Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. Berdasarkan uraian di atas, pemerintah telah menggunakan


Fintech sebagai instrumen kebijakan moneter yang bertujuan
untuk meningkatkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN)
retail online. Instrumen kebijakan moneter ini dapat
dikategorikan sebagai upaya pemerintah dalam mendorong
inklusi keuangan dan memperluas aksesibilitas produk
keuangan kepada masyarakat umum melalui platform digital.
Dampak dari adanya Fintech sebagai instrumen kebijakan moneter terhadap pertumbuhan
uang beredar di Indonesia dapat bervariasi. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara
lain:
1. Peningkatan aksesibilitas
Dengan adanya Fintech, masyarakat dapat dengan mudah mengakses dan membeli SBN
secara online. Hal ini dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan
surat berharga dan berpotensi meningkatkan pertumbuhan uang beredar.
2. Perluasan basis investor
Melalui platform Fintech, investor ritel yang sebelumnya mungkin tidak memiliki akses
atau pengetahuan yang cukup tentang SBN dapat terlibat dalam investasi tersebut.
Dengan demikian, adanya Fintech sebagai instrumen kebijakan moneter dapat
membantu memperluas basis investor dan berpotensi meningkatkan pertumbuhan uang
beredar.
3. Efisiensi biaya
Fintech dapat membantu mengurangi biaya transaksi yang berkaitan dengan penjualan
SBN. Dengan biaya yang lebih rendah, investor dapat lebih tertarik untuk membeli SBN,
yang pada gilirannya dapat meningkatkan jumlah SBN yang beredar di masyarakat.
4. Diversifikasi investasi
Fintech dapat membantu menyediakan akses yang lebih luas ke berbagai jenis SBN. Ini
memungkinkan masyarakat memiliki lebih banyak pilihan dalam diversifikasi portofolio
investasi mereka, yang dapat berdampak pada pertumbuhan uang beredar di Indonesia.
Meskipun Fintech dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan pertumbuhan
uang beredar di Indonesia melalui penjualan SBN retail online, penting juga untuk
memperhatikan risiko yang terkait dengan penggunaan teknologi keuangan ini.
Pemerintah perlu menjaga keamanan dan perlindungan konsumen dalam
mengimplementasikan Fintech sebagai instrumen kebijakan moneter.
2. Pada beberapa negara selama pandemi COVID-19, terjadi peningkatan inflasi akibat supply-
demand imbalance dan krisis energi. Faktor yang menyebabkan inflasi di negara-negara
tersebut dapat dikategorikan sebagai cost push inflation.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Cost push inflation terjadi ketika biaya produksi meningkat dan produsen menaikkan harga
barang dan jasa mereka untuk menjaga margin keuntungan
mereka.
Dalam konteks pandemi COVID-19, pembatasan aktivitas ekonomi
menyebabkan penurunan produksi dan kelangkaan barang. Ini
berdampak pada peningkatan biaya produksi, seperti biaya bahan
baku, biaya transportasi, dan upah tenaga kerja. Ketika biaya
produksi meningkat, produsen cenderung menaikkan harga jual produk mereka untuk
mengimbangi kenaikan biaya tersebut. Hal ini berkontribusi pada peningkatan inflasi. Berbeda
dengan negara-negara tersebut, inflasi di Indonesia relatif terkendali pada tingkat yang rendah
dan stabil. Untuk menjaga inflasi tetap terkendali, pemerintah Indonesia dapat mengambil
beberapa kebijakan, antara lain:

1. Kebijakan moneter
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dapat mengatur suku bunga untuk
mengendalikan inflasi. Jika inflasi cenderung meningkat, Bank Indonesia dapat
menaikkan suku bunga untuk mengurangi permintaan dan mendorong tabungan. Ini
akan mengurangi tekanan inflasi.
2. Kebijakan fiscal
Pemerintah dapat mengadopsi kebijakan fiskal yang hati-hati untuk mengendalikan
inflasi. Ini dapat mencakup pengelolaan defisit anggaran dengan bijak, pengurangan
subsidi yang tidak efektif, dan pengeluaran yang terarah untuk mendorong
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
3. Kebijakan pengendalian harga
Pemerintah dapat menerapkan kebijakan pengendalian harga untuk barang-barang
strategis yang memiliki dampak signifikan terhadap inflasi, seperti bahan pangan dan
energi. Misalnya, pemerintah dapat mengatur harga maksimum atau memberikan
subsidi untuk mencegah lonjakan harga yang berlebihan.
4. Kebijakan peningkatan produktivitas
Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas
ekonomi dalam jangka panjang. Ini dapat melibatkan investasi dalam infrastruktur,
pendidikan, pelatihan tenaga kerja, dan inovasi teknologi guna meningkatkan daya
saing dan efisiensi produksi.
Contoh konkrit dari kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia adalah pengendalian
harga pangan melalui program kebijakan stokisasi dan penjualan langsung oleh Bulog
(Badan Urusan Logistik) serta subsidi untuk energi listrik bagi golongan masyarakat

BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Kebijakan tersebut bertujuan untuk mencegah kenaikan harga


yang berlebihan dan menjaga inflasi tetap terkendali.

