mencatat dan mengolah data serta memberikan penyelesaian
masalah
Laporan 3 Sistematika sesuai dengan kaidah penulisan dan isi laporan benar
(Skor maks = 2 Sistematika sesuai dengan kaidah penulisan atau isi laporan benar
3) 1 Sistematika tidak sesuai dengan kaidah penulisan dan isi laporan tidak
benar
0 Tidak membuat laporan

Mengetahui, Nganjuk,………………….
Kepala SMKN 1 Kertosono

Drs.Gaguk Wiyono Heru Choirul Huda, S.Pd.I


RUBRIK PENILAIAN PROYEK
Mata Pelajaran : PAI
Kelas/Semester : X (Sepuluh)/2 (Genap)
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Kompetensi Dasar : 3.5 Menerapkan ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam
Indikator Soal : 3.5.5 Mengaitkan antara kesesuaian model berpakaian dengan ketentuan
syariat Islam

Rumusan Tugas Proyek:


1. Lakukan penelitian kepustakaan pada perpustakaan sekolah atau sumber lain yang membahas
tentang ketentuan berpakaian sesuai syariat Islam.
2. Kerjakan tugas secara berkelompok.
3. Laporan dikumpulkan setidaknya dalam jangka waktu 2 minggu. Buatlah laporanmu sebaik
mungkin. Laporan sekurang-kurangnya memuat latar belakang, perumusan masalah, cara
pengumpulan informasi/data, kelengkapan data, penyajian informasi, pengolahan data, dan
simpulan. Dalam membuat laporan perhatikan sistematika laporan, penggunaan bahasa, dan
tampilan laporan.

No Aspek Skor
Perencanaan:
1 a. Latar Belakang (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
b. Rumusan masalah (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Pelaksanaan:
a. Pengumpulan data/informasi (akurat = 3, kurang akurat = 2, tidak akurat =
1)
2 b. Kelengkapan data (lengkap = 3, kurang lengkap =2, tidak lengkap = 1)
c. Pengolahan dan analisis data (sesuai = 3, kurang sesuai = 2, tidak sesuai =
1)
d. Simpulan (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
Pelaporan hasil:
a. Sistematika laporan (baik = 3, kurang baik = 2, tidak baik = 1)
3 b. Penggunaan bahasa (sesuai kaidah = 3, kurang sesuai kaidah = 2, tidak
sesuai kaidah = 1)
c. Tampilan (menarik = 3, kurang menarik = 2, tidak menarik =1)

Mengetahui, Nganjuk,………………….
Kepala SMKN 1 Kertosono

Drs.Gaguk Wiyono Heru Choirul Huda, S.Pd.I


P – ISSN : 2503 – 3816
E – ISSN : 2686 – 2018

Vol. 4, No. 2, Oktober 2020, hlm. 218-228


DOI: 10.37274/rais.v4i02.338

Adab Berpakaian Wanita Muslimah Sesuai Tuntunan Syariat Islam

Syarifah Alawiyah1*, Budi Handrianto1, Imas Kania Rahman1


1Universitas Ibn Khaldun Bogor, Indonesia
*syarifah.dirham@gmail.com

Abstrak
Fenomena yang melanda masyarakat Indonesia khususnya para pelajar muslimah adalah budaya
berpakaian yang menyimpang dari tuntunan syariat Islam, meski masih ada wanita muslimah
yang menunjukkan cara berpakaian yang sesuai syariat, tapi jumlahnya relatif sedikit
dibandingkan yang belum sesuai. Fenomena berhijab pun saat ini masih belum sesuai dengan
syarat pakaian wanita muslimah dimana tidak sedikit dari model pakaian yang dikenakan wanita
berhijab tapi masih memperlhatkan bentu tubuh, berbahan transparan dan sebagainya. Tentu
saja ini adalah permasalahan yang harus dibenahi oleh para orang tua, pendidik dan penanggung
jawab pendidikan, karna jika dibiarkan hal ini akan menjadi budaya yang terus menerus akan
berkembang dan akhirnya menjadi sebuah hukum yang dianggap benar oleh generasi
mendatang. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menumbuhkan kesadaran di kalangan
wanita muslimah tentang kewajiban menutup aurat dengan memberikan pemahaman yang
cukup mengenai aurat, kewajiban menutupnya dan adab berpakaian dalam Islam. Penelitian ini
menggunakan kajian pustaka yang mensintesa teori-teori dan konsep dari para ulama fiqih
tentang aurat adab berpakaian dalam Islam yang kemudian menghasilkan konsep tentang
bagaimana cara menumbuhkan kesadaran menutup aurat yang bisa diinternalisasikan dalam
bentuk perilaku berpakaian pada wanita muslimah khususnya para pelajar.
Kata kunci: : adab berpakaian; wanita muslimah; aurat.

