Anda di halaman 1dari 14

PELAPORAN SURVEILANS

PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA ( PPRA )


BAB l
PENDAHULUAN
A. Informasi umum Rumah sakit.
Rumah sakit umum daerah batara guru belopa merupakan Rumah Sakit milik
daerah yang semua kegiatan, anggaran merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Tipe Rumah Sakit yaitu tipe C, jumlah tempat tidur 163 ,
jumlah pegawai RSUD Batara Guru Belopa 663 orang. RSUD Batara Guru
Belopa memiliki 32 dokter spesialis 9 orang.
B. Program kerja komite/Tim PRA Rumah sakit.
Langkah-langkah kegiatan pelaksanaan PPRA, meliputi:
1. Membentuk tim PPRA di rumah sakit
Tim PPRA rumah sakit dibentuk dengan tujuan menerapkan pengendalian
resistensi antimikroba di rumah sakit melalui perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
a. Kedudukan dan Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tugas, Tim PPRA bertanggungjawab langsung
kepada Direktur Rumah Sakit. Keputusan Direktur Rumah Sakit
tersebut berisi uraian tugas tim secara lengkap, yang menggambarkan
garis kewenangan dan tanggung jawab serta koordinasi antar-unit
terkait di rumah sakit.
b. Keanggotaan Tim PPRA
Susunan Tim PPRA terdiri dari: ketua, wakil ketua, sekertaris, dan
anggota. Kualifikasi ketua Tim PPRa adalah seorang klinisi yang
berminat di bidang infeksi. Keanggotan Tim PPRA paling sedikit terdiri
dari tenaga kesehatan yang kompeten dari unsur:
1) Klinisi perwakilan KSM
2) Keperawatan
3) Instalasi Farmasi
4) Instalasi Laboratorium
5) Komite PPI
6) Panitia Farmasi dan terapi
Dalam keadaan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), maka
rumah sakit dapat menyesuaikan keanggotan tim PPRA berdasarkan
ketersediaan SDM yang terlibat dalam program pengendalian
resistensi antimikroba.
c. Tugas Pokok Tim PPRA
Tugas pokok Tim PPRA adalah:
1) Membantu Direktur Rumah Sakit dalam menyusun kebijakan
tentang pengendalian resistensi antimikroba
2) Membantu Direktur Rumah Sakit dalam menyusun kebijakan dan
panduan penggunaan antibiotik rumah sakit
3) Membantu Direktur Rumah Sakit dalam melaksanakan program
pengendalian resistensi antimikroba di rumah sakit
4) Membantu Direktur Rumah Sakit dalam mengawasi dan
mengevaluasi pelaksanaan pengendalian resistensi antimikroba di
rumah sakit
5) Menyelenggarakan forum kajian kasus pengelolaan penyakit infeksi
terintegrasi
6) Melakukan surveillans pola penggunaan antibiotik
7) Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan
kepekaannya terhadap antibiotik
8) Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan kesadaran
tentang prinsip pengendalian resisten antimikroba, penggunaan
antibiotik secara bijak, dan ketaan terhadap pencegahan
pengendalian infeksi melalui pelatihan dan pendidikan.
9) Mengembangkan penelitian di bidang pengendalian resisten
antibikroba
10) Melaporkan kegiatan PPRA kepada direktur rumah sakit.
d. Membentuk tim PPRA yang terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekertaris,
dan anggota yang mempunyai tugas yaitu:
1) Tugas ketua.
I. Membantu kepala/direktur Rumah sakit dalam
menetapkan kebijakan tentang pengendalian resistensi
antimikroba.
II. Membantu kepala/direktur Rumah sakit dalam
menetapkan kebijakan umum dan panduan penggunaan
antibiotik dirumah sakit.
III. Membantu kepala/direktur Rumah sakit dalam pelaksaan
program pengendalian resistensi antimikroba.
IV. Membantu kepala/direktur Rumah sakit dalam
mengawasi dan evaluasi pelaksaan program
pengendalian resistensi antimikroba.
V. Menyelengarakan forum kajian kasus pengelolaan
penyakit infeksi terintegrasi.
VI. Melakukan surveilans pola penggunaan antibiotik.
VII. Melakukan surveilans pola mikroba penyebab infeksi dan
kepekaannya terhadap antibiotik.
VIII. Menyebarluaskan serta meningkatkan pemahaman dan
kesadaran tentang prinsip pengendalian resistensi
antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak, dan
ketaatan terhadap pengendalian infeksi melalui kegiatan
pelatihan dan pendidikan.
IX. Mengembangkan penelitian dibidang pengendalian
resisten antimikroba.
X. Melaporkan kegiatan program pengendalian resistensi
antimikroba kepada kepala/direktur Rumah sakit.
2) Tugas wakil ketua.
Membantu ketua dalam melaksanakan tugasnya dan mengantikan
tugas ketua sementara jika terjadi kekosongan ketua.
3) Tugas sekertaris.
I. Melaksanakan kegiatan administrasi dan menginventaris
program kerja PPRA.
II. Bertanggungjawap terhadap pencatatan dan pelaporan
semua kegiatan PPRA.
III. Membuat dan mengsosialisasikan uraian tugas PPRA
dirumah sakit.
IV. Bertanggungjawap terhadap penyediaan dan
penyimpanan berkas rekam medik.
V. Bertanggungjawap terhadap ppelaporan internal dan
eksternal.
4) Tugas anggota
I.Membantu dalam sosialisasi penggunaan antibiotik bijak.
II. Membantu dalam melaksanakan pengumpulan data
guna melakukan audit kualitas dan kuantitas
penggunaan antibiotik.
III. Membuat laporan penemuan kasus infeksi.
IV. Pro aktif dalam seluruh kegiatan PPRA.
e. Tahapan pelaksanaan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba
1) Mempunyai Pedoman Penggunaan Antibiotik di rumah sakit
2) Sosialisasi pedoman penggunaan antibiotik profilaksis dan terapi
3) Melakukan pengumpulan data dasar (peta medan mikroba, data
resistensi, evaluasi kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik),
sebagai pembanding
4) Melakukan implementasi pelaksanaan pedoman penggunaan
antibiotik
5) Melakukan pencatatan dan pengelolaan data serta forum diskusi
6) Menyajikan data studi operasional di KMS masing-masing,
selanjutnya dipresentasikan di rapat tinjauan manajemen (seminar,
lokakarya, semiloka, workshop)
7) Melakukan pembaharuan secara berkala pedoman penggunaan
antibitoik berdasarakan peta medan mikroba dan data resistensi
terbaru
8) Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan

f. Sasaran kegiatan
Seluruh elemen rumah sakit terutama klinisi, perawat, bidan, dan
petugas medis lainnya yang berada di lingkungan RSUD Batara Guru
Belopa, termasuk pasien itu sendiri.

g. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan terlampir

h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Surveilans infeksi rumah sakit secara teratur adalah pelaksanaan
surveilans yang dilakukan secara terencana, berkesinambungan, dan
rutin. Evaluasi adalah penilaian kembali terhadap hasil surveilans
untuk dilakukan perbaikan.
Evaluasi penggunaan antibiotik sesuai standar PPRA adalah cara
mengevaluasi penggunaan antibiotik dengan metode audit kuantitas dan
kualitas penggunaan antibiotik, mengacu pada buku pedoman
pelaksanaan PPRA Depkes RI Tahun 2005 “Antimicrobial Resistance,
Antibiotic Usage, and Infeciton Control; a Self Assessment Program for
Indonesian Hospitals” (buku kuning)
1. Audit Kuantitas Antibiotik
Merupakan metode untuk menghitung jumlah antibiotik yang digunakan
dengan parameter Defined Daily Dose yaitu dosis rata-rata harian untuk
indikasi tertentu. Pada penggunaan di rumah sakit menggunakan
satuan DDD/100 patient-days.
2. Audit Kualitas Antibiotik
Merupakan metode untuk emngevaluasi penggunaan antibiotik secara
rasional dengan cara mengkaji (review) kasus dari catatan medik dan
catatan/rekaman pemberian antibiotik. Sedangkan kategori evaluasi
menggunakan kriteria alur “Gyssens”,

Evaluasi secara berkala adalah evaluasi yang dilakukan secara rutin


dan berkesinambungan dalam kurun waktu sekurang-kurangnya
setiap 1 (satu) tahun.
Evaluasi hasil audit adalah menganalisis hasil audit kuantitas dan audit
kualitas penggunaan antibiotik sebelum dan sesuadah implementasi

PPRA serta membandingkan biaya atau “cost-effectiveness” sebelum


dan sesudah implementasi PPRA
Umpan balik adalah memberikan hasil audit kuantitas dan kualitas
penggunaan antibiotik kepada pihak yang terkait untuk ditindaklanjuti
Laporan yang diharapkan berupa laporan lengkap yaitu semua
dokumen yang mendukung kegiatan tersebut diatas, termasuk laporan
kegiatan, evaluasi dan tindak lanjuti.
i. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan
Laporan kegiatan merupakan internal yang terbagi secara periodik
yaitu laporan bulan, triwulan, dan tahunan yang mencakup:
a. Laporan bulan
1. Laporan hasil surveilans infeksi di rumah sakit
2. Laporan hasil audit kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik
3. Laporan data pola resistensi mikroba
4. Laporan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
5. Laporan kegiatan PPRA lain yang meliputi;
i. Aktivitas pelayanan mikrobiologi klinik
ii. Aktivitas pelayanan farmasi
iii. Aktivitas pencegahan dan pengendalian infeksi
Laporan disusun oleh ketua dibantu oleh sekertaris dan wakil ketua
yang nantinya akan dijabarkan pada rapat bulanan Tim PPRA
b. Laporan Triwulan
Merupakan gabungan dari laporan bulanan tentang hal tersebut diatas
selama 3 bulan berturut-turut. Laporan ini juga disusun oleh ketua
dibantu sekertaris dan wakil ketua yang nantinya akan dilaporkan
kepada direktur.
c. Laporan tahunan
Merupakan gabungan dari laporan bulanan selama 1 tahun. Laporan
ini juga disusun oleh ketua dibantu sekertaris dan wakil ketua yang
nantinya akan dilaporkan kepada direktur dan jajaran pimpinan rumah
sakit lainnya dalam rapat tahunan.
Setiap kegiatan PPRA dimulai dari perencanaa, pelaksanaan, dan
monitoring evaluasi perlu dilaporkan ke direktur RS dan ketua Tim
PPRA serta diketahui instalasi terkait untuk meningkatkan mutu rumah
sakit.
JADWAL KEGIATAN PPRA
RSUD BATARA GURU BELOPA
TAHUN 2018
Pelaksanaan (bulan)
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Pembuatan program kerja PPRA
2 Pemetaan pola resistensi mikroba
Penyusunan pedoman penggunaan antibiotik yang
3
bijak
Sosialisasi :
1. kegiatan PPRA
4
2. pedoman penggunaan antibiotik
3. Penggunaan antibiotik bijak
Monitoring kegiatan pencegahan dan pengendalian
5
infeksi
6 Monitoring kegiatan farmasi klinik
7 Monitoring kegiatan mikrobiologi klinik
8 Monitoring dan audit penggunaan antibiotik
Surveilans :
9 1. resistensi antimikroba
2. Kejadian infeksi terkait resistensi antimikroba
10 Pembuatan laporan kegiatan PPRA
STRUKTUR RUMAH SAKIT
BAB lll
DAFTAR DOKUMEN
Daftar dokumen yang tersedia yang berhubungan dengan pelaksanaan PPRA di
Rumah sakit Umum Daerah Batara guru Belopa, meliputi :
1. Kebijakan / peraturan RSUD Batara Guru Belopa
2. Standar Prosedur operasional ( SPO ) PPRA.
3. Pedoman penggunaan antibiotik
( PPA). Dokumen terlampir.

BAB lV
PELAYANAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
Pelayanan laboratorium mikrobiologi belum dilaksanakan

BAB V
INSTALASI FARMASI
1. Jumlah farmasi klinik
Keanggotaan komite farmasi dan terapi :
Ketua : dr. Mashudi Muhammadiyah,Sp PD, FINASIM
Sekertaris : Rasna Rustam, S.Farm,Apt.
Anggota : 1. dr. Alauddin,Sp.An,M.Kes
2. dr.Mahirina Marjadi Sp.A
3. dr. Sumiati Tahir
4. A. Munawarah,S.Si Apt,M.Kes
5. Mursyid Munawar S.Farm,Apt

2. Metode pengendalian pelayanan antibiotik.


Melakukan stop order sesuai SPO penggunaan antibiotik bijak.
BAB Vl
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RSUD BATARA GURU BELOPA

1. DDD
DDD yang digunakan diRSUD Batara Guru Belopa mengikuti DDD nasional
dan melakukan audit bulan september dan oktober dengan hasil yaitu :
a. Bulan September
TABEL. 1. Penggunaan Antibiotik DDD/ 100 pasien bulan september
2018
Tot DDD/rawat
No. Kode DDD Nama Antibiotik Tot DDD inap*100
A J01DC02P Anbacim 18,00 4,41
B J01DB05 Cefadroxil 10,75 2,63
C J01DD08 Cefixim 1,75 0,42
D J01DD01 Cefoperazone 18,75 4,59
E J01DD01 Cefotaxim 103,25 25,30
F J01DD04 Ceftriaxon 42,00 10,29
G J01EC01 Cotrimoksazole 0,96 0,23
H JO1GB03 Gentamicin 6,93 1,69
I J01DH02 Meropenem 1 gr 3,00 0,73
J P01AB01 Metronidazole inf 11,00 2,69
K J01MA14 Moxifoxacin inf 12,00 2,94
Total DDD 55,92

DDD ANTIBIOTIK
2.94
Metronida… 2.69
Meropene… 0.73
Gentamicin 1.69
Cotrimoksa… 0.23
Ceftriaxon 10.29
Cefotaxim 25.30
Cefoperaz… 4.59
Cefixim 0.42
Cefadroxil 2.63
Anbacim 4.41

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00


b. Bulan Oktober

Tabel. 2. Penggunaan antibiotik DDD/100 pasien bulan oktober 2018


Tot DDD/rawat
No. Kode DDD Nama Antibiotik Tot DDD inap*100
A J01DC02P Anbacim 6,33 2,06
B J01DB05 Cefadroxil 14,00 4,57
C J01DD08 Cefixim 0,75 0,24
D J01DD01 Cefoperazone 41,00 13,39
E J01DD01 Cefotaxim 7,75 2,53
F J01DD04 Ceftriaxon 56,00 18,30
G J01EC01 Cotrimoksazole 2,88 0,94
H JO1GB03 Gentamicin 2,13 0,69
I P01AB01 Metronidazole inf 13,00 4,24
Total DDD 46,96

DDD ANTIBIOTIK
Metronidazole inf 4.24

Gentamicin 0.69

Cotrimoksazole 0.94

Ceftriaxon 18.30

Cefotaxim 2.53

Cefoperazone 13.39

Cefixim 0.24

Cefadroxil 4.57

Anbacim 2.06

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00

2. Kualias penggunaan antibiotik dengan alur gyssens


Sedangkan untuk menilai kualitas penggunaan antibiotik dilakukan dengan metode
Gyssens pada bulan september dan oktober. Dan data yang diperoleh yaitu :
Kategori 0 :Penggunaan antibiotik bijak.
Kategori l : penggunaan antibiotik tidak tepat waktu.
Kategori ll A : Penggunaan antibiotik tidak tepat dosis.
Kategori llB : Penggunaan antibiotik tidak tepat interval
Kategori llC : Penggunaan antibiotik tidak tepat cara pemberian.
Kategori lllA : penggunaan antibiotik terlalu lama
Kategori lllB : Penggunaan antibiotik terlalu singkat
Kategori l VA : Ada antibiotik yang lebih efektif.
Kategori l VB : Ada antibiotik yang lebih aman
Kategori l VC : Ada antibiotik yang lebih murah
Kategori l VD : ada antibiotik yang spektrumnya lebih sempit.
Kategori V :Tidak ada indikasi.
Kategori Vl : Data Rekam Medis tidak lengkap.
Tabel. 3. Data kualitas penggunaan antibiotik.
Kategori September Oktober
0 8,7 7,7
I 0 0
II 5,8 5,8
IIIA 0 0
IIIB 8,7 14,4
IV 0 0
V 23,1 26,9
VI 0 0

Surveilans Penggunaan Antibiotik


30

25

20

15

10

0
0 I II IIIA IIIB IV V VI

September Oktober

BAB Vll
KEGIATAN YANG BELUM TERLAKSANA DAN RENCANA TINDAK LANJUT

Kegiatan yang belum terlaksana yaitu :


1. Kegiatan laboratorium mikrobiologi.
2. Visite farasi klinis.
3. Penetapan pola resistensi
mikroba. Rencana tindak lanjut.
1. Pengadaan laboratorium mikro sederhana.
2. Kerjasama dengan balai besar laboratorium kesehatan untuk penetapan
antibiogram Rsud Batara guru belopa
3. Memaksimalkan kegiatan farmasi klinis.
4. Memaksimalkan forum kajian kasus infeksi.
5. Membuat laporan tahunan.
BAB Vlll
KESIMPULAN

Tim PPRA RSUD Batara Guru Belopa telah melaksanakan program kerja yang
telah dilaksanakan yaitu :
1. Penyusunan pedoman penggunaan antibiotik bijak.
2. Sosialisasi kegiatan PPRA dan pedoman penggunaan antibiotik.
3. Monitoring kegiatan PPI
4. Monitoring kegiatan farmasi klinik
5. Monitoring dan audit antibiotik
Untuk menilai kuantitas penggunaan antibiotik di Rsud Batara Guru Belopa
dengan rumus DDD/100 pasien Sebanyak 11 jenis antibiotik yang
digunakan pada bulan september yang terbanyak yaitu cefotaxine dengan
25,30% dan bulan oktober yaitu ceftriaxone 18,30%.
Untuk menilai kualitas penggunaan antibiotik di Rsud batara Guru Belopa
dengan penggunakan gyssens maka kualitas penggunaan antibiotik belum
bijak terlihat dari data bulan september yang diperoleh kategori o sebanyak
8,7% dan kategori V sebanyak 23,1% dan pada bulan oktober kategori 0
sebanyak 7,7% sedangkan kategori V sebanyak 26,9%
6. Pembuatan laporan kegiatan PPRA.

Dan kegiatan PPRA yang belum terlaksanakan yaitu :


1. Monitoring kegiatan mikrobiologi klinik.
2. Pemetaan pola resistensi mikroba.
Kegiatan PPRA yang belum terlaksana diusakan akan terlaksana tahun
anggaran 2019

Anda mungkin juga menyukai