Di Susun Oleh :
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan alat untuk merubah suatu bangsa. Begitu
juga para mahasiswa dicetak untuk membuat masyarakat menjadi jauh
lebih baik lagi. Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu kegiatan
intrakulikuler yang memadukan pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi
(pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) dengan cara
memberikan kepada mahasiswa pengalaman belajar dan bekerja dalam
kegiatan pembangunan masyarakat sebagai wahana penerapan dan
pengembangan ilmu dan teknologi yang dilaksanakan di luar kampus
dalam waktu mekanisme kerja dan teknologi persyaratan tertentu. KKN
merupakan suatu kegiatan yang dirasa penting baik bagi mahasiswa
maupun bagi masyarakat. KKN juga merupakan salah satu kegiatan
dimana mahasiswa benar-benar menjunjung tinggi dan mengabdikan tri
dharma perguruan tinggi. Bagi mahasiswa, KKN merupakan aktivitas
belajar yang dilakuksan lintas keilmuan dalam menggali, menghayati dan
mencari solusi masalah-masalah pembangunan masyarakat di pedesaan.
Bagi masyarakat desa, KKN diharapkan dapat memberikan semangat baru
untuk menggerakkan pembangunan desa.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) diselenggarakan berdasarkan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional pada pasal 20 ayat 2 dinyatakan : “Perguruan
tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan
pengabdian masyarakat”.
b. UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Juncto Peraturan Republik Indonesia Nomor 60
Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
Laporan ini kami maksudkan agar memberikan gambaran secara
menyeluruh akan keadaan sosial kemasyarakatan yang ada di Desa
Kedungsari dan pelaporan tentang kegiatan-kegiatan yang menjadi
program kerja yang telah kami laksanakan di desa tersebut. Dengan
demikian untuk mencapai tujuan kemajuan wawasan masyarakat terhadap
kesehatan dan kreatifitas masyarakat harus diwujudkan. Keterbatasan
kemampuan ekonomi dan pengelolaan potensi sumber daya kebutuhan
terhadap teknologi tepat untuk berproduksi. Kehadiran mahasiswa
diharapkan dapat mengidentifikasi keterbatasan masyarakat tersebut, untuk
selanjutnya menciptakan suatu kegiatan tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah merubah pola
hidup dan pola pikir masyarakat. Penggunaan obat-obat kimia sudah
mampu menggeser pemakaian obat tradisional. Kemudahan informasi juga
semakin memudahkan masyarakat dalam mendapatkan obat-obat tersebut.
Bahkan, masyarakat saat ini bisa dikatakan sangat tergantung pada obat.
Penggunaan obat yang sudah memasyarakat ini sayangnya tidak diimbangi
dengan kesadaran penggunaannya. Banyak masyarakat
memperlakukan obat dengan kurang tepat. Bahkan, pemalsuan
obat juga makin marak terjadi. Akibatnya, obat tidak bisa berfungsi
sebagaimana yang diharapkan. Sehubungan dengan hal itu, mahasiswa
KKN melakukan penyuluhan kesehatan dengan tema DAGUSIBU guna
untuk mmberikan edukasi kepada masyarakat Desa Kedungsari.
Tempe merupakan makanan sehari-hari dari sebagian besar
penduduk Indonesia, karena harga tempe dapat dijangkau oleh semua
elemen masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah. Hal ini
sebanding dengan income dari penduduk itu sendiri. Melonjaknya harga
kedelai pada bulan Januari 2008 kemarin membuat harga makanan yang
berbahan baku kedelai mengalami kenaik-an yang drastis, diantaranya
tempe dan tahu. Selain itu keberadaan biji kedelai juga semakin langka
ditemukan. Produk kedelai dibeberapa daerah pertanian mengalami
penurunan. Sehingga produk tempe kedelai juga menjadikan resah warga
yang seantiasa membuat tempe kedelai di pasaran. Adanya masalah dari
tempe yang berbahan baku kedelai sepatutnya ada alernatif pemecahannya,
yaitu adanya bahan baku yang bisa menggantikan kedelai tetapi tetap
bernama tempe, karena tempe termasuk makanan yang menjadi favorit
penduduk Indonesia. Di mana bahan baku tersebut tetap mampu
menyediakan asupan gizi masyarakat. Tentunya dengan harga yang
ekonomis.