Abstract
The phenomenon that afflicts Indonesian society, especially Muslim female students, is a culture of
clothing that deviates from the guidance of Islamic law, although there are Muslim women who show
how to dress according to Sharia, but the number is relatively small compared to those who are not.
The phenomenon of wearing hijab is currently not in accordance with the requirements of Muslim
women's clothing where not a few of the clothing models worn by women wearing hijab but still show
the shape of the body, made from transparent and so on. Of course this is a problem that must be
addressed by parents, educators and those in charge of education, because if it is left unchecked this
will become a culture that will continue to develop and eventually become a law that is considered true
by future generations. One way to overcome this is to raise awareness among Muslim women about
the obligation to cover their genitals by providing sufficient understanding of genitals, the obligation
to cover them and the adab of dressing in Islam. This study uses a literature review that synthesizes
the theories and concepts of fiqh scholars about the aurat adab dress in Islam which then produces a
concept of how to foster awareness of covering one's genitals which can be internalized in the form of
dress behavior in Muslim women, especially students.

Diserahkan: 04-09-2020 Disetujui: 14-09-2020. Dipublikasikan: 28-10-2020


218
Adab Berpakaian Wanita Muslimah Sesuai Tuntunan Syariat Islam

Keywords: dress manners; Muslim women; genitals/ aurat.

I. Pendahuluan
Islam adalah agama yang sangat memuliakan dan menghormati wanita, salah satu
bentuk penghormatan dan pemuliaan Islam terhadap wanita adalah disyariatkannya
perintah untuk menutup aurat bagi wanita yang batasannya berbeda dengan laki-laki.
Jika seorang laki-laki muslim hanya cukup menutupi bagian tubuhnya sebatas lutut dan
pusat (perut), maka Islam mewajibkan seorang muslimah yang telah baligh untuk
menutupi seluruh bagian tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Perintah ini
bertujuan untuk menjaga harkat dan martabat wanita agar tetap terlindungi dan
terpandang sebagai wanita baik-baik. Akan tetapi banyak dari kaum wanita yang masih
belum memahami hakikat dari tujuan disyariatkannya perintah menutup aurat ini,
sehingga tidak sedikit dari mereka yang enggan melaksanakan perintah Allah untuk
menutup aurat, dengan kata lain kesadaran menutup aurat masih sangat rendah di
kalangan wanita muslimah khususnya para pelajar (siswi) tingkat SMA/ SMK.
Dari hasil survey awal yang dilakukan penulis dengan cara sederhana melalui
media on line diperoleh data bahwa jumlah siswi muslimah di SMK di beberapa wilayah
Kabupaten Bogor yang sudah menutup aurat dengan cara memakai hijab di sekolah
sudah terbilang tinggi yaitu pada kisaran di atas 90%. Sementara untuk perkiraan jumlah
siswa yang menutup aurat secara syar’i atau sesuai dengan ketentuan Islam tergolong
masih cukup rendah yaitu di kisaran 30-40%, sedangkan berdasarkan pengamatan guru
PAInya yang sudah konsisten menutup aurat secara syar’i berada pada kisaran 15-20%.
Penelitian serupa dilakukan oleh M. Nasir (2019), penelitian ini merupakan
penelitian dengan library research yang membahas permasalahan tentang kewajiban
menutup aurat bagi wanita muslimah yang sudah baligh dengan batas-batas dan
ketentuan syariat Islam menurut pandangan para ulama berdasarkan dalil-dalil Al-quran
dan sunnah rasul. Begitu pula artikel yang ditulis oleh Bahrun Ali Murtopo (2017) Sebuah
penelitian yang membahas tentang bagaimana seharusnya seorang wanita muslimah
berpakaian sesuai dengan ketentuan syariat Islam didasari atas kesadaran bahwa
menutup aurat itu bukan hanya sekedar kewajiban belaka, akan tetapi lebih dari itu harus
menyadari akan tujuan dan manfaat dari menutup aurat itu sendiri. Dalam artikel ini
dibahas tentang ketentuan berpakaian baik dari sudut pandang budaya maupun agama
Islam.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini akan melahirkan sebuah
konsep tentang bagaimana seorang muslimah seharusnya berpakaian sesuai dengan
tuntunan syariat Islam yang didasari atas kesadaran bahwa perintah mentup aurat
merupakan kewajiban yang datang dari Allah swt dan harus dilaksanakan dengan

Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020 219


Alawiyah, Handrianto & Rahman

kesadaran dan bukan atas dasar ikut-ikutan seperti yang terjadi kebanyakan di kalangan
pelajar muslimah tingkat sekolah menengah (SMA/SMK).
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pada pelajar muslimah
khususnya tingkat SMA/ SMK tentang adab berpakaian dalam syariat Islam terlebih lagi
memahami tujuan disyariatkannya perintah menutup aurat khususnya bagi wanita
sehingga menumbuhkan kesadaran pada diri mereka akan pentingnya menjalankan
perintah agama untuk menutup aurat yang mana pemahaman dan kesadaran tersebut
dapat meningkat pada tahap internalisasi yaitu berpakaian dan berhias sesuai dengan
tuntunan syariat Islam secara konsisten dalam setiap waktu, tempat dan keadaan bukan
karena tren mode atau sekedar ikut-ikutan.

II. Metode Penelitian


Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan library
research atau penelitian pustaka, yaitu pnelitian yang berusaha memfokuskan diri untuk
menganalisis dan menafsirkan bahan tertulis atau literatur berupa buku-buku, artikel,
situs wed, buku elektronik dan sumber tertulis lainnya (dokumen kepustakaan). Dengan
demikian, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang mensintesa konsep-konsep
atau teori-teori dari berbagai sumber yang dikaji oleh penulis menjadi sebuah konsep
baru.

III. Hasil dan Pembahasan


A. Aurat wanita dan hukum menutupnya dalam Islam
Kata aurat merupakan kata serapan yang berasal dari kata dalam bahasa Arab
“’auroh” berasal dari bentuk fi’il madhi lafadz “’aaro”. Sedangkan menurut Mahtuf Adnan
dalam bukunya Risalah Fiqih Wanita, kata aurat berasal dari bahasa arab yang artinya
kurang, jelek atau malu. Sedangkan jika diartikan secara syara’ aurat adalah bagian tubuh
yang tidak patut (pantas) untuk diperlihatkan kepada orang lain (kecuali pada suaminya
atau kepada hamba sahaya perempuan atau sewaktu sendirian di ruang tertutup).
(Ahnan: 2011).
Ummu Syafa Suryani Arfah dalam bukunya menjelaskan bahwa aurat adalah bagian
tubuh manusia yang dilarang untuk diperlihatkan, kecuali apa yang diperbolehkan Allah
dan rasul-Nya, atau juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang jika ditampakkan akan
menimbulkan aib (Ummu Syafa: 2015). Dalam surat al-Nūr: 58, kata “awrah” diartikan
oleh mayoritas ulama tafsĩr sebagai sesuatu dari anggota badan manusia yang membuat
malu jika dipandang. Sedangkan dalam surat al-Ahzâb: 13, kata “awrah” dirtikan sebagai
cela yang terbuka terhadap musuh, atau cela yg memungkinkan orang lain mengambil
kesempatan (Muhammad: 2001).

220 Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020


Adab Berpakaian Wanita Muslimah Sesuai Tuntunan Syariat Islam

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa aurat
adalah bagian tubuh manusia yang menurut syariat Islam harus ditutup dengan pakaian
yang memenuhi syarat dan tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain.
M. Quraish Shihab dalam bukunya mengatakan bahwa syariat Islam mewajibkan
kaum muslimin memakai busana yang menutup aurat dan sopan, baik laki-laki maupun
perempuan. Terdapat perbedaan yang sangat jelas antara aurat laki-laki (muslim)
dengan aurat wanita (muslimah) dalam hukum Islam, aurat laki-laki cukup sederhana,
berdasarkan ijma ulama, auratnya sebatas antara di atas pusat dan kedua lutut (bayn al-
surrat wa al-ruqbatayn). Sedang aurat wanita adalah segenap tubuhnya kecuali muka,
telapak tangan dan telapak kakinya. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa
seluruh tubuh wanita tanpa kecuali adalah aurat (Shihab: 2010).
Perintah menutup aurat ini khususnya bagi seorang muslimah yang sudah dewasa
(baligh) tersurat dalam firman Allah yang tertuang dalam QS. Al-Ahzab (33) ayat 59
berikut ini:

