Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga tidak hanya memberikan manfaat secara fisik, tetapi juga

memberikan manfaat lain baik secara mental maupun sosial. Olahraga adalah

serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang dengan

sadar untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Selain untuk meningkatkan

kesegaran jasmani dan rohani, aktifitas olahraga juga bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan fisik (Griwijoyo, 2005). Dalam olahraga terdapat

beberapa cabang olahraga yang di gemari di kalangan masyarakat yaitu seperti

bola voli, sepak takraw, bola kaki maupun olahraga beladiri seperti taekwondo,

silat dan karate.

Pada umumnya olahraga taekwondo sangat di gemari oleh masyarakat

yaitu seperti anak usia dini sampai remaja sangat menggemari oalahraga

taekwondo ini. Tekwondo terdiri dari tiga kata dasar, yaitu: tae yang berarti kaki,

kwon yang berati tangan, serta do yang berarti seni. (Suryadi 2003) mengartikan

Taekwondo secara sederhana sebagai berikut: “Taekwondo berarti seni atau cara

mendisiplinkan diri/seni bela diri yang menggunakan teknik kaki dan tangan

kosong”.

Taekwondo merupakan olahraga bela diri asal negeri ginseng atau Korea

dan telah popular di dunia sejak tahun 2000 sebagai olimpiade olahraga (Nam dan

Lim, 2019). Taekwondo merupakan seni beladiri menggunakan teknik tangan dan

kaki untuk menyerang dan bertahan. Seni beladiri ini dapat dipelajari siapa saja

1
2

Tanpa tergantung jenis kelamin, umur, dan status sosial. Taekwondo dibagi

menjadi 2 kategori, yaitu kyourugi dan poomsae. Kyourugi adalah pertarungan

antara dua atlet (taekwondoin) dimana mereka saling serang dan melakukan

pertahanan agar dapat point sekaligus menjaga diri agar tidak terkena point dari

serangan lawan dengan menggunakan teknik-teknik tendangan, tangkisan maupun

pukulan yang ada di dalam taekwondo. Beladiri yang satu ini bisa disebut juga

olahraga yang sudah merakyat atau dengan kata lain taekwondo adalah olahraga

yang berkembang Menuut Penelitian (Rhisa Kumalawati 2016)

Taekwondo sudah sering dipertandi ngkan diberbagai event olahraga

nasional maupun internasional. Untuk mencapai prestasi yang diinginkan maka

perlu dilakukan latihan sejak dini dan tentunya dengan bimbingan pelatih dan

orangtua. Melalui club-klab yang ada di daerah Toli-toli diharapkan dapat

memberikan bibit atlet yang baik dan berpeluang untuk prestasi dalam olahraga,

sehingga dengan adanya pembinaan dan latihan yang tepat maka diharapkan

banyak calon atlet muda di masa depan yang bisa membawa nama club-klab

kabupaten Toli-toli dan Sulawesi tengah.

Ketertarikan calon peneliti dalam melakukan penelitian pada Atlet

Taekwondo Toli-toli di sebabkan oleh potensi yang dimiliki Atlet Taekwondo

Toli-toli masih terbilang cukup kurang terutama pada anak usia 12-15 tahun

dimana pada saat turun pertandingan keseimbangan dan power otot tungkai

mereka kurang terbentuk pada saat melakukan pertandingan. Dimana pada saat

melakukan tendangan dollyo chagi masih memiliki power yang lemah dan sering

terjadinya benturan sehingga sering terjadinya cedera pada atlet itu sendiri.
3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul : Hubungan Keseimbangan Dan Daya Ledak Otot

Tungkai Terhadap Tendangan Dollyo Chagi Pada Atlet Taekwondo Toli-Toli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penilitian ini adalah:

1.2.1 Apakah ada hubungan keseimbangan terhadap tendangan dollyo chagi pada

atlet taekwondo toli-toli ?

1.2.2 Apakah ada hubungan daya ledak otot tungkai terhadap tendangan dollyo

chagi pada atlet taekwondo toli-toli ?

1.2.3 Apakah ada hubungan keseimbangan dan daya ledak otot tungkai terhadap

tendangan dollyo chagi pada atlet taekwondo toli-toli ?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1.3.1 Untuk menegtahui hubungan keseimbangan terhadap tendangan dollyo

chagi pada atlet taekwondo toli-toli

1.3.2 Untuk mengetahui hubungan daya ledak otot tungkai terhadap tendangan

dollyo chagi pada atlet taekwondo toli-toli

1.3.3 Untuk mengetahui hubungan keseimbangan dan daya ledak otot tungkai

terhadap tendangan dollyo chagi pada atlet taekwondo toli-toli


4

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian yang di lakukan di harapkan dapat memberikan manfaat bagi

peneliti, para pendidik, dan pembaca pada umumnya. Manfaat tersebut antara lain

sebagai berikut:

1.4.1 Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan penilitian yang selanjutnya.

1.4.2 Menambah wawasan mengenai Hubungan dan daya ledak otot tungkai

terhadap tendangan dollyo chagi pada Atlet Taekwondo Toli-toli.

1.4.3 Bagi pelatih dapat mengetahui kekurangan dalam menerapkan tendangan

dollyo chagi pada Atlet Taekwondo Toli-toli. Sehingga lebih siap

menyusun program latihan untuk meningkatkan kemampuan teknik

tendangan pada Atlet.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Yang Relevan

1) (Arisman Ariansy dkk, 2017), judul “Hubungan Keseimbangan Dan

Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi

Pada Atlet UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa Tekwondo) Universitas

Bengkulu”. Hasil penelitian ada hubungan keseimbangan terhadap

kemampuan Tendangan Dollyo Chagi pada atlet UKM (Unit Kegiatan

Mahasiswa) Taekwondo Universitas Bengkulu. Sebesar 0,62 sedangkan r

tabel pada α =5% dan dk= n-2 = 18-2 = 16 adalah 0,498 yaitu 0,62

>0,468.sedangkan tabel pada α=5% adalah 2,100.diperoleh hitung > tabel

yait u3,31 > 2,100 yang berarti ada hubungan yang signifikan

2) Penelitian yang dilakukan oleh (Firmansyah, 2016)judul “Hubungan

Daya Ledak Otot Tungkai Dengan Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi

Pada Siswa Ekstrakurikuler Sma Negeri 1 Bangko Pusako” hasil

penelitian yang telah diuraikan terlebih dahulu dapat dikemukakan

kesimpulan yaitu: “terdapat hubungna yang signifikan antara daya ledak

dan kemampuan tendangan, dollyo chagi atlet taekwondo putra Siswa

ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Bangko Pusako . Hal ini ditandai dengan

hasil yang diperoleh yaitu r hitung = 0.81 > r tabel = 0.361 sedangkan th

(5,1660) > t tab (1,76).


6

2.2 Kajian Pustaka

2.1.1 Hakikat kondisi fisik

Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang di perlukan dalam usaha

peningkatan prestsi seorang atlet. Bahkan dapat di katakan sebagai keperluan

dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar lagi menurut (Khalili Moghaddam &

Lowe yang dikutip oleh dawud :2020)

Selanjutnya (Syafruddin: 2011) juga menambahkan bahwa kondisi fisik

(Physical Condition) secara umum dapat di artikan dengan keadaan atau

kemampuan fisik. Keadaan tersebut bisa meliputi sebelum (kondisi awal), pada

saat dan setelah mengalami proses latihan. Status kondisi fisik dapat mencapai

titik optimal jika memulai latihan sejak usia dini dan dilakukan secara terus

menerus dan berkelanjutan dengan berpedoman pada prinsip-prinsip dasar latihan.

Status kondisi fisik seseorang dapat diketahui dengan cara penilaian yang

berbentuk tes kemampuan. Tes ini dapat dilakukan di dalam labratorium dan

di lapangan. Meskipun tes yang dilakukan di laboratorium memerlukan alat-alat

yang mahal, tetapi kedua tes tersebut hendaknya dilakukan agar hasil penilaian

benar-benar objektif. Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan

dimulai sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus. Karena untuk

mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, harus

mempunyai pelatih fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu sehingga mampu

membina pengembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek di

kemudian hari. Kondisi fisik yang baik mempunyai beberapa keuntungan, di

antaranya mampu dan mudah mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak
7

mudah lelah saat mengikuti latihan maupun pertandingan, program latihan dapat

diselesaikan tanpa mempunyai banyak kendala serta dapat menyelesaikan latihan

berat. Kondisi fisik sangat diperlukan oleh seorang atlet, karena tanpa didukung

oleh kondisi fisik prima maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami

banyak kendala, dan mustahil dapat berprestasi tinggi.

Kondisi fisik suatu manusia ditentukan dengan berfungsinya organ-organ

tubh dan didukung oleh komponen-komponen kondisi fisik untuk menopang kerja

manusia. Komponen-komponen menjadi satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan untuk menjadikan ondisi fisik yang maksimal. Komponen dari kondisi

fisik sendriri antara lain kekuatan, daya tahan, kelincahan, kelentukan, koordinasi,

keseimbangan, ketepatan, kekuatan otot, kecepatan, reaksi. Dari komponen-

komponen kondisi fisik tersebut menjadi satu kesatuan yang memberikan derajat

kondsi fisik yang baik.