Menyikapi hal tersebut, di daerah pedesaan banyak terdapat daun-
daunan yang bisa dipergunakan sebagai sayuran sebagai pemasok gizi
masyarakat yang sangat baik, sebagai contoh adalah daun ketela pohon
(cassava) atau daun singkong. Di daerah-daerah tertentu daun ketela pohon
justru banyak tidak dimanfaatkan. Selain sebagai sayuran dan makanan
ternak, maka sisanya akan dibuang begitu saja. Padahal daun ketela pohon
yang bernilai gizi tinggi tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. Daun
ketela pohon bisa diolah sebagai bahan makanan yang tidak mengurangi
nilai gizi daun ketela pohon itu sendiri yaitu bisa diolah sebagai produk
tempe pengganti tempe kedelai. Tempe daun ketela pohon merupakan satu
produk bahan makanan yang bergizi tinggi yang tidak kalah dengan gizi
tempe kedelai. Justru setelah menjadi tempe nilai protein dari daun ketela
pohon akan bertambah. Ini senilai dengan kandungan protein tempe yang
terbuat dari kedelai.
Maka dari itu Mahasiswa KKN melakukan penyuluhan pembuatan
inovasi produk yaitu produk tempe singkong atau bisa disebut tempong
kepada masyarakat untuk memberikan peluang ide bisnis kepada
masyarakat Desa Kedungsari.
2. Tujuan Umum
1. Membuat produk dari bahan – bahan alam di desa binaan. Produk yang
dihasilkan untuk kepentingan atau solusi kesehatan masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan
masyarakat mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih
baik.
3. Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan tindakan penyuluhan kesehatan, diharapkan
masyarakat dapat mengerti dan memahami bagaimana cara
penggunaan dagusibu yang baik dan benar, dan dapat mengedukasi
orang orang disekitar sehingga tingkat pemahaman tentang obat
dan tentang kesehatan di Desa Kedungsari menjadi lebih baik lagi
dari sebelumnya.
2. Masyarakat dapat mengerti mengenai kandungan daun ketela
pohon atau daun singkong, mengetahui pembuatan tempe dari daun
singkong, memberikan pelatihan pembuatan tempe daun singkong
di Desa Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, dan
diharapkan dapat menginspirasi masyarakat dalam peluang bisnis
yang baru serta meningkatkan perekonomian masyarakat sasaran
setelah diadakan pelatihan dan penyuluhan.
3. Manfaat
a. Mahasiswa
- Tumbuhnya rasa kepedulian sosial dan rasa kesejawatan
- Keterampilan dalam merumuskan serta memecahkan berbagai
program pemberdayaan dan pembangunan desa
- Memperdalam penghayatan mengenai manfaat ilmu kesehatan
bagi pembangunan dan pemberdayaan desa
b. Masyarakat
- Tumbuhnya dorongan potensi dan inovasi dikalangan
masyarakat desa dalam upaya memenuhi kebutuhan lewat
pemanfaatan ilmu dan sumberdaya
- Memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga pemecahan
masalah di desa.
c. Perguruan tinggi
- Melalui mahasiswa atau dosen pembimbing lapangan diperoleh
umpan balik sebagai penganiayaan materi kuliah,
penyempurnaan kurikulum dan sumber inspirasi bagi suatu
rancangan bentuk pengabdian masyarakat
- Sarana menerapkan ilmu pendidikan di perguruan tinggi
Muhammadiyah kedalam kehidupan sosial
BAB II
1. Sasaran
Semua masyarakat di Desa Kedungsari Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus. Tepatnya di Ibu – Ibu wali murid Paud/TPA
Aisyiah Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus, dan Ibu –
Ibu Wali Murid di TK ABA 8 (Aisyiyah Bustanul Athfal) Kedungsari
Gebog Kudus.