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-


isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab
(33): 59)
Ulama berbeda pendapat mengenai batas aurat wanita di depan mahramnya. Asy-
Syafi’īyah mengatakan bahwa ‘aurat wanita ketika berhadapan dengan mahramnya
adalah antara pusat dengan lutut. Selain batas tersebut, dapat dilihat oleh muhrimnya
dan oleh sesamanya wanita. Pendapat lain mengatakan bahwa seluruh anggota tubuh
wanita adalah ‘aurat di hadapan mahramnya, kecuali kepala (termasuk muka dan
rambut), leher, kedua tangan sampai siku dan kedua kaki sampai lutut, karena semua
anggota badan tersebut digunakan dalam pekerjaan sehari- hari.(An-Ramli: tt). Hal
tersebut sejalan dengan firman Allah yang terdapat dalam QS. An-Nur (24) ayat 31
berikut ini:

Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020 221


Alawiyah, Handrianto & Rahman

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. An-Nur (24): 31)
Adapun yang dimaksud dengan mahram atau yang disamakan dengan itu sebagai
yang tercantum dalam surah an-Nūr ayat 31 tersebut adalah; suami, ayah, ayah suami,
putra laki- laki, putra suami, saudara laki-laki, putra saudara laki-laki, putra saudara
perempuan, wanita, budaknya, pelayan laki-laki yang tak bersyahwat, atau anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita. Selain itu, dalam surat an-Nisā disebutkan pula
saudara bapak dan saudara ibu.
Sementara itu, aurat wanita ketika berhadapan dengan orang-orang yang bukan
mahramnya, menurut kesepakatan ulama adalah meliputi seluruh tubuhnya, selain
muka, telapak tangan dan kakinya. Karena itulah, seorang laki-laki dapat saja melihat
bagian-bagian tersebut pada tubuh wanita yang dilamarnya. Berdasarkan penjelasan ini,
maka dapat disimpulkan bahwa batas aurat wanita pada saat berada di hadapan laki-
laki non mahramnya adalah sama dengan ketika dalam keadaan salat.

222 Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020


Adab Berpakaian Wanita Muslimah Sesuai Tuntunan Syariat Islam

Seorang wanita muslimah jika berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahramnya
maka ia wajib menutup segenap tubuhnya selain muka dan kedua telapak tangannya. Ini
berarti bahwa beberapa bagian tubuh yang termasuk aurat tersebut hanya wajib ditutup
jika berhadapan laki-laki yang bukan mahram, tetapi ketika berhadapan dengan
mahramnya sendiri bagian tubuh tersebut tidak menjadi ‘aurat dan tidak wajib ditutup.
Jadi, bagian-bagian tubuh tersebut sifat keauratannya tergantung pada keadaan atau
biasa disebut ‘aurat ‘arīdī. Sedangkan aurat yang tidak tergantung pada keadaan disebut
‘aurat zātī (Oktariadi: 2016).
Dengan demikian, sebagaimana dipahami dari Q.S. al-Nūr ayat 31, ‘aurat ‘arīdī dapat
saja dilihat oleh pelayan laki-laki yang tidak punya syahwat dan anak-anak yang belum
mengerti tentang ‘aurat wanita, meskipun mereka laki-laki lain (bukan mahram), dan
meskipun bukan dalam keadaan darurat. Namun jika dalam keadaan darurat, semua
‘aurat baik zātī maupun ‘arīdī dapat saja diperlihatkan. Menurut Abū Zahrah, menutup
aurat jika dipandang dari uṣul fiqh, dikategorikan dalam jenis kewajiban sekunder (wajib
lighayrih), bukan kewajiban primer (wajib li zātī). Yang dimaksud dengan wajib lighayrih
adalah sesuatu yang wajib karena berkaitan dengan kewajiban lain yang menjadi pokok
. Dalam hal ini, menutup aurat menjadi wajib karena berkaitan dengan kewajiban pokok
untuk menghindari perzinaan. Adapun dalam hal timbulnya suatu kesulitan meskipun
tidak merupakan darurat, maka kewajiban menutup aurat dapat gugur, misalnya untuk
kepentingan pengobatan.
Salah satu tujuan disyariatkannya kewajiban menutup aurat khususnya bagi wanita
adalah dimaksudkan untuk membedakan antara wanita terhormat dan wanita jalanan.
Hal ini berdasarkan sebab turunnya ayat tersebut. Menurut al-Qurṭubī, ayat 59 surat al-
Ahzāb itu turun sebagai teguran atas kebiasaan wanita-wanita Arab yang keluar rumah
tanpa mengenakan jilbab. Karena tidak memakai jilbab, banyak laki-laki yang sering
mengganggu mereka, dan melecehkan mereka seperti budak. Berkenaan dengan hal itu,
maka turunlah ayat tersebut. (Al-Qurthubi: tt)
Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menutup
aurat adalah sebagai benteng (perisai) bagi seorang wanita agar terhindar dari fitnah dan
akhlak tercela ataupun kejahatan laki-laki. Karna pada hakikatnya Islam tidak
menginginkan keburukan terjadi pada diri manusia, sehingga kepatuhan seseorang
terhadap syariat dalam hal ini pada dasarnya akan berdampak kebaikan pada dirinya
sendiri.