2.1.2 Hakikat keseimbangan

Keseimbangan merupakan sebuah kemampuan mempertahankan sikap

dan posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri (stastic balance) atau pada saat

melakukan gerakan (dynamic balance). (Widiastuti, 2011). Menurut kutipan di

atas keseimbangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam

kemampuan gerak dasar dan merupakan salah satu komponen dalam

mempengaruhi keberhasilan atlet untuk menguasai teknik dalam olahraga beladiri

taekwondo. Keseimbangan atau balance adalah kemampuan yang sangat

diperlukan oleh seseorang baik itu sebagai olahragawan maupun bukan seorang

olahragawan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Jika seseorang bergerak


8

dengan seimbang maka itu bisa diartika melakukan koordinasi dan control dalam

bergerak. Keseimbangan merupakan koordinasi dan control.(Gerry Carr dalam

Taufik Yudi Mulyanto dan Johansyah Lubis, 2009) Saat melakukan aktifitas

gerak diperlukan berbagai macam faktor, dari kekuatan, kecepatan, bahkan

keseimbangan yang bersingkron dengan semua anggota tubuh kita. Keseimbangan

adalah kemampuan mempertahankan sikap dan posisi tubuh secara tepat pada saat

berdiri (static balance) atau pada saat melakukan gerakan (dynamic balance).

(Widiastuti, 2011). Keseimbangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

dalam kemampuan gerak dasar dan merupakan salah satu komponen dalam

mempemgaruhi keberhasilan atlet. Ada dua tipe dalam keseimbangan itu

keseimbangan saat diam dan keseimbangan saat bergerak, tergantung saat dimana

penggunaannya. Keseimbangan bisa diklafikasikan menjadi 2 macam yaitu

keseimbangan statik dan keseimbangan dinamik.(Budi Indrawan,2012).

Keseimbangan statik yaitu kemampuan seseorang bergerak dalam di atas dasar

yang sempit seperti berdiri di balok keseimbangan, berdiri di rel kereta

api,melakukan handstand, mempertahankan keseimbangan di putar beberapa

putaran di tempat berdiri. Keseimbangan dinamik (dynamic balance) yaitu

kemampuan seseorang untuk bergerak dari satu titik atau ruang ke lain titik atau

ruang dengan mempertahankan keseimbangan (equilibrium), seperti menari,

latihan pada kuda-kuda atau palang sejajar, ski air, skating, sepatu roda dan

sebagainya
9

2.1.3 Hakikat daya ledak otot tungkai

Menurut (Ismaryati dalam penelitian Trisko Widhiyanto: 2018) power

atau daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan

eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu

yang secepat-cepatnya. Bertolak dari pengertian daya ledak yang dikemukakan

tersebut, nampak bahwa perpaduan antara kekuatan dan kecepatan yang akan

menghasilkan tenaga yang dapat digerakan dalam waktu singkat. Oleh sebab itu

daya ledak dapat juga dikatakan sebagai kerja yang dilakukan dalam waktu yang

singkat secara fungsional terhadap hubungan antara daya, energi dan kerja untuk

dapat menolak sejauh, dua komponen utama yaitu kecepatan dan kekuatan yang

tentunya akan terpadu menjadi daya ledak. Daya ledak tungkai akan menunjang

kegiatan dalam melakukan jumpshoot pada bola basket.

Di dalam buku (Nuril Ahmadi 2007) bahwa power merupakan hasil

perkalian dan kecepatan, sehingga satuan power adalah Kg (berat) x meter/detik.

Power (daya ledak) ada dua bagian: 1) Kekuatan daya ledak; kekuatan ini

digunakan untuk mengatasi resistensi yang lebih rendah, tetapi dengan percepatan

daya ledak maksimal. Power sering digunakan untuk melakukan satu gerakan atau

satu ulangan. 2) Daya ledak otot tungkai diukur menggunakan vertical jump

sesuai dengan petunjuk buku tes dan pengukuran (Zulfikar 2012). Pengertian otot

tungkai adalah otot yang terdapat pada bagian tungkai mulai dari pangkal bawah

ke bawah/keseluruhan kaki (Syaifuddin 2006). Dalam olahraga daya ledak otot

tungkai digunakan untuk melakukan gerakan seperti menolak, meloncat dan

sebagainya. Dalam permainan bola voli seorang pemain dituntut untuk


10

mempunyai kemampuan yang tinggi dalam meloncat, guna menutup lawan

(membendung), melakukan smash normal dan membuat gerak dengan reaksi yang

tinggi. Hal itu membuktikan bahwa dalam bola voli pemain dituntut memiliki

kemapuan meloncat yang tinggi dan raihan yang tinggi karena akan memudahkan

pemain untuk melakukan smash normal atau blocking (Nuril Ahmadi 2007).

2.1.4 Hakikat Taekwondo

Taekwondo adalah warisan budaya Korea, dapat dikatakan taekwondo

sekarang dikenal sebagai seni bela diri korea yang diminati diseluruh dunia.

Taekwondo yang dikenal sekarang ini merupakan perjalanan panajang dari suatu

seni bela diri tradisional korea taekwondo sendiri berasal dari bahasa korea yang

secara harfiah dapat diartikan sebagai berikut: Tae yang berarti menyerang

menggunakan kaki, Kwon yang berarti memukul atau menyerang dengan tangan,

dan Do yang berarti disiplin atau seni (Suryadi, 2002, Tirtawirya, 2005). Jadi

taekwondo berarti seni bela diri yang menggunakan kaki dan tangan dengan

disiplin tinggi.

Taekwondo juga mengajarkan tentang etika, seperti cara berbicara,

masuk ruangan, meninggalkan ruangan, dan lain-lain (Tirtawirya, 2005).

Taekwondo mempunyai banyak kelebihan, tidak hanya mengajarkan aspek fisik

semata, seperti keahlian dalam bertarung, tetapi juga menekankan pengajaran

aspek disiplin mental. Dengan demikian, taekwondo akan membentuk sikap

mental yang kuat dan etika yang baik bagi orang yang secara sungguh-sungguh

mempelajarinya. Taekwondo mengandung aspek filosofi yang mendalam

sehingga dalam mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa, dan raga secara


11

menyeluruh akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Taekwondo berarti seni

beladiri yang menggunakan teknik sehingga menghasilkan suatu bentuk

keindahan gerakan.

Taekwondo merupakan seni beladiri yang menggunakan teknik tangan

dan kaki untuk menyerang dan bertahan. Taekwondo dapat dipelajari siapa saja

tanpa tergantung jenis kelamin, umur, dan status sosial. Taekwondo bisa juga

disebut olahraga yang sudah merakyat atau dengan kata lain taekwondo adalah

olahraga yang berkembang. Taekwondo terdiri dari tiga kata, yaitu tae, kwon dan

do. Tae berarti kaki atau menghancurkan dengan kaki. Kwon yang berarti tangan

atau menghantam dan mempertahankan diri dengan tangan serta Do ebagai seni

atau cara untuk mendisiplinkan diri. Maka jika diartikan secara sederhana, Tae

Kwon Do berarti seni atau cara mendisiplinkan diri atau seni bela diri yang

menggunakan teknik kaki dan tangan kosong. Tae Kwon Do mempunyai banyak

kelebihan, tidak hanya mengajarkan aspek fisik semata, seperti keahlian dalam

bertarung, tetapi juga menekankan pengajaran aspek disiplin mental.

Dengan demikian, Tae Kwon Do akan membentuk sikap mental yang

kuat dan etika yang baik bagi orang yang secara sungguh-sungguh

mempelajarinya. Tae Kwon Do mengandung aspek filosofi yang mendalam

sehingga dalam mempelajari Tae Kwon Do, pikiran, jiwa, dan raga secara

menyeluruh akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Taekwondo berarti seni atau

cara mendisiplinkan diri atau seni beladiri yang menggunakan teknik kaki dan

tangan kosong (Yoyok Suryadi, 2002). Tiga materi penting dalam berlatih

taekwondo adalah jurus dalam beladiri itu sendiri (Taegeuk), teknik pemecahan
12

benda keras (Kyukpa), dan yang terakhir adalah pertarungan dalam beladiri

taekwondo (Kyorugi). Mempelajari Taekwondo tidak dapat hanya dengan

menyentuh aspek ketrampilan teknik beladirinya saja, akan tetapi juga meliputi

aspek fisik, mental dan spiritualnya agar terdapat keseimbangan diantaranya.

Untuk itu, seorang Taekwondoin dalam berlatih Taekwondo sudah seharusnya

menunjukkan kondisi fisik yang prima, mental kuat dan semangat yang tinggi

agar dalam pelaksanaan memiliki keseimbangan didalamnya.