2. Metode Penerapan
Metode penerapan pelaksanaan kegiatan KKN di Desa Kedungsari ini
dilakukan melalui beberapa karakteristik, antara lain :
a. Gagasan Bersama (Co-Creation)
Pelaksanaan KKN ini didasarkan pada suatu tema dan program
yang merupakan gagasan bersama antara Universitas (Dosen
Pembimbing, Mahasiswa, Pusat Studi) dengan pihak Pemerintah
Daerah (Lingkungan, Desa atau Kecamatan), dan masyarakat
setempat.
b. Dana Bersama (Co-Financing/Co-Founding)
Pendanaan KKN dilaksanakan dengan pendanaan bersama antara
mahasiswa, Pendanaan KKN didukung bersama antara mahasiswa,
dan pihak universitas
c. Keleluasaan (Flexibility)
Tema-tema dan pelaksanaan KKN sesuai dengan situasi dan
kebutuhan Pemerintah Daerah, mitra kerja dan masyarakat dalam
proses pembangunan di daerah.
d. Berkesinambungan (Sustainability)
KKN dilaksanakan secara berkesinambungan berdasarkan suatu
tema dan program yang sesuai dengan tempat dan target tertentu.
e. Berbasis Riset (Research based Comunity Services)
KKN dilaksanakan sedapat mungkin melalui riset di daerah
atau tempat pelaksanaan KKN agar dapat menghasilkan program -
program kerja yang dapat diterapkan di daerah tersebut.
3. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Kudus yang
diselenggarakan di Desa Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus
telah berhasil melaksanakan beberapa program, yaitu :
4. Evaluasi Kegiatan
Pada Saat Proses Kegiatan Penyuluhan Kesehatan dan Penyuluhan
Produk :
1. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penkes
berlangsung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik
PELAKSANAAN KEGIATAN
VI. MEDIA
Leaflet
VII. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
- Memberitahukan
tentang cara
menggunakan obat
yang baik dan benar
- Memberitahukan
tentang cara
menyimpan obat yang
baik dan benar
- Memberitahukan
tentang cara
membuang obat yang
baik dan benar
PESERTA
KETERANGAN :
IX. EVALUASI
Evaluasi Hasil
a. Struktur Persiapan
Tempat, media dan alat penyuluhan sesuai rencana
90% peserta menghadiri penyuluhan sampai akhir acara
b. Proses
- Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
- Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
- 50% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
- 75% peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
- Mampu mengetahui cara mendapatkan obat yang baik dan
benar
- Mampu mengetahui cara menggunakan obat yang baik dan
benar
- Mampu mengetahui cara menyimpan obat yang baik dan
benar
- Mampu mengetahui cara membuang obat yang baik dan benar
-Mengenalkan produk
inovatif yaitu tempe
daun singkong
- Memberitahukan
tentang cara
pembuatan tempe
daun singkong
- Mengajarkan dan
mempraktikkan cara
pembuatan tempe
daun singkong
-Menyimpulkan
materi
-Memberi
kesempatan untuk
bertanya
-Memberi salam
PESERTA
PEMBAWA MATERI /
PENYULUH
PESERTA
KETERANGAN :
1. Hasil Kegiatan
Kuliah Kerja Nyata yang dilaksanakan dari tanggal 14
Oktober 2019 – 2 November 2019 terdiri dari proker kelompok
dan proker bersama. Proker kelompok merupakan proker yang
dilaksanakan dari masing-masing kelompok yang terdiri dari 8
orang pada umumnya sedangkan program bersama merupakan
gabungan dari 4 kelompok yang dilaksanakan secara bersamaan.
Proker kelompok terdiri dari 8 orang, yang akan kami bahas
yaitu :
a. Kegiatan Penyuluhan DAGUSIBU
Kegiatan penyuluhan DAGUSIBU dilaksanakan pada hari
Jum’at, 25 Oktober 2019, tempatnya di TK ABA 8 Desa
Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dalam rangka
Acara Parenting yang diihadiri oleh Ibu – Ibu yang berjumlah 17
orang
Mahasiswa KKN melakukan penyuluhan sesuai dengan
materi dari sumber yang tepat. Dengan menggunakan metode
penyuluhan yaitu ceramah (penjelasan) dan tanya jawab.
Menggunakan media lembar balik.
Pada saat proses berlangsungnya penyuluhan, sasaran (ibu
wali murid) mendengarkan dengan seksama, aktif dalam bertanya,
memperlihatkan keantusiasannya saat proses berlangsungnya
penyuluhan, serta tidak ada y.ang meninggalkan tempat saat proses
penyuluhan berlangsung.
b. Kegiatan Penyuluhan Produk Inovatif TEMPONG (Tempe
Daun Singkong)
Kegiatan penyuluhan Produk Inovatif TEMPONG
dilaksakan pada hari Minggu, 27 Oktober 2019, tempatnya di Paud
TPA Aisyiah Desa Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten
Kudus, dalam rangka acara parenting yang dihadiri oleh Ibu – Ibu
yang berjumlah 12 orang.