B. Adab berpakaian bagi wanita muslimah


Ketika kita berbicara tentang aurat, maka permasalahannya akan melebar kepada
pembahasan pakaian, karena aurat adalah tubuh manusia yang harus ditutupi, sementara
alat yang digunakan untuk menutupnya adalah pakaian. Sebab itulah Islam juga sangat
memperhatikan tentang bagaimana seharusnya seorang muslim atau muslimah

Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020 223


Alawiyah, Handrianto & Rahman

berpakaian dan berhias, hal ini juga dijelaskan secara rinci dalam syariat Islam melalui
firman-firman Allah dalam Al-Quran yang diperjelas lagi dengan sabda-sabda rasulullah
SAW.
Perintah untuk berbusana muslimah yang sesuai dengan ketentuan syariat Islam
dikhususkan kepada kaum wanita dengan pertimbangan karena wanita akan selalu
menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu, di saat wanita yang sudah baligh berpergian
keluar rumah maka wajib baginya untuk mengenakan busana yang sesuai dengan
ketentuan syariat Islam, yakni pakaian yang menutup aurat. Sementara itu berpakaian
sesuai dengan ketentuan syariat Islam harus memenuhi beberapa syarat tertentu.
(Ahnan: 2011).
Menurut Maftuh Ahnan pakaian wanita muslimah ketika di luar rumah atau di
hadapan laki-laki yang bukan mahram adalah “jilbab”, yaitu pakaian yang dapat menutup
tubuh dari kepala hingga kaki atau menutup sebagian besar tubuh sehingga yang tampak
hanyalah muka dan telapak tangan saja (Ahnan: 2011). Istilah “jilbab” ini dikenal berasal
dari firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 59 yang kemudian di negara kita lebih dikenal
dengan “busana muslimah”.
Adapun syarat-syarat pakaian wanita muslimah sesuai dengan syariat Islam menurut
Syeikh Nashirudin Al-bani yang dijelaskan dalam buku risalah fiqih wanita yng ditulis
oleh Maftuh Ahnan adalah sebagai berikut: 1) Menutup seluruh tubuh kecuali muka dan
telapak tangan; 2) Berbahan tebal tidak tembus pandang (transparan) sehingga dapat
memperlihatkan warna kulit; 3) Longgar dan tidak sempit (ketat) sehingga tidak
menampakkan lekuk-lekuk tubuh; 4) Tidak menyerupai pakaian laki-laki (Larangan
menyerupai di sini adalah keserupaan karena ingin berlagak seperti laki-laki pada
umumnya atau menampakkan diri seperti laki-laki); 5) Tidak menyerupai pakaian
wanita kafir dan wanita jahiliyah. Para wanita jahiliyah memakai kerudung tapi leher dan
dada mereka tetap terlihat; 6) Tidak terlalu mencolok sehingga menarik perhatian orang
yang melihatnya (syuhroh). Pakaian syuhroh adalah pakaian yang sengaja digunakan
untuk memamerkan kebesaran dan kemasyhuran di tengah-tengah masyarakat; 7) Tidak
diberi hiasan yang berlebihan, seperti warna warni yang berlebihan, menampakkan
perhiasan dan menggunakan wewangian yang mencolok wanginya. (Ahnan: 2011)
Hijab yang sempurna (syar’i) sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat Islam yang
tersebut di atas adalah yang dapat menutup semua anggota badan wanita. Hijab
bukanlah semata-mata perhiasan tubuh saja, tidak berwarna mencolok dan mengundang
perhatian, berbahan tebal dan tidak transparan sehingga tidak menampakkan warna
kulit, longgar dan tidak ketat sehingga tidak menggambarkan bentuk tubuh wanita
seperti yang diterangkan dalam Firman Allah SWT QS. Al-Ahzab ayat 59.
Al-Albani menjelaskan beberapa fenomena wanita masa kini dalam kebiasaan
berpakaian yang harus diperbaiki, di antaranya sebagian b e s a r muslimah sudah