3. Motif utama masyarakat yang menyebabkan melonjaknya


penggunaan e-money selama pandemi adalah adanya pembatasan
aktivitas di luar rumah dan kekhawatiran terhadap penyebaran
virus COVID-19. Beberapa faktor yang menjadikan e-money
sebagai pilihan yang lebih populer adalah:
1. Keamanan dan kenyamanan
Penggunaan e-money memungkinkan transaksi non-tunai yang tidak memerlukan
kontak fisik dengan uang tunai atau perangkat pembayaran fisik seperti kartu debit
atau kredit. Ini membantu mengurangi risiko penyebaran virus melalui permukaan
yang terkontaminasi.
2. Kemudahan dan kecepatan
E-money memungkinkan transaksi yang cepat dan mudah dilakukan dengan
menggunakan perangkat elektronik seperti ponsel pintar atau kartu e-money. Tidak
perlu membawa uang tunai atau menunggu proses verifikasi kartu saat pembayaran.
3. Perkembangan teknologi dan penetrasi internet
Selama pandemi, penetrasi internet dan penggunaan perangkat elektronik meningkat
pesat. Ini memberikan kemudahan akses dan penggunaan e-money bagi masyarakat
yang memiliki akses ke perangkat elektronik dan konektivitas internet.
4. Promosi dan insentif
Selama pandemi, beberapa penyedia e-money dan platform e-commerce
menyediakan promosi dan insentif khusus untuk mendorong penggunaan e-money.
Misalnya, diskon atau cashback untuk transaksi menggunakan e-money.
Dampak penggunaan e-money terhadap uang tunai adalah penurunan penggunaan uang
tunai secara langsung. Semakin banyak orang yang beralih menggunakan e-money,
semakin sedikit transaksi yang dilakukan dengan uang tunai. Hal ini dapat mengurangi
permintaan dan sirkulasi uang tunai dalam ekonomi.
Penggunaan e-money juga dapat membantu meningkatkan efisiensi sistem pembayaran
dan mengurangi biaya yang terkait dengan pengelolaan dan distribusi uang tunai.
Namun, penting untuk mencatat bahwa meskipun penggunaan e-money meningkat,
uang tunai masih tetap diperlukan dalam sebagian kecil transaksi dan sebagai pilihan
pembayaran alternatif untuk beberapa individu yang mungkin belum mengadopsi e-
money atau memiliki keterbatasan akses ke teknologi digital.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

4. Kebijakan akomodatif yang dilakukan oleh Bank Indonesia,


terutama melalui pemotongan suku bunga, memiliki dampak yang
signifikan pada kondisi pasar barang dan pasar uang. Berikut
adalah analisis dampak kebijakan tersebut:
1. Dampak pada pasar barang
Penurunan suku bunga dapat merangsang investasi dan
konsumsi. Melalui penurunan suku bunga, BI berupaya
mendorong perusahaan untuk melakukan investasi lebih banyak dan masyarakat
untuk mengambil pinjaman guna meningkatkan konsumsi. Hal ini diharapkan dapat
mendorong permintaan agregat dan menghidupkan sektor ekonomi, termasuk pasar
barang. Melalui penurunan suku bunga, BI juga berupaya menurunkan biaya
pinjaman bagi perusahaan, yang dapat meningkatkan daya saing mereka dan
mendorong produksi barang dan jasa. Selain itu, penurunan suku bunga juga dapat
merangsang konsumsi rumah tangga, terutama dalam sektor properti dan otomotif.
2. Dampak pada pasar uang
Penurunan suku bunga BI dapat mempengaruhi tingkat suku bunga di pasar uang
secara keseluruhan. Biasanya, penurunan suku bunga acuan BI akan membawa
dampak pada penurunan suku bunga pasar uang, seperti suku bunga deposito bank
dan suku bunga pinjaman. Ini dapat mendorong masyarakat untuk menyimpan uang
mereka di bank dan mengambil pinjaman dengan biaya yang lebih rendah.
Penurunan suku bunga juga dapat mendorong investor untuk mencari alternatif investasi
yang lebih menguntungkan daripada instrumen pasar uang tradisional, seperti deposito
bank. Hal ini dapat mempengaruhi pergerakan dana investor dan arus modal ke
instrumen investasi lain, seperti saham atau obligasi.
Kurva yield obligasi dapat mengalami perubahan sebagai dampak dari penurunan suku
bunga. Penurunan suku bunga acuan cenderung mendorong penurunan yield obligasi,
terutama pada obligasi dengan tenor yang lebih panjang. Hal ini dapat mempengaruhi
harga obligasi di pasar sekunder dan strategi investasi investor.
Grafik kurva dapat memberikan ilustrasi visual mengenai hubungan antara suku bunga
dan jangka waktu pada pasar uang. Biasanya, ketika suku bunga jangka pendek turun,
kurva yield obligasi (kurva suku bunga) dapat melengkung ke bawah. Dalam situasi
penurunan suku bunga seperti yang dilakukan oleh BI, bagian awal kurva (jangka waktu
pendek) akan turun lebih tajam dibandingkan dengan bagian akhir kurva (jangka waktu
panjang), menunjukkan pengaruh yang lebih besar pada suku bunga jangka pendek.

Anda mungkin juga menyukai