Teknik-teknik dasar Taekwondo harus dikuasai oleh seorang

Taekwondoin agar dapat menjadi seorang atlet yang handal. Teknik-teknik itu di

antaranya:

a) Kuda-kuda (Seogi)

Ada beberapa kuda-kuda dalam Taekwondo:

1) Kuda-kuda Harimau (Beom Seogi)

2) Sikap kuda-kuda silang depan ( Apkkoa Seogi)

3) Sikap kuda-kuda silang belakang ( Dwikkoa Seogi)

4) Sikap kuda-kuda dengan satu kaki belakang/sikap bangau

belakang (Ogeum Seogi)

5) Sikap kuda-kuda satu kaki di depan/sikap bagau depan (HakdariSeogi)


13

Gambar 2.1 Kuda-kuda Beom Seogi

Sumber: Rhisa kumalawati 2016

Gambar 2.2 Kuda-kuda Apkkoa Seogi

Sumber: Rhisa kumalawati 201

Gambar 2.3 Kuda-kuda Dwikkoa Seogi

Sumber: Rhisa kumalawati 2016


14

Gambar 2.4 Kuda-kuda Ogeum Seogi

Sumber: Rhisa kumalawati 2016

Gambar 2.5 Kuda-kuda Hakdari Seogi

Sumber: Rhisa kumalawati 2016

b) Serangan (Kyongkyok kisul)

Teknik serangan ini terdiri dari serangan melalui pukulan (Jireugi),

sabetan (Chigi), tusukan (Chireugi) dan tendangan (Chagi). Teknik tendangan

(Chagi) itupun beragam jenisnya seperti tendangan ke depan (Ap Chagi),

tendangan melingkar (Dollyo Chagi), tendangan ke samping (Yeop Chagi),

tendangan ke belakang (Dwi Chagi), tendangan cangkul (Naeryo Chagi),

tendangan sodok depan (Milyo Chagi), dan tendangan balik dengan mengkait

(Dwi Huryeo Chagi)


15

c) Tangkisan (Makki)

Tangkisan dasar seperti tangkisan ke atas (Eolgol Makki), ke bawah

(Arae Makki), ke tengah (Momtong Makki), ke tengah tapi dari

pengambilannya dari luar (Momtong An Makki) dan juga ke tengan tapi dari

dalam (Momtong Bakkat Makki).

d) Sasaran tubuh (Keup so)

Sesuai dengan competition rules & interpretation permitted area (2004),

daerah sasaran yang diperbolehkan dalam sebuah pertandingan Taekwondo

adalah:

1) Badan

Serangan yang dilakukan dengan tangan dan kaki di daerah badan

yang dilindungi oleh body protector adalah diperbolehkan. Tetapi tidak

diperbolehkan di sepanjang tulang belakang.

2) Muka

Daerah ini tidak termasuk daerah kepala bagian belakang dan hanya

diperbolehkan dengan serangan kaki saja.(Yoyok, 2002)

e) Pengertian teknik tendangan

V. Yoyok Suryadi (2002) menyatakan ada beberapa pedoman penting

dalam melakukan teknik tendangan, di antaranya:

a. Memaksimalkan kekuatan tendangan dengan kekuatan kelentukan

lecutan lutut.

b. Jaga konsentrasi dan pandangan pada sasaran serta aturlah jarak dan

timing.
16

c. Setelah melakukan tendangan, kaki harus secepatnya ditarik kembali

siap untuk melakukan tendangan atau gerakan selanjutnya.

d. Aturlah keseimbangan sebaik-baiknya, karena untuk melakukan

tendangan yang cepat butuh keseimbangan yang baik dan untuk

menjaga keseimbangan yang baik butuh kecepatan tendangan.

e. Koordinasikan seluruh gerak tubuh terutama dengan putaran pinggang,

agar menghasilkan tenaga yang maksimal. Teknik tendangan

merupakan gerakan melecutkan kaki yang didahului dengan

menekukkan lutut dengan sudut 90 derajat.

(Menurut Farida Yuni Susilowati 2005) teknik tendangan adalah

cara yang dilakukan untuk menyerang maupun bertahan dengan

menggunakan tungkai/kaki. Dilakukan dengan mengangkat lutut setinggi

mungkin dengan dada, kemudian melentingkan atau menyodokkan kaki

yang akan digunakan untuk menendang. Ada dua cara dalam melakukan

teknik tendangan, cara pertama adalah dengan melentingkan lutut (snap),

cara kedua ialah dengan menyodok (thrust). (Farida Yuni Susilowati,

2005), mengatakan ketangkasan menggunakan kaki juga merupakan

kepandaian yang utama maksudnya adalah serangan dengan tendangan.

Teknik tendangan dalam olahraga beladiri taekwondo yang baik

dipengaruhi oleh posisi kaki, keseimbangan badan, pinggang, dan sudut

saat mengangkat lutut, agar mendapatkan hasil ledakan yang keras dan

tepat sasaran. (V. Yoyok Suryadi, 2002) mengutarakan ada berbagai

macam tendangan, diantaranya:


17

1) Ap Chagi (Tendangan Depan)

Tendangan dengan sentakan lutut kearah depan menggunakan

bantalan telapak kaki bagian depan (ap chuk).

2) Dollyo Chagi (Tendangan Serong/Memutar)

Kekuatan tendangan ini selain dari lecutan lutut juga sangat didukung

oleh putaran pinggang yang sebenarnya merupakan penyaluran tenaga

dari masa badan. Tendangan ini pada dasarnya menggunakan pula

bantalan telapak kaki (ap chuk) atau baldeung (punggung kaki).

Gambar 2.6 Teknik Tendangan Eolgol dollyo chagi

Sumber : Yoyok S (2008)

3) Yeop Chagi (Tendangan Samping)

Tendangan samping yang memerlukan kontraksi badan saat

memindahkan tenaga ke sasaran, sehingga diperoleh tenaga hentak atau

dorong yang maksimal. Tendangan ini menggunakan pisau kaki (balnal)

ataupun tumit (dwi chuk).


18

4) Dwi Chagi (Tendangan Belakang)

Tendangan belakang dilakukan dengan langsung menendang ke

belakang untuk lawan yang berada di belakang kita seperti menyepak ke

belakang.

5) Naeryo Chagi (Tendangan Menurun/Mencangkul)

Tendangan ini dapat dilakukan dengan mengangkat kaki setinggi

mengkin lewat luar, dalam, atau langsung ke atas (depan), dan dijatuhkan

sekuat mungkin ke arah sasaran.

6) Twio Yeop Chagi (Tendangan Samping Dengan Melompat)

Tendangan ini adalah variasi dari tendangan samping (yeop chagi)

yang dilakukan dengan loncatan.

7) Dwi Huryeo Chagi (Tendangan Serong Belakang)

Sering disebut juga secara singkat dwi hurigi, tendangan ini

merupakan perpaduan atau kombinasi antara dwi chagi (tendangan ke

belakang) dan mom dollyo chagi (kebalikan tendangan serong).

8) Dubal Dangsang Chagi (Nare Chagi)

Tendangan ini adalah variasi dari tendangan dengan dua target sasaran

pertama lebih rendah dibandingkan sasaran kedua.

9) Twio Ap Chagi (Tendangan Kedepan Dengan Loncatan)

Tendangan ini adalah variasi dari tendangan depan hanya didahului

dengan loncatan
19

10) Twio Dwi Chagi (Tendangan Kebelakang Dengan Meloncat)

Tendangan ini adalah variasi dari tendangan belakang (dwi chagi) yang

dilakukan sambil meloncat dan memutar tubuh 360 derajat.

2.1.5 Hakikat tendangan dollyo chagi

Dollyo Chagi merupakan salah satu tendangan dasar dalam beladiri

taekwondo, karena dollyo chagi merupakan tendangan yang mudah untuk

menghasilkan poin saat bertanding dan power tendangan yang dihasilkan juga

sangat besar, maka banyak taekwondoin yang sering melakukan tendangan ini

pada saat pertandingan kyorugi. Power yang besar tersebut disebabkan oleh

adanya putaran awal oleh kekuatan pinggang, putaran tumpuan kaki dan tungkai

sebelum melakukan tendangan. Bagian yang digunakan untuk perkenaan dari

dollyo chagi adalah bagian bal deung (punggung kaki) Menurut penelitian (Wulan

Rachmahani 2017). Dalam aplikasi pada kyorugi, dalam dollyo chagi dapat

dilakukan untuk menyerang ataupun membalas seranganlawan baik dengan

menggunakan step tendangan ataupun tidak menggunakan step tendangan. Ketika

seseorang telah memiliki tingkat kemahiran lebih tinggi, dollyo chagi dapat

divariasikan menjadi nare chagi, dolge chagi, dan penggunaan step-step langkah

kaki pada gerakan dasarlainnya.