224 Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020


Adab Berpakaian Wanita Muslimah Sesuai Tuntunan Syariat Islam

banyak yang menutupi bagian rambut dan dadanya, namun mereka masih memakai
pakaian ketat, banyak dari mereka yang menutupi bagian paha sampai kakinya dengan
celana ketat yang sewarna dengan kulitnya. Adapula yang memakai kerudung (khimar)
tetapi tanpa dilengkapi jilbab. Masih banyak lagi fenomena lain yang serupa atau lebih
parah di zaman sekarang. Tragisnya, masyarakat muslim menganggapnya sebagai
busana muslimah dan simbol Islam, padahal hakikatnya adalah busana fitnah yang
merupakan makar besar musuh-musuh Islam. (Fauzi: 2016)
Berdasarkan penjelasan mengenai adab berpakaian bagi wanita muslimah tersebut,
maka seorang wanita muslimah yang mengaku dirinya beriman, hendaklah
memperhatikan adab-adab tersebut ketika ia akan tampil di hadapan orang lain (laki-laki
yang bukan mahram) dan ketika ia keluar rumah. Hendaklah para wanita muslimah
menjaga kehormatan dirinya dari fitnah dan gangguan laki-laki dengan cara tampil
dengan menggunakan pakaian yang syar’i (sesuai dengan ketentuan syariat Islam).
Dengan kata lain, wanita muslimah yang sudah mencapai usia baligh (dewasa), jika ia
keluar rumah dan berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahramnya dan berpakaian
yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, maka menurut hukum Islam
perbuatan itu termasuk dosa dan melanggar perintah Allah untuk menutup aurat dengan
jilbab sesuai firman-Nya dalam QS. al-Ahzab ayat 59. Hal ini dapat terwujud dalam bentuk
perilaku yang benar dari seorang muslimah jika ia memiliki kesadaran beragama yang
cukup dalam menutup aurat, tentunya hal ini sangat dipengaruhi dengan tingkat
pemahaman terhadap hukum islam tentang aurat, kewajiban menutupnya dan adab
berpakaian sesuai dengan ajaran Islam.

C. Kesadaran Menutup Aurat


Kesadaran menutup aurat merupakan perwujudan dari kesadaran beragama
seseorang, maka tidak ada indikator yang mengarah secara khusus tentang kesadaran
menutup aurat ini, untuk itu penulis mencoba menurunkannya dari indikator kesadaran
beragama yang dikaitkan dengan kewajiban menutup aurat.
Kesadaran beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-Tuhanan, keimanan,
sikap dan tingkah laku keagamaan yang terorganisasi dalam sistem mental dari
kepribadian. Karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwa-raga manusia, maka
kesadaran beragama pun mencakup aspek-aspek afektif, kognitif dan motorik.
Keterlibatan fungsi afektif terlihat didalam pengalaman ke-Tuhanan, rasa keagamaan dan
kerinduan kepada Tuhan. Aspek kognitif nampak dalam keimanan dan kepercayaan.
Sedangkan keterlibatan fungsi motorik nampak dalam perbuatan dan gerakan tingkah
laku keagamaan.
Kesadaran beragama meliputi banyak hal yang mencerminkan ketaatan manusia
dalam menjalankan ajaran agamanya, bisa dalam wujud menjalankan perintah dan
menghindari larangan Allah. salah satu bentuk kesadaran beragama dalam wujud

Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020 225


Alawiyah, Handrianto & Rahman

menjalankan perintah yaitu menutup aurat bagi wanita, kesadaran beragama dalam
menutup aurat merupakan suatu perbuatan menutup aurat yang diwajibkan kepada
muslimah dengan dilandasi dari kepercayaan terhadap ajaran Islam, perasaan yakin dan
nyaman dalam menutup aurat dan melakukannya sebagai sebuah kewajiban yang
berasal dari keinginan dan keinsafan pribadi.
Sikap keagamaan atau kesadaran beragama seseorang menurut Djamaluddin Ancok
dapat dilihat dari lima aspek sebagai berikut: 1) Dimensi keyakinan (ideologis) yang
disejajarkan dengan akidah; 2) Dimensi peribadatan (ritualistik) yang disejajarkan
dengan syariah; 3) Dimensi penghayatan (eksperiensal) atau pengalaman-pengalaman
religius; 4) Dimensi pengetahuan; 5) Dimensi pengamalan (konsekuensial) yang
disejajarkan dengan akhlak. (Anchok: 2005).
Berdasarkan penjelasan di atas mengenaai kesadaran beragama maka dapat
disimpulkan bahwa kesadaran menutup aurat adalah keadaan seseorang yang mengerti
bahwa menurut hukum Islam ada beberapa bagian tubuh manusia yang tidak boleh
diperlihatkan kepada orang lain (aurat) sehingga menumbuhkan perilaku menutup aurat
dengan didasari atas keinsafan diri untuk menaati syariat agamanya tersebut.
Sesuai dengan pengertian di atas maka dapat dipahami bahwa menutup aurat harus
didasari atas kesadaran diri bahwa itu merupakan kewajiban seorang muslim dan
sebagai bentuk ketaatan terhadap hukum atau syariat agama Islam yang dianutnya
bukan atas dasar keterpaksaan karena mematuhi perintah orang lain, atau hanya sekedar
ikut-ikutan tanpa mengetahui.
Seorang muslimah dapat dikatakan memiliki kesadaran menutup aurat yang tinggi
jika dapat menunjukkan indikator-indikaator sebagai berikut: 1) Keterlibatan fungsi
kognitif dalam menutup aurat, yaitu berupa kepercayaan dan keimanan pada kewajiban
untuk menutup aurat; 2) Keterlibatan fungsi afektif dalam menutup aurat, yang berupa
pengalaman ketuhanan dan rasa keagamaan; 3) Keterlibatan fungsi psikomotor dalam
menutup aurat, yaitu berupa perilaku sehari-hari yang merupakan perwujudan dari
keterlibatan fungsi aspek kognitif dan afektifnya dalam menutup aurat yang ditunjukkan
dengan cara berpakaian sesuai syariat Islam.

IV. Kesimpulan
Cara berpakaian bagi wanita muslimah yang sudah baligh yang dibenarkan adalah
bukan berdasarkan atas adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku di kalangan
masyarakat sesuai zamannya, bahkan bukan pula mengikuti tren mode yang sedang
berkembang pada waktu dan tempat tertentu. Kecenderungan cara berpakaian yang
seperti ini merupakan hal yang keliru yang berkembang di masyarakat Indonesia
terutama di kalangan wanita muslimah dewasa ini karna berpakaian dalam Islam harus
memperhatikan tatacara yang dibenarkan oleh syariat dengan memenuhi persyaratan

226 Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020


Adab Berpakaian Wanita Muslimah Sesuai Tuntunan Syariat Islam

persyaratan berikut: menutup aurat, berbahan tebal tidak transparan, tidak ketat atau
membentuk lekuk tubuh, tidak menyerupai laki-laki, tidak menyerupai pakaian wanita
kafir atau jahiliyah, tidak berlebihan hingga menunjukkan ketenaran dan tidak memakai
wewangian yang menarik perhatian.
Kesadaran dalam menutup aurat merupakan unsur inti dari munculnya perilaku
berpakaian yang sesuai dengan tuntunan syariat yaitu tertutupnya aurat dan
terpenuhinya syarat-syarat seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk itu yang
perlu diperhatikan oleh para orang tua, pendidik dan penanggung jawab pendidikan
adalah menumbuhkan kesadaran tersebut di kalangan wanita muslimah khususnya para
pelajar.
Hendaknya para wanita muslimah menjadikan adab berpakaian dan ketentuan-
ketentuan di atas sebagai tolok ukur dalam berpenampilan dan berhias agar terlihat
perbedaan antara wanita muslimah dengan wanita non muslimah, bahkan agar terlihat
identitas seorang muslimah sebagai wanita terhormat dan baik-baik, hendaknya para
orang tua juga mengajarkan kepada para anak gadis mereka agar membiasakan diri sejak
dini untuk berpakaian sesuai dengan ketentuan syariat supaya mereka terhindar dari
perilaku kejahatan khususnya kejahatan seksual.