Mahasiswa KKN sebelum melakukan kegiatan penyuluhan
tentang produk inovatif TEMPONG ini, telah meencoba dengan
beragam formulasi. Sehingga mendapatkan formulasi yang tepat,
serta siap untuk dikembangkan dimasyarakat.
Pengembangan produk daun singkong yang di olah menjadi
tempe dilakukan berdasarkan riset dan jurnal sebagai acuan.
Sehingga tidak terjadi kesalahan saat proses pembuatan produk.
Mahasiswa KKN melakukan penyuluhan dengan media
berupa demonstrasi, dengan alat dan bahan yang digunakan untuk
membuat tempe daun singkong. Alat yang digunakan yaitu piring,
sendok, dan kantung plastik. Bahan yang digunakan yaitu daun
singkong, dan ragi tempe.
Pada saat proses berlangsungnya penyuluhan, sasaran (ibu
wali murid) mendengarkan dengan seksama, aktif dalam bertanya,
serta sangat antusias dalam membuat tempe daun singkong. Pada
saat proses penyuluhan berlangsung tidak ada yang meninggalkan
tempat.
c. Kegiatan perluasan dalam pengenalan produk serta pemasaran
produk di acara Jalan Sehat dan Expo yang diselenggarakan
mahasiswa KKN UMKU
Kegiatan dilaksanakan pada hari Jum’at, 1 November 2019,
tempatnya di Lapangan Balaidesa Kedungsari Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus, dihadiri oleh seluruh masyarakat Kedungsari
Jalan sehat dan expo merupakan acara puncak yang sebagai
perpisahan kepada masyarakat di Desa Kedungsari. Serta
merupakan acara untuk memperluas dalam pengenalan produk
tempong kepada masyarakat Desa Kedungsari.
Produk tempong yang dipasarkan kepada masyarakat
terdapat dua jenis, yaitu produk tempong yang sudah diolah sudah
matang menjadi mendoan tempong dan produk tempong yang
masih mentah.
Harga yang dipasarkan berkisar Rp.5000,- / pcs untuk
tempe daun singkong yang dalam sediaan mentahnya sedangkan
untuk sediaan matangnya berupa mendoan tempe daun singkong
dijual dengan harga Rp.2000,- / 3pcs.
Pada saat proses berjalannya pemasaran produk tempong,
banyak warga yang tertarik dengan produk inovatif olahan tempe
daun singkong ini. Banyak warga yang membeli produk inovatif
tempe daun singkong, serta banyak warga antusias untuk membuat
tempe daun singkong.
2. Pembahasan
1. Kegiatan Penyuluhan DAGUSIBU
Masyarakat Desa Kedungsari banyak melakukan
swamedikasi (pengobatan sendiri) sebelum memutuskan untuk
berobat ke dokter atau puskesmas. Swamediaksi yang benar
akan merupakan sumbangan yang sangat besar bagi
pemerintah terutama dalam pemeliharaan kesehatan secara
nasional dan menghemat biaya pengobatan. Agar dapat
melakukan swamedikasi secara benar masyarakat harus
mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat
menentukan jenis dan jumlah obat yang diperlukan. Selain itu
untuk melindungi masyarakat masyarakat dari bahaya
penggunaan obat yang tidak tepat dan tidak benar maka perlu
diberikan sosialisasi tentang Dagusibu dan Penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil survei pendahuluan tentang pengelolaan obat
masyarakat pada umumnya mengatasi penyakitnya dengan
mengobati sendiri karena lebih murah, lebih dekat, pengaruh
iklan atau saran dari teman, keluarga atau tetangga.
