Anda di halaman 1dari 12

2.

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Limbah


Limbah industri pada umumnya dihasilkan akibat dari sebuah proses
produksi yang menghasilkan bahan baku/produk yang dapat dimanfaatkan
langsung oleh konsumen. Pengertian limbah sendiri merupakan zat atau bahan
buangan yang dihasilkan dari proses produksi baik industri maupun domestik
(rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis (Suharto, 2011).
Pengertian limbah industri menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
adalah sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi industri. Sumber-sumber
limbah dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Sumber Limbah (Sumber: Pengolah Limbah, 2015)

Gambar 2.1 menjelaskan tentang sumber-sumber limbah dihasilkan.


Limbah-limbah dapat dihasilkan dari tiga jenis sumber yaitu dari limbah yang
tidak infeksus, limbah infeksus, dan limbah B3. Limbah tidak infeksus
maksudnya adalah limbah yang dapat diolah kembali yang berasal dari limbah
individu. Limbah infeksus merupakan limbah yang berasal dari dunia kedokteran
atau limbah medis dan limbah ini dapat dikategorikan sebagai limbah yang dapat

4
Universitas Krsiten Petra
di daur ulang kembali. Lain halnya dengan limbah B3, karena limbah ini harus
dilakukan pembuangan menurut hukum yang berlaku. Cara penyimpanan limbah
B3 juga memiliki aturan-aturan yang di atur oleh perundang-undangan yang
terkait. Limbah dapat dikatakan sebagai limbah B3, ketika telah melalui pengujian
memiliki salah satu atau lebih karakteristik limbah B3.
Jenis limbah dapat dikelompokan berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
 Berdasarkan kandungan zat kimia.
 Berdasarkan wujudnya.
 Berdasarkan sumber dan tingkat bahaya.

2.1.1 Limbah berdasarkan Kandungan Zat Kimia


Limbah yang dibedakan menurut kandungan zat kimianya dapat
dikelompokan menjadi dua yaitu limbah organik dan limbah anorganik. Limbah
organik adalah limbah yang berasal dari bahan mahkluk hidup yang mudah
diuraikan oleh organisme. Contoh limbah organik yaitu kotoran hewan, sampah
daun, kain bekas. Limbah anorganik adalah limbah yang mengandung zat kimia
yang sulit untuk diuraikan oleh organisme. Contoh limbah anorganik adalah besi,
kaca, kaleng, kemasan makanan, kertas.

2.1.2 Limbah berdasarkan Wujudnya


Wujud limbah dapat dilihat dan didengarkan oleh indera manusia.
Limbah menurut wujudnya dibedakan menjadi empat yaitu limbah padat, limbah
cair, limbah gas, dan limbah suara. Jenis limbah menurut wujudnya dapat dilihat
pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Jenis Wujud Limbah


No Wujud Limbah Jenis wujud limbah
Padat organik mudah busuk
1 Padat Padat organik tidak mudah busuk
Debu
Limbah domestik
2 Cair Limbah industri
Air hujan yang tercemar
3 Gas Oksida karbon

5
Universitas Krsiten Petra
Tabel 2.1 Jenis Wujud Limbah (lanjutan)
No Wujud Limbah Jenis wujud limbah
Gas hidrokarbon
3 Gas Oksida belerang
Oksida nitrogen
4 Suara Gelombang bunyi yang merambat di udara

Limbah padat adalah limbah buangan industri yang berupa padatan.