V. Daftar Pustaka
Ahnan, Mahtuf, Dkk, Risalah Fiqih Wanita, Surabaya: 2011, Terbit Terang
Al-Ḥusaynī, Kifayatul al-Akhyar, Juz. I, (Kairo: Isa al-Ḥalabī, t.t)
Ali, Muhammad dan Ibnu Muhammad, Hijab Risalah Tentang Aurat, Yogyakarta: Pustaka
Sufi, 2002
Al-Qurṭubī, Tafsir al-Qurṭubī, Jilid VI, Kairo: Dār al-Sya’b, t.t
Ancok, Djamaluddin, dan Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam akan problem
psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, cet. I,
An-Ramli, Nihayat al-Muhtajj, Juz IV, Kairo: Mustafa al-Ḥalabī, tt.
Arfah, Ummu Syafa Suryani, Dkk, Menjadi Wanita Shalihah, Jakarta: 2015, Eska Media
Baso, Mutmainnah, Aurat dan Busana, (Jurnal Al-Qadau, Vo. 2, no. 2: 2015)
Budiman, Haris, Kesadaran Beragama Pada Remaja Islam, (Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 6, Mei 2015)
Daud, Fathonah K., Jilbab, Hijab Dan Aurat Perempuan (Antara Tafsir Klasik, Tafsir
Kontemporer dan Pandangan Muslim Feminis), (AL-HIKMAH Jurnal Studi
Keislaman, Volume 3, Nomor 1, Maret 2013)
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, Jakarta: 2002, Pena Pundi Aksara
Dr. Zainal Abidin Arief, M.Sc, Metodologi Penelitian Pendidikan: Persfektif Paradigma Baru
Dalam Penelitian Pendidikan, Bogor: 2014, Graha Widya Sakti.
Habibah, Syarifah, Sopan Santun dalam Berpakaian, (Jurnal Pesona Dasar Universitas
Kuala, Vol. 2 No.3, Oktober 2014)
Hasanah, Hasyim, Peran Strategis Aktifis Perempuan Nurul Jannah Al-Firdaus dalam
Membentuk Kesadaran Beragama Masyarakat Miskin Kota, (INFERENSI: Jurnal

Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020 227


Alawiyah, Handrianto & Rahman

Penelitian Sosial Keagamaan, Volume 7, No. 2, Desember 2013)


Ibnu, Muhammad dan Muhammad Ali, Hijab Risalah Tentang Aurat, (Yogyakarta: Pustaka
Sufi, 2002)
Mughniyah, Muhammad, Jawad Fiqih Lima Mazhab, terj. Masykur A. B. Afif Muhammad,
Idrus al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2001)
Muhammad, Husein, Fiqh Perempuan: Refleksi Kiyai atas Wacana Agama dan Gender,
Yogyakarta: LKIS, 2001
Murtopo, Bahrun Ali, Etika Berpakaian dalam Islam; Tinjauan Busana wanita Sesuai
dengan ketentuan islam, (Tajdid: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan,
Vol. 1 No. 2 Oktober 2017)
Nasir, M., Sudut Pandang Feminis Muslim tentang Menutup Aurat, (Jurnal Al-Qadau vol. 6
no. 1 Juni 2019)
Noer, Ali, Dkk, Pengaruh Pengetahuan Berjilbab dan Perilaku Keagamaan Terhadap
Motivasi Berjilbab Mahasiswi Pendidikan Agama Islam, (Jurnal Al-Thariqah Vol. 1,
No. 2, Desember 2016)
Oktariadi S., Batasan Aurat Wanita dalam Perspektif Hukum Islam, Jurnal Al-Murshalah,
Vol. 2, No. 1, Januari – Juni 2016
R. Magdalena, Kedudukan Perempuan dalam Perjalanan Sejarah, (Harkat an-Nisa: Jurnal
Studi Gender dan Anak, Vol. II, No. 1, 2017)

228 Rayah Al-Islam, Vol. 4, No. 2, Oktober 2020

Anda mungkin juga menyukai