Dalam sebuah pertandingan kyorugi, tendangan ini sering diarahkan

pada badan (momtong) dan kepala (eolgol). Ketika melakukan tendangan ini

sangat diperlukan waktu (timming) yang tepat karena setelah melakukan

tendangan ini tubuh akan berada pada posisi yang labil sehingga apabila seorang

atlet tidak dapat melakukannya dengan tepat tentunya pihak lawan akan segera
20

melakukan perlawanan (membalas tendangan) sehingga dapat menyebabkan

lawan mendapatkan poin dan akan merugikan diri penendang itu sendiri. Selain

ketepatan atau waktu gerakan, power dari tendangan tersebut juga harus ada, agar

tidak hanya sekedar melakukan tendangan sehingga dapat menghasilkan poin

tendangan.

Dalam olahraga taekwondo, tendangan merupakan senjata utama dalam

melakukan penyerangan untuk mendapatkan poin kemenangan. Salah satu

tendangan yang sangat sering digunakan pada saat pertandingan adalah tendangan

dollyo chagi. Menurut (Suryadi, 2002) tendangan dollyo chagi adalah pada

dasarnya tendangan ini menggunakan bantalan telapak kaki (ap chuk), namun

sangat sering pula menggunakan baldeung (punggung kaki), terutama jika

digunakan dalam pertandingan. Variasi tendangan ini antara lain, seperti : I dan

dollyo chagi (tendangan serong dengan meluncur) dan dolke chagi (tendangan

serong dengan putaran tubuh 3600 ). Tendangan ini merupakan tendangan yang

paling sering digunakan oleh para atlet Taekwondo ketika bertanding. Kemudahan

melakukan gerakan, power yang dihasilkan, serta kecepatan dari tendangan ini

merupakan alasan mengapa tendangan ini sering digunakan. Suryadi (2002: 34)

menyebutkan: “Power tendangan ini dihasilkan selain dari lecutan lutut juga

sangat didukung oleh putaran pinggang yang sebenarnya merupakan penyaluran

tenaga dari massa badan”. Dalam melakukan teknik tendangan ini dibutuhkan

tingkat fleksibilitas sendi panggul yang cukup tinggi dikarenakan putaran

pinggang menentukan seberapa besar kekuatan tendangan yang dihasilkan. Pada

saat melakukan teknik tendangan dollyo chagi jika persendian pada tungkai
21

terutama sendi panggul bisa dimanfaatkan penuh, maka tingkat kebebasan

geraknya akan sangat besar dan tendangannya akan lebih mudah dilakukan

sehingga lawan akan sulit untuk mengantisipasi sebuah serangan menggunakan

teknik ini.

2.3 Kerangka Pemikiran

Keseimbangan dan daya ledak otot tumgkai merupakan hal yang penting

pada setiap jenis olahraga prestasi. Pada Taekwondo keseimbangan diperlukan

dalam semua gerakan dan teknik tendangan Khususnya (kyourugi), keseimbangan

dan daya ledak atau power rmerupakan salah satu faktor yang sangat penting

pada saat melakukan tendangan, semakin baik Power otot dan keseimbangan

seorang atlet taekwondo semakin baik juga tendangan atlet tersebut.Untuk

meningkatkan keseimbangan dan daya ledak otot tungkai maka perlu adanya

suatu metode latihan yang tepat untuk meningkatkan keseimbangan dan daya

ledak otot tungkai seorang atlet. Latihan dengan Modifikasi Dollyo Chagi

merupakan salah satu metode latihan yang mampu meningkatkan agility dan

dapat juga memelihara daya tahan. Jika latihan ini dilakukan secar terus menerus

maka keseimbangan dan daya ledak tendangan atlet akan meningkat, kualitas

tendangan dan penampilan atlet pada saat pertandingan akan semakinbaik.

Observasi

Tendangan Dollyo Chagi

Kseimbangan Daya Ledak


22

Club Taekwondo Toli-Toli


BAB III

METODEOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut (andi ibrahim, dkk 2018) Secara sederhana, korelasi dapat

diartikan sebagai hubungan. Namun ketika dikembangkan lebih jauh, korelasi

tidak hanya dapat dipahami sebatas pengertian tersebut. Korelasi merupakan salah

satu teknik analisis data statistik yang digunakan untuk mencari hubungan antara

dua variabel atau lebih yang bersifat kuantitatif. Dua variabel atau lebih dikatakan

berkorelasi apabila perubahan pada variabel yang satu akan diikuti perubahan

pada variabel yang lain secara teratur dengan arah yang sama (korelasi positif)

atau berlawanan (korelasi negatif).

3.2 Variabel penelitian

Dalam suatu penelitian peumusan vaiabel meupakan salah satu unsur

yang penting karena suatu proses pengumpulan fakta atau pengukuran dapat

dilakukan dengan baik, bila dapat dirumuskan variabel penelitian dengan tegas.

Proses perumusan variable ini diawali dari perumusan konsep tentang segala

sesuatu yang menjadi sasaran penelitian.(Sangkot Nasution 2017)

Variabel penelitian ini ada dua variabel yang terlibat, yakni variabel

terikat dan variabel bebas. Kedua variabel tersebut akan diidentifikasikan

ke dalam penelitian ini sebagai berikut.

22
23

3.1.1 Variabel bebas yaitu :

1. Daya ledak tungkai (X1)

2. Keseimbangan (X2)

3.1.2 Variabel terikat yaitu:

1. Kemampuan menendang Dollyo Chagi (Y)

3.2 Desain Penelitian

X1

X2

Gambar 3.1: Desain Penelitian Korelasion

Keterangan :

X1 : Daya ledak tungkai

X2 : Keseimbangan

Y :Kemampuan tendangan dollyo chagi

R :Gabungan kedua variabel

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian


23

Menurut (Sugiyono 2008) Populasi adalah “wilyah generalisasi yang

terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditar


24

kesimpulanya”. Adapun yang dijadikan populasi penelitian ini adalah ini

adalah Atlet Taekwondo Toli-toli berjumlah 10 orang.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel ialah sebagian dari anggota populasi yang diambil

dengan menggunakan terknik tertentu yang disebut teknik sampling.

maka peneliti membatasi dengan melakukan pemelihan secara acak dengan

mempergunakan teknik "Simple Random Sampling" atau dengan cara undian,

sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 10 orang Atlet Tekwodo Toli-

Toli

3.4 Instrumen Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian kolerasi,

penelitian korelasi menurut (Yusuf 2005) adalah “penelitian untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan antara dua variable atau lebih dan dinyatakan dalam

bentuk koefisien korelasi”. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini

adalah keseimbangan dan daya ledak otot tungkai sedangkan variabel terikatnya

yaitu tendangan dollyo chagi.

3.4.1 Daya Ledak Otot Tungkai

Peserta tes berdiri sedikit kangkang ± 10 cm pada papan tolakan (garis

star), lutut ditekuk ± 45 derajat, kedua lengan lurus ke belakang.

Kemudian mengayunkan kedua lengan ke depan sambil meloncat sejauh

mungkin dan mendarat dengan dua kaki. Hasil loncatan diukur dari garis tepi

luar papan tolakan (garis star), sampai bekas kaki yang terdekat. Peserta tes

diberikan kesempatan 3 (tiga) kali melakukan lompatan.


25

Penilaian: Hasil loncatan terbaik dari 3 (tiga) kali percobaan dicatat

sebagai hasil akhir peserta test.

3.4.2 Keseimbangan

Peserta tes berdiri pada kaki kanan sebagai awal, kemudian

lompat ke tanda pertama bertumpu pada kaki kiri, kemudian pertah ankan

sikap berdiri dalam posisi statis selama 5 detik. Selanjutnya lompat kembali ke

tanda kedua bertumpu pada kaki kanan kemudian pertahankan sikap selama 5

detik. Dilanjutkan dengan kaki lain, melompat dan mempertahankan sikap statis

selama 5 detik, sampai tes ini diselesaikan. Percobaan dikatakan berhasil

apabila tumit tidak menyentuh lantai atau bagian badan lainnya, serta dapat

mempertahankan sikap statis selama 5 detik dengan ujung telapak kaki dan

berdiri tegak dengan satu kaki tumpu. Ujung kaki yang lain diletakkan

dibelakang lutut kaki lainnya dan letakkan kedua tangan dipinggul.

Penilaian: Setiap keberhasilan pendaratan mendapat skor 10 dan 10, skor

berikutnya untuk setiap detik dapat mempertahankan keseimbangan statisnya.

Setiap peserta tes akan mendapat 100 skor secara keseluruhan apabila dapat

menyelesaikan seluruh rangkaian tes tersebut. Setiap keseimbangan 10 detik

harus disebutkan dengan keras. (Peserta tes dipersilahkan mereposisi

sendiri untuk 5 detik keseimbangan setelah gagal mendarat). Waktu terbaik dari

tiga kali kesempatan dicatat sebagai hasil akhir peserta test.