Penggunaan obat di masyarakat banyak yang belum sesuai
misalnya pada penggunaan obat yang seharusnya 3 x sehari
banyak masyarakat yang belum memperhatikan waktu
minumnya. Jadi minum pagi setelah sarapan jam 09.00, siang
jam 12.00 dan sore jam 16.00. Hal ini belum sesuai dengan
aturan minum obat yang benar yaitu untuk 3 x sehari berarti
selang waktu antar minum obatnya adalah 8 jam. Jadi pagi jam
06.00, siang jam 14.00 dan malam jam 22.00. Dalam
pengelolaan obat di rumah masih banyak masyarakat yang
belum mengerti bagaimana cara menyimpan dan membuang
obat. Masyarakat menyimpan obat sirup di kulkas dengan
harapan obatnya menjadi awet padahal penyimpanan ini tidak
tepat.
Tujuan dari kegiatan ini adalah setelah mengikuti kegiatan
ini diharapkan masyarakat mengetahui macam- macam obat
yang ada di pasaran, macam- macam bentuk sediaan obat, cara
penggunaan obat, cara menyimpan dan membuang obat yang
sudah tidak dipakai.
Kegiatan ini diselenggarakan di acara parenting TK ABA 8
di Desa Kedungsari. Audience yang hadir semua adalah ibu –
ibu. Pemberian materi dagusibu disini karena didalam
keluarga, seorang ibu lah yang paling banyak berperan dalam
mengurus rumah tangga dirumah. Maka seorang ibu harus
memahami tentang kesehatan. Sehingga, para ibu harus dapat
memahami dengan benar tentang obat-obatan dalam dagusibu.
Sebelum memulai pemberian materi kepada ibu – ibu, kami
melakukan tanya jawab secara langsung kepada audience, dan
audience memberikan respon yang aktif kepada kami.
Pertanyaan yang kami berikan meliputi tentang bagaimana
cara penyimpanan obat yang baik, bagaimana proses
mendapatkan obat, bagaimana cara penggunaan obat yang
baik, bagaimana cara membuang obat yang baik. Hal ini
dilakukan agar kami dapat mengetahui seberapa jauh
masyarakat memahami tentang obat dan dagusibu obat.
Hasilnya banyak masyarakat yang belum benar – benar
memahami tentang dagusibu obat. Maka dari itu kami
memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan sejelas
mungkin agar masyarakat dapat memahami dan
mengaplikasikan informasi yang kami berikan.
Kemudian setelah dilakukan tanya jawab, penyuluhan
dilakukan mulai dari penjelasan tentang golongan obat, cara
penggunaan jenis jenis obat yang baik dan benar, cara
menyimpan obat yang baik dan benar, dan cara membuang
obat yang baik dan benar.
Setelah dilakukan penyuluhan, melakukan evaluasi berupa
memberikan pertanyaan kepada audience. Hal ini
dimaksudkan agar kami mengetahui seberapa paham
masyarakat setelah mendapatkan penyuluhan dari kami.
Hasilnya adalah masyarakat dapat memahami dengan baik,
dan dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Hal ini
diharapkan masyarakat dapat mengaplikasikan informasi yang
telah di dapat kepada keluarga dan rumah, serta menyebarkan
informasi kepada orang orang sekitarnya, sehingga dagusibu
dapat diterapkan dimasyarakat dengan baik.
a. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah adanya dukungan dari masyarakat atau ibu wali
murid di TK ABA 8 Kedungsari, dan diikuti dengan
kesadaran masyarakat akan pentingnya penggunaan dan
penyimpanan obat yang baik dan benar sehingga
tercipta masyarakat sadar obat. Adanya dukungan dan
bantuan dari seluruh anggota kelompok KKN. Faktor
penghambat yang terjadi adalah, kurangnya perlatan
dalam menampilkan slide di proyektor. Karena tempat
yang sederhana. Sehingga penggunaan media proyektor
tidak dapat terlaksana. Sehingga media yang digunakan
adalah lembar balik.
b. Tindak Lanjut / Kelanjutan Program
Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah diharapkan
kedepannya akan ada lagi penyuluhan mengenai
kesehatan khususnya tentang obat-obatan agar
masyarakat Kedungsari secara door to door sehingga
kami dapat memantau masyarakat agar lebih
mengetahui dan paham cara-cara menjaga kesehatan,
mulai dari diri sendiri, lingkungan, penggunaan obat-
obatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan
sehingga dapat benar benar diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Penyuluhan produk inovatif tempe daun singkong
Tempe daun ketela pohon terbuat dari daun ketela pohon
dan ragi. Cara pengolahanya yang mudah dan bisa diolah
secara manual. Tempe daun ketela pohon mengandung beta
karotin pro vitamin A yang sama dalam kandungan wortel.