Limbah padat biasa disebut sebagai sampah. Contoh limbah padat organik mudah
membusuk yaitu sampah sisa makanan, sampah sayuran, kulit buah-buahan, dan
dedaunan. Contoh limbah padat yang tidak mudah membusuk adalah kertas, kain,
batang kayu, besi-besi tua, dan sampah kaleng.
Limbah cair adalah limbah yang berwujud cairan, yang mana berupa air
yang tercampur dengan bahan buangan lainnya atau yang terlarut dalam air.
Contoh limbah cair domestik adalah air sabun, air cucian, tinja, dan sisa makanan
yang berwujud cair. Contoh limbah cair industri adalah cairan sisa proses
produksi yang berupa zat kimia, cairan untuk pelumas mesin-mesin di industri,
dan cairan-cairan lainnya hasil kegiatan industri. Air hujan yang tercemar
diakibatkan dari pencemaran udara yang dihasilkan dari penggunaan bahan bakar
fosil dari zat-zat pencemar udara.
Limbah gas adalah limbah yang berasal dari udara yang tercemar akibat
penggunanaan bahan bakar fosil. Contoh limbah gas adalah penggunaan bensin,
solar, minyak tanah, dan sebagainya. Limbah gas sangat mempunyai pengaruh
negatif yang besar terhadap kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan manusia
setiap detik dan menit selalu menghirup udara, dimana kondisi ini dapat
mempengaruhi kesehatan manusia karena mengganggu pernapasan manusia.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah gas adalah dengan
menanam pepohonan dan mengurangi penggunaan bahan yang menghasilkan
limbah gas.
Limbah suara adalah limbah yang berasal dari gelombang bunyi yang
merambat di udara. Limbah suara ini berasal dari suara bising yang dikeluarkan
oleh mesin pabrik, mesin kendaraan, alat elektronik, dan sebagainya. Intensitas
suara pada kondisi aman yang dapat diterima oleh telinga manusia pada umumnya
sebesar 80 dB (Sumber: Serway Jewet). Hal ini menandakan bahwa telinga

6
Universitas Krsiten Petra
manusia memiliki batas-batas suara yang aman dapat diterima oleh telinga.
Kondisi terburuk yang dapat terjadi jika telinga manusia menerima gelombang
bunyi melebihi dari ambang batas yang ditentukan, maka dapat menyebabkan
gangguan pendengaran pada manusia tersebut.

2.1.3 Limbah berdasarkan Sumber dan Tingkat Bahayanya


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun biasa disingkat menjadi limbah
B3. Definisi limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah sisa suatu
usaha dan /atau kegiatan yang mengandung zat, energi, dan/atau komponen lain
yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau, merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia
dan makhluk hidup lain. Sumber limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
pasal 3 ayat (3) dibagi menjadi tiga. Sumber limbah B3 menurut PP Nomor 101
Tahun 2014, yaitu sebagai berikut:
 Limbah B3 dari sumber tidak spesifik.
 Limbah B3 dari sumber spesifik.
 Limbah B3 dari B3 kadaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi
spesifikasi produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan B3.
Penjelasan dari masing-masing sumber limbah B3 dijabarkan dalam
lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014. Keputusan Kepala
Bapedal Nomor 1 Tahun 1995 Pasal 1 tentang tata cara persyaratan teknis
penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun menyatakan
bahwa setiap limbah B3 yang belum diketahui sifat dan karakteristiknya wajib
dilakukan pengujian pada laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I. Karakteristik limbah B3 yang dituliskan dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013 pasal 2 ayat (6) dibagi menjadi
tujuh, yaitu sebagai berikut:
 Mudah meledak.
 Mudah menyala.

7
Universitas Krsiten Petra
 Reaktif.
 Beracun.
 Infeksius.
 Korosif.
 Berbahaya terhadap lingkungan.

2.2 Keadaan Darurat


Keadaan darurat adalah berubahnya suatu kegiatan/keadaan atau situasi
yang semula normal menjadi tidak normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau
kejadian yang tidak diduga atau dikehendaki (R. M. S. Jusuf, 1999).
Penanggulangan keadaan darurat adalah suatu upaya atau tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang akan menimbulkan kerugian, agar situasi atau
keadaan yang tidak dikehendaki tersebut dapat segera diatasi dan kerugian ditekan
seminimal mungkin (R. M. S. Jusuf, 1999).

2.3 Peraturan yang Mengatur Syarat Penyimpanan Limbah B3


Peraturan dibuat agar tercipta kehidupan yang aman, tertib, dan teratur.
Kehidupan masyarakat memiliki kepentingan yang bermacam-macam, sehingga
masyarakat membutuhkan petunjuk yang konkret sesuai dengan adat istiadat dan
norma dalam masyarakat. Peraturan adalah sebuah tata tertib tertulis atau tidak
tertulis yang dibuat untuk menciptakan keteraturan hidup bersama. Peraturan
perundang-undangan menurut Wiyono (2007) adalah ketentuan-ketentuan yang
disusun oleh pemerintah yang dilaksanakan oleh DPR dan unsur-unsur terkait,
serta aturan-aturan yang dibuat penguasa untuk dipatuhi masyarakat dan hukum.
Peraturan Negara yang berkaitan dengan tata cara penyimpanan limbah B3 diatur
dibeberapa Undang-Undang, yaitu sebagai berikut:
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014
 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 1 Tahun 1995
 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 2 Tahun 1995
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2013

8
Universitas Krsiten Petra
2.3.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997
Peraturan ini berbicara tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Lingkungan hidup menurut UU RI No. 23 Tahun 1997 pasal 1 ayat (1) adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pasal 1 ayat
(2) yang tertera pada Undang-Undang ini mengatakan bahwa pengelolaan
lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Pasal
5 ayat (1) pada peraturan ini mengatakan bahwa setiap orang mempunyai hak
yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Peraturan ini yang
membuat kita harus menjaga lingkungan kita demi kepentingan diri sendiri, orang
lain dan untuk kelangsungan hidup anak cucu kita kelak.

2.3.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014


Peraturan ini berbicara tetang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun. Pelaku pengelolaan limbah B3 terdiri dari penghasil, pengumpul,
pengangkut, pemanfaat, pengolah, dan penimbun. Skema pelaku pengelolaan
limbah B3 dapat dilihat pada Gambar 2.2.

9
Universitas Krsiten Petra
Gambar 2.2 Skema Pelaku Pengelolaan Limbah B3
(Sumber: Kementrian Lingkungan hidup)

PP RI Nomor 101 Tahun 2014 pasal 12 ayat (3) mengatakan bahwa untuk
dapat melakukan penyimpanan limbah B3, setiap orang yang menghasilkan
limbah B3 wajib memiliki izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan
penyimpanan limbah B3.

Gambar 2.3 Sistem Manifet Limbah B3


(Sumber: Kementrian Lingkungan hidup)

10
Universitas Krsiten Petra
Sistem manifest biasa disebut sebagai bukti dokumen limbah B3 yang
dimiliki dari setiap pelaku pengelolaan limbah B3. Dokumen ini berguna untuk
legalitas dari kegiatan pengelolaan limbah B3. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui mata rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3 agar terhindar
dari hal yang tidak diinginkan. Dokumen limbah B3 ini akan diterima kembali
oleh penghasil limbah B3 dari pengumpul atau pengolah selambat-lambatnya 120
hari sejak limbah B3 di angkut.

2.3.3 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 1 Tahun 1995


Peraturan ini berbicara tentang tata cara dan persyaratan teknis
penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan berbahaya dan beracun. Persyaratan
teknis penyimpanan limbah B3 yang dimaksud adalah sebagai berikut:
 Persyaratan pengemasan limbah B3.
 Persyaratan penyimpanan kemasan limbah B3.
 Persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3.
 Persyaratan lokasi untuk tempat penyimpanan limbah B3.

2.3.4 Keputusan Kepala Bapedal Nomor 2 Tahun 1995


Peraturan ini berbicara tentang dokumen limbah bahan berbahaya dan
beracun. Dokumen-dokumen limbah yang perlu dipersiapkan untuk persyaratan
penyimpanan limbah B3, yaitu sebagai berikut:
 Fotokopi Akte perusahaan.
 Fotokopi pengesahan kehakiman.
 Fotokopi NPWP.
 Fotokopi izin gangguan (HO).
 Fotokopi izin lokasi/prinsip.
 Fotokopi izin mendirikan bangunan (IMB).
 Fotokopi persetujuan dokumen lingkungan (AMDAL/UKL-UPL/dll).
 Fotokopi surat izin usaha perusahaan (SIUP).
 Fotokopi tanda daftar perusahaan (TDP).
 Fotokopi sertifikat ISO.
 Diagram alir proses pengelolaan limbah B3.

11
Universitas Krsiten Petra
 Desain kontruksi TPS limbah B3.
 Standard Operation Procedure (SOP) tata cara penyimpanan limbah B3,
penanganan kondisi darurat, dan nama personil yangbertanggung jawan untuk
gudang TPS limbah B3.
 Foto gudang TPS limbah B3.
 Perhitungan kapasitas TPS limbah B3 berdasarkan historical data.

2.3.5 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 14


Tahun 2013
Peraturan ini berbicara tentang simbol dan label limbah bahan berbahaya
dan beracun. Simbol limbah B3 menurut Permen LH RI No. 14 Tahun 2013 pasal
1 ayat 8 adalah gambar yang menunjukkan karakteristik limbah B3. Ukuran
simbol limbah B3 untuk kemasan minimal 10cm x 10cm, sedangkan untuk tempat
penyimpanan minimal 25cm x 25cm. Simbol harus terbuat dari bahan yang tahan
goresan atau bahan kimia yang mungkin mengenainya. Gambar simbol limbah B3
yang sesuai dengan syarat Pemerintah dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Simbol Limbah B3


(Sumber: Permen LH RI No. 14 Tahun 2013)

Label limbah B3 menurut Permen LH RI No. 14 Tahun 2013 pasal 1 ayat


9 adalah setiap keterangan mengenai limbah B3 yang berbentuk tulisan yang

12
Universitas Krsiten Petra
berisi informasi penghasil, alamat pengahasil, waktu pengemasan, jumlah, dan
karakteristik limbah B3. Macam-macam label limbah B3, yaitu :
 Label penuh untuk kemasan atau drum yang telah terisi penuh limbah (ukuran
minimal 10cm x 10 cm).
 Label kosong untuk kemasan atau drum yang masih kosong (ukuran minimal
10cm x 10 cm).
 Label petunjuk arah penutup kemasan limbah B3 (ukuran minimal 7cm x
15cm).
 Label identitas limbah B3 (ukuran minimal 15cm x 20 cm).
Gambar label limbah B3 yang sesuai dengan persyaratan Pemerintah
dapat dilihat pada Gambar 2.5 – Gambar .

Gambar 2.5 Label Penuh dan Kosong Limbah B3


(Sumber: Permen LH RI No. 14 Tahun 2013)

Gambar 2.6 Label Petunjuk Penutup Kemasan Limbah B3


(Sumber: Permen LH RI No. 14 Tahun 2013)

13
Universitas Krsiten Petra
Gambar 2.7 Label Identitas Limbah B3
(Sumber: Permen LH RI No. 14 Tahun 2013)

Pemberian simbol limbah B3 dilakukan pada wadah dan atau kemasan


limbah B3, tempat penyimpanan limbah B3, dan alat angkut limbah B3,
sedangkan pelabelan dilakukan pada wadah dan atau kemasan limbah B3. Contoh
peletakkan simbol dan label limbah B3 pada kemasan limbah B3 dapat dilihat
pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Contoh Peletakkan Simbol dan Label pada Kemasan Limbah B3

14
Universitas Krsiten Petra
2.4 Material Safety Data Sheet (MSDS)
Material Safety Data Sheet (MSDS) atau biasa yang disebut juga sebagai
Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) merupakan dokumen yang harus
dimiliki oleh setiap bahan kimia (Nyimas Fitriah, 2014). MSDS berisi pengenalan
umum, kandungan kimia, sifat-sifat bahan, cara penanganan, penyimpanan, dan
pengelolaan bahan buangan. Fungsi MSDS untuk mencegah, menghindari, dan
menanggulangi kecelakaan kimia yang mungkin terjadi sehingga mendukung
terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja.

2.5 Standard Operating Procedure (SOP)


Definisi SOP menurut Rudi M. Tambunan (2013) adalah pedoman yang
berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi
yang digunakan untk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah atau tindakan
dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang silaksanakan oleh orang-orang di
dalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif, konsisten, standar, dan
sistematis. Manfaat sebuah SOP dalam perusahaan, yaitu:
 Menjelaskan tugas dari masing-masing karyawan secara jelas.
 Membantu karyawan untuk bekerja secara bertahap sehingga tidak ada proses
yang terlewatkan.
 Menjelaskan prosedur kegiatan secara detail dan terperinci.
 Meminimalisasi variasi dalam sebuah proses kerja.
 Membantu perusahaan untuk melakukan evaluasi dan penilaian terhadap setiap
proses kerja serta melakukan perbaikan terus menerus.

15
Universitas Krsiten Petra

Anda mungkin juga menyukai