26

3.4.3 Melakukan Tendangan Dollyo Chagi

Gerakan mulai dengan posisi berdiri tegak, kemudian mengambil ancang-

ancang atau kuda-kuda untuk menendang, kemudian melakukan tendangan tanpa

awalan. Gerakan ini dilakukan mulai dari 3 set dengan jumlah waktu selama 15

detik dan waktu istirahat 1,5 menit antar set

Penilaian: Hasil yang dicatat adalah kecepatan dan power pada saat melakukan

tendangan dollyo chagi

3.5 Teknik Pengumpulan data

3.5.1 Daya Ledak tungkai

Pengukuran Daya ledak tungkai dengan Tes Loncat Jauh Tanpa

Awalan (Standing Broad Jump Test) (Nur Ichsan Halim, 2004)

Gambar 3.2 Tes Lompat Jauh Tanpa Awalan (Standing Broad Jump)

Sumber: http://www.sportservice.ee/en/product/standing-long-jump/

Pelaksanaan

Peserta tes berdiri sedikit kangkang ± 10 cm pada papan tolakan (garis star),

lutut ditekuk ± 45 derajat, kedua lengan lurus ke belakang.


27

Kemudian mengayunkan kedua lengan ke depan sambil meloncat sejauh

mungkin dan mendarat dengan dua kaki. Hasil loncatan diukur dari garis

tepi luar papan tolakan (garis star), sampai bekas kaki yang terdekat. Peserta

tes diberikan kesempatan 3 (tiga) kali melakukan lompatan.

Penilaian: Hasil loncatan terbaik dari 3 (tiga) kali percobaan dicatat

sebagai hasil akhir peserta test.

3.5.2 Keseimbangan

Pengukuran keseimbangan dengan Tes Keseimbangan Dinamis

(Modified Bass Test of Dynamic Balance) (Nur Ichsan Halim, 2004)

Gambar 3.3 Bass Test of Dynamic Balance


Sumber : (Ambegaonkar et al., 2011)
Pelaksanaan

Peserta tes berdiri pada kaki kanan sebagai awal, kemudian lompat

ke tanda pertama bertumpu pada kaki kiri, kemudian pertah ankan sikap
28

berdiri dalam posisi statis selama 5 detik. Selanjutnya lompat kembali ke

tanda kedua bertumpu pada kaki kanan kemudian pertahankan sikap selama 5

detik. Dilanjutkan dengan kaki lain, melompat dan mempertahankan sikap

statis selama 5 detik, sampai tes ini diselesaikan. Percobaan dikatakan

berhasil apabila tumit tidak menyentuh lantai atau bagian badan lainnya,

serta dapat mempertahankan sikap statis selama 5 detik dengan ujung

telapak kaki dan berdiri tegak dengan satu kaki tumpu. Ujung kaki yang

lain diletakkan dibelakang lutut kaki lainnya dan letakkan kedua tangan

dipinggul.

Penilaian: Setiap keberhasilan pendaratan mendapat skor 10 dan 10, skor

berikutnya untuk setiap detik dapat mempertahankan keseimbangan

statisnya. Setiap peserta tes akan mendapat 100 skor secara keseluruhan

apabila dapat menyelesaikan seluruh rangkaian tes tersebut. Setiap

keseimbangan 10 detik harus disebutkan dengan keras. (Peserta tes

dipersilahkan mereposisi sendiri untuk 5 detik keseimbangan setelah gagal

mendarat). Waktu terbaik dari tiga kali kesempatan dicatat sebagai hasil akhir

peserta test.

3.5.3 Melakukan Tendangan Dollyo Chagi

Pengukuran kemampuan Tendangan Dollyo Chagi yaitu dengan metode

latihan menurut ( syafruddin 1999) adalah “cara atau proses tindakan yang

kompleks dan mempunyai tujuan untuk suatu rencana tertentu yang

pengaruhnya berorientasi pada peningkatan prestasi” sedangkan (Bachtiar

1999) menambahkan bahwa, metode latihan adalah “ cara mengajar khusus


29

yang digunakan dan mengelola pengetahuan prinsip-prinsip dan norma-norma

yang berlaku dalam olahraga atau semua yang penting dalam proses belajar

motorik untuk tercapainya tujuan dan keefektifan dalam belajar”. Tujuan dari

latihan ini adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan power otot

tungkai. Pelaksanaan dari latihan beban ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.4 Langkah Tendangan Dollyo Chagi

(Taekwondo Barata Club, 2017)

Pelaksanaan

1. Posisi awal, ambil sikap berdiri tegak lurus, kaki di bukab selebar bahu.

Mengambil posisi/ancang-ancang untuk menendang. Melakukan tendangan

kearah samsak yang jaraknya telah di atur.

2. Gerakan mulai dengan posisi berdiri tegak, kemudian mengambil ancang-

ancang atau kuda-kuda untuk menendang, kemudian melakukan tendangan

tanpa awalan. Gerakan ini dilakukan mulai dari 3 set dengan jumlah waktu

selama 15 detik dan waktu istirahat 1,5 menit antar set

Penilaian: Hasil yang dicatat adalah kecepatan dan power pada saat melakukan

tendangan dollyo chagi.


30

3.6 Teknik Analisis Data

Adapun teknik untuk menganalisa koefisien korelasi (r) berdaasarkan data

yang diperoleh dengan rumus yaitu :

1. Rumus korelasi product moment untuk mencari kolerasi X1 terhadap Y

Yaitu :

(n ∑ x 1 y ) −( ∑ x 1 ) (∑ y )
R x 1 y=
√ {n ∑ x 12−( ∑ x 1 )2 } {n ∑ y 2−( y )2 }
Keterangan:

R x 1 y = Koefisien Korelasi yang dihitung


∑ x 1 = Jumlah Product x 1
∑ y = Jumlah Product y
∑ xy = Jumlah Seluruh Product Skor (x) dilakukan dengan jumlah
product skor (y)

2. Rumus korelasi product moment untuk mencari korelasi x 2 terhadap y

Yaitu:

( n ∑ x 2 y )−( ∑ x2 ) ( ∑ y )
R x 2 y=
√ {n ∑ x 22−(∑ x 2 )2 } { n∑ y 2−( y )2 }
Keterangan:

R x 2 y = Koefisien Korelasi yang dihitung


∑ x 2 = Jumlah Product x 2
∑ y = Jumlah Product y
∑ xy = Jumlah Seluruh Product Skor (x) dilakukan dengan jumlah
product skor (y)
3. Rumus korelasi product moment untuk mencari korelasi x 1 terhadap x 2
30

Yaitu:
31

( n ∑ x 2 x 1 )− ( ∑ x 2) ( ∑ x 1 )
R x 1 x 2=
√ {n ∑ x 2
2
−( ∑ x 2 ) }{n ∑ x 1 −( x 1 )
2 2 2
}
Keterangan:

R x 1 x 2 = Koefisien Korelasi yang dihitung


∑ x1 = Jumlah Product x 2
∑ x2 = Jumlah Product y
∑ x 1 x 2 = Jumlah Seluruh Product Skor (x) dilakukan dengan jumlah
product skor (y)

4. Rumus korelasi product moment untuk mencari korelasi x 1 dan x 2 terhadap y

Yaitu:

r 2 y x 1 +r 2 y x 2−2 ( ry x 1 ) (ry x 2)(r x 1 x 2)


Ry x 1 x 2=√ 2
1−r x 1 x 2

Keterangan:

Ry x 1 x 2 = Koefisien Korelasi yang dihitung


Ry x 1 = Jumlah Product x 2
Ry x 2 = Jumlah Product y
R x 1 x 2 = Jumlah Seluruh Product Skor (x) dilakukan dengan jumlah
product skor (y)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah di lakukan terhadap Atlet Taekwondo

Toli-toli dengan menggunakan variabel-variabel yang ada pada

penelitian ini yaitu variabel bebas daya ledak otot tungkai (X1),

keseimbangan (X2), dan tendangan dollyo chagi (Y). Berikut penjabaran

hasil penelitian berupa deskripsi data secara statistik di bawah ini:

4.1.1 Hasil Tes Daya ledak Otot Tungkai (X1) Pada Atlet Taekwondo

Toli-Toli

Data penelitian diambil dari atlet Taekwondo Toli-toli Sebagai

sampel penelitian sebanyak 10 orang atlit yaitu 5 atlet wanita dan 5 atlet

pria dengan menggunakan tes standing broad jump yang bertujuan untuk

mengukur daya ledak otot tungkai. Berdasarkan data yang diperoleh di

lapangan yang kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan

rumus product moment, maka dapat dijabarkan sebagaimana data berikut

ini.

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan tes standing broad

jump yang bertujuan untuk mengukur daya ledak otot tungkai kepada 10

orang atlet Taekwondo Toli-toli, didapat nilai t skore terendah 1,50 dan

nilai t skore tertinggi 2,50 rata-rata nilai t skore 50, dan standar

32
36

deviasinya 10. Berikut distribusi frekuensi tes daya ledak otot tungkai

yang dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

4.1 Tabel Hasil Tes Daya Ledak Otot Tungkai Atlet Taekwondo Toli-Toli

No Nama Atlet Jarak Lompat Jauh


Laki-laki Jarak
1 Haikal 2,18 cm
2 Firman 2,39 cm
3 Iksan 2,04 cm
4 Raihan 2,48 cm
5 Ari 2,50 cm
Perempuan Jarak
1 Faradila 1,98 cm
2 Fiona 1,81 cm
3 Nabila 1,50 cm
4 Karina 1,66 cm
5 Aura 1,61 cm

4.2 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Tes daya ledak Otot Tungkai
Atlet Taekwondo Toli-toli
No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif
1 1,50 – 1,70 3 30.00%
2 1,70 – 1,90 1 10.00%
3 1,90 – 2,10 2 20.00%
4 2,10 – 2,30 1 10.00%
5 2,30 – 2,50 3 30.00%
Jumlah 10 100.00%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa daya ledak otot tungkai pada

atlet Taekwondo oli-toli dapat di klasifikasikan dalam 4 kelas dengan

panjang interval kelas yaitu 1 , pada kelas pertama dengan rentang kelas

1,50 – 1,70 diperoleh sebanyak 3 orang dengan pesrentase 30.00%, kelas

kedua dengan rentang kelas 1,70 – 1,90 diperoleh sebanyak 1 orang

dengan persentase 10.00%, kelas ketiga dengan rentang kelas 1,90 – 2,10
37

diperoleh sebanyak 2 orang dengan persentase 20.00%, kelas keempat

dengan rentang kelas 2,10 – 2,30 diperoleh sebanyak 1 orang dengan

persentase 10.00%, dan kelas kelima dengan rentang kelas 2,30 – 2,50

diperoleh sebanyak 3 orang dengan persentase 30.00% . Data diatas juga

dapat dilihat dari histogram daya ledak otot tungkai dibawah ini:

4.3 Tabel Diagram Hasil Tes Daya ledak Otot Tungkai Pada Atlet
Taekwondo Toli-Toli

DIAGRAM HASIL TES DAYA LEDAK OTOT


TUNGKAI
3.5
30% 30%
3

2.5
20%
2

1.5
10% 10%
1

0.5

0
1,50-1,70 1,70-1,90 1,90-2,10 2,10-2,30 2,30-2,50

4.1.2 Hasil Uji Signifkasi Daya Ledak Otot Tungkai( X1 )Terhadap Hasil

Tendangan dollyo chagi ( Y ) Atlet Taekwondo Toli-toli.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus

korelasi product moment yang telah dilakukan. Diketahui bahwa

Terdapat hasil dengan nilai koefesien korelasi (rx1y) = 0,773 atau disebut

rhitung = 0,773, sedangkan rtabel dengan signifikasi 5% sebesar 0,631.

Dengan demikian dari data tersebut dapat dikatakan rhitung > rtabel atau

0,773 > 0,631. Jadi dapat jelaskan bahwa terdapat hubungan yang
38

signifikan dari daya ledak otot tungkai (X1),terhadap tendangan dollyo

chagi (Y) atlit Taekwondo Toli-toli.

4.1.3 Hasil Tes Keseimbangan ( X2 ) Pada Atlet Taekwondo Toli-Toli

Data penelitian diambil dari atlet Taekwondo Toli-toli sebagai

sampel penelitian sebanyak 10 orang atlit dengan menggunakan tes

Bass Test of Dynamic Balance yang bertujuan untuk mengukur

keseimbangan tubuh. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan yang

kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan rumus Bass Test

of Dynamic Balance maka dapat dijabarkan sebagaimana data berikut

ini.

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan tes Bass Test of

Dynamic Balance yang bertujuan untuk mengukur keseimbangan tubuh

kepada 10 orang atlet Taekwondo Toli-toli, didapat nilai t skore terendah

adalah 50, nilai t skore tertinggi adalah 76, nilai rata-rata t skore 50, dan

standar deviasinya 10 berikut distribusi frekuensi tes keseimbangan yang

dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

4.4 Tabel Tes Hasil Keseimbangan Atlet Taekwondo Toli-toli


39

No Nama Atlet Keseimbangan


Laki-laki Skor
1 Haikal 70
2 Firman 73
3 Iksan 73
4 Raihan 76
5 Ari 75
Perempuan Skor
1 Faradila 50
2 Fiona 50
3 Nabila 50
4 Karina 60
5 Aura 60

4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Tes Keseimbangan Atlet Taekwondo

Toli-toli

Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif


1 50 – 60 3 30.00%
2 60 – 70 2 20.00%
3 70 – 80 5 50.00%
4 80 – 90 0 0.00%
5 90 – 100 0 0.00%
Jumlah 10 100.00%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa keseimbangan pada atlet

Taekwondo Toli-toli di klasifikasikan dalam 5 kelas dengan panjang kelas

6, pada kelas pertama denga rentang kelas 50 – 60 diperoleh sebnaya 3

orang dengan persentase 30.00% kelas kedua dengan rentang kelas 60 –

70 diperoleh sebanyak 2 orang dengan persentase 20.00%, kelas ketiga

dengan rentang kelas 70 – 80 diperoleh sebanyak 5 orang dengan

pesrentase 50.00% , kelas keempat dengan rentang kelas 80 – 90 tidak


40

ada dan kelas kelima dengan rentang kelas 90 – 100 tidak ada. Data diatas

juga dapat dilihat dari histogram tes keseimbangan dibawah ini:

4.6 Tabel Diagram HasilTes Keseimbangan Atlet Taekwondo

DIAGRAM HASIL TES KESEIMBANGAN


6

50%
5

30%
3

20%
2

0% 0%
0
50-60 60-70 70-80 80-90 90-100

4.1.4 Hasil Uji Signifkasi Hubungan Keseimbangan (X2) Terhadap Hasil

Tendangan Dollyo Chagi ( Y ) Atlet Taekwondi Toli-toli

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus

korelasi product moment yang telah dilakukan. Diketahui bahwa

Terdapat hasil dengan nilai koefesien korelasi (rx1y) = 0,682 atau disebut

rhitung = 0,682, sedangkan rtabel dengan signifikasi 5% sebesar 0,631.

Dengan demikian dari data tersebut dapat dikatakan rhitung > rtabel atau

0,682 > 0,631. Jadi dapat jelaskan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan dari keseimbangan (X2) terhadap tendangan dollyo chagi ( Y )

atlet Taekwondo Toli-toli.


41

4.1.5 Hasil Tes Tendangan Dollyo Chagi (Y) Pada Atlet Taekwondo Toli-toli

Data penelitian diambil dari atlet Taewondo Toli-toli sebagai sampel

penelitian sebanyak 10 orang atlet dengan menggunakan tes tendangan

dollyo chagi yang bertujuan untuk mengukur kemampuan tendangan

dollyo chagi atlet. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan yang

kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan rumus product

moment, maka dapat dijabarkan sebagaimana data berikut ini.

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan tes tendangan dollyo

chagi yang bertujuan untuk mengukur kemampuan tendangan dollyo chagi

kepada 10 orang atlet Taekwondo Toli-toli, didapat nilai t skore terendah

adalah 23, nilai t skore tertinggi adalah 30, nilai rata-rata t skore 50 dan

standar deviasi nya 10. Berikut distribusi frekuensi tes tendangan dollyo

chagi yang dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

4.7 Tabel Hasil Tes Tendangan Dollyo Chagi Atlet Taekwondo Toli-toli

Kecepatan Tendangan Dollyo


No Nama Atlet
Chagi
Laki-laki Kecepatan Kaki
1 Haikal 26 tendangan
2 Firman 30 tendangan
3 Iksan 23 tendangan
4 Raihan 25 tendangan
5 Ari 29 tendangan
Perempuan Kecepatan Kaki
1 Faradila 23 tendangan
2 Fiona 24 tendangan
3 Nabila 24 tendangan
4 Karina 24 tendangan
5 Aura 24 tendangan
42

4.8 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Tes Tendangan Dollyo chagi Atlet

Taekwondo Toli-toli

No Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif


1 23 – 25 6 60.00%
2 25 – 27 2 20.00%
3 27 – 29 1 10.00%
4 29 – 31 1 10.00%
5 31 – 33 0 0.00%
Jumlah 10 100.00%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tendangan dollyo chagi

pada atlet Taekwondo Toli-toli dapat di klasifikasikan dalam 5 kelas

dengan panjang kelas 2, pada kelas pertama denga rentang kelas 23 – 25

diperoleh sebanyak 6 orang dengan persentase 60.00% kelas kedua

dengan rentang kelas 25 – 27 diperoleh sebanyak 2 orang dengan

persentase 20.00%, kelas ketiga dengan rentang kelas 27 – 29 diperoleh

sebanyak 1 orang dengan persentase 10.00%, kelas keempat dengan

rentang kelas 29 – 31 diperoleh sebanyak 1 orang dengan persentase

10.00%, dan kelas kelima dengan rentang kelas 31 – 33 tidak ada. Data

diatas juga dapat dilihat dari histogram tes tendangan dollyo chagi

dibawah ini:
43

4.9 Tabel Grafik Histogram Tes Tendangan Dollyo Chagi Pada Atlet

Taekwondo Toi-toli

DIAGRAM HASIL TES TENDANGAN


DOLLYO CHAGI
7
60%
6

3
20%
2
10% 10%
1
0%
0
23-25 25-27 27-29 29-31 31-33

Series 1

4.3.5 Hasil Uji Signifkasi Daya Ledak Otot Tungkai( X1 ) dan

Keseimbangan( X2) Terhadap Hasil Tendangan dollyo chagi ( Y )

Atlit Taekwondo Toli-toli.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi

product moment yang telah dilakukan. Diketahui bahwa Terdapat hasil

dengan nilai koefesien korelasi (rx1y) = 0,815 atau disebut rhitung = 0,815,

sedangkan rtabel dengan signifikasi 5% sebesar 0,631. Dengan demikian dari

data tersebut dapat dikatakan rhitung > rtabel atau 0,815 > 0,631. Jadi dapat

jelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari power otot tungkai

(X1) terhadap tendangan dollyo chagi ( Y ) atlet Taekwondo Toli-toli


44

4.2 Pembahasan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap ketiga

variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yakni daya ledak otot tungkai

terhadap tendangan dollyo chagi atau variabel (X1 ke Y), keseimbangan

terhadap tendangan dollyo chagi atau variabel (X2 ke Y), daya ledak otot

tungkai terhadap keseimbangan atau variabel (X1 ke X2) serta daya ledak

otot tungkai dan keseimbangan terhadap hasil tendangan dollyo chagi

atau variabel (X1,X2 ke Y). Adapun penjelasan terhadap hipotesis

diuraikan sebagai berikut:

4.2.1 Daya ledak Otot Tungkai (X1) Terhadap Hasil Tendangan Dollyo

Chagi (Y) Pada Atlit Taekwondo Toli-toli (X1 - Y)

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa daya ledak otot

tungkai mempunyai nilai koofesiensi pada varibel ini dengan rhitung >

rtabel atau 0,773 > 0,631. Dari data tersebut diketahui kedua data

variable tersebut memiliki nilai hubungan yang signifikan. Oleh

karenanya, hipotesis untuk terdapatnya hubungan yang signifikan antara

daya ledak otot tungkai terhadap tendangan dollyo chagi diterima.

Daya ledak otot tungkai merupakan kemampuan otot atau

sekelompok otot tungkai untuk mengatasi tahanan beban atau dengan

kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Daya ledak otot tungkai

merupakan kemampuan untuk mengatasi tahanan beban atau dengan

kecepatan tinggi (eksplosif) dalam satu gerakan yang utuh yang

melibatkan otot-otot tungkai sebagai penggerak utama.


45

Daya ledak otot tungkai sangat berpengaruh terhadap hasil tendangan

dollyo chagi yang dilakukan oleh atlit Taekwondo Toli-toli, sering sekali

sewaktu melakukan tendangan dollyo chagi power yang dikeluarkan

oleh tungkai haruslah maksimal, sehingga hasil tendangan dollyo chagi

sesuai dengan yang diharapkan. Proses saat melakukan tendangan

dollyo chagi tidak terlepas dari kuda-kuda yang dikeluarkan dengan

menggunakan daya ledak otot tungkai yang maksimal hingga

tendangan dollyo chagi tersebut dilayangkan. Hal tersbut tentunya

membutuhkan daya ledak otot tungkai yang baik untuk memperoleh

hasil tendangan dollyo yang diinginkan.

Sebelum penulis melakukan penelitian ini, sudah banyak sekali

peneliti- peneliti terdahulu melakukan penelitian yang sama. Salah

satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh (Arisman Ariansy dkk,

2017), judul “Hubungan Keseimbangan Dan Power Otot Tungkai

Terhadap Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi Pada Atlet UKM (Unit

Kegiatan Mahasiswa Tekwondo) Universitas Bengkulu”. Hasil

penelitian ada hubungan keseimbangan terhadap kemampuan Tendangan

Dollyo Chagi pada atlet UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Taekwondo

Universitas Bengkulu. Sebesar 0,62 sedangkan r tabel pada α =5% dan

dk= n-2 = 18-2 = 16 adalah 0,498 yaitu 0,62 >0,468.sedangkan tabel

pada α=5% adalah 2,100.diperoleh hitung > tabel yait u3,31 > 2,100

yang berarti ada hubungan yang signifikan


46

4.2.2 Keseimbangan (X2) Terhadap Hasil Tendangan Dollyo Chagi (Y)

Atlet Taekwondo Toli-toli

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa keseimbangan

mempunyai nilai koofesiensi pada vaiarbel ini dengan dibuktikannya

rhitung > rtabel atau 0,682 > 0,631. Dari data tersebut diketahui kedua data

variabel tersebut memiliki nilai hubungan yang signifikan. Oleh karenya,

hipotesis untuk terdapatnya hubungan yang signifikan antara keseimbangan

terhadap tendangan dollyo chagi diterima.

Disaat atlet melakukan tendangan dollyo chagi, atlet harus

memiliki keseimbangan yang baik, ini akan berguna untuk menghasilkan

tendangan yang kokoh, dan atlet tidak terjatuh saat melakukan

tendangan dollyo chagi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

keseimbangan sangat berpengaruh terhadap hasil tendangan dollyo chagi

yang dilakukan oleh atlet Taekwondo Toli-toli.

Penelitian dengan pembahasan yang sama juga telah dilakukan

oleh Penelitian yang dilakukan oleh ( Andrieana, M. B. (2022)) judul

“Analisis Hubungan Antara Keseimbangan Dan Power Otot Tungkai

Pada Tendangan Dollyo Chagi Taekwondo Di Kabupaten Semarang”

hasil penelitian yang telah diuraikan terlebih dahulu dapat dikemukakan

kesimpulan yaitu: “Ada hubungan keseimbangan terhadap kemampuan

tendangan dollyo chagi pada atlet pemusatan taekwondo Kabupaten

Semarang dibuktikan dengan nilai signifikansi 0.00 < 0.05 hubungan

korelasi kuat yaitu 0.721 dan dibuktikan dengan nilai signifikansi 0.038
47

< 0.05 hubungan korelasi sedang yaitu 0.467. Ada hubungan power otot

tungkai dengan kemampuan tendangan dollyo chagi pada atlet

pemusatan taekwondo Kabupaten Semarang dibuktikan dengan nilai

signifikansi 0.021 < 0.05 korelasi sedang yaitu 0.513 dan dibuktikan

dengan nilai signifikansi 0.00 < 0.05 hubungan korelasi kuat yaitu

sebesar 0.748. Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dan

power otot tungkai dengan kemampuan tendangan dollyo chagi pada

atlet pemusatan taekwondo Kabupaten Semarang dibuktikan dengan

nilai signifikansi 0.02 < 0.05. Maka dapat dikatakan berkorelasi

hubungan korelasi kuat sebesar (0.727) dan dibuktikan dengan nilai

signifikansi 0.015 < 0.05. Maka dapat dikatakan berkorelasi hubungan

korelasi kuat yaitu sebesar 0.626.

4.2.3 Daya ledak Otot Tungkai (X1), Keseimbangan (X2) Terhadap Hasil

Tendangan Dollyo Chagi ( Y ) Atlit Taekwondo Toli-toli

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa daya ledak otot

tungkai dan keseimbangan mempunyai nilai koofesiensi pada varibel ini

dengan dibuktikannya rhitung > rtabel atau 0,815 > 0,631. Dari data tersebut

diketahui ketiga data variabel tersebut tidak memiliki nilai hubungan

yang signifikan. Oleh karenanya, hipotesis untuk terdapatnya hubungan

yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dan keseimbangan

terhadap tendangan dollyo chagi diterima

Terbuktinya hipotesis ini menunjukkan bahwa disaat atlit melakukan

tendangan dollyo chagi, unsur kondisi fisik yang paling dominan adalah
48

daya ledak otot tungkai dan keseimbangan. Daya ledak otot tungkai

sangat berpengaruh terhadap hasil tendangan dollyo chagi yang

dilakukan oleh atlit Taekwondo Toli-toli, ini terbukti melalui penelitian

ini bahwa daya ledak otot tungkai atlet Taekwondo Tol-toli mempunyai

hubungan secara langsung terhadap tendangan dollyo chagi yang

dilakukan.Kemudian keseimbangan, sangat berpengaruh terhadap hasil

tendangan dollyo chagi yang dilakukan oleh atlit Taekwondo Toli-toli,

karena dengan keseimbangan yang baik, atlit dapat melakukan

tendangan dollyo chagi berkali – kali tanpa kehilangan keseimbangan.

Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa saat melakukan tendangan

dollyo chagi ini, atlit membutuhkan keseimbangan yang baik.

Dan penelitian yang sama juga di lakukan oleh: Har, P. F., &

Sepriadi, S. (2019). “Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai dan

Kelentukan terhadap Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi Atlet

Taekwondo kota Padang” Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

kesimpulan bahwa terdapat kontribusi daya ledak otot tungkai dan

kelentukan secara bersama-sama terhadap kemampuan tendangan dollyo

chagi atlet taekwondo Kota Padang, dengan besar persentase

49%.Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dimaknai bahwa

keberhasilan seorang atlet taekwondo melakukan tendangan dollyo chagi

dengan baik dan benar sebesar 49% merupakan peran dari daya ledak

otot tungkai dan kelentukan tubuh yang dimiliki oleh atlet.

.
49

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah

dilakukan pada atlit Taekwondo Toli-toli dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Ada hubungan keseimbangan yang dibuktikan dengan rhitung >

rtabel atau 0,773 > 0,631

2. Ada hubungan daya ledak otot tungkai dibuktikan dengan rhitung >

rtabel atau 0,682 > 0,631

3. Terdapat hubungan antara Daya ledak otot tungkai dan

keseimbangan dengan hasil tendangan dollyo chagi yang

dibuktikan dengan rhitung > rtabel atau 0,815 > 0,631.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan oleh peneliti dari hasil

penelitian di lapangan, maka diajukan beberapa saran yang berkaitan

dengan proses perkembangan atlet diantaranya:

1. Sebaiknya pelatih dapat meningkatkan porsi latihan kepada atlit

agar dapat meingkatkan potensi yang dimiliki oleh atlit

Taekwondo Toli-toli

2. Bagi atlet agar dapat latihan lebih ekstra lagi untuk menggali

potensi diri lebih dalam

3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan acuan dan


50

perbandingan yang sederhana bagi yang ingin melanjutkan

penelitian dengan kajian yang sama.

4. Bagi dojang GOR Mokondongan Toli-Toli agar meningkatkan

dan mengembangkan lagi latihan fisik atlet taekwondo toli-toli.

5. Bagi Pemerintah Kabupaten Toli-Toli agar lebih memperhatikan

lagi fasilitas yang ada di GOR Mokondongan. karena setelah

saya melakukan penelitian, banyaknya sarana dan prasana di

GOR Mokondongan kurang layak untuk di gunakan, hanya

sebagian alat saja yang bisa di gunakan. harapan saya semoga

pemerintah lebih bijak lagi dalam memperhatikan atlet GOR

Mokondongan Toli-Toli.
48

DAFTAR PUSTAKA

Andrieana, M. B. (2022). Analisis Hubungan Antara Keseimbangan Dan Power


Otot Tungkai Pada Tendangan Dollyo Chagi Taekwondo Di Kabupaten
Semarang. Journal Of Physical Education Health And Sport Sciences,
3(1), 32-39
Ariansyah, A., Insanistyo, B., & Sugiyanto, S. (2017). Hubungan Keseimbangan
Dan Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Tendangan Dolly Chagi
Pada Atlet Ukm (Unit Kegiatan Mahasiswa) Taekwondo Universitas
Bengkulu. Kinestetik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Jasmani, 1(2), 111-116.

Dawud, V. W. G., & Hariyanto, E. (2020). Survei Kondisi Fisik Pemain Sepak
Takraw U 17. Sport Science and Health. 2(4), 224-231.

Farida Yuni Susilowati. (2005). “Penyusunan Tes Ketrampilan


TendanganTaekwondo Bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi”.Skripsi.FIK.
UNY

Griwijoyo. (2005). Manusia dan Olahraga. Bandung: Institut TeknologiBandung.

Gerry. Sport Mechanics For Coaches (second Edition), terjemahan Taufik Yudi
Mulyanto dan Johansyah Lubis. Jakarta : Pendidikan Olahraga PPS UNJ,
2009.

Halim, Nur Ichsan. 2004. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar:
SumPress

Har, P. F., & Sepriadi, S. (2019). Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai dan
Kelentukan terhadap Kemampuan Tendangan Dollyo Chagi Atlet
Taekwondo kota Padang. Jurnal JPDO, 2(8), 44-52.

Indrawan, Budi. Perkembangan Motorik Untuk Kalangan. Tasikmalaya :


Universitas Siliwangi, 2011.

Nasution. S. (2017). VariabelPenelitian. Junalaudhah. 5(2)


49

Nuril Ahmadi (2007) Permainan Bolabasket. Surakarta: Era Intermedia

Rachmahani.W. (2017). EfektivitasTendangan Checking YeopChagi.


DollyoChagi. Dan IdanDollyoChagidalammembukaserangan pada
Pertandingan Taekwondo Kyourugi Kelas Senior di UPI Challengge
National Taekwondo Championship Tahun 2016. Pendidikan
JasmaniKesehatan danRekreasi 6(4)

Sugiyono, (2008). Metode Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryadi. (2003). Taekwondo Poomse Taeguk. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama

Suryadi, V. Y. 2002. Taekwondo poomse tae geuk. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Syafruddin. (2011). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Padang: UNP.

Syafruddin. (2012). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Padang: FIK UNP.

Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi


Jakarta: EGC.Utama.

The Wold Taekwondo Fedeation. (2004). “Competition Rules&interpretation”.


Jakarta: KomisiPewasitan PBTI

Tirtawirya, Devi. 2005. Perkembangan dan peranan taekwondo dalam pembinaan


manusia indonesia. Jurnal Olahraga Prestasi, 1 (2), 195-211

Widiastuti. (2011). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT Bumi Timur Jaya.

Wijayanti, N. P. N. Hubungan Daya Ledak Otot Tungkai Dengan Kemampuan


Tendangan Dollyo Chagi Pada Siswa Ekstrakurikuler Sma Negeri 1
Bangko Pusako. Jurnal Online Mahasiswa (Jom) Bidang Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan, 3(2), 1-12.
50

Kumalawati. R. (2016). PengauhLatihanFisikDenganPendekatan Teknik


TendanganDollyoChagiTehadapKelincahan. Pend. Kepelatihan Olahraga-
S1. 2016.12

Nam, S., S., & Lim, K. (2019). Effects of Taekwondo training on physical fitness
factors in Korean elementary students: A systematic review and
meta- analysis. J ExercNutrBiochem, 23(1), 36–47.

Zulfikar. (2012). Pengertian Power Otot Tungkai. Diakses dari


http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51094659_1829_8433.pdf/pada 7
September 2012, jam 15.30
51

LAMPIRAN
R TABEL
HASIL DATA PENELITIAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI

No Nama Atlet Jarak Lompat Jauh


Laki-laki Jarak
1 Haikal 2,18 cm
2 Firman 2,39 cm
3 Iksan 2,4 cm
4 Raihan 2,48 cm
5 Ari 2,50 cm
Perempuan Jarak
1 Faradila 1,98 cm
2 Fiona 1,81 cm
3 Nabila 1,50 cm
4 Karina 1,66 cm
5 Aura 1,61 cm

HASIL DATA PENELITIAN KESEIMBANGAN

No Nama Atlet Keseimbangan


Laki-laki Skor
1 Haikal 70
2 Firman 73
3 Iksan 73
4 Raihan 76
5 Ari 75
Perempuan Skor
1 Faradila 50
2 Fiona 50
3 Nabila 50
4 Karina 60
5 Aura 60
HASIL DATA PENELITIAN TENDANGAN DOLLYO CHAGI

Kecepatan Tendangan Dollyo


No Nama Atlet
Chagi
Laki-laki Kecepatan Kaki
1 Haikal 26 tendangan
2 Firman 30 tendangan
3 Iksan 23 tendangan
4 Raihan 25 tendangan
5 Ari 29 tendangan
Perempuan Kecepatan Kaki
1 Faradila 23 tendangan
2 Fiona 24 tendangan
3 Nabila 24 tendangan
4 Karina 24 tendangan
5 Aura 24 tendangan
LAMPIRAN

1. Melakukan Pemanasan
2. Memperaktekan Gerakan Lompat Jauh Tampa Awalan (Standing Broad

Jump Test)
3. Melakukan Peraktek Keseimbangan (Standing Broad Jump Test)
4. Memperaktekan Tendangan Dollyo Chagi
5. Foto Bersama Atlet Dan Juga Pelatih Gor Taekwondo Toli-toli
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wilanda

NIM : A 421 19 050

Jurusan/Program Studi : Ilmu Pendidikan/PJKR

Fakultas : FKIP

Menyatakan dengan sebenarnya skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilahlikan tulisan dan

pikiran oranglain yang saya akui sebagai hasil tulisan saya sendiri. Apabila

dikemudian hari terbukti atau dibuktikan skripsi ini hasil ciplakan, maka saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Palu, 10 Maret 2023

Yang membuat pernyataan

WILANDA

A 421 19 050
BIODATA PENULIS / CURRICULUM VITAE

UMUM

Nama : Wilanda

Tempat dan Tanggal Lahir : Toli-toli, 17 April 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Orang Tua

a. Ayah : Yasin M. Hasan

b. Ibu : Munira Husen A. Makassau

Agama : Islam

Alamat : Jl Soekarno Hatta

PENDIDIKAN

SD : 2007 – 2013 ( SDN 7 TOLI-TOLI)

SMP : 2013 – 2016 (SMP NEGRI 1 TOLI-TOLI)

SMA :2016 – 2019 ( SMA NEGRI 1 TOLI-TOLI)

PT :UNIVERSITAS TADULAKO (2019s/d sekarang)

Anda mungkin juga menyukai