Sealin itu tempe daun ketela pohon juga mengandung mineral
lainya yang dibutuhkan oleh tubuh. Tempe daun ketela pohon
bisa dimasak setelah berumur tiga hari.
Desa Kedungsari merupakan daerah yang berpotensi
dengan ladang ketela pohon. Sebagian masyarakat berprofesi
sebagai petani senantiasa menyisakan lahan ladangnya untuk
ditanami ketela pohon. Akan tetapi peman-faatan daun ketela
pohon di desa tersebut kurang maksimal. Sebagaimana
masyarakat umum, daun ketela pohon hanya untuk sayuran
dan makanan ternak. Daun ketela pohon belum dibudidayakan
menjadi bahan makanan yang lain.
Masyarakat yang menjadi sasaran dari program ini adalah
para penduduk di Desa Kedungsari Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus. Kebanyakan masyarakat di Desa
Kedungsari memiliki ladang sangat luas untuk ditanami pohon
ketela pohon. Daerah Kedungsari berbentuk pegunungan yang
menghasilkan hasil panen ketela pohon sangat besar, namun
meskipun ladang di Desa Kedungsari sangat luas, namun
pendapatan masyarakat masih kurang untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari.
Daun dari singkong di Desa Kedugungsari kurang
dimanfaatkan. Sebagian dibuat makanan ternak dan selebihnya
dibuang begitu saja. Selama ini masyarakat hanya
menggunakan daun ketela pohon sabagai sayuran semata.
Belum ada inisiatif baru dari masyarakat untuk mengolah daun
ketela pohon tersebut. Padahal daun ketela pohon bisa
dimanfaatkan menjadi produk makanan lain yang tidak
mengurangi kandungan gizinya. Salah satunya adalah tempe
yang terbuat dari daun ketela pohon. Hal ini sangat efektif dan
efisien jika diterapkan oleh masyarakat. Mengingat harga
kedelai sebagai bahan baku utama tempe sangat mahal. Jika
masyarakat sekedar membuang daun ketela pohon sangat
disayang-kan, karena daun ketela pohon mampu memberikan
kontribusi perekonomian keluarga. Dengan pendapatan
masyarakat yang minim dan kurangnya pengetahuan untuk
mengolah daun ketela pohon menjadi barang yang bernilai
ekonomis, serta kelangkaan dan mahalnya nilai jual kedelai
terus mengganggu ketenangan perekonomian masyarakat,
maka untuk mengatasi hal tersebut dirasa perlu untuk
memberikan pengetahuan tentang pengolahan daun ketela
pohon (cassava) untuk dijadikan tempe.
Luaran yang diharapkan dari Program Kreativitas
Mahasiswa di bidang Pengabdian Masyarakat ini Memberikan
pemahaman dan pengarahan kepada penduduk Desa
Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus tentang
pembuatan tempe daun ketela pohon. Memberikan dorongan
kepada masyarakat untuk mengembangkan tempe daun ketela
pohon sehingga mampu membuka peluang usaha baru bagi
masyarakat di Desa Kedungsari Kecamatan Gebog Kabupaten
Kudus. Mampu mengurangi pengangguran di Desa Kedungsari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dengan adanya usaha
baru yaitu pembuatan tempe dari Daun Ketela pohon.
Menambah nilai jual daun ketela pohon sehingga mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat di Desa Kedungsari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Di samping itu,
masyarakat mampu menggantikan bahan baku utama tempe
yang terbuat dari kedelai dan bernilai gizi yang tinggi.
Kegunaan Program Kegiatan Mahasiswa ini bagi
masyarakat diantaranaya menambah wawasan tentang
pembuatan tempe daun singkong di Desa Kedungsari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus sehingga masyarakat
mampu membuat tempe dari bahan dasar tersebut,
meningkatkan pendapatan penduduk di Desa Kedungsari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dan adanya peluang
usaha baru bagi masyarakat di Desa Desa Kedungsari
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus sehingga mampu
mengurangi pengangguran. Sedangkan bagi mahasiswa sendiri
adalah meningkatkan partisipasi mahasiswa terhadap
lingkungan, sebagai bentuk peningkatan kepedulian atas
permasalahan masyarakat dan sebagai upaya peng-aplikasian
pengetahuan yang telah dimiliki kepada masyarakat.
Sebelum dilaksanakan penyuluhan tentang cara pembuatan
tempe daun singkong, kami menjelaskan tentang manfaat dan
kandungan dari daun singkong tersebut kepada masyarakat,
agar masyarakat memahami produk ini tidak semata mata
hanya untuk mengolah bahan pangan saja, namun terdapat
khasiat dan kandungan yang bermanfaat bagi tubuh.
Kemudian penyuluhan dilaksanakan dengan langsung
menggunakan demonstrasi kepada ibu ibu dalam acara
parenting di Paud TPA Aisyiah Kedungsari. Demonstrasi yang
dilakukan menggunakan alat dan bahan langsung. Hal ini
dimaksudkan agar audience langsung memahami cara
pembuatannya serta memiliki antusias untuk mengembangkan
produk bersama dan berkelanjutan setelah mendapatkan
penyuluhan ini. Kemudian ini dimaksudkan juga agar audience
dapat mengaplikasikan dikehidupan sehari hari, untuk
memanfaatkan daun singkong yang biasanya tidak digunakan
atau hanya diolah menjadi sayur saja tanpa inovatif.
Cara pembuatan tempe daun singkong atau tempong ini
adalah :
1. Mencuci daun singkong sampai bersih
2. Memisahkan daun dan batangnya
3. Daun singkong di rebus sampai benar benar matang
4. Di saring dan tiriskan, di tunggu sampai dingin
5. Di potong kecil keil sampai lembut
6. Tambahkan ragi tempe
7. Masukkan kedalam plastik dan kunci plastik dengan api
atau di pres
8. Lubangi plastik kecil kecil untuk udara dalam proses
fermentasi
9. Biarkan sampai 2 – 3 hari, tempe ditutupdengan kain
10. Sediaan tempe daun singkong bisa dimasak digoreng
atau di olah.
a. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah adanya dukungan dari masyarakat dan ibu wali
murid di Paud TPA Aisyiah Kedungsari, dan diikuti
dengan antusiasme keingintahuan masyarakat tentang
produk inovatif Tempong atau tempe daun singkong ini.
Adanya dukungan dan bantuan dari seluruh anggota
kelompok KKN.
Faktor penghambat yang terjadi adalah, kurangnya
perlatan dalam menampilkan slide di proyektor. Karena
tempat yang sederhana. Sehingga penggunaan media
proyektor tidak dapat terlaksana. Sehingga media yang
digunakan adalah lembar balik dan demonstrasi dengan
alat dan bahan langsung yang digunakan untuk tempe
daun singkong.
b. Tindak Lanjut / Kelanjutan Program
Diharapkan produk inovatif Tempong ini dapat
menjadi inspirasi masyarakat Kedungsari dalam
peluang bisnis untuk memberdayakan sumber daya
alam yang ada di Desa Kedungsari ini, yang masih
dipandang sebelah mata yaitu Daun Ketela Pohon atau
Daun Singkong. Sehingga dapat diaplikasikan dan
dapat meningkatkan nilai perekonomian masyarakat
apabila telah dijadikan peluang bisnis.
3. Pengenalan dan Pemasaran Produk Inovatif dari Daun
Singkong yaitu TEMPONG – Tempe Daun Singkong di Acara
Penarikan Mahasiswa KKN serta Jalan Sehat dan Expo
tempatnya di Balaidesa.
a. Faktor Pendukung dan Penghambat
Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan ini
adalah adanya dukungan dari pihak perangkat desa, dan
institusi perguruan tinggi, serta antusiasme dari
masyarakat mengenai pengenalan dan pemasaran produk
tempong ke Desa Kedungsari ini.
Faktor penghambat yang terjadi adalah kurang kondusif
saat membeli tempe daun singkong karena banyak yang
ingin membeli produk tempe daun singkong ini.
b. Tindak Lanjut / Kelanjutan Program
Diharapkan produk inovatif Tempong ini dapat
menjadi inspirasi masyarakat Kedungsari dalam peluang
bisnis untuk memberdayakan sumber daya alam yang ada
di Desa Kedungsari.
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA