Anda di halaman 1dari 103

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penyusunan ”Memori Akhir Tugas” dapat diselesaikan.
Laporan ini merupakan salah satu wujud
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi kami sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi. Memori Akhir Tugas ini menyajikan data dan
informasi mengenai pencapaian kinerja Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi berdasarkan Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Bina Konstruksi 2015-2019
selama kurun waktu November 2017 – Januari 2019.
Sebagaimana kita pahami bersama, pembinaan konstruksi merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan pembangunan infastruktur. Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi bertugas dalam
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan jasa
konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat).
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mempunyai tugas memberikan
pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur organisasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi. Berbagai upaya telah dikerahkan untuk melaksanakan tugas dan
fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dalam mewujudkan Visi dan Misi
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Pencapaian Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan baik internal maupun eksternal. Tidak
berlebihan kiranya jika ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada
pimpinan, kolega, staf maupun mitra kerja atas kerjasama yang telah terjalin selama ini.
Semoga kerjasama ini tetap dapat berlanjut dengan baik.
Akhir kata dengan memohon rahmat dan ridho-Nya, saya berharap agar Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi ke depan dapat menjadi lebih baik dan profesional dalam
menjalankan tugasnya mendukung Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dalam melakukan
Pembinaan Konstruksi.
Jakarta, Januari 2019
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

Ir. Yaya Supriyatna Sumadinata, M. Eng.Sc


NIP. 195903211986031003

i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Da ar Isi ii
BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Tugas dan Fungsi 2
1.3 Struktur Organisasi 7
1.4 Isu Strategis 8

BAB 2 KAPASITAS ORGANISASI 11

2.1 Sumber Daya Manusia 11


2.2 Sarana Prasarana 13
2.3 Pendanaan 16

BAB 3 CAPAIAN STRATEGIS 17

3.1 Progres Keuangan dan Fisik 2017-2018 17


3.2 Bagian Perencanaan dan Evaluasi 18
3.3 Bagian Kepegawaian dan Ortala 37
3.4 Bagian Keuangan dan Umum 55
3.5 Bagian Hukum, Data, dan Komunikasi Publik 76

BAB 4 PENUTUP 83

4.1 Hambatan dan Permasalahan 83


4.2 Hal-Hal Yang Perlu Menjadi Perha an 84

LAMPIRAN 87
Da ar Produk Hukum 2017-2018 87
Foto-Foto Kegiatan Strategis 88
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyelenggaraan pembinaan konstruksi merupakan salah satu faktor


penentu keberhasilan pembangunan infastruktur. Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi bertugas dalam
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan
jasa konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat).
Organisasi pembinaan jasa konstruksi terus mengalami dinamika perubahan
seiring waktu. Pada tahun 2015 terjadi perubahan nomenklatur organisasi Badan
Pembinaan Konstruksi menjadi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi yang menjadikan
Program Pembinaan Konstruksi menjadi lebih strategis. Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi memiliki peran yang lebih luas dalam perumusan kebijakan dan
standarisasi teknis pembinaan konstruksi. Perubahan tersebut menyebabkan
perubahan struktur organisasi, tugas dan fungsi organisasi. Perubahan organisasi
yang terjadi diantaranya perubahan nomenklatur Balai di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi yang semula adalah bagian dari Direktorat Bina
Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi menjadi langsung dibawah Direktur
Jenderal Bina Konstruksi. Hal tersebut mengakibatkan Balai langsung
bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal Bina Konstruksi dan berlaku sebagai
perpanjangan tangan seluruh Direktorat di wilayah kerja masing-masing. Selain
nomenklatur tersebut, bentuk Balai juga mengalami perubahan. Sesuai dengan
Peraturan Menteri PUPR No. 34/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Tenis Kementerian PUPR semula balai berbentuk Balai Pelatihan
Konstruksi menjadi Balai Jasa Konstruksi. Perubahan ini merupakan penyesuaian
tugas dan fungsi dari Badan Pembinaan Konstruksi menjadi Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi, yang memiliki tugas pembinaan jasa konstruksi nasional secara lebih
luas sehingga diperlukan tambahan balai terkait pelaksana pembinaan konstruksi.
Selain itu, pengaturan mengenai jasa konstruksi juga mengalami perubahan
seiring dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang
menggantikan UU No. 18 Tahun 1999. Perubahan ini merupakan suatu sarana untuk
mewadahi kondisi, tantangan, dan perkembangan jasa konstruksi. Beberapa
tantangan yang saat ini dihadapi diantaranya adalah telah adanya MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) yang telah dimulai sejak 2015. Adanya MEA menjadi suatu

1
tantangan tersendiri bagi jasa konstruksi nasional untuk dapat terus
mempertahankan pasar dalam negeri dan juga kebutuhan meningkatkan kualitas
agar berdaya saing tinggi untuk menghadapi kompetitor dari negera lain.
Peningkatan kualitas tersebut dapat dimulai dari kualitas badan usaha jasa
konstruksi dan juga tenaga kerja konstruksi nasional yang hingga saat ini masih
kurang dari kata cukup.
Melihat dari kondisi tersebut diatas, dibutuhkan penyelenggaraan
pembinaan jasa konstruksi yang mumpuni oleh Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
Penyelenggaraan pembinaan jasa konstruksi ini diharapkan dapat meningkatkan
daya saing konstruksi nasional dari berbagai aspek, diantaranya adalah kualitas
badan usaha jasa konstruksi dan tenaga kerja konstruksi, sistem penyelenggaraan
jasa konstruksi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan juga iklim
usaha jasa konstruksi yang baik.
Adanya peran Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dalam
mendukung layanan internal Eselon 1 Direktorat Jenderal Bina Konstruksi,
diperlukan adanya kesinambungan program pembinaan konstruksi. Perubahan
pimpinan merupakan suatu hal yang pasti akan terjadi, namun diharapkan agenda
dan arah kebijakan konstruksi dapat terus berkesinambungan. Sehingga diperlukan
adanya penulisan Buku Memori Akhir Tugas ini yang akan menyajikan informasi
mengenai capaian kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi TA 2017-
2018, agenda program dan kegiatan yang perlu diselesaikan hingga tahun 2019,
kondisi saat ini dan juga tantangan yang dihadapi. Selain itu buku ini juga
diharapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk menciptakan inovasi baru
dalam perumusan kebijakan maupun strategi pembinaan jasa konstruksi.

1.2. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


No. 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua
unsur organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal.
Dalam melaksanakan tugasnya di atas, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan kebijakan dan strategi, program jangka menengah, dan
rencana kerja dan anggaran, serta evaluasi dan laporan kinerja

2
pembinaan penyelenggaraan, kelembagaan, dan sumber daya
konstruksi;
b. Pengelolaan urusan kepegawaian, organisasi, dan tata laksana;
c. Pengelolaan urusan administrasi keuangan, tata usaha, dan rumah
tangga serta pengelolaan barang milik negara Direktorat Jenderal; dan
d. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan, fasilitasi
advokasi hukum dan pertimbangan hukum, pengolahan data serta
penyelenggaraan komunikasi publik Direktorat Jenderal.

Tugas pokok dan fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi


tersebut diatas dijabarkan secara lebih lanjut kedalam tugas dan fungsi dari masing-
masing bagian di dalam struktur organisasi sebagai berikut:

1. Bagian Perencanaan dan Evaluasi


Bagian Perencanaan dan Evaluasi mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan dan strategi, penyusunan program jangka
menengah, dan rencana kerja dan anggaran, pelaksanaan monitoring dan
evaluasi kinerja pelaksanaan kebijakan dan program pembinaan konstruksi.
Dalam melaksanakan tugas di atas, Bagian Perencanaan dan Evaluasi
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanan penyusunan kebijakan dan strategi, analisis kebutuhan,
program jangka menengah, dan rencana kerja pembinaan konstruksi
serta pelaksanaan administrasi kerjasama luar negeri dan kerjasama
strategis;
b. Penyusunan dan penelaahan usulan rencana kerja dan anggaran, dan
DIPA penyelenggaraan pembinaan bidang kelembagaan dan sumber
daya jasa konstruksi, penyelenggaraan jasa konstruksi, investasi
infrastruktur, kompetensi dan produktivitas konstruksi, dan kerjasama
dan pemberdayaan, serta penyelenggaraan administrasi direktorat
jenderal; dan
c. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kinerja pelaksanaan
program dan kegiatan pembinaan konstruksi.

Susunan Organisasi Bagian Perencanaan dan Evaluasi terdiri dari:


a. Subbagian Perencanaan, dengan tugas melakukan penyusunan
kebijakan dan strategi, analisis kebutuhan, program jangka menengah,

3
dan rencana kerja pembinaan konstruksi, dan pelaksanaan administrasi
kerjasama luar negeri dan kerjasama strategis.
b. Subbagian Program dan Anggaran, dengan tugas melakukan
penyusunan dan penelaahan usulan rencana kerja dan anggaran
penyelenggaraan pembinaan bidang kelembagaan dan sumber daya
jasa konstruksi, penyelenggaraan jasa konstruksi, investasi
infrastruktur, kompetensi dan produktivitas konstruksi, dan kerjasama
dan pemberdayaan, serya penyelenggaraan administrasi Direktorat
Jenderal.
c. Subbagian Evaluasi dan Pelaporan, dengan tugas melakukan
pelaksanaan pemantauan, evaluasi dna pelaporan kinerja pelaksanaan
program dan kegiatan pembinaan konstruksi.

2. Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana


Bagian Kepegawaian, Organisasi, dan Tata Laksana mempunyai tugas
melaksanakan penyelenggaraan mutasi pegawai, pengembangan pegawai,
dan organisasi dan tata laksana, serta fasilitasi reformasi birokrasi di
lingkungan Direktorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugasnya Bagian
Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan administrasi kepegawaian dan pengelolaan data
kepegawaian;
b. Pelaksanaan perencanaan pengembangan pegawai dan pembinaan
jabatan fungsional;
c. Fasilitasi pelaksanaan evaluasi kinerja pegawai di lingkungan Direktorat
Jenderal;
d. Fasilitasi perencanaan kebutuhan dan formasi pegawai di lingkungan
Direktorat Jenderal; dan
e. Fasilitasi penataan organisasi dan reformasi birokrasi serta penyusunan
ketatalaksanaan di lingkungan Direktorat Jenderal.

Susunan Organisasi Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata laksana terdiri


dari:
a. Subbagian Tata Usaha Kepegawaian, dengan tugas melakukan urusan
administrasi kepegawaian dan pengelolaan data kepegawaian.
b. Subbagian Pengembangan Pegawai, dengan tugas melakukan
penyiapan bahan perencanaan pengembangan pegawai dan

4
pembinaan jabatan fungsional serta fasilitasi pelaksanaan evaluasi
kinerja pegawai.
c. Subbagian Organisasi dan Tatalaksana, dengan tugas melakukan
penyiapan bahan perencanaan kebutuhan dan formasi pegawai,
analisa jabatan, dan fasilitasi penataan organisasi dan reformasi
birokrasi, dan penyusunan ketatalaksanaan, serta fasilitasi system
manajemen mutu di lingkungan Direktorat Jenderal.

3. Bagian Keuangan dan Umum


Bagian Keuangan dan Umum mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
urusan administrasi keuangan, tata usaha, dan rumah tangga serta
pengelolaan barang milik negara di Lingkungan Direktorat Jenderal. Dalam
melaksanakan tugasnya tersebut, Bagian Keuangan dan Umum
menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan urusan kas, gaji, dan perbendaharaan Direktorat Jenderal;
b. Penyiapan koordinasi penyusunan rencana kegiatan Sekretariat
Direktorat Jenderal;
c. Pelaksanaan administrasi penerimaan negara bukan pajak;
d. Penyiapan koordinasi administrasi tuntutan ganti rugi dan pemantauan
penyelesaian laporan hasil pemeriksaan;
e. Pelaksanaan verifikasi dan pembukuan keuangan Direktorat Jenderal;
f. Penatausahaan pelaporan sistem akuntansi keuangan dan sistem
akuntansi instansi;
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan keuangan Direktorat Jenderal;
h. Penyiapan koordinasi penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja
Sekretariat Direktorat Jenderal;
i. Penyiapan pelaksanaan dan penatausahaan barang milik negara
termasuk penyiapan penyusunan laporan sistem informasi manajemen
akuntansi barang milik negara;
j. Pelaksanaan administrasi tata usaha dan kearsipan Direktorat Jenderal;
k. Penyiapan koordinasi dan pelaksanaan pemeliharaan gedung kantor,
rumah jabatan, dan kendaraan dinas Direktorat Jenderal; dan
l. Pengadaan dan pemeliharaan peralatan dan perlengkapan, prasarana
dan sarana perkantoran Sekretariat Direktorat Jenderal.

5
Susunan Organisasi Bagian Keuangan dan Umum terdiri dari:
a. Subbagian Keuangan, dengan tugas melakukan urusan kas, gaji, dan
perbendaharaan Direktorat Jenderal, penyiapan bahan koordinasi
penyusunan rencana kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal, dan
administrasi penerimaan negara bukan pajak, penyiapan bahan
koordinasi administrasi tuntutan ganti rugi, pemantauan penyelesaian
laporan hasil pemeriksaan, verifikasi dan pembukuan keuangan
Direktorat Jenderal, penatausahaan pelaporan sistem akuntansi
keuangan dan sistem akuntansi instansi, serta evaluasi dan
penyusunan laporan keuangan Direktorat Jenderal dan penyiapan
bahan koordinasi penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja
Sekretariat Direktorat Jenderal.
b. Subbagian Umum, dengan tugas melakukan administrasi tata usaha
dan kearsipan Direktorat Jenderal, penyiapan bahan koordinasi dan
pelaksanaan pemeliharaan gedung kantor, rumah jabatan, dan
kendaraan dinas Direktorat Jenderal, serta pengadaan dan
pemeliharaan peralatan dan perlengkapan, prasarana dan sarana
perkantoran Sekretariat Direktorat Jenderal.
c. Subbagian Barang Milik Negara, dengan tugas melakukan penyiapan,
pelaksanaan dan penatausahaan barang milik negara termasuk
penyiapan penyusunan laporan sistem informasi manajemen akuntansi
barang milik negara.

4. Bagian Hukum, Data dan Komunikasi Publik


Bagian Hukum, Data dan Komunikasi Publik mempunyai tugas
melaksanakan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan,
fasilitasi advokasi hukum dan pemberian pertimbangan hukum, pelayanan
informasi serta penyelenggaraan komunikasi publik di lingkungan Direktorat
Jenderal. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana tersebut di atas,
Bagian Hukum, Data dan Komunikasi Publik menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan
di lingkungan Direktorat Jenderal;
b. Pemberian pertimbangan hukum;
c. Pemberian advokasi hukum;
d. Pengembangan dan pengelolaan data dan sistem informasi jasa
konstruksi; dan

6
e. Pengelolaan dokumentasi dan publikasi data dan informasi bidang
penyelenggaraan, kelembagaan, dan sumber daya jasa konstruksi serta
fasilitasi pengelolaan pengaduan masyarakat di lingkungan Direktorat
Jenderal.

Susunan Organisasi Bagian Hukum, Data dan Komunikasi Publik terdiri dari:
a. Subbagian Hukum, dengan tugas melakukan pelaksanaan pembinaan
dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan pemberian
bantuan dan penyelesaian masalah hukum serta saran pertimbangan
penyusunan kontrak/perjanjian.
b. Subbagian Pengelolaan Data, dengan tugas melakukan pelaksanaan
pengembangan dan pengelolaan data dan sistem informasi konstruksi.
c. Subbagian Komunikasi Publik, dengan tugas melakukan pelaksanaan
pengelolaan dokumentasi dan publikasi data dan informasi bidang
penyelenggaraan, kelembagaan, dan sumber daya konstruksi

1.3. Struktur Organisasi


Struktur organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dapat
dilihat pada Gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1. Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi

7
1.4. Isu Strategis
Dalam menjalankan tugas dan fungsi, isu strategis yang dihadapi Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi yang menjadi tantangan dalam upaya
meningkatkan kualitas pelayanannya adalah sebagai berikut ini:
a. Pengumpulan, pengolahan dan analisis data terkait pembinaan
konstruksi yang belum dikelola dengan baik di tengah tuntutan
perumusan kebijakan berbasis data meningkat;
b. Lahirnya Undang-undang Jasa Konstruksi No.2 Tahun 2017 berimplikasi
pada kebutuhan penyusunan peraturan pelaksanaan di bawahnya;
c. Amanat UU Jasa Konstruksi No. 2 Tahun 2017 mengenai tanggung
jawab dan kewenangan pemerintah pusat berimplikasi pada
kebutuhan perencanaan penyelenggaraan program pembinaan
konstruksi yang matang;
d. Keterkaitan antara paket pekerjaan, output dan outcome yang rendah
sehingga diperlukan adanya perbaikan perencanaan penyusunan
kegiatan program pembinaan konstruksi;
e. Sistem informasi yang terintegrasi sangat dibutuhkan oleh para
stakeholder sebagai sarana untuk menampilkan produk dan layanan
serta dashboard pemantauan pembinaan konstruksi;
f. Peningkatan pembinaan jabatan fungsional pembina jasa konstruksi
dan bagi peran tugas antara pejabat struktural dan jafung pembina jasa
konstruksi sesuai dengan jenjang jabatannya;
g. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/ Jasa
Konstruksi;
h. Evaluasi penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP);
i. Evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi;
j. Penyusunan Analisis Jabatan/ Analisis Beban Kerja Jabatan Fungsional
Pembina Jasa Konstruksi;
k. Sistem informasi di lingkungan DJBK yang cenderung berjalan sendiri-
sendiri (belum terintegrasi) sedangkan Undang-undang Jasa Konstruksi
No. 2 tahun 2017, khususnya pasal 83 mengamanatkan tersedianya
data dan informasi Jasa Konstruksi yang akurat melalui sistem
informasi yang terintegrasi.
l. Sistem informasi jasa konstruksi (SIJK) yang merupakan integrasi proses
bisnis sistem informasi/aplikasi jasa konstruksi, memerlukan peraturan

8
pelaksanaan dalam bentuk Peraturan Menteri tentang Sistem
Informasi Jasa Konstruksi.
m. Kebutuhan akan portal web bina konstruksi berbasis konten dan
mengutamakan pemanfaatan SEO (search engine optimization)
sehingga lebih menjangkau stakeholder jasa konstruksi serta lebih
mudah dalam pengelolaannya.
n. Inisiasi awal SIJK perlu dilakukan dengan pengelolaan terpusat
terhadap sistem informasi/aplikasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Konstruksi yang akan diatur melalui Surat Edaran;
o. Maraknya kecelakaan kerja konstruksi diikuti dengan adanya
Pencanangan Gerakan Nasional Keselamatan Konstruksi (GNKK) yang
dipimpin oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di
Auditorium Kementerian PUPR Senin (29/1/2018) dan Pembentukan
Komite Keselamatan Konstruksi (KKK), berdasarkan Keputusan Menteri
PUPR No. 66/KPTS/M/2018 tanggal 24 Januari 2018, mendominasi
tema pemberitaan periode Januari-Februari 2018;
p. Penandatanganan nota kesepahaman tentang Peningkatan Kapasitas
Bagi Petugas dan Warga Binaan Pemasyarakatan di Bidang Jasa
Konstruksi (27/09) di Nusakambangan, oleh Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono bersama Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly, mendominasi pemberitaan
periode September – Oktober 2018;
q. Penyerahan sertifikat kompetensi kepada perwakilan dari 10.000
tenaga kerja Konstruksi se-Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Basuki Hadimuljono, melakukan penyerahan pada rangkaian
kegiatan Konstruksi Indonesia dan Indonesia Infrastructure Week 2018,
Rabu (31/10/2018), mendominasi pemberitaan November 2018;

9
10
BAB II KAPASITAS ORGANISASI

2.1. Sumber Daya Manusia

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi didukung oleh Sumber Daya


Manusia (SDM) sebanyak 54 orang dalam menjalankan tugasnya. Sebaran Sumber
Daya Manusia (SDM) tersebut berdasarkan golongan dan ruang di Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Pegawai Sekretariat DJBK Berdasarkan Golongan dan Ruang


Golongan II/A II/C II/D III/A III/B III/C III/D IV/A IV/B IV/C IV/D
Jumlah 0 2 3 3 15 14 9 3 3 0 2

Tabel 2. Jumlah Pegawai Sekretariat DJBK Berdasarkan Tingkat Pendidikan


SLTA SM/D3 S1/D4 S2 S3
9 3 24 17 1
Sumber: Data Bagian Kepegawaian, Organisasi dan TataLaksana, 2018

Gambar Kualifikasi Pegawai Sekretariat DJBK Gambar Kualifikasi Pegawai Sekretariat DJBK
Menurut Tingkat Pendidikan Menurut Golongan dan Ruang

Berdasarkan golongan dan ruang, SDM Sekretariat Direktorat Jenderal Bina


Konstruksi sebagian besar berada pada golongan III/B yaitu sebanyak 15 orang
(28%), dan paling sedikit berada pada golongan II/C dan IV/D yaitu sejumlah dua
orang (4%). Jumlah pegawai Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi pada
tahun 2018 lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu yang berjumlah 56
orang. Terdapat kenaikan jumlah pegawai yang berpendidikan S2, yaitu 17 orang

11
pada tahun 2018 dan 14 orang pada tahun 2017. Jumlah pegawai dengan tingkat
pendidikan S1 maupun S2 cukup mendominasi dan menjadi potensi yang dapat
dikembangkan lagi untuk mendukung pelaksanaan kegiatan di Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
Selain berdasarkan golongan dan ruang, serta tingkat pendidikan, data
pegawai berdasarkan pada usia juga dapat menjadi cerminan dari tingkat
produktivitas yang dapat dicapai Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
Sebaran SDM Sekretairat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi berdasarkan usia
dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 3. Jumlah Pegawai Sekretariat DJBK Berdasarkan Usia


< 20 20-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 56-60 > 60
0 1 5 16 7 3 5 11 6 0

Pegawai Setditjen Bina Konstruksi


berdasarkan Usia

21-25 26-30 31-35 36-40


41-45 46-50 51-55 56-60

Gambar 2. Kualifikasi Pegawai Sekretariat DJBK Berdasarkan Usia

Berdasarkan usia sebagian besar SDM Sekretariat Direktorat Jenderal Bina


Konstruksi berada pada rentang usia 31-35 sejumlah 16 orang atau 30% dari total
SDM Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Dengan cukup banyaknya
pegawai dengan usia produktif diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang baik
sehingga penyelenggaraan kegiatan di Sekretariat Ditjen Bina Konstruksi dapat
berjalan dengan efektif. Sedangkan paling sedikit berada pada rentang usia 21-25
tahun dengan jumlah 1 orang (2%). Jumlah pegawai dengan usia antara 56-60 tahun
pada tahun 2018 meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 4 orang sedangkan tahun
2018 adalah 6 orang. Pelaksanaan kegiatan di Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi juga didukung oleh pegawai non-PNS. Pada tahun 2018, jumlah pegawai

12
non-PNS adalah sebanyak 25 orang yang tersebar keseluruh bagian di lingkungan
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Tingkat pendidikan pegawai non-
PNS tersebut mulai dari SLTA hingga S2. Pegawai tersebut turut memiliki andil
dalam pelaksanaan kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.

2.2. Sarana Prasarana

Sarana dan Prasarana Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi


meliputi semua Barang Milik Negara (BMN) yang dibeli atau diperoleh atas beban
APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Yang dimaksud dengan
perolehan lainnya yang sah antara lain:
a. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
c. Barang yang diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang; atau
d. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh ketentuan hukum tetap.

Klasifikasi BMN berdasarkan KMK No. 532/KM.6/2015 tentang Perubahan


Kelima atas Peraturan Menteri Keuangan No. 29/PMK.06/2010 tentang
Penggolongan dan Kodefikasi BMN, dapat dilihat pada Bagan 2 di bawah ini:

Gambar 3. Bagan Pemetaan Klasifikasi Barang Milik Negara

13
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi menempati Gedung Utama
lantai 10 dan sebagian lantai 11 Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat yang diurus oleh Biro Umum dengan luas total sebesar 939,9 m²
yang terdiri dari 800,10 m² pada lantai 10 dan 139,7 m² pada lantai 11. Rincian
ruang Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi pada lantai 10 dapat dilihat
pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 4. Rincian Ruang Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (Lantai 10)
No Nama Ruang / Pengguna Luas Ruang
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
WING SELATAN
A Bagian Perencanaan dan Evaluasi 133.60 m²
B Bagian Keuangan dan Umum 129.80 m²
C Bagian Hukum, Data dan Komunikasi Publik 137.70 m²
D R. Penunjang 17.00 m²
E Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi 72.80 m²
F R. Rapat Set. Direktorat Jenderal Bina Konstruksi 53.80 m²
G R. Rapat Dirjen Bina Konstruksi 115.20 m²
H R. Penunjang 17.00 m²
WING UTARA
I R. Kerja Direktur Jenderal Bina Konstruksi 89.60 m²
J R. Sekretaris, R. Tunggu, R. Simpan 33.60 m²
Sumber: Bagian Keuangan dan Umum, 2016

Gambar 4. Rincian Ruang Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (Lantai 10)

14
Sedangkan rincian ruang Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
pada lantai 11 hanya terdapat satu ruang, yaitu Ruang Bagian Kepegawaian, Ortala,
dan Hukum dengan luas sebesar 139,7 m² yang terletak pada area A seperti terlihat
pada Gambar 3 dibawah ini:

Gambar 5. Rincian Ruang Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (Lantai 11)

Berikut ini adalah rekapitulasi kondisi Barang Milik Negara berdasarkan


Hasil Inventarisasi Barang Milik Negara.

Tabel 5. Rekapitulasi Kondisi BMN


KONDISI JML Nominal (Rp)

BAIK 867 31,429,676,581


RUSAK RINGAN 1 2,800,000
RUSAK BERAT 450 4,644,655,725
BERLEBIH - -
TIDAK DITEMUKAN - -

TOTAL 1,318 36,077,132,306

Berdasarkan data tersebut diatas diketahui bahwa :


a. Sebanyak 87.12 % barang memiliki kondisi baik;
b. Sebanyak 0.01 % barang memiliki kondisi rusak ringan;
c. Sebanyak 12.87 % barang memiliki kondisi rusak berat;
d. Sebanyak 0.00 % barang merupakan barang berlebih;
e. Sebanyak 0.00 % barang merupakan barang yang tidak ditemukan.

15
Penggolongan Barang Milik Negara di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi dikategorikan dalam 2 (dua) jenis yaitu aset Fungsional dan aset Umum.
Aset Fungsional merupakan penggunaan aset dalam mendukung tugas dan
fungsi dari unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dan memiliki
potensi terhadap Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sedangkan Aset Umum
merupakan aset penunjang kegiatan rutinitas keseharian yang dilakukan oleh unit
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.

Tabel 6. Rekapitulasi Penggolongan BMN

GOLONGAN JUMLAH NOMINAL (Rp)

Fungsional - -
Umum 1,318 36,077,132,306

TOTAL 1,318 36,077,132,306

Berdasarkan data tersebut diatas, diketahui bahwa jumlah aset yang tergolong
umum sebanyak 1,318 unit dengan nominal sebesar Rp36,077,132,306,00,
sedangkan jumlah aset yang tergolong fungsional sebanyak 0 unit dengan nominal
sebesar Rp 0.

2.3. Pendanaan

Pada awal tahun anggaran 2018, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina


Konstruksi memiliki alokasi anggaran sebesar Rp36.889.836.000,- yang digunakan
untuk melaksanakan kegiatan dan mencapai target indikator kinerja. DIPA
Sekretariat Ditjen Bina Konstruksi mengalami perubahan beberapa kali terkait
dengan pemotongan anggaran maupun penambahan anggaran. Pada pertengahan
tahun anggaran 2018, terjadi pemotongan anggaran sesuai dengan APBN-P
sehingga DIPA Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi hingga akhir tahun
anggaran 2018 adalah sebesar Rp34.713.042.000,-.

16
BAB III CAPAIAN STRATEGIS

3.1. Progres Keuangan dan Fisik 2017-2018

Direktorat Jenderal Bina Konstruksi pada awal Tahun 2017 mendapat


alokasi sebesar Rp320.422.528.000,- dan mengalami kenaikan alokasi anggaran di
Tahun 2018 menjadi sebesar Rp338.716.396.000,00 dengan rencana penyerapan
keuangan mencapai 100% di akhir tahun 2017 dan 2018. Di akhir tahun anggaran
2017, realisasi keuangan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mencapai 95,01%.
Realisasi keuangan di akhir tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 3,93% menjadi
98,94% dan merupakan nilai realisasi tertinggi se Kementerian PUPR dibandingkan
dengan unit organisasi lainnya.

Tabel 7. Perbandingan Pelaksanaan Anggaran Kementerian PUPR TA 2017 dan 2018


Pagu REALISASI
UNIT
NO 2017 2018 2017 2018
ORGANISASI
(Rp Ribu) (Rp Ribu) (Rp Ribu) % (Rp RIbu) %
1 DITJEN BK 320.422.528 338.716.396 304.435.357 95,01 335.142.244 98,94
2 DITJEN PnP 8.148.813.000 9.989.756.042 7.687.302.849 94,34 9.540.993.098 95,51
3 DITJEN PbP 232.113.000 254.238.463 211.574.516 91,15 239.119.334 94,05
4 BPSDM 453.575.744 495.064.373 403.181.629 88,89 462.988.452 93,52
5 BPIW 256.263.528 273.523.074 241.554.753 94,26 253.691.315 92,75
6 DITJEN CK 16.873.515.023 18.634.190.049 15.137.352.903 89,71 17.248.436.668 92,56
7 SETJEN 558.375.000 600.000.003 497.367.179 89,07 554.713.380 92,45
8 BALITBANG 617.499.000 614.509.139 541.354.106 87,67 563.404.093 91,68
9 ITJEN 104.653.000 104.974.960 89.666.418 85,68 95.039.546 90,54
10 DITJEN BM 45.396.534.888 46.351.969.681 41.989.017.060 92,49 41.398.275.502 89,31
11 DITJEN SDA 33.267.631.172 37.825.259.130 29.434.333.673 88,48 32.815.447.953 86,76
TOTAL 106.229.395.883 115.482.201.310 96.537.140.444 90,88 103.507.251.583 89,63
Sumber: e-monitoring.pu.go.id

Realisasi penyerapan anggaran Direktorat jenderal Bina Konstruksi TA 2017


di awal bulan Januari hingga bulan April mencapai target bahkan melebihi target.
Namun pada bulan Juli, target penyerapan keuangan tidak tercapai bahkan hingga
akhir tahun 2017 percepatan pelaksanaan anggaran tidak terjadi secara signifikan.
Hal ini dapat dilihat dari gap selisih antara realisasi dengan target di bulan
Desember. Jika dibandingkan dengan TA 2018, realisasi keuangan di tiap bulan pada
TA 2018 hampir selalu sesuai dengan yang direncanakan, bahkan pada bulan Mei
dan Juni, realisasi keuangan DJBK melebihi target. Pada bulan Agustus dilaksanakan

17
evaluasi dengan bentuk kegiatan yang baru sehingga terjadi percepatan
pelaksanaan anggaran yang di bulan November dan Desember untuk mengejar
ketertinggalan capaian terhadap target rencana.
100,0 90,3100,0
86,4 98,9
95,0 81,5
75,7 88,0
80,0 69,9
62,6 77,0
70,1 57,9
50,3 65,5
58,7 46,4
40,0 54,7
47,7 37,4 46,0
28,7 29,7
37,6 37,5
21,4 20,5 31,1
29,2
12,6 21,4 13,2
7,4 6,9 20,1
1,1 3,4 15,2 2,5 12,6
9,1 5,9
1,5 4,8 2,0
Jun

Jun
Jul

Des
Des

Jul
Jan

Mei

Jan

Mei
Feb

Sep
Okt
Nov

Feb

Sep
Okt
Nov
Mar

Mar

Ags
Ags
Apr

Apr
Rencana Realisasi Rencana Realisasi

Gambar 6. Kurva S Keuangan DJBK TA 2017 Gambar 7. Kurva S Keuangan DJBK TA 2018

Sumber: e-monitoring.pu.go.id

3.2. Bagian Perencanaan dan Evaluasi

a. Review Renstra Direktorat Jenderal Bina Konstruksi 2015-2019


(Midterm Review)
Dalam pelaksanaan pembangunan, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengacu pada Rencana Strategis 2015 –
2019 sesuai dengan arahan pembangunan nasional yang tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019. Pada
pelaksanaannya, dilakukan kajian ulang terhadap Rencana Strategis 2015
– 2019 yang telah disusun, dengan melihat evaluasi pelaksanaannya pada
tahun berjalan. Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW),
selaku koordinator yang mengawal pelaksanaan Rencana Strategis
Kementerian PUPR, melakukan pembahasan awal terkait Midterm Review.
Seluruh Unit Organisasi diberikan kesempatan untuk mengkaji ulang
Sasaran Strategis, Sasaran Program, Sasaran Kegiatan, dan Indikator
Sasaran Kegiatan. Kajian yang mengulas Review Renstra telah dimulai
sejak pertengahan tahun 2016 hingga selesai di tahun 2018.
Pengkajian ulang atau midterm review terhadap Renstra Direktorat
Jenderal (Ditjen) Bina Konstruksi dilakukan dengan melakukan serangkaian
pertemuan, diskusi, hingga focus group discussion (fgd) dengan berbagai

18
pihak terkait. Hal yang melandasi adanya midterm review terhadap
Renstra Ditjen Bina Konstruksi adalah berkembangnya isu dan tantangan
pembinaan konstruksi, evaluasi capaian target renstra, serta adanya UU
Jasa Konstruksi Nomor 2 Tahun 2017. Adapun perbedaan dari Renstra
awal dengan hasil midterm review yang telah disepakati adalah sebagai
berikut:

Tabel 8. Perubahan Renstra Awal dan Renstra Midterm Review


PERUBAHAN PADA RENSTRA AWAL DAN RENSTRA MIDTERM REVIEW

Sasaran Strategis:

Renstra Awal: Meningkatnya Kapasitas dan Pengendalian Kualitas Konstruksi Nasional

Midterm Review: Meningkatnya keterpaduan pembangunan infrastruktur PUPR


antardaerah, antarsektor, dan antar tingkat pemerintahan.

Sasaran Program:

Renstra Awal: 1. Meningkatnya kapitalisasi konstruksi oleh investor nasional


2. Meningkatnya persentase BUJK yang berkualifikasi besar
3. Meningkatnya penerapan manajemen mutu, K3, tertib pengadaan dan
administrasi kontrak
4. Meningkatnya SDM penyedia jasa konstruksi yang kompeten
5. Meningkatnya utilitas produk unggulan
Midterm Review: Meningkatnya kapasitas dan pengendalian kualitas konstruksi nasional

Sasaran Kegiatan:
• (tidak ada)
Renstra Awal:
1. Peningkatan Investasi Infrastruktur dan Pasar Konstruksi
Midterm Review:
2. Peningkatan Penerapan Manajemen Mutu, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), Tertib Pengadaan dan Administrasi Kontrak
3. Peningkatan Persentase Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) yang
berkinerja baik dan Peningkatan Utilitas Produk Unggulan
4. Peningkatan Kerjasama dan Pemberdayaan Jasa Konstruksi
5. Peningkatan Sumber Daya Manusia Penyedia Jasa Konstruksi yang
Kompeten
6. Peningkatan Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya

Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa selain adanya perubahan


konten sasaran strategis dan sasaran program, adapula perubahan
leveling, dimana pada Renstra awal target renstra tercantum pada Sasaran

19
Program, sedangkan pada midterm review target Renstra tercantum pada
Sasaran Kegiatan. Adapun perbedaan antara target renstra pada Renstra
awal dengan Renstra midterm review adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Perbedaan Target Renstra Awal dan Renstra Midterm Review


Renstra Awal Renstra Midterm Review

Sasaran Program Sasaran Kegiatan

1. Meningkatnya kapitalisasi 1. Peningkatan Investasi Infrastruktur dan


konstruksi oleh investor nasional Pasar Konstruksi
2. Meningkatnya persentase BUJK 3. Peningkatan Persentase Badan Usaha Jasa
yang berkualifikasi besar Konstruksi (BUJK) yang berkinerja baik dan
5. Meningkatnya utilitas produk Peningkatan Utilitas Produk Unggulan
unggulan
Indikator:
1. Persentase Kenaikan BUJK Berkinerja Baik
2. Persentase Kenaikan Tingkat Utilitas
Produk Unggulan
3. Meningkatnya penerapan 2. Peningkatan Penerapan Manajemen Mutu,
manajemen mutu, K3, tertib Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
pengadaan dan administrasi Tertib Pengadaan dan Administrasi Kontrak
kontrak
4. Meningkatnya SDM penyedia jasa 5. Peningkatan Sumber Daya Manusia
konstruksi yang kompeten Penyedia Jasa Konstruksi yang Kompeten
4. Peningkatan Kerjasama dan Pemberdayaan
Jasa Konstruksi
6. Peningkatan Dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya

Hingga tahun 2018, Ditjen Bina Konstruksi terus melakukan


koordinasi dengan BPIW untuk melengkapi berbagai dokumen yang harus
disertakan selama proses penyusunan Midterm Review Renstra PUPR
2015 – 2019, seperti laporan hasil kajian midterm review Renstra Ditjen
Bina Konstruksi, review kajian regulasi, review kajian pendanaan, dan
pengisian matriks target Renstra. Pada Mei 2019, buku Midterm Review
Renstra Kementerian PUPR 2015 – 2019 diterbitkan dan ditetapkan dalam
Permen PUPR Nomor 08/PRT/M/2018 tentang Perubahan atas Permen
PUPR Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
PUPR, sehingga seluruh dokumen perencanaan di lingkungan Ditjen Bina
Konstruksi hingga tahun 2019, seperti Penyusunan Program dan Kegiatan,

20
Perjanjian Kinerja, hingga Evaluasi Capaian dan Kinerja, mengikuti acuan
dan target yang tercantum pada Renstra PUPR hasil midterm review.

b. Sistem Pengendalian Pelaksanaan Anggaran (SISDAL)


Sistem Pengendalian Pelaksanaan Anggaran merupakan suatu
sistem informasi yang dibangun sebagai media pengendalian pelaksanaan
anggaran. Sistem ini berfungsi untuk memfasilitasi otomatisasi revisi
dokumen anggaran baik POK maupun DIPA, digitalisasi arsip dokumen
anggaran, pengelolaan database struktur anggaran sehingga proses revisi
dan data dokumen anggaran dapat diakses kapan saja, dimana saja secara
lebih akurat dan cepat.
Pelaksanaan revisi anggaran yang dilakukan melalui sistem ini,
memungkinkan pengendalian dampak revisi tetap sejalan dengan regulasi
tata cara revisi anggaran dan kebijakan serta target-target strategis yang
telah ditetapkan.
Sistem Pengendalian Pelaksanaan Anggaran telah selesai dibuat
pada TA 2018 dan tindak lanjut yang diperlukan pada TA 2019 adalah
migrasi server sistem agar terintegrasi dengan pengelolaan data digital
Kementerian PUPR serta dapat digunakan secara online oleh satker-satker
di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
Berikut tampilan dalam desktop dan telepon genggam untuk Sistem
Pengendalian Pelaksanaan Anggaran pada proses revisi RKA-K/L:

Gambar 8. Tampilan Desktop dan Telepon Genggam SISDAL

21
c. Konsep Dasar Struktur Tipologi Kegiatan
Standar struktur biaya merupakan dokumen identifikasi kegiatan
sejenis yang terdapat pada kegiatan direktorat-direktorat di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Berdasarkan hasil identifikasi, tipologi
kegiatan sejenis terdiri dari: FGD, workshop, sosialisasi, bimbingan teknis,
monitoring dan evaluasi.
Setiap tipologi kegiatan sejenis dilakukan pemetaan elemen-elemen
aktivitas yang menjadi ruang lingkup kegiatan untuk dilakukan
standardisasi berdasarkan hasil kajian literatur, benchmarking dan best
practice oleh masing-masing direktorat. Berdasarkan hasil pembahasan,
elemen yang distandardisasi terdiri dari: definisi dan output, lama
pelaksanaan, jumlah narasumber, jumlah peserta, dan jumlah panitia.
Hasil pemetaan tersebut disusun dalam struktur kebutuhan
penganggaran yang akan digunakan sebagai instrumen pedoman
penyusunan dan penelaahan kelayakan RAB sehingga diperoleh struktur
penganggaran dengan ruang lingkup standar yang relevan serta efektifitas
rencana kebutuhan anggaran. Tindak lanjut yang diperlukan pada tahun
anggaran 2019 adalah finalisasi dan internalisasi Standar Struktur Biaya
dalam suatu ketetapan regulasi untuk dapat diterapkan penggunaannya.
Berikut Tipologi Pelaksanaan Kegiatan Generik DJBK berdasarkan
kajian yang telah dilakukan:

Tabel 10. Tipologi Pelaksanaan Kegiatan Generik DJBK


Tipologi
Definisi dan Lama Jumlah Narasumber Jumlah Jumlah
Kegiatan
output Pelaksanaan atau OJ Peserta Panitia
Generik
FGD Suatu 1 hari Narasumber maks. Semua 4
kegiatan 16 OJ narasumber/ orang
untuk Maks. 11 orang tidak ada
menghasilkan (pakar) peserta
suatu konsep
produk atau 1 moderator/
suatu produk. fasilitator per sesi
(Maks. 2 orang)
Workshop Suatu Maks. 2 hari Narasumber: Maks. 50 Maks,
kegiatan Maks. 10 OJ per hari orang 4
untuk Maks. 4 Orang 1 orang
melakukan moderator/fasilitator atau
validasi per sesi (Maks. 2 10%
terhadap orang) dari
konsep jumlah
produk peserta

22
Tipologi
Definisi dan Lama Jumlah Narasumber Jumlah Jumlah
Kegiatan
output Pelaksanaan atau OJ Peserta Panitia
Generik
Sosialisasi Penyampaian 1 hari Narasumber: Maks. 100 Maks,
informasi Maks. 16 OJ per hari orang 4
produk Maks. 4 Orang orang
secara satu atau
arah 1 10%
dilakukan moderator/fasilitator dari
oleh per sesi (Maks. 2 jumlah
narasumber orang) peserta
Bimtek Kegiatan 3 hari Narasumber 30 peserta 4
belajar Maks. 5 orang orang
mengajar
suatu produk Jumlah seluruh OJ
dengan selama 3 hari Maks.
jumlah jam 24 OJ
pelajaran
tertentu yang
di bimbing
narasumber
Monev Maks. 5 hari - - Maks.
Lapangan 3
Kegiatan orang
pengumpulan
Monev data untuk 1 hari - Maks. 80 Maks,
Paket bahan orang 4
Meeting masukan orang
penyusunan atau
kebijakan. 10%
dari
jumlah
peserta

d. Revisi Anggaran
Pada setiap tahun anggaran terjadi revisi anggaran baik dokumen
POK maupun DIPA sebagai respon jika terjadi perubahan kebijakan
maupun penyesuaian dengan kondisi terkini di lapangan. Pada TA 2019,
selain terjadi revisi POK dan DIPA oleh masing-masing satuan kerja, juga
terjadi dua kali revisi anggaran yang dilakukan secara kolektif berupa
realokasi anggaran antar satker lintas Kanwil Perbendaharaan, yaitu:
1. Revisi antar satker dalam rangka mengoptimalisasi
penggunaan anggaran yang berpotensi tidak terserap untuk
mendukung percepatan pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi
tenaga kerja konstruksi

23
2. Revisi antar satker untuk memenuhi kenaikan tunjangan
kinerja ASN.

Berikut bagan yang menggambarkan hubungan antara revisi


anggaran, sistem pengendalian pelaksanaan anggaran, dan standar
struktur tipologi kegiatan:

Gambar 9. Hubungan Antara Revisi Anggaran dengan SISDAL

e. Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(SAKIP)
Berdasar Permen PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Pedoman Evaluasi atas Implementasi SAKIP, diperlukan adanya evaluasi
atas implementasi SAKIP yang salah satu komponen pentingnya adalah
informasi evaluasi terkait tingkat kemajuan/perkembangan (progres).
Evaluasi ini dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa
komponen, diantaranya Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja,
Pelaporan Kinerja, Evaluasi Kinerja, dan Capaian Kinerja. Penyimpulan atas
evaluasi pelaporan akuntabilitas kinerja tersebut dilakukan dengan
menjumlahkan komponen-komponen penilaiannya.
Pada tahun 2018 telah dilakukan evaluasi atas implementasi SAKIP
pada LaKIP Direktorat Jenderal Bina Konstruksi TA 2017 oleh Inspektorat
Jenderal Kementerian PUPR dengan pencapaian nilai 78,85 atau dapat

24
dikategorikan BB (Sangat Baik) dan merupakan peringkat pertama
dibandingkan unor lain di internal Kementerian PUPR.

Tabel 11. Hasil Evaluasi SAKIP Per UNOR Tahun 2015-2017


Nilai (%)
No. Unit Organisasi
2015 Kategori 2016 Kategori 2017 Kategori
1 Sekretariat Jenderal 72.9% BB 73.2% BB 76,13 BB
2 Inspektorat Jenderal 71.9% BB 75.3% BB 76,39 BB
3 Ditjen Sumber Daya Air 74.7% BB 75.1% BB 75,12 BB
4 Ditjen Bina Marga 75.2% BB 76.0% BB 76,26 BB
5 Ditjen Cipta Karya 72.8% BB 75.7% BB 73,38 BB
6 Ditjen Bina Konstruksi 78.9% BB 79.9% BB 78,85 BB
Ditjen Penyediaan
7 70.9% BB 72.1% BB 77,25 BB
Perumahan
Ditjen Pembiayaan
8 69.0% B 75.8% BB 76,48 BB
Perumahan
9 BPIW 71.1% BB 75.4% BB 75,40 BB
10 Balitbang 79.7% BB 78.7% BB 75,58 BB
11 BPSDM 75.1% BB 75.4% BB 78,58 BB
Sumber: Inspektorat Jenderal Kementerian PUPR

80
79,8
79,6
79,4 Tertinggi se
Nilai (%)

79,2 79,9 KemenPUPR


79
78,8
78,6 78,8 78,85
78,4
78,2
2015 2016 2017

Gambar 10. Perbandingan Hasil Evaluasi Implementasi SAKIP DJBK


Tahun 2014-2017

Berdasarkan penilaian komponen sebagaimana dinyatakan dalam


hasil evaluasi tersebut, maka Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Konstruksi
tahun 2015 hingga 2017 masing-masing komponen dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:

25
Tabel 12. Perbandingan Nilai LaKIP TA 2014-2017 DJBK
Bobot/ Nilai Hasil Evaluasi
No Komponen
Nilai Maks TA 2015 TA 2016 TA 2017
1. Perencanaan Kinerja 30% 24,4% 26,4% 26,7%
2. Pengukuran Kinerja 25% 17,6% 17,5% 18,1%
3. Pelaporan Kinerja 15% 11,3% 10,2% 11,0%
4. Evaluasi Kinerja 10% (tidak dilakukan 5,1%
penilaian untuk unit
Eselon I, hanya untuk
tingkat Kementrian)
5. Capaian Kinerja 20% 17,7% 17,7% 17,9%
JUMLAH 100% 78,8% 79,9% 78,85%
Sumber: Kertas Kerja Evaluasi DJBK TA 2014-2017

Berdasarkan Tabel 4 diatas, diketahui bahwa nilai hasil evaluasi TA


2017 yaitu 78,85 mengalami penurunan dibandingkan dengan TA 2016
yatu 79,90, namun jika dilihat dari masing-masing komponen penilaian,
seluruh komponen penilaian mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.
Kenaikan yang tertinggi diperoleh dari komponen pelaporan kinerja yaitu
sebesar 0,8% dimana merupakan kontribusi Setditjen Bina Konstruksi
dalam setiap pencapaian sasaran program Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi.

f. Evaluasi Direktorat dan Balai Menggunakan Format Baru


Setiap tahunnya, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
melakukan monitoring dan evaluasi program/kegiatan. Bentuk evaluasi
yang diselenggarakan berupa penyampaian paparan dari masing-masing
satuan kerja yang menjelaskan mengenai progres pelaksanaan anggaran
dibandingkan dengan target. Evaluasi dengan bentuk kegiatan tersebut
dirasa kurang efisien dalam mencapai target sebagaimana telah dijelaskan
dikarenakan kurang kuatnya peran moderator dalam memandu
pelaksanaan kegiatan evaluasi. Sehingga pada tahun 2018, dilakukan
modifikasi bentuk kegiatan evaluasi program pembinaan konstruksi.
Bentuk kegiatan evaluasi dimodifikasi dengan memperkuat peran
moderator, yaitu Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Kegiatan
evaluasi dibuat seperti forum/diskusi dua arah, dengan mengutamakan
pencapaian tujuan kegiatan evaluasi. Evaluasi dilakukan tidak per satuan
kerja melainkan per item yang perlu dievaluasi, seperti progres capaian

26
keuangan, proges capaian fisik, progres capaian kegiatan strategis, dan
prognosis satuan kerja direktorat dan balai. Sebelum melakukan kegiatan
evaluasi, dilakukan terlebih dahulu pengumpulan data dan pengolahan
data mengenai item yang akan dievaluasi dari masing-masing satuan kerja.
Hasil pengolahan data item tersebut ditampilkan dengan
membandingkan satuan kerja satu dengan satuan kerja lainnya agar dapat
terlihat satuan kerja mana saja yang berkinerja baik dan kurang baik, serta
demi terbentuknya persaingan yang positif antar satuan kerja dalam
melaksanakan program pembinaan konstruksi.

Gambar 11. Perbandingan Realisasi Keuangan Antar Satker DJBK TA 2018

Modifikasi bentuk kegiatan ini diterapkan pada bulan Agustus 2018


dengan melaksanakan kegiatan evaluasi program pembinaan konstruksi
TA 2018 dengan mengundang seluruh direktorat dan balai dan pada bulan
Oktober 2018 dengan melaksanakan kegiatan evaluasi pelaksanaan
anggaran khusus satuan kerja balai-balai di lingkungan Direktorat Jenderal
Bina Konstruksi.

27
Sumber: Bagian Perencanaan dan Evaluasi (2018)
Gambar 12. Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi di Bulan Agustus 2018

Hasil dari kegiatan evaluasi ini dimonitor perkembangannya. Untuk


hasil evaluasi dari kegiatan yang dilaksanakan pada akhir bulan agustus
akan menjadi item yang dievaluasi kembali di bulan Oktober 2018. Selain
itu, kegiatan ini menghasilkan uraian singkat mengenai progres
pelaksanaan kegiatan strategis dari satuan kerja direktorat, serta rencana
ke depan yang akan dilakukan demi mempercepat pelaksanaan kegiatan
strategis tersebut.
Sedangkan hasil kegiatan evaluasi di bulan Oktober bertujuan untuk
menagih rencana yang telah dijanjikan di kegiatan evaluasi sebelumnya
serta menjadi dasar pertimbangan untuk realokasi anggaran satuan kerja
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi TA 2018. Berdasarkan sandingan
kebutuhan tambahan anggaran dan potensi sisa anggaran, maka
pengurangan anggaran diprioritaskan bagi Satker Balai yang potensi sisa
anggarannya besar, dalam hal ini antara lain Balai Jayapura, Balai
Surabaya, dan Balai MPK.
Dampak dari evaluasi menggunakan format baru ini adalah selama
3 bulan berturut-turut DJBK menduduki peringkat pertama dalam
penyelenggaraan anggaran dibandingkan dengan unit organisasi lain di
Kementerian PUPR. Selain itu, di akhir bulan Oktober 2018 hampir seluruh
realisasi anggaran satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Konstruksi
mencapai 70%.

28
100,0 87,64
91,7

78,52 78,31
REALISASI KEUANGAN (%)
74,39 73,4 76,42 75,93 74,21
80,0 72,04 71,68 69,19 72,2 70,26
63,21
60,0

40,0 031 029


023 023 021 021 020 019 019 018 018 016 015
20,0 010
004

,0

Realisasi Per 30 Agustus Realisasi Per 24 Oktober Kenaikan Progres Penyerapan

Gambar 13. Kenaikan Progres Keuangan Satker di Lingkungan DJBK Bulan


Agustus sampai Oktober 2018
Sumber: Bagian Perencanaan dan Evaluasi

Berdasarkan Gambar 9, dapat dilihat bahwa hampir seluruh satuan


kerja Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mencapai progress diatas 70%
pada tanggal 24 Oktober 2018 kecuali BJKW VII Jayapura dan BJKW IV
Surabaya. Namun, secara progress fisik kedua satuan kerja ini telah
melampaui target capaian yaitu 105,9% untuk BJKW VII Jayapura dan
238,7% untuk BJKW IV Surabaya. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kedua
satker tersebut melaksanakan kegiatan pelatihan/uji sertifikasi
menggunakan skema cost sharing, sehingga dapat meminimalisir
penggunaan dana APBN/APBD.
Selain itu hampir seluruh satuan kerja mengalami kenaikan progres
realisasi aggaran diatas 15% dalam kurun waktu 2 bulan, kecuali
Direktorat Kerja Sama dan Pemberdayaan, Direktorat Bina Kelembagaan
dan Sumber Daya Jasa Konstruksi, dan Balai MPK.

g. Pengolahan Data Capaian Kinerja dan Data Statistik


Pada tahun 2017-2018, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi melalui Bagian Perencanaan dan Evaluasi, khususnya Sub-
bagian Evaluasi dan pelaporan menghasilkan produk berupa pengolahan
data capaian kinerja dan data statistik terkait dengan beberapa lingkup
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Produk-produk
yang dihasilkan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi pada
tahun 2017-2018 antara lain adalah olah data pemaketan, data statistik
tenaga kerja konstruksi, dan Sistem Aplikasi Web Dayanaker.

29
Olah data pemaketan dilakukan dalam rangka memetakan distribusi
pemaketan terhadap paket-paket pekerjaan konstruksi dan jasa
konsultansi yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR, khususnya paket-
paket lelang dengan nilai di atas 100 Milyar yang diselenggarakan oleh
Direktorat Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Inisiasi awal pengolahan
data lelang pekerjaan konstruksi dan jasa konsultansi badan usaha di
Kementerian PUPR berawal dari rapat koordinasi yang diadakan oleh Sub-
bagian Evaluasi dan Pelaporan pada tanggal 18 Juli 2018 di Hotel Ambara,
Jakarta Selatan. Pada kegiatan rapat koordinasi tersebut, Sub-bagian
Evaluasi dan Pelaporan menggunakan jasa tenaga ahli TI (Teknologi dan
Informasi) dalam melakukan query data masukan seluruh paket-paket
yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR. Data yang digunakan untuk olah
data pemaketan bersumber dari E-monitoring Kementerian PUPR dari
tahun 2015 hingga 2018.
Dalam menyajikan olah data pemaketan tersebut, terdapat analisis-
analisis yang disajikan dalam bentuk dashboard yang menjadi produk dari
olah data pemaketan yang akan disampaikan kepada Pimpinan dan juga
masyarakat secara umum. Dashboard pemaketan yang dihasilkan antara
lain adalah:
1. Distribusi Pemaketan
2. Analisis BUMN vs Swasta
3. Analisis Herfindhal-Hirschman Index
4. Analisis Badan Usaha Jasa Konstruksi Lokal vs Non-Lokal
5. Top 10 Badan Usaha Pemenang
Berikut adalah contoh salah satu dashboard olah data pemaketan
yang telah dihasilkan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
melalui Bagian Perencanaan dan Evaluasi.

Tabel 13. Contoh Dasboard Olah Data Pemaketan Pekerjaan Konstruksi

Sumber: emonitoring.pu.go.id, 31 Desember 2018

30
Tabel 14. Contoh Dasboard Olah Data Pemaketan Pekerjaan Konsultansi

Sumber: emonitoring.pu.go.id, 31 Desember 2018

Sub-bagian Evaluasi dan Pelaporan dalam menyusun olah data


pemaketan tersebut melakukan pemutakhiran data selama 4 kali selama
tahun anggaran 2018 yaitu pada Bulan Agustus, September, November,
Desember dan tambahan 1 kali pemutakhiran data di tahun anggaran
2019 dengan status data 11 Januari 2019 guna mendukung persiapan
penyusunan sistem informasi terintegrasi jasa konstruksi yang akan
diprakarsai oleh Balai Penerapan Teknologi Konstruksi di tahun anggaran
2019.
Selain olah data pemaketan, produk selanjutnya yang dihasilkan
oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dalam pengolahan
data capaian kinerja dan data statistik adalah data statistic tenaga kerja
konstruksi. Dalam penyusunan data statistik tenaga kerja konstruksi,
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi bekerja sama dengan Lembaga
Pembinaan Jasa Konstruksi (LPJK) dalam penyajian data capaian tenaga,
kerja konstruksi. Pada setiap bulan di tahun 2017 dan 2018, Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi mendapatkan data-data yang berasal dari LPJK
untuk diolah berdasarkan kebutuhan data yang diminta oleh Pimpinan
maupun yang akan disajikan untuk masyarakat secara umum. Khusus
untuk Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, data LPJK yang
diolah adalah data tenaga kerja konstruksi guna memetakan kualifikasi
dan klasifikasi tenaga kerja serta jumlah tenaga kerja konstruksi yang
sudah memiliki sertifikat maupun yang belum memiliki sertifikat. Berikut
adalah contoh dari analisis pemetaan data tenaga kerja konstruksi yang
menggunakan data LPJK.

31
Gambar 15. Hasil Analisis Tenaga Kerja Konstruksi Gambar 14. Hasil Analisis Tenaga Kerja Konstruksi
Berdasarkan Jumlah Orang Berdasarkan Jumlah Sertifikat
Sumber: LPJKN, 15 November 2018

Berdasarkan data LPJK terakhir yang telah diolah oleh Sekretariat


Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dengan status data 1 Desember 2018,
jumlah data tenaga konstruksi yang bersertifikat mencapai 476.497 orang
dengan rincian jumlah tenaga ahli mencapai 154.916 orang dan tenaga
terampil mencapai 351.279 orang. Jumlah tenaga ahli dan tenaga terampil
yang telah disebutkan di atas tidak representatif dengan jumlah data
tenaga konstruksi bersertifikat dikarenakan terdapat 29.698 orang yang
memiliki sertifikat tenaga ahli dan sertifikat tenaga terampil sekaligus.

Tabel 15. Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi yang Memiliki Sertifikat

Jumlah Tenaga Kerja Konstruksi 476.497

Jumlah Tenaga Ahli 154.916


Jumlah Tenaga Terampil 351.279
Tenaga Ahli + Tenaga Terampil 506.195

Jumlah Orang yang memiliki SKA dan SKT 29.698


Sumber: LPJKN, 1 Desember 2018

Selain pengolahan data statistik tenaga kerja konstruksi yang


menggunakan data LPJK, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi memiliki
Balai Jasa Konstruksi Wilayah, Balai Penerapan Teknologi Konstruksi, dan
Balai Material dan Peralatan Konstruksi dalam melakukan pemberdayaan
jasa konstruksi sebagai salah satu tugas dan fungsinya di dalam
Kementerian PUPR. Pemberdayaan jasa konstruksi yang dilakukan berupa
pelatihan dan uji sertifikasi melalui Balai-Balai yang ada di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Dalam memantau dan mengevaluasi

32
capaian kinerja tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
memiliki sistem informasi berupa aplikasi web yaitu Dayanaker. Hingga
saat ini, Dayanaker menjadi alat utama Balai-Balai di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi dalam menginput data-data tenaga kerja
konstruksi yang melakukan pelatihan dan uji sertifikasi melalui
Kementerian PUPR. Fitur-fitur Dayanaker yang telah tersedia dan
beberapa masih dalam proses pengembangan antara lain:
1. Dashboard, yang memuat beberapa data statistik terkait pembinaan
tenaga kerja konstruksi.
2. Menu Peserta, yang memuat Master Data Peserta, Data Peserta
Kegiatan, Input Data Peserta, Laporan Capaian Peserta, dan Laporan
Peserta.
3. Menu Kegiatan, yang memuat Input Kegiatan, Daftar Kegiatan, Modul
Kegiatan, Import Daftar Kegiatan, Gallery, Materi Kegiatan, Kalender
Kegiatan, Peta Lokasi Kegiatan, dan Laporan Kegiatan.
4. Menu Data TIM, yang memuat TIM Instruktur, TIM Assessor, dan
Observer.
5. Menu Staff/Pegawai, yang memuat informasi tentang pegawai yang
ada di Balai-Balai lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
6. Menu Profil Balai, yang memuat informasi tentang Balai-Balai di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
7. Menu Master Data, yang memuat Data Utusan/Instansi, Data
Kegiatan Non Jabker, Data Kegiatan Jabker/SKKNI, dan Master Data
Kualifikasi.
8. Menu Pendaftaran Online, yang memuat informasi terkait
pendaftaran pelatihan dan uji secara online.
9. Menu Admin, yang memuat fitur-fitur yang digunakan oleh admin
untuk mengontrol penggunaan aplikasi web Dayanaker.

Sedangkan di dalam Dashboard Dayanaker terdapat informasi


statistik data yang merupakan alat utama Bagian Perencanaan dan
Evaluasi dalam melakukan monitoring dan evaluasi capaian kinerja Balai-
Balai di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi. Data statistik dari
Dayanaker yang selalu digunakan untuk melakukan evaluasi capaian
kinerja dan digunakan sebagai data utama untuk disampaikan secara
berkala kepada pimpinan adalah Laporan Capaian. Berdasarkan data

33
terakhir pada tahun 2018, capaian kinerja pembinaan tenaga kerja
konstruksi melalui pelatihan dan uji sertifikasi adalah sebagai berikut.

Tabel 16. Laporan Capaian Pembinaan Tenaga Kerja Konstruksi 2018


Realisasi Jumlah Peserta (orang)
Target
BALAI Bimbingan
PK Pelatihan Bimbingan Fasilitasi Workshop Seminar
Pelatihan Teknis dan TOTAL
Uji Teknis Uji CPD CPD
Uji
BALAI BANDA ACEH 3065 57 5230 781 998 872 0 0 7938
BALAI PALEMBANG 2683 96 104 271 2028 6931 2388 0 11818
BALAI DKI JAKARTA 6175 423 2408 2033 140 11715 0 0 16719
BALAI SURABAYA 3836 1163 2704 2448 219 10733 0 0 17267
BALAI BANJARMASIN 3637 2020 663 1323 0 2539 0 0 6545
BALAI MAKASSAR 3748 3586 52 1185 330 4160 0 0 9313
BALAI JAYAPURA 3917 24 403 479 1507 3072 0 0 5485
BALAI PTK 8000 18830 0 0 0 0 741 4084 23655
BALAI MPK 1322 412 16 80 0 2207 0 0 2715
TOTAL 36,383 26,611 11,58 8,6 5,222 42,229 3,129 4,084 101,455

Sumber: dayanaker.binakonstruksi.pu.go.id, 31 Desember 2018

Melalui data laporan capain tersebut, Sekretariat Direktorat


Jenderal melakukan pemantaun dan evaluiasi capaian kinerja Balai-Balai di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi secara rutin dan
kondisional sesuai dengan target perjanjian kinerja yang sudah ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Bina Konsturksi.

h. PK Berbasis Produk TA 2019


Sehubungan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 09/PRT/M/2018 tentang
Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, bahwa setiap
entitas Satuan Kerja harus memiliki Perjanjian Kinerja (PK).
Setiap tahunnya, masing-masing satuan kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi memiliki Perjanjian Kinerja mengikuti
dasar hukum yang telah ditentukan, yaitu terdiri dari 2 jenis dokumen
antara lain piagam PK dan lampiran PK.

34
Gambar 16. Contoh Piagam Pernyataan PK TA 2019
Pernyataan perjanjian kinerja yang sering disebut dengan piagam
pernyataan merupakan pernyataan untuk mewujudkan suatu kinerja pada
suatu tahun tertentu yang terdiri dari tanda tangan pihak yang
berjanji/para pihak yang bersepakat

Gambar 17. Contoh PK Formal TA 2019

Lampiran PK merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam


dokumen perjanjian kinerja. Pada dasarnya lampiran PK hanya berupa 1
lampiran yang menyajikan informasi mengenai target dan satuan dari
sasaran kegiatan yang tercantum dalam aplikasi RKA-KL.

35
Dalam Sistem/Aplikasi DIPA/RKA-KL, yang saat ini dikunci adalah
hanya sampai pada level output dimana indikator output, volume dan
satuan targetnya cenderung bersifat umum dan kurang dapat mengukur
kinerja setiap Satuan Kerja. Kondisi ini memungkinkan Satker dapat
mengubah lingkup kegiatannya, sehingga berpotensi tidak sesuai dengan
arahan Bapak Direktur Jenderal Bina Konstruksi pada saat pengajuan pagu
Satker TA 2019. Oleh karena itu, diperlukan penajaman output lebih lanjut
pada setiap paket pekerjaan.
Dalam rangka melakukan penajaman output tersebut, pada TA
2019 telah disusun PK Berbasis Produk yang digunakan di internal
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi untuk memantau kinerja Satuan Kerja
dengan indikator dan target yang lebih terukur. Sehingga Dokumen PK
terdiri dari 1 (satu) lembar Piagam Pernyataan PK dan 2 (dua) lembar
lampiran. Lampiran pertama yaitu Matriks PK Formal yang akan digunakan
sebagai dokumen formal dalam penyelenggaraan SAKIP. Lampiran kedua
yaitu Matriks PK Substansi yang akan digunakan di internal Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi untuk memantau kinerja Satuan Kerja dengan
indikator dan target yang lebih terukur. Dokumen PK disusun mengacu
pada Dokumen Renstra dan Dokumen DIPA/RKA-KL.

36
Gambar 18. Contoh PK Substansi TA 2019

3.3. Bagian Kepegawaian dan Ortala


a. Pendampingan Penyusunan dan Penilaian Sasaran Kerja Pegawai
(SKP) di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Penyusunan SKP yang disusun setiap tahun didasarkan pada
ketetuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil. Pada
ketentuan umum PP 46 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Sasaran Kerja
Pegawai yang selanjutnya disingkat SKP adalah rencana kerja dan target
yang akan dicapai oleh seorang PNS. Sehingga SKP wajib disusun oleh
setiap PNS yang ditetapkan pada setiap awal tahun pada bulan Januari.
Bagi PNS yang tidak menyusun menyusun SKP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
disiplin PNS.
Penilaian prestasi kerja PNS sendiri dinilai oleh masing-masing
atasan langsung PNS dan rekan kerja yang bertujuan untuk menjamin
objektivitas pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan Penilaian prestasi
kerja PNS dilakukan berdasarkan prinsip: objektif, terukur, akuntabel,
partisipatif, dan transparan. Bahan Penyusunan SKP terdiri dari: peta
jabatan, RKT (Rencana Kerja Tahunan) Rencana Strategis : rencana kinerja,
penetapan kinerja, RKA-KL/bahan RKA-KL, Analisis Jabatan, kegiatan yang
dilaksanakan berdasarkan tugas dan fungsi, tugas tambahan, kegiatan
kreativitas (fungsional tertentu).
Berdarsarkan hal tersebut di atas telah dilakukan kegiatan
pendampingan dan penyusunan sasaran kerja pegawai (SKP) secara rutin
setiap tahun oleh Bagian Kepegawaian dan Ortala ke seluruh pegawai di

37
Direktorat dan Balai di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
berdasarkan alur penyusunan SKP dan sesuai dengan struktur penyusunan
SKP di DJBK.

Gambar 19. Alur Penyusunan SKP di DJBK

Gambar 20. Struktur Penyusunan SKP di DJBK

Dalam pelaksanaan penyusunan SKP dilakukan terlebih dahulu


penyusunan Cascading SKP yang disusun berdasarkan Tusi, target Renstra,
dan kegiatan dalam DIPA/POK sebagai dasar penyusunan SKP oleh masing-

38
masing unit kerja di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dan selanjutnya
Tim dari Bagian Kepegawaian dan Ortala dan para fasilitator yang sudah
ditetapkan SK nya oleh BPSDM melakukan kegiatan pendampingan
penyusunan SKP yang dilaksanakan pada bulan januari s/d februari 2018
dan penilaian SKP pada bulan Desember 2018 s/d Januari 2019.

Sinkronisasi Perencanaan Pembinaan


Konstruksi Pusat dan Daera h TA 2019
Penyusunan Kajian Teknokratis dalam rangka 1
Penyusunan Renstra DJBK 2020-2025
Koordinasi Penyusunan Program dan 1 Laporan
Anggaran Tahunan TA. 2019
Pengendalian Pelaksanaan Program 1 Laporan
Pembina an Konstruksi TA 2018

1 1 Laporan 1 La p o r a n
Hukum Bina 1 Layanan
Konstruksi

Gambar 21. Cascading Penyusunan SKP 2018 di Setditjen. Bina Konstruksi

Atas dasar tersebut di atas Sekretariat Direktorat Jenderal Bina


Konstruksi selaku Pembina kepegawaian melalui Bagian Kepegawaian dan
Ortala sangat bertanggung jawab atas rekapitulasi dan tersusunnya
dokumen penyusunan dan penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) setiap
tahunnya yang hasilnya nanti disampaikan ke Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia dan dilaporkan ke Bapak Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.

b. Fasilitasi dan Pembinaan Jabatan Fungsional Jabatan Fungsional


Pegawai Negeri Sipil
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil adalah suatu kedudukan
yang menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS
dalam unit organisasi dengan pelaksanaan tugas yang dinerikan

39
didasarkan pada keahlian dan keterampilan tertentu serta bersifat mandiri
dan bias bekerjasama dengan team yang sudah di tugaskan. Pejabat
fungsional mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan yang
terdiri dari kegiatan perencanaan program, pengaturan, pemberdayaan,
pengawasan, dan pengembangan pembinaan jasa kontruksi. Salah satu
tujuan yang dicapai dalam pembinaan karir melalui jabatan fungsional
adalah membina pegawai negeri sipil menjadi pejabat yang berkompeten
dibidangnya, professional, bermoral tinggi dan mandiri.
Dalam pasal 1 UU ASN Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan bahwa
Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan
tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian dan keterampilan tertentu tidak terkecuali keahlian dalam bidang
Pembinaan Jasa Konstruksi. Dengan adanya Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38
Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi dan
Angka Kreditnya maka Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sebagai bagian
dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat diberikan
mandat untuk menjadi instansi Pembina para Aparatur Sipil Negara (ASN)
yang menduduki Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi, pembinaan
ini dilakukan untuk peningkatan mutu profesionalisme dan karier para
ASN dalam melaksanakan tugas dan fungsi pembinaan jasa konstruksi di
tingkat daerah maupun nasional. Karena itu peran Jabatan Fungsional
perlu dioptimalkan, diperkuat dan dikembangkan khususnya pada tugas-
tugas yang memerlukan keahlian seiring dengan besarnya tantangan di
masa mendatang.

Gambar 22. Data Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi di Kementerian PUPR

40
Dalam dua tahun terakhir pertambahan jumlah Pejabat Fungsional
Pembina Jasa Konstruksi di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
baik yang ada di Pusat, Balai maupun Daerah bertambah secara signifikan,
data per 1 November 2018 Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi
yang berada di Kementerian PUPR sebanyak 190 orang terdiri dari 185
orang Jabatan Fungsional jenjang Pertama, Muda, Madya dan Utama dan
5 orang jenjang Madya berasal dari Daerah se-Indonesia.

Untuk mendukung pelaksanaan pembinaan Aparatur Sipil Negara


khususnya Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi maka salah satu
cara yang dilakukan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
pada tahun 2018 yaitu melakukan pembinaan dan pengembangan Jabatan
Fungsional melalui:
1. Optimalisasi Peran Tugas dan Fungsi Jabatan Fungsional Pembina
Jasa Konstruksi
Menindaklanjuti arahan Bapak Menteri PUPR bahwa saat ini
peran Jafung (Jabatan Fungsional) harus di optimalkan sebagai
“engine” atau motor penggerak infrastruktur PUPR dan pejabat
structural sebagai “casing” dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya dengan maksud apabila di lapangan ada permasalahan-
permasalahan seperti temuan lelang atau kecelakaan konstruksi,

41
hal ini merupakan tugas jafung untuk mengevaluasi dan membuat
rekomendasi kebijakan kepada pejabat strukural.
Tujuan dalam pembagian peran tugas strukural dan jafung
adalah Menyeimbangkan tugas dan fungsi antara Jabatan
Struktural, Jabatan Fungsional dan Pelaksana, Mempertegas tugas
dan fungsi antara Jabatan Struktural, Jabatan Fungsional dan
Pelaksana, Mengoptimalkan peran Jabatan Fungsional sebagai
expert of task, Mengoptimalkan peran jafung sebagai “engine” atau
motor penggerak pembangunan infrastruktur dan pejabat
struktural sebagai “casing” dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.

Gambar 23. Kedudukan, Tugas, Wewenang, & Tanggung Jawab


Struktural dan Jafung PUPR

42
2. Bimbingan Teknis Penyusunan DUPAK Jafung Pembina Jasa
Konstruksi Jenjang Pertama dan Muda
Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan DUPAK Jafung Pembina
Jasa Konstruksi Jenjang Pertama dan Muda dengan maksud dalam
Rangka Fasilitasi Administrasi Jafung di Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi yaitu Meningkatkan mutu profesionalisme dan karier
para Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi jenjang Pertama
dan Muda. Sedangkan Tujuan Kegiatan Bimbingan Teknis Jabatan
Fungsional Pembina Jasa Konstruksi Jenjang Pertama dan Muda
dalam Rangka Fasilitasi Administrasi Jafung di Direktorat Jenderal
Bina Konstruksi antara lain:
a. Memberikan motivasi dan kerjasama yang baik antara
Pejabat Fungsional dengan Pejabat Struktural di
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;
b. Memotivasi PNS yang menduduki Jabatan Fungsional
Pembina Jasa Konstruksi jenjang Pertama dan Muda
untuk dapat mengumpulkan DUPAK (Daftar Usulan
Penilaian Angka Kredit) dan Produk-produk dalam
rangka kenaikan pangkat dan karier Jabatan
Fungsionalnya ke jenjang berikutnya.
• Dalam penyusunan DUPAK Jafung Terdapat 6
langkah, yaitu
• Berapa Target Angka Kredit yang akan dicapai,
Memperhatikan jumlah angka kredit unsur
Pengembangan Profesi,
• Menyusun Strategi Daftar Usul Penilaian Angka
Kredit,
• Memasukkan angka kredit ke dalam DUPAK,
Membuat surat usulan kepada Sekretaris
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi,
• Membuat Bukti Fisik (lampiran DUPAK). Membuat
daftar kebutuhan akan diklat fungsional dan diklat
teknis bagi Pejabat Fungsional Pembina Jasa
Konstruksi.
3. Penyusunan Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi tentang
Petunjuk Teknis Perolehan dan Penilaian Angka Kredit Jabatan
Fungsional Pembina Jasa Konstruksi

43
Untuk mendukung pelaksanaan pembinaan Aparatur Sipil
Negara khususnya Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi
maka salah satu cara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi yaitu melakukan penyusunan Petunjuk Teknis Perolehan
dan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Pembina Jasa
Konstruksi sebagai ketentuan pelaksanaan Peraturan Bersama
Menteri Pekerjaan Umum dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 04/PRT/M/2014 dan Nomor 8 Tahun 2014 tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 38 Tahun 2013
tentang Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi dan Angka
Kreditnya.
Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi disusun untuk
memberikan kemudahan kepada Pejabat Fungsional Pembina Jasa
Konstruksi dalam mengumpulkan Daftar Usul Penilaian Angka Kredit
(DUPAK) dan Penilaian angka kredit. Pejabat Fungsional Pembina
Jasa Konstruksi untuk mendapatkan kenaikan jabatan/pangkat
harus memenuhi jumlah angka kredit tertentu/sesuai jenjang
jabatan yang telah dinilai oleh Tim Penilai. Untuk kelancaran
penilaian dan penetapan angka kredit, setiap jenjang jabatan
fungsional (Jafung) pembina jasa konstruksi wajib mencatat,
menginventarisasi, membuat laporan seluruh kegiatan yang
dilakukan dan mengusulkan Daftar Usul Penilaian Angka Kredit
(DUPAK).
berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi
dan Angka Kreditnya, terdiri dari tugas pokok yaitu Perencanaan
Program, Pengaturan Jasa Konstruksi, Pemberdayaan Jasa
Konstruksi, Pengawasan Jasa Konstruksi, Pengembangan
Pembinaan Jasa Konstruksi dan tugas tambahan yaitu Penunjang.
Hasil dari kegiatan tersebut di atas adalah telah terbitnya
Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor 1446 Tahun
2018 Tentang Petunjuk Teknis Perolehan Dan Penilaian Angka Kredit
Jabatan Fungsional Pembina Jasa Konstruksi, yang selanjutnya akan
disosialisasikan kepada para pejabat/pegawai/jafung di

44
Kementerian PUPR sebagai acuan dalam penyusunan dan penilaian
DUPAK.

c. Pengembangan SDM di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi


Pembinaan dan Pengembangan Aparatur Sipil Negara (ASN)
merupakan upaya dalam mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih
dan berwibawa (Good governance) serta mewujudkan pelayanan publik
yang baik, efisien, efektif dan berkualitas tentunya perlu didukung adanya
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang profesional, bertanggungjawab, adil,
jujur dan kompeten dalam bidangnya untuk itu diperlukan adanya
Pembinaan dan pengembangan kinerja dan profesionalitas SDM.
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi saat ini menghadapi tugas
yang berat yaitu sebagai engine keeper yang harus menyiapkan SDM
Aparatur Pembinaan Konstruksi untuk pembangunan infrastruktur yang
handal dan dapat berdaya saing. Karena itu saat ini semua Aparatur Sipil
Negara di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi harus merubah cara kerja
yang tidak hanya bekerja untuk memenuhi target Rencana Strategis
untuk mewujudkan output tetapi berubah untuk mencapai outcome,
yaitu menghasilkan SDM Pembinaan Konstruksi yang memiliki
kompetensi yang baik sesuai dengan yang dibutuhkan organisasi.
Untuk mendukung pelaksanaan pembinaan Aparatur Sipil Negara
maka salah satu cara yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi melalui Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi selaku
Pembina kepegawaian yaitu melakukan pembinaan dan pengembangan
kompetensi Sumber Daya Manusia melalui Coaching dan Mentoring
yang diharapkan Kegiatan pembinaan SDM dan pembekalan teknik
Coaching for Performance yang di tujukan untuk para Pejabat
Administrator dan Pengawas dengan maksud dan tujuannya adalah:
a. Dengan maksud untuk Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang
mampu melakukan pekerjaan lebih efisien guna mendukung tugas
dan fungsi organisasi.
b. Tujuan kagiatan ini adalah:
• Meningkatkan kinerja kepada seluruh Sumber Daya Manusia di
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sekaligus terciptanya
hubungan antar individu yang lebih baik sehingga dapat
bekerja sebagai tim yang tangguh untuk meningkatkan kinerja
pembinaan konstruksi nasional untuk mewujudkan

45
pembangunan Infrastruktur yang handal dan berdaya saing
dengan tema Coaching for Performance;
• Meningkatkan sistem yang lebih fundamental bagi pegawai
agar saling membantu untuk melaksanakan/ mengatur
pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya;
• Memberikan motivasi dan kerjasama dengan baik bagi setiap
Sumber Daya Manusia di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi;

d. Layanan Administrasi Kepegawaian Kepegawaian Menggunakan


Aplikasi e-HRM
e-HRM merupakan sebuah aplikasi yang dikelola oleh Biro
Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Jenderal
Kementerian PUPR untuk melakukan pengelolaan kepegawaian secara
elektronik. Bagian Kepegawaian, Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi bertugas untuk membina seluruh unit
kerja di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dalam mengelola layanan
kepegawaian melalui eHRM diantaranya:
1. Kenaikan Pangkat Otomatis melalui eHRM
Kenaikan Pangkat merupakan penghargaan yang diberikan
kepada PNS yang telah memenuhi syarat yang ditentukan tanpa
terikat pada jabatan. Sesuai dengan Peraturan Kepala BKN No 25
Tahun 2013 yang menerangkan bahwa untuk mengurangi
penggunaan kertas yang berlebihan maka diberlakukannya
Kenaikan Pangkat Less Paper atau Kenaikan Pangkat Otomatis
melalui eHRM. Proses kenaikan pangkat otomatis di Kementerian
PUPR melalui SAPK namun hanya dilakukan oleh Biro Kepegawaian
Organisasi dan Tata Laksana, sementara untuk unit organisasi di
Lingkungan Kementerian PUPR melalui sistem e-HRM. Periode
kenaikan pangkat reguler adalah 1 April dan 1 Oktober. Terdapat
kriteria kenaikan pangkat reguler yakni meliputi tidak jabatan
struktural & menduduki JFT, tidak melampaui pangkat atasan
langsung, telah 4 tahun dalam pangkat terakhir, penilaian prestasi
kerja sekurangnya bernilai baik selama 2 tahun, dan lulus ujian
dinas untuk pindah golongan (gol. III dan IV). Persyaratan untuk
Kenaikan Pangkat Otomatis melalui eHRM diusulkan dari Verifikator
level 1 (Unit Kerja) ke Verifikator level 2 (Unit Organisasi) yang
selanjutnya dikirim ke Verifikator level 3 (Biro Kepegawaian).

46
2. Pengajuan Pensiun melalui eHRM
Pensiun merupakan Hak bagi setiap PNS. Pensiun akan diberikan
pada saat pemberhentiannya sebagai pegawai:
1. Telah mencapai usia kurang lebih 50 tahun dan memiliki masa
kerja untuk pensiun kurang lebih selama 20tahun.
2. Memiliki masa kerja kurang lebih 4 tahun dan oleh badan atau
pejabat yang telah ditunjuk oleh departemen kesehatan
berdasarkan peraturan mengenai pengujian kesehatan para
pegawai negeri, yang dinyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam
jabatan apapun juga karena keadaan jasmani atau rohani yang
tidak disebabkan oleh dan karena dalam menjalankan tugas
kewajiban jabatannya.
3. Diberhentikan secara hormat sebagai pegawai negeri sipil dan
pada saat pemberhentiannya mereka telah mencapai usia
sekurang-kurangnya 50 tahun dan memiliki masa kerja untuk
pensiun sekurang-kurangnya 10 tahun.

Berikut Data per 1 Januari 2019 yakni terdapat 20 SK Pensiun yang


sudah keluar tepat waktu.

Tabel 17. Rekapitulasi Jumlah Pegawai Yang Pensiun Per 1 Januari


2018-1 Januari 2019

Jafung Jafung
No Unit Kerja Staf/Pejabat Total
Madya Muda

1 Sekretariat DJBK 1 - - 1
2
Direktur Bina Investasi - - - 0
Infrastruktur
3 Direktur Bina
Penyelenggaraan Jasa 2 1 - 3
Konstruksi
4
Direktur Bina 3
2 1 -
Kelembagaan dan Sumber
Daya Jasa Konstruksi

47
Jafung Jafung
No Unit Kerja Staf/Pejabat Total
Madya Muda

5 Direktur Bina Kompetensi


dan Produktivitas 2 1 1 4
Konstruksi
6
Direktur Kerja Sama dan 3 1 - 4
Pemberdayaan
7 Balai Jasa Konstruksi 1
1 - -
Wilayah IV Surabaya
8 Balai Jasa Konstruksi 1
- - 1
Wilayah V Banjarmasin
9 Balai Material dan 1
1 - -
Peralatan Konstruksi
10 Balai Penerapan Teknologi 1
1 - -
Konstruksi

Total 14 4 2 20

3. Penghargaan Satyalancana Karya Satya


Adalah sebuah tanda penghargaan yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang telah berbakti selama 10 atau 20 atau 30 tahun
lebih secara terus menerus dengan menunjukkan kecakapan,
kedisiplinan, kesetian dan pengabdian sehingga dapat dijadikan
teladan bagi setiap pegawai lainnya. Satyalancana Karya Satya
dibagi dalam tiga kelas, yaitu Satyalancana Karya Satya 10 Tahun,
Satyalancana Karya Satya 20 Tahun, dan Satyalancana Karya Satya
30 Tahun. Proses usulan dan nominasi penghargaan Satyalancana
Karya Satya sudah menggunakan EHRM.
4. Absensi Terintegrasi memalui e-absensi
Dalam Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 24/SE/M/2016 tentang pedoman pengelolaan
sistem informasi kehadiran pegawai Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, dijelaskan bahwa dalam
pelaksanaan Reformasi Birokrasi ini diperlukan adanya sistem
informasi kehadiran pegawai yang efisien, efektif, cepat dan akurat
melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

48
Oleh karena itu telah dilaksanakannya sistem e-absensi terintegrasi
yang sudah terpasang di seluruh Direktorat dan Balai di Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi yang bertujuan untuk:
1. Memantau kehadiran setiap pegawai;
2. Meningkatkan kedisiplinan dan tertib administrasi pegawai
terkait dengan kehadiran; dan
3. Menjadi bahan laporan dan evaluasi setiap pegawai.

e. Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Pengadaan Barang/ Jasa


Konstruksi
Tantangan penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia kedepan
semakin besar dan banyak perubahan seiring dengan diberlakukannya UU
No. 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi dan Peraturan Presiden No. 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah. Sementara itu
jasa konstruksi semakin dituntut untuk lebih efisien dan efektif dalam
pembinaan, penyelenggaraan, penegakan hukum, partisipasi masyarakat,
dan keamanan, keselamatan serta kesehatan kerja.
Unit Kerja Pengadaan Barang/ Jasa (UKPBJ), atau yang dulu disebut
sebagai Unit Layanan Pengadaan (ULP), merupakan unit kerja di
Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah yang menjadi pusat
keunggulan Pengadaan Barang/ Jasa. Karakteristik Unit Layanan
Pengadaan (ULP) saat ini disinyalir kurang independen karena secara
kelembagaan bersifat fungsional yang melekat langsung pada Unit
Organisasi teknis masing-masing. Hal ini tentunya kurang ideal karena
prinsip independensi tidak terpenuhi dalam proses pengadaan
barang/jasa. Sebagaimana diamanatkan oleh Perpres No. 16 tahun 2018
(pasal 75 ayat 1,2,3, dan 4), serta Peraturan LKPP Nomor 14 tahun 2018
tentang UKPBJ (Bab III Organisasi, pasal 8,9, dan 10), yang menyatakan
bahwa pengadaan yang semula dilaksanakan oleh ULP (Unit Layanan
Pengadaan) yang bersifat fungsional, berubah menjadi Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) yang bersifat struktural. Dengan
berubahnya layanan pengadaan menjadi unit struktural UKPBJ yang
melekat di Unit Organisasi, perlu dibentuk UPT PBJ Kementerian PUPR di
daerah, sehingga UPT Unit Organisasi (balai-balai pelaksana pekerjaan)
dapat lebih memfokuskan unitnya dalam memastikan kualitas proses dan
hasil pekerjaan konstruksinya.

49
Berpedoman pada amanat peraturan perundang-undangan diatas,
bahwa semua pihak yang terlibat dalam UKPBJ harus bekerja secara
profesional dan mandiri, maka dengan kondisi yang ada sekarang,
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dipandang sebagai unit organisasi
yang paling independen dan memiliki kompetensi untuk melaksanakan
fungsi UKPBJ dengan membentuk 34 Balai baru yang akan berada di setiap
Propinsi di Indonesia yang akan fokus menangani pengadaan barang/ jasa.
Menindaklanjuti hal tersebut, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
telah mengajukan usulan pembentukan 34 Balai Pelaksana Pemilihan Jasa
Konstruksi, setelah sebelumnya melakukan analisa terkait balai yang akan
dibentuk, antara lain klasifikasi balai menjadi dua jenis, yaitu Balai III A dan
Balai III B, yg didasarkan pada kriteria data jumlah dan nilai paket
pekerjaan konstruksi nasional bidang PUPR, luas wilayah, jumlah
penduduk, dan keberadaan Balai PUPR, serta untuk efisiensi dan
kemudahan koordinasi.
Adapun dalam melakukan penilaian berdasarkan kriteria di atas,
dilakukan dengan memberi nilai dengan skala 1 – 5, dengan bobot
terbesar pada kriteria jumlah paket dan nilai paket, tabel penilaian
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 18. Penilaian Berdasarkan Data Jumlah dan Nilai Paket Pekerjaan
Konstruksi Nasional Bidang PUPR, luas wilayah, jumlah penduduk, dan
keberadaan Balai PUPR
Nilai Paket Luas Wilayah Jumlah Penduduk Tipologi Balai
Jumlah Paket
(milyar) (ribu km2) (juta jiwa) Balai Besar Balai Kecil
< 100 = 1 < 500 = 1 1 - 10 = 1 <2 =1 0 =1 0 =1
100 - 200 = 2 500 - 1500 = 2 10 - 30 = 2 2- 5 =2 1 =2 1 =2
200 - 400 = 3 1500 - 3500 = 3 30 - 100 = 3 5 - 15 = 3 2 =3 2 =3
400 - 800 = 4 3500 - 8000 = 4 100 - 250 = 4 15 - 40 = 4 3 =4 3 =4
> 800 = 5 > 8000 = 5 > 250 = 5 > 40 = 5 >3 =5 >3 =5

Berdasarkan penilaian tersebut, diperoleh nilai total yang kemudian


dikelompokkan menjadi dua jenis balai, yaitu balai dengan total nilai ≥ 20
menjadi Balai Eselon III A, sementara total nilai 8 sampai dengan 19
menjadi Balai Eselon III B, sedangkan total nilai < 8 menjadi Loka.
Hasil penilaian tersebut menggambarkan klasifikasi 34 Balai
Pelaksana Pemilihan Jasa Konstruksi menjadi dua kelompok balai, yaitu

50
sejumlah 24 Balai III A dan 10 Balai III B, yang tergambar pada tabel
sebagai berikut:

Tabel 19. Hasil Penilaian Berdasarkan Data Jumlah dan Nilai Paket Pekerjaan
Konstruksi Nasional Bidang PUPR, luas wilayah, jumlah penduduk, dan
keberadaan Balai PUPR
Luas wilayah Jumlah penduduk Tipologi Balai Tipologi Balai
Jumlah paket Nilai paket
(dalam Ribu Km2) (dalam Juta Jiwa) Besar Kecil
Total Tipe
No. Propinsi
Nilai Balai
∑ ∑ Balai ∑ Balai
∑ paket Nilai ∑ rupiah Nilai ∑ luas Nilai Nilai Nilai Nilai
penduduk Besar Kecil

1 Aceh 260 3 2,190 3 57 3 5 3 1 2 3 25 IIIA


2 Sumatera Utara 453 4 3,683 4 73 3 14 3 1 2 1 2 30 IIIA
3 Sumatera Barat 247 3 2,198 3 42 3 5 3 1 2 3 25 IIIA
4 Riau 235 3 1,208 2 95 3 7 3 1 1 2 21 IIIA
5 Kepulauan Riau 203 3 839 2 8 1 2 2 1 1 2 18 IIIB
6 Jambi 217 3 1,235 2 54 3 3 2 1 2 3 21 IIIA
7 Bengkulu 128 2 872 2 12 2 2 3 1 1 2 18 IIIB
8 Sumatera Selatan 249 3 2,028 2 86 3 8 3 2 3 1 22 IIIA
9 Lampung 176 2 2,032 2 35 3 8 3 1 2 1 2 20 IIIA
10 Kep. Bangka Belitung 80 1 386 1 16 2 1 1 1 1 10 IIIB
11 Banten 120 2 2,011 3 9 1 12 3 1 2 1 20 IIIA
12 D.K.I. Jakarta 1,267 5 11,183 5 1 1 10 3 2 3 1 33 IIIA
13 Jawa Barat 423 4 6,159 4 35 3 47 5 3 4 1 33 IIIA
14 Jawa Tengah 465 4 7,072 4 34 3 34 4 3 4 1 32 IIIA
15 D.I. Yogyakarta 195 2 2,028 3 4 1 4 2 1 2 1 19 IIIB
16 Jawa Timur 593 4 3,032 3 48 3 39 4 2 3 1 28 IIIA
17 Bali 178 2 1,202 2 6 1 4 2 1 1 2 16 IIIB
18 Nusa Tenggara Barat 198 2 1,488 2 20 2 5 3 1 2 3 19 IIIB
19 Nusa Tenggara Timur 363 3 2,701 3 48 3 5 3 1 2 3 25 IIIA
20 Kalimantan Barat 206 3 2,490 3 115 4 5 3 1 1 2 25 IIIA
21 Kalimantan Tengah 282 3 1,260 2 154 4 3 2 1 1 2 21 IIIA
22 Kalimantan Selatan 314 3 1,601 3 37 3 4 2 1 2 1 23 IIIA
23 Kalimantan Timur 304 3 2,164 3 195 4 4 2 1 2 3 25 IIIA
24 Kalimantan Utara 141 2 1,196 2 71 3 1 1 1 1 16 IIIB
25 Gorontalo 159 2 1,076 2 12 2 1 1 1 1 2 16 IIIB
26 Sulawesi Utara 306 3 3,294 3 14 2 2 2 1 2 3 23 IIIA
27 Sulawesi Barat 104 2 705 2 17 2 1 1 1 1 15 IIIB
28 Sulawesi Selatan 354 3 3,395 3 46 3 9 3 2 3 1 25 IIIA
29 Sulawesi Tengah 201 3 1,580 3 68 3 3 2 1 2 3 24 IIIA
30 Sulawesi Tenggara 211 3 1,523 3 38 3 4 2 1 1 2 23 IIIA
31 Maluku 217 3 1,320 2 49 3 2 2 1 2 3 21 IIIA
32 Maluku Utara 219 3 1,485 2 43 3 1 1 1 1 2 19 IIIB
33 Papua Barat 271 3 1,931 3 115 4 1 1 1 1 2 23 IIIA
34 Papua 501 4 4,000 4 310 5 3 2 1 2 2 3 32 IIIA

f. Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)


Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan sistem
pengendalian yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Disamping itu terdapat Sistem
lainnya, yaitu Sistem pengendalian Ekstern Pemerintah. Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) yang dalam hal ini yaitu Inspektorat. Sedangkan Sistem

51
Pengendalian Ekstern pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), DPR/DPRD, Kepolisian, Kejaksaan, Komisi Pemberantasan
Korupsi dan lembaga peradilan lainnya.
Berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP, Sistem
Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Terbitnya Permen PUPR nomor 20/PRT/M/2018 tentang
Penyelenggaraan SPIP di Kementerian PUPR, mengamanatkan seluruh
pegawai PUPR untuk mendukung penerapan SPIP, dengan demikian
diharapkan dapat menciptakan kondisi dimana terdapat budaya
pengawasan terhadap seluruh organisasi dan kegiatan sehingga dapat
mendeteksi terjadinya sejak dini kemungkinan penyimpangan serta
meminimalisir terjadinya tindakan yang dapat menimbulkan kerugian
negara.
Menindaklanjuti hal tersebut, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
telah melakukan Sosialisasi Penerapan SPIP di DJBK, Penilaian Mandiri
Maturitas SPIP, Penyusunan Peta Risiko, dan Quality Assurance yang
melibatkan tim asesor dari Inspektorat Jenderal dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Secara singkat, rangkaian kegiatan
tersebut tergambar pada tabel sebagai berikut:

Tabel 20. Penerapan Sistem Pengendalian Intern pemerintah di Direktorat


Jenderal Bina Konstruksi
2018 2019
No. Uraian Kegiatan Keterangan
Oktober November Desember Januari
1 Sosialisasi SPIP oleh Biro Keuangan Narsum: BPKP
2 Sosialisasi SPIP DJBK Narsum: Biro Keuangan, Itjen dan BPKP
3 Sosialisasi dan Penyusunan Peta Risiko Narsum: BPKP
4 Pengumpulan data Peta Risiko
5 Pengumpulan data dukung SPIP
6 Penilaian Mandiri Maturitas SPIP Nilai 4.600
7 Review data dukung SPIP oleh Itjen (I) Review oleh Tim Asesor dari Itjen
8 Perbaikan data dukung SPIP
9 Review data dukung SPIP oleh Itjen (II) Nilai 3.273
10 Perbaikan data dukung SPIP
11 Review data dukung SPIP oleh BPKP Review oleh BPKP didampingi Asesor
12 Rapat Pembahasan hasil review BPKP
13 Rapat Pembahasan hasil review BPKP QA final oleh Itjen dan BPKP

52
g. Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk
melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek
kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan sumber
daya manusia aparatur.
Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 17/2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, bahwa
pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi
untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat dan di daerah agar
mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang lainnya. Untuk
mencapai sasaran reformasi tersebut, Kementerian PUPR melakukan
penataan organisasi/ kelembagaan demi terwujudnya organisasi yang
tepat fungsi dan tepat ukuran, terciptanya birokrasi yang memiliki budaya
kerja dengan integritas dan kinerja yang tinggi, terwujudnya sistem,
proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efesien, terukur, dan sesuai
dengan prinsip-prinsip good governance, tersusunnya regulasi yang lebih
tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif, serta terbangunnya SDM yang
kompeten, profesional dan produktif.
Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kementerian PUPR
pada tahun 2018, dilakukan terhadap seluruh Unit Organisasi oleh
Kemenpan-RB dengan difasilitasi oleh Biro Kepegawaian dan Ortala. Hal ini
perlu mendapat perhatian, mengingat hasil evaluasi penerapan RB
menggambarkan tingkat profesionalisme aparatur negara dalam
mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
Terkait hal tersebut, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi menghadiri
rapat-rapat pembahasan yang difasilitasi oleh Biro Kepegawaian dan
Ortala, dan melakukan pengumpulan dokumen sebagai bukti dukung yang
menjadi salah satu metode penilaian.
Dalam rangka peningkatan penerapan Reformasi Birokrasi di
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, khususnya pada area Penguatan
Pengawasan, telah dilakukan sosialisasi Permen PUPR nomor
20/PRT/M/2018 tentang Penyelenggaraan SPIP di Kementerian PUPR dan
ditindaklanjuti dengan Penyusunan Peta Risiko, yang pada saat bersamaan
tengah dilakukan penilaian Maturitas SPIP oleh Inspektorat Jenderal dan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

53
Di samping penerapan SPIP, juga turut dilakukan sosialisasi
Pengendalian Gratifikasi, Penanganan Benturan Kepentingan, Penanganan
Pengaduan Masyarakat dan Whistle Blowing System yang turut
mendukung area Penguatan Pengawasan

h. Penyusunan Analisis Jabatan/ Analisis Beban Kerja Jabatan


Fungsional Pembina Jasa Konstruksi
Seiring dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan- RB) Nomor
25/2016 tentang Nomenklatur Jabatan Pelaksana Bagi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) di Lingkungan Instansi Pemerintah, Permenpan-RB menyusun
Grand Design dan Roadmap Reformasi Birokrasi, khususnya pada area
perubahan Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, yang salah
satunya adalah transformasi Jabatan Fungsional Umum menjadi Jabatan
Pelaksana, sehingga ke depan, dari mulai proses seleksi sampai dengan
penempatan pegawai tidak hanya melihat kompetensi dasar atau latar
belakang pendidikannya saja, namun juga mempertimbangkan keahlian
yang dimilikinya.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melalui
Badan Pengembangan SDM dan Biro Kepegawaian dan Ortala melihat hal
ini sebagai tuntutan perubahan dalam hal Manajemen SDM yang harus
diadaptasi oleh seluruh Unit Organisasi.
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi menindaklanjuti hal tersebut
dengan dilakukan sosialisasi dan pendampingan-pendampingan ke
direktorat dan balai dalam penyusunan analisis kebutuhan pegawai dan
penyusunan formasi jabatan. Disamping itu telah dilaksanakan kegiatan
Penyusunan Analisa Jabatan dan Analisa Beban Kerja yang mengacu
kepada Permenpan-RB Nomor 38 tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional
Pembina Jasa Konstruksi dan Angka Kreditnya. Untuk saat ini, Analisa
Jabatan dan Analisa Beban Kerja untuk Jabatan Fungsional Pembina Jasa
Konstruksi yang telah disusun adalah untuk jenjang pertama, untuk
selanjutnya akan dilakukan penyusunan Analisa Jabatan dan Analisa Beban
Kerja untuk jenjang Muda, Madya, dan utama secara bertahap.

54
3.4. Bagian Keuangan dan Umum
a. Penyelesaian Temuan Pemeriksaan
Pada Tahun Anggaran 2018 terdapat 2 temuan pemeriksaan oleh
BPK RI pada Satuan Kerja Balai Material dan Peralatan Konstruksi atas
pemeriksaan Laporan Keuangan TA 2017, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 21. Temuan Pemeriksaan BPK RI pada Satker Balai MPK


TEMUAN REKOMENDASI

Penatausahaan Persediaan di Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Beberapa Satuan Kerja Belum menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Bina
Tertib Konstruksi memerintahkan Kepala Satker terkait untuk
melakukan pengendalian dalam penatausahaan
persediaan secara optimal

Persediaan untuk diserahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


kepada Masyarakat/Pemerintah menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Bina
Daerah belum diproses hibah Konstruksi memerintahkan Kepala Satker terkait untuk
atau transfer keluar segera melakukan proses hibah/alih status BMN sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku

Temuan tersebut telah ditindaklanjuti melalui:


1. Surat Direktur Jenderal Bina Konstruksi Nomor: PW.01 01-
DK/1089 Tanggal 16 Agustus 2018 yang disampaikan kepada
Satuan Kerja Balai Material dan Perlatan Konstruksi, hal
mengenai surat perintah untuk melaksanakan pengendalian dan
percepatan proses hibah/alih status atas persediaan pada
Satuan Kerja Balai Material dan Peralatan Konstruksi.
2. Satuan Kerja Balai Material dan Peralatan Konstruksi telah
menindaklanjuti melalui Surat Nomor: PL.06.04-Kb.2/224
tanggal 16 Agustus 2018 dengan melakukan pengendalian dalam
penatausahaan persediaan secara optimal serat melakukan
proses hibah/alih status BMN sesuai peraturan perundangan

b. Laporan Keuangan TA 2018 Unaudited


Laporan keuangan disusun secara berjenjang mulai dari tingkat
satuan kerja, tingkat unit eselon I Direktorat Jenderal Bina Konstruksi dan
selanjutnya pada tingkat Kementerian / Lembaga. Sampai dengan bulan
Desember 2018 telah disusun Laporan Keuangan Triwulan III Tahun
Anggaran 2018 Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan
keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan, berdasarkan Peraturan

55
Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga.

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi meliputi:


1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan perbandingan antara anggaran
dan realisasinya. Laporan Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi terdiri dari:
A. Pendapatan Negara & Hibah
− Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
B. Belanja Negara:
− Belanja Pegawai
− Belanja Barang
− Belanja Modal

Laporan Realisasi Anggaran pada Laporan Keuangan Triwulan III Tahun


Anggaran 2018 Direktorat Jenderal disusun dan disajikan dengan
perbandingan nilai antara 30 September 2018 dengan 30 September
2017.

Tabel 22. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran 30 September 2018 dan 30


September 2017
30 SEPTEMBER 2017
30 SEPTEMBER 2018
Uraian
% Realisasi thd Realisasi
Anggaran Realisasi
Anggaran
A. Pendapatan Negara & Hibah

1. Penerimaan Negara 6.478.365.928


13.812.975.000 6.245.642.645 45
Bukan Pajak
Jumlah Pendapatan dan 6.478.365.928
13.812.975.000 6.245.642.645 45
Hibah
B. Belanja Negara

1. Belanja Pegawai 31.842.734.099


54.784.650.000 36.145.618.606 66
2. Belanja Barang 146.521.916.810
275.883.246.000 178.484.898.065 65

3. Belanja Modal 4.872.411.214


8.048.500.000 3.911.985.250 49

Jumlah Belanja Negara 183.237.062.123


338.716.396.000 218.542.501.921 65

56
Pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan
jumlah terbesar merupakan Pendapatan Jasa yakni Pendapatan Hak
dan Perijinan berupa Perijinan atas BUJK Asing yang diperoleh
Satuan Kerja Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya
Konstruksi, terdapat penurunan sebanyak 8% antara realisasi pada
Triwulan III TA 2018 dan Triwulan III TA 2017 yang disebabkan pada
Triwulan III TA 2018 jumlah perpanjangan izin BUJK Asing untuk 3
tahun kedepan lebih tinggi dibanding TA 2017 yang sejumlah 21
perusahaan dan pembuatan izin BUJK Asing baru sejumlah 22
perusahaan.
Realisasi Belanja Pegawai terbesar dimiliki oleh Satuan Kerja
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi senilai Rp
28.781.000.046. Realisasi Belanja Barang terbesar merupakan
Belanja Perjalanan Dinas Dalam Negeri yang dimiliki oleh Satuan
Kerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi senilai Rp
15.446.719.694 atau 8%. Realisasi Belanja Modal terbesar
merupakan Belanja Modal Peralatan dan Mesin yang dimiliki oleh
Satuan Kerja Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta senilai Rp
2.054.470.000 atau 52%.

2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada periode
tertentu.
Neraca pada Laporan Keuangan Triwulan III Tahun Anggaran 2018
Direktorat Jenderal disusun dan disajikan dengan perbandingan nilai
antara 30 September 2018 dengan 31 Desember 2017.

Tabel 23. Ringkasan Neraca 30 September 2018 dan 31 Desember 2017


Uraian 30 September 2018 31 Desember 2017

ASET

Aset Lancar 5.749.996.752 2.222.796.823

Aset Tetap 2.796.369.723.054 2.794.313.325.390

Aset Lainnya 95.136.076.331 95.310.558.848

Jumlah Aset 2.897.255.796.137 2.891.846.681.061

KEWAJIBAN

Kewajiban Jangka Pendek 5.220.232.050 975.840.995

57
Jumlah Kewajiban 5.220.232.050 975.840.995

EKUITAS

Ekuitas 2.892.035.564.087 2.890.870.840.066

Jumlah Equitas Dana 2.892.035.564.087 2.890.870.840.066

Jumlah Kewajiban & Ekuitas 2.897.255.796.137 2.891.846.681.061

Pada Triwulan III TA 2018 terdapat pertambahan nilai peralatan dan


mesin di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi sebanyak 1%. Nilai aset tetap
peralatan dan mesin semula Rp 227.244.325.210 menjadi Rp
230.087.507.231, peralatan dan mesin terbesar terdapat pada Satuan
Kerja Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta dengan mayoritas
penambahan melalui pembelian pada alat kantor dan rumah tangga.
Penambahan gedung dan bangunan terbesar terdapat pada Satuan Kerja
Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta dikarenakan adanya revaluasi aset
tetap pada TA 2018. Sampai dengan Triwulan III TA 2018, Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi telah melakukan proses penghapusan atas
beberapa Aset Lain-Lain senilai Rp 882.450.000 yaitu pada Satuan Kerja
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.

3. Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO,
beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan
operasional dan non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa,
pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar. Laporan Operasional pada Laporan Keuangan Triwulan III
Tahun Anggaran 2018 Direktorat Jenderal disusun dan disajikan dengan
perbandingan nilai antara 30 September 2018 dengan 30 September
2017.

Tabel 24. Ringkasan Laporan Operasional 30 September 2018 dan 30


September 2017
Uraian 30 September 2018 30 September 2017

KEGIATAN OPERASIONAL

Pendapatan Operasional 5.493.449.297 6.002.366.751

Beban Operasional 233.840.028.843 192.458.810.487

Surplus/Defisit dari Kegiatan Operasional (228.346.579.546) (192.458.810.487)

58
KEGIATAN NON OPERASIONAL

Surplus/Defisit dari pelepasan aset 496.958.000 3.750.000


non lancar
Surplus/Defisit Penyelesaian - -
Kewwajiban Jangka Panjang
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non 458.389.637
231.163.948
Operasional lainnya
Surplus/Defisit Dari Kegiatan Non 728.121.948 458.389.637
Operasional
Pos Luar Biasa - -

SURPLUS/DEFISIT LO (227.618.457.598) (185.994.304.099)

4. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Laporan Operasional pada Laporan Keuangan Triwulan
III Tahun Anggaran 2018 Direktorat Jenderal disusun dan disajikan
dengan perbandingan nilai antara 30 September 2018 dengan 30
September 2017.

Tabel 25. Ringkasan Laporan Perubahan Ekuitas 30 September 2018 dan 30


September 2017
Uraian 30 September 2018 30 September 2017

Ekuitas Awal 2.890.870.840.066 928.793.719.202

Surplus/Defisit LO (227.618.457.598) (185.994.304.099)

Penyusuaian Nilai Tahun Berjalan - -

Dampak Kumulatif Perubahan - -


Kebijakan Akuntansi/Kesalahan
Mendasar
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non - -
Operasional Lainnya
Koreksi Nilai Persediaan - -

Selisih Revaluasi Aset Tetap 11.059.210.939 -

Koreksi Nilai Aset Tetap Non (220.443.254)


5.440.076.905
Revaluasi
Lain-lain - -

Transaksi Antar Entitas 212.283.893.775 176.933.689.514

Kenaikan/Penurunan Ekuitas 1.164.724.021 (9.281.057.839)

Ekuitas Akhir 2.892.035.564.087 919.512.661.363

59
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang
disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional,
dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah
penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang
berakhir sampai dengan tanggal 30 September 2018 disusun dan disajikan
berdasarkan basis kas. Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan
Laporan Perubahan Ekuitas untuk Triwulan III Tahun 2018 disusun dan
disajikan dengan menggunakan basis akrual.
Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2017 telah diaudit oleh Tim BPK
dengan status opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sedangkan Laporan
2018 Unaudited masih dalam proses penyusunan dan bersamaan dengan
itu Tim Inspekorat Jenderal Kementerian PUPR telah melakukan reviu
terhadap Satuan Kerja di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.

c. Penerimaan Negara Bukan Pajak


1. Kinerja Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2017-2018
Selama tahun 2018, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi memiliki
realisasi penerimaan sebesar Rp6.307.911.277,- yang terdiri dari
PNBP Umum sebesar 12,12% dan PNBP Fungsional sebesar 88,88%.
i. PNBP Umum
Realisasi PNBP Umum sebesar Rp 764.591.277,- terdiri dari
beberapa uraian penerimaan, diantaranya:
Tabel 26. Realisasi PNBP
REALISASI PENERIMAAN
TA 2018
NO URAIAN PENERIMAAN PNBP UMUM
(%)
(Rp)

1 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya 496.958.000 65,00

2 Pendapatan Sewa Tanah. Gedung. dan Bangunan 7.477.800 1,06

3 Pendapatan Denda Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah 3.420.657 0,45

Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran yang 10,20


4 77.954.172
lalu
Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran yang 23,20
5 177.398.048
lalu
6 Pendapatan Anggaran lain-lain 740.000 0,10

TOTAL 764.591.277

60
Dengan uraian penerimaan PNBP Umum tersebut diatas,
realisasi PNBP Umum tahun 2018 ini meningkat sebesar 27,31%
dari tahun 2017 atau dengan kata lain realisasi PNBP Umum
tahun 2017 sebesar Rp600.572.562,-.
ii. PNBP Fungsional
Realisasi PNBP Fungsional sebesar Rp 5.543.320.000,-
dengan realisasi penggunaan dana PNBP sebesar Rp
102.750.000,- yang terdiri dari beberapa uraian penerimaan,
diantaranya:

Tabel 27. Realiasai Penggunaan Dana PNBP


REALISASI
REALISASI PENGGUNAAN
URAIAN RENCANA
TARGET PENERIMAAN DANA PNBP
PENERIMAAN PNBP PENGGUNAAN
PENERIMAAN
FUNGSIONAL DANA
(Rp) (%) (Rp) (%)

Pendapatan 81.475.000 150.250.000 184,41 73.460.000 69.356.500 94,41


Penggunaan Sarana
dan Prasarana sesuai
Tusi
Pendapatan Perizinan 13.700.000.000 5.363.070.000 39,15 - -
Lainnya
Pendapatan Layanan 31.500.000 30.000.000 95,24 29.290.000 27.724.000 94,65
Pendidikan dan/atau
Pelatihan
94,48
TOTAL 13.812.975.000 5.543.320.000 40,13 102.750.000 97.080.500

Realisasi PNBP Fungsional ini hanya mencapai 40,13 % dari


target PNBP yang ditentukan pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp
13.812.975.000,-. Tidak tercapainya target penerimaan pada
layanan perizinan perwakilan BUJKA salah satunya disebabkan
adanya perubahan sistem penerbitan perizinan perwakilan
BUJKA sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perijinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission). PP
24/2018 tersebut mencabut kewenangan BKPM untuk
menerbitkan perizinan perwakilan BUJKA yang kini menjadi
kewenangan Lembaga OSS Republik Indonesia. Pelaksanaan
penerbitan perizinan perwakilan BUJKA didasarkan atas
komitmen dari Kementerian PUPR dan selanjutnya dilakukan
pembayaran tarif PNBP. Kondisi saat ini Kementerian PUPR
belum menerbitkan peraturan yang mengatur tentang
komitmen yang harus dipenuhi oleh BUJKA dalam memperoleh
perizinan perwakilan BUJKA. Dengan demikian, BUJKA tidak

61
dapat mengajukan izin perwakilan BUJKA sehingga berdampak
terhadap realisasi penerimaan PNBP.
Selanjutnya, penerimaan PNBP Fungsional tahun 2018 ini
turun sebesar 27,53% dari tahun 2017 atau dengan kata lian
realisasi PNBP Fungsional tahun 2017 sebesar Rp
7.649.135.000,-.

2. Rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak TA 2019


Dalam rangka pelaksanaan anggaran 2019, Direktorat Jenderal
Bina Konstruksi memiliki rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak
sebesar Rp 11.518.000.000,- dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 28. Rencana Penerimaan Negara Bukan Pajak


PAGU
TARGET PENGGUNAAN
% IZIN
NO SATUAN KERJA PENERIMAAN SESUAI IZIN
MENKEU
(Rp) MENKEU (Rp)

1 BJKW IV SURABAYA 95.000.000 90,17 85.661.000

2 BALAI MPK 63.000.000 93,00 58.590.000

3 DIT. III 11.360.000.000 - -

TOTAL 11.518.000.000 144.250.000

Pada tahun 2017, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi telah


mengajukan izin penggunaan sebagian dana PNBP per unit Eselon I
sebesar 95%. Berdasarkan progress perubahan persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP di Kementerian PUPR yang
disampaikan oleh Kementerian Keuangan bahwa usulan perubahan
persetujuan penggunaan dana PNBP di Kementerian PUPR sedang
menunggu penetapan oleh Menteri Keuangan dengan penggunaan
paling tinggi sebesar 80% pada Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
Apabila izin penggunaan sebagaian dana PNBP ini berlaku di TA
2019, maka APBN Direktorat Jenderal Bina Konstruksi yang
bersumber dari PNBP akan bertambah menjadi Rp 9.214.400.000,-
atau 80% dari rencana target penerimaan

62
3. Usulan Jenis dan Tarid Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) Yang Berlaku di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi
Dalam rangka penyusunan rancangan perubahan Peraturan
Pemerintah No.38 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di Kementerian
Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi menyusun
usulan jenis dan tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang berlaku di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
berlaku di Direktorat Jenderal Bina Konstruksi terdiri atas:
1. Jasa Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, yang
terdiri dari:
a. Layanan Tempat Uji Kompetensi Bidang Jasa
Konstruksi; dan
b. Jasa Pendidikan, Pelatihan dan Bimbingan Teknis.
2. Penggunaan Sarana/Prasarana dalam rangka mendukung
pelaksanaan Tugas dan Fungsi Instansi Pemerintah
3. Jasa Pembinaan Usaha Jasa Konstruksi, yang terdiri dari:

Administrasi Peningkatan Kemampuan dan Kapasitas Usaha Jasa


Konstruksi Nasional
a. Administrasi Izin Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing;
b. Registrasi Sertifikat Badan Usaha (SBU) Badan Usaha Jasa
Konstruksi Asing (BUJKA) Kantor Perwakilan;
c. Registrasi Pengalaman Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing
(BUJKA) Kantor Perwakilan;
d. Registrasi Usaha Jasa Konstruksi berbentuk Usaha Orang
Perorangan;
e. Registrasi Sertifikat Badan Usaha (SBU) Badan Usaha Jasa
Konstruksi;
f. Registrasi Pengalaman Badan Usaha (SBU) Badan Usaha
Jasa Konstruksi; dan
g. Akreditasi.

Administrasi Peningkatan Kompetensi, Profesionalitas dan


Produktivitas Tenaga Kerja Konstruksi Nasional
a. Akreditasi;
b. Registrasi Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK) Tenaga Kerja
Konstruksi;

63
c. Registrasi Sertifikat Kompetensi Kerja (SKK) bagi Tenaga
Kerja Konstruksi Asing;
d. Registrasi Pengalaman Profesional Tenaga Kerja Konstruksi;
e. Registrasi Pengalaman Profesional Tenaga Kerja Konstruksi
Asing; dan
f. Registrasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Konstruksi.

Sanksi Denda Administratif atas Pelanggaran Administratif


Sampai dengan akhir tahun 2018, progress atas usulan jenis dan
tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku di
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi telah dilakukan beberapa
kegiatan, diantaranya:
1. Rapat pembahasan dengan Biro Keuangan, Kementerian
Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian untuk melakukan
harmonisasi RPP Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang
berlaku di Kementerian PUPR;
2. Pembahasan dengan LPJK dan perwakilan Asosiasi Badan
Usaha atas usulan Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang
berlaku di DJBK berdasarkan hasil pelaksanaan harmonisasi
RPP;
3. Pelaksanaan Konsultasi Publik atas usulan Jenis dan Tarif
atas Jenis PNBP yang berlaku di DJBK dengan mengundang
perwakilan pengguna jasa layanan PNBP. Berdasarkan
konsultasi publik tersebut, pengguna jasa layanan
memberikan masukan dan kesepakatan atas usulan Jenis
dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku di DJBK; dan
4. Menyampaikan dokumen usulan Jenis dan Tarif atas Jenis
PNBP yang berlaku di DJBK ke Biro Keuangan untuk
dilakukan harmonisasi RPP lanjutan.

d. Evaluasi Pelaksanaan Anggaran


Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam angka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Bab X
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran dijelaskan bahwa
Menteri/Pimpinan selaku PA melakukan monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya.

64
Penilaian kinerja pelaksanaan anggaran didasarkan pada 4 aspek berikut
ini:
Tabel 29. 4 Aspek Kinerja Pelaksanaan Anggaran
KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN

Kesesuaian Efisiensi Pelaksanaan


Efektifitas Pelaksanaan Kepatuhan Terhadap
Perencanaan dan Kegiatan
Kegiatan Regulasi
Penganggaran
1. Revisi DIPA (5%); 1. Retur SP2D (5%); 1. Data Kontrak (12%);1. Perencanaan Kas
2. Deviasi Halaman 2. Realisasi Anggaran (25%); 2. Pengelolaan UP/TUP (5%).
III DIPA (5%). 3. Penyelesaian Tagihan (10%); 2. SPM Salah (8%).
(20%). 3. LPJ Bendahara (5%).

Berikut kami sampaikan hasil reviu Kinerja Pelaksanaan Anggaran Periode


2017 – 2018, diantaranya:
1. Periode sampai dengan Triwulan IV Tahun 2017
UNIT KERJA PERINGKAT SKOR INDIKATOR YANG RENDAH

DIREKTORAT JENDERAL 1. Adanya SPM salah dan


Ke - 6 79,612. Terlambat menyampaikan data kontrak.
BINA KONSTRUKSI
1. Terlambat menyampaikan data kontrak;
SEKRETARIAT 2. Durasi UP/TUP;
DIREKTORAT JENDERAL Ke - 13 73,843. Penyelesaian tagihan; dan
BINA KONSTRUKSI 4. Deviasi realisasi dengan Hal III DIPA.

2. Periode Tahun 2018


URAIAN TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

Ke - 3
Peringkat Ke - 4 Peringkat Ke - 4 Peringkat Ke - 2 Peringkat
96,44
Skor 81,26 Skor 88,92 Skor 94,85 Skor
Indikator yang
Indikator yang Indikator yang rendah dibandingkan
rendah dibandingkan rendah dibandingkan rata-rata penilaian
DIREKTORAT rata-rata penilaian rata-rata penilaian Kementerian PUPR
JENDERAL BINA Kementerian PUPR Kementerian PUPR adalah Penyelesaian
KONSTRUKSI adalah adalah - Tagihan
1. Penyerapan 1. Penyelesaian
Anggaran dan Tagihan dan
2. Terlambat 2. Terlambat
menyampaikan data menyampaikan data
kontrak. kontrak.

SEKRETARIAT Peringkat Ke - 13 Peringkat Ke - 9 Peringkat Ke - 12 Peringkat Ke - 13

65
URAIAN TRIWULAN I TRIWULAN II TRIWULAN III TRIWULAN IV

DIREKTORAT 91,37
Skor 80,63 Skor 88,89 Skor 91,44 Skor
JENDERAL BINA
KONSTRUKSI Indikator yang Indikator yang Indikator yang Indikator yang
rendah dibandingkan rendah dibandingkan rendah dibandingkan rendah dibandingkan
rata-rata penilaian rata-rata penilaian rata-rata penilaian rata-rata penilaian
DJBK adalah DJBK adalah DJBK adalah DJBK adalah
1. Penyelesaian 1. Terlambat 1. Adanya retur SP2D;1. Realisasi Anggaran;
tagihan; dan menyampaikan data 2. Frekuensi Revisi 2. Penyelesaian
2. Rekon LPJ kontrak.; dan DIPA; dan Tagihan;
Bendahara. 2. Adanya retur SP2D.3. Terlambat 3. Adanya Retur SP2D;
menyampaikan data 4. Deviasi realisasi
kontrak. dengan Hal III DIPA;
5. Frekuensi Revisi
DIPA; dan
6. Terlambat
menyampaikan data
kontrak.; dan
7. Rekon LPJ
Bendahara.

e. Catatan Atas Laporan Barang Milik Negara Triwulan III TA 2018


1. Pendekatan Penyusunan laporan
Laporan Barang Pengguna Eselon I Triwulanan, Triwulan III
Tahun Anggaran 2018 merupakan laporan yang mencakup seluruh
aspek BMN yang ditatausahakan dan dikelola oleh Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi.

Nilai BMN gabungan (intrakomptabel dan ekstrakomptabel) yang


disajikan pada Periode Triwulan III Tahun Anggaran 2018 ini adalah
sebesar Rp. 2.947.699.715.783,- (Dua triliyun sembilan ratus empat
puluh tujuh milyar enam ratus sembilan puluh sembilan juta tujug
ratus lima belas ribu tujuh ratus delapan puluh tiga rupiah) yang
merupakan nilai BMN berupa saldo awal laporan sebesar Rp.
2.937.380.900.912,- (Dua triliyun sembilan ratus tiga puluh tujuh
milyar tiga ratus delapan puluh juta sembilan ratus ribu sembilan
ratus dua belas rupiah) dan nilai mutasi yang terjadi selama periode
Triwulan III Tahun Anggaran 2018 sebesar Rp. 10.318.814.871,-
(Sepuluh milyar rupiah tiga ratus delapan belas juta delapan ratus
empat belas ribu delapan ratus tujuh puluh satu rupiah) yang terdiri
dari transaksi keuangan dan transaksi non-keuangan. Mutasi BMN
yang berasal dari transaksi keuangan merupakan penambahan nilai
BMN yang berasal dari perolehan dan/atau penambahan BMN yang

66
berasal dari pembiayaan APBN selama periode tahun berjalan
sedangkan transaksi non-keuangan merupakan transaksi
penambahan dan pengurangan atas BMN yang berasal dari
pembiayaan selain APBN periode tahun berjalan.

Laporan Barang Pengguna Eselon I Triwulanan, Triwulan III


Tahun Anggaran 2018 merupakan himpunan dari LBKP pada 15
(lima belas) Kuasa Pengguna Barang yang terdiri dari 15 (lima belas)
satuan kerja Kantor Pusat (sebagaimana daftar satuan kerja
terlampir).

2. Ringkasan Barang Milik Negara Periode Triwulan III Tahun


Anggaran 2018
i. Saldo Awal Triwulan III Tahun Anggaran 2018
Nilai BMN per 1 Januari 2018 pada Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi adalah sebesar Rp. 2.937.380.900.912,- (Dua triliyun
sembilan ratus tiga puluh tujuh milyar tiga ratus delapan puluh
juta sembilan ratus ribu sembilan ratus dua belas rupiah) yang
terdiri dari nilai BMN intrakomptabel (nilai BMN yang disajikan
dalam Neraca) sebesar Rp. 2.936.652.073.429,- (Dua triliyun
sembilan ratus tiga puluh enam milyar enam ratus lima puluh
dua juta tujuh puluh tiga ribu empat ratus dua puluh sembilan
rupiah) dan nilai BMN ekstrakomptabel sebesar Rp.
728.827.483,- (Tujuh ratus dua puluh delapan juta delapan ratus
dua puluh tujuh ribu empat ratus delapan puluh tiga rupiah).

ii. Ringkasan Mutasi Barang Milik Negara Triwulan III Tahun


Anggaran 2018
Mutasi BMN per Triwulan III Tahun Anggaran 2018 adalah
sebagai berikut
a. Barang Persediaan
Saldo Persediaan pada Laporan Barang Pengguna Eselon I
Triwulanan per 30 September 2018 sebesar Rp. 529.764.702,-
(Lima ratus dua puluh sembilan juta tujuh ratus enam puluh
empat ribu tujuh ratus dua rupiah) jumlah tersebut terdiri dari
saldo awal pada Tahunan TA. 2017 sebesar Rp. 1.312.139.598,-
(Satu milyar tiga ratus dua belas juta seratus tiga puluh
sembilan ribu lima ratus sembilan puluh delapan rupiah) total
mutasi tambah persediaan selama periode laporan sebesar Rp.
42.262.146,- (Empat puluh dua juta dua ratus enam puluh dua

67
ribu seratus empat puluh enam rupiah) dan total mutasi kurang
persediaan selama periode laporan sebesar Rp. 824.637.042,-
(Delapan ratus dua puluh empat juta enam ratus tiga puluh
tujuh empat puluh dua rupiah).

b. Tanah
Saldo Tanah pada Laporan Barang Pengguna Eselon I
Triwulanan per 30 September 2018 adalah sebesar Rp.
2.345.864.103.000,- (Dua triliyun tiga ratus empat puluh lima
milyar delapan ratus enam puluh empat juta seratus tiga ribu
rupiah). Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal tanah seluas
97.224 m2 dengan nilai sebesar 2.345.864.103.000,- (Dua
triliyun tiga ratus empat puluh lima milyar delapan ratus enam
puluh empat juta seratus tiga ribu rupiah) mutasi tambah seluas
0 m2 dengan nilai sebesar Rp 0,- (Nol rupiah) dan mutasi kurang
seluas 0 m2 dengan nilai sebesar Rp 0,- (Nol rupiah).

c. Peralatan dan Mesin


Saldo Peralatan dan Mesin pada Laporan Barang Pengguna
Eselon I Triwulanan per 30 September 2018 adalah sebesar Rp.
230.858.186.133,- (Dua ratus tiga puluh milyar delapan ratus
lima puluh delapan juta seratus delapan puluh enam ribu
seratus tiga puluh tiga rupiah). Jumlah tersebut terdiri dari
saldo awal sebesar Rp. 229.707.087.545,- (Dua ratus dua puluh
sembilan milyar tujuh ratus tujuh juta delapan puluh tujuh ribu
lima ratus empat puluh lima rupiah) mutasi tambah sebesar Rp.
5.474.747.500,- (Lima milyar empat ratus tujuh puluh empat
juta tujuh ratus empat puluh tujuh ribu lima ratus rupiah) dan
mutasi kurang sebesar Rp. 4.323.648.912,- (Empat milyar tiga
ratus dua puluh tiga juta enam ratus empat puluh delapan ribu
sembilan ratus dua belas rupiah).

d. Gedung dan Bangunan


Saldo Gedung dan Bangunan pada Laporan Barang Pengguna
Eselon I Triwulanan per 30 September 2018 adalah sebesar Rp.
353.105.713.767,- (Tiga ratus lima puluh tiga milyar seratus
lima juta tujuh ratus tiga belas ribu tujuh ratus enam puluh
tujuh rupiah). Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar
Rp. 344.544.156.146,- (Tiga ratus empat puluh empat milyar
lima ratus empat puluh empat juta seratus lima puluh enam ribu

68
seratus empat puluh enam rupiah) mutasi tambah sebesar Rp.
23.223.121.029,- (Dua puluh tiga milyar dua ratus dua puluh
tiga juta seratus dua puluh satu ribu dua puluh sembilan rupiah)
dan mutasi kurang sebesar Rp. 14.661.563.408,- (Empat belas
milyar enam ratus enam puluh satu juta lima ratus enam puluh
tiga ribu empat ratus delapan rupiah).

e. Jalan, Irigasi dan Jaringan


Saldo Jalan. Irigasi dan Jaringan pada Laporan Barang
Pengguna Eselon I Triwulanan per 30 September 2018 adalah
sebesar Rp. 2.788.583.650,- (Dua milyar tujuh ratus delapan
puluh delapan juta lima ratus delapan puluh tiga ribu enam
ratus lima puluh rupiah). Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal
sebesar Rp. 2.788.583.650,- (Dua milyar tujuh ratus delapan
puluh delapan juta lima ratus delapan puluh tiga ribu enam
ratus lima puluh rupiah) mutasi tambah sebesar Rp. 0,- (Nol
rupiah) dan mutasi kurang sebesar Rp. 0,- (Nol rupiah).

f. Aset Tetap Lainnya


Saldo Aset Tetap Lainnya pada Laporan Barang Pengguna
Eselon I Triwulanan per 30 September 2018 adalah sebesar Rp.
665.767.080,- (Enam ratus enam puluh lima juta tujuh ratus
enam puluh tujuh ribu delapan puluh rupiah). Jumlah tersebut
terdiri dari saldo awal sebesar Rp. 771.947.080,- (Tujuh ratus
tujuh puluh satu juta sembilan ratus empat puluh tujuh ribu
delapan puluh rupiah)) mutasi tambah sebesar Rp. 49.153.346,-
(Empat puluh sembilan juta seratus lima puluh tiga ribu tiga
ratus empat puluh enam rupiah) dan mutasi kurang sebesar Rp.
95.333.346,- (Sembilan puluh lima juta tiga ratus tiga puluh tiga
ribu tiga ratus empat puluh enam rupiah).

g. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)


Saldo KDP pada Laporan Barang Pengguna Eselon I Triwulanan
per 30 September 2018 adalah sebesar Rp. 0,- (Nol rupiah).
Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp. 0,- (Nol
rupiah) mutasi tambah sebesar Rp. 0,- (Nol rupiah) dan KDP
yang menjadi aset definitif sebesar Rp. 0,- (Nol rupiah).

h. Aset Lainnya

69
Saldo Aset Lainnya pada Laporan Barang Pengguna Eselon I
Triwulanan per 30 September 2018 adalah sebesar Rp.
108.299.833.743,- (Seratus delapan milyar dua ratus sembilan
puluh sembilan juta delapan ratus tiga puluh tiga ribu tujuh
ratus empat puluh tiga rupiah). Jumlah tersebut terdiri dari
saldo awal sebesar Rp. 109.150. 110.967,- (Seratus sembilan
milyar seratus lima puluh juta seratus sepuluh ribu sembilan
ratus enam puluh tujuh rupiah) mutasi tambah sebesar Rp.
306.867.026,- (Tiga ratus enam juta delapan ratus enam puluh
tujuh ribu dua puluh enam rupiah) dan mutasi kurang sebesar
Rp. 1.157.144.250,- (Satu milyar seratus lima puluh tujuh juta
seratus empat puluh empat ribu dua ratus lima puluh rupiah).

iii. Informasi BMN Lainnya


a. Perkembangan Nilai BMN
Nilai BMN yang sudah ditetapkan status penggunaannya
pada Laporan Barang Pengguna Eselon I Triwulanan per 30
September 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 30. Nilai BMN yang Sudah Ditetapkan


Belum
Sudah Ditetapkan Ditetapkan
Status Status
No Uraian
Penggunaannya Penggunaannya
(Rp) (Rp)

1 Persediaan - -

2 Tanah - -

3 Peralatan dan Mesin 2.811.322.900 -

4 Gedung dan Bangunan - -

5 Jaringan - -

6 Aset Tetap Dalam Renovasi - -

7 Aset Tetap Lainnya - -

Jumlah 2.811.322.900 -

b. Informasi Pengelolaan BMN

70
- Penetapan Status Penggunaan BMN
Nilai BMN yang sudah ditetapkan status penggunaannya
pada Laporan Barang Pengguna Eselon I Triwulanan per 30
September 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 31. BMN Yang Sudah Ditetapkan Status Penggunaannya


Sudah Belum
Ditetapkan Ditetapkan
No Uraian Status Status
Penggunaannya Penggunaannya
(Rp) (Rp)

1 Persediaan - -

2 Tanah - -

Peralatan dan -
3 2.811.322.900
Mesin
Gedung dan -
4 -
Bangunan
5 Jaringan - -

Aset Tetap Dalam -


6 -
Renovasi
7 Aset Tetap Lainnya - -

Jumlah 2.811.322.900 -

- Pengelolaan BMN

71
Tabel 32. Pengelolaan BMN per 30 September 2018
Pemindah- Jumlah
No Uraian Penggunaan Pemanfaatan Penghapusan
tanganan
Dalam proses pengajuan permohonan Rp.0
1 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp.0
ke Pengguna Barang *)
Dalam proses pengajuan permohonan Rp. 0
2 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0
ke Pengelola Barang
3 Dalam proses Pengelola Barang Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0

4 Selesai di Pengelola Barang Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0

a.Dikembalikan Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0


b.Ditolak Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0
c.Disetujui Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0
Dalam proses tindak lanjut Pengguna Rp. 0
5 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0
Barang/Kuasa Pengguna Barang
Telah diterbitkan Keputusan dari Rp. 0
6 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0
Pengguna Barang
Tindak lanjut oleh Kuasa Pengguna Rp. 0
7 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0
Barang
8 Selesai serah terima Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0 Rp. 0

Nilai Penghapusan BMN per 30 September 2018 adalah Rp.0.-

- Pengelolaan BMN Idle

Tabel 33. Pengelolaan BMN Idle


Uraian Jumlah
Jumlah BMN yang teridentifikasi sebagai BMN idle -

Ditetapkan sebagai BMN idle oleh Pengelola -

Pemberitahuan bukan sebagai BMN idle oleh -


Pengelola
Telah diterbitkan keputusan penghapusan dari -
pengguna
Selesai serah terima kepada Pengelola -

c. Informasi Lainnya

72
Satuan Kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Bina
Konstruksi menggunakan update aplikasi SIMAK BMN 18.2
dan Persediaan 18.1 dalam konsolidasi penyusunan laporan
BMN Triwulanan Triwulan III TA. 2018. Seluruh Satuan Kerja
wajib melaksanakan penyusunan Laporan BMN Triwulanan
dengan menggunakan aplikasi e-Rekon & LK mulai periode
pelaporan Triwulan III Tahun 2018. Aplikasi e-Rekon & LK
belum dapat mengakomodir beberapa laporan yang
dibutuhkan untuk pembuatan Laporan BMN eselon I seperti
laporan kondisi barang dan laporan mutasi BMN

f. Dokumen RKBMN TA 2020


Dasar Hukum RKBMN Pasal 24, ayat (1) PMK
150/PMk.06/2014 “Tata cara penyajian dan penghitungan
Perencanaan Kebutuhan BMN dilakukan dengan berpedoman
pada Modul Perencanaan Kebutuhan BMN” dan PMK 76/2015
tentang Standar Barang AADB Dinas Operasional Jabatan di
Dalam Negeri.
Menindaklanjuti Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan RI No. S-1692/KN/2018 hal
Pemberitahuan Jadwal Penyampaian Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara (RKBMN) untuk Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun Anggaran 2020 yang
telah ditetapkan Jadwal Penyampaian RKBMN tanggal 7
Desember 2018, Surat Sekretaris Jenderal No. KU.0101-Sj/463
tanggal 30 April 2018 hal Pelaksanaan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara (RKBMN Kementerian PUPR TA.2020,
Surat Kepala Biro Pengelolaan BMN dan Layanan Pengadaan
No. UM.02.06-Sb/408 tanggal 31 Agustus 2018 hal Evaluasi
RKBMN Kementerian PUPR TA. 2019 dan Persiapan
Penyusunan RKBMN TA. 2020, dan Surat Kepala Biro
Pengelolaan BMN dan Layanan Pengadaan No. UM.02.06-
Sb/552 tanggal 9 Nopember 2018 hal Koodinasi dan Persiapan
Review RKBMN Kementerian PUPR TA. 2020, serta Surat
Undangan Kepala Biro Pengelolaan BMN dan Layanan
Pengadaan No. UM.02.06-Sb/669 tanggal 18 Desember 2018
hal Penelaahan RKBMN Tahun 2020 di Lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

73
Berdasarkan hasil Penelaahan terhadap RKBM Eselon I
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Usulan Pengadaan BMN
sebanyak 8 (delapan) unit dan Usulan Pemeliharaan BMN
sebanyak 404 (empat ratus empat) NUP BMN.

g. Usulan Penghapusan dan Penetaan Status Penggunaan


BMN
Hasil telaah menunjukan bahwa untuk realisasi belanja
modal yang membentuk aset TA. 2018 adalah Rp.
4.136.000.630,- atau setara dengan 855 unit, sementara itu
status usulan penetapan status penggunaan BMN per 30
November 2018 sebanyak 309 unit dengan total nilai perolehan
Rp. 3.792.182.712,- sehingga masih terdapat selisih BMN yang
harus ditetapkan status penggunaannya sejumlah 546 unit
dengan total nilai perolehan Rp. 343.817.918,-
Untuk siklus Penghapusan BMN, berdasarkan data SIMAK
BMN per status 31 Desember 2018 bahwa aset tetap yang
dihentikan dari status penggunaan sebanyak 3383 unit dengan
nilai perolehan Rp. 14.389.436.178,- sementara progres
penghapusan per 28 Desember 2018 sebanyak 1390 unit
dengan nilai perolehan Rp. 3.471.587.822, -. Ditindaklanjuti
dengan mekanisme penjualan secara lelang melalui Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setempat.
Pada tahun anggaran 2017-2018, satker-satker di
lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mengajukan
permohonan persetujuan penghapusan Barang Milik Negara.
Berikut ini adalah rincian pelaksanaan penghapusan pada
satker-satker di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.

74
Tabel 34. Rincian Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara
USULAN YANG DISETUJ UI
NO NAM A SATKER J UM L J UM L KETERANGAN
NILAI BM N NILAI BM N
AH AH
2017-2018
Sekretariat Direktorat
Sisa 1 karena batal lelang, akan diajukan
1 Jenderal Bina 9 1,088,150,000 8 882,450,000
lelang pada TA. 2019
Konstruksi
Surat Eselon I Permohonan Persetujuan
Direktorat Bina Penghapusan melalui Penjualan PL.0601-
2 26 153,732,500
Investasi Infrastruktur Ks/1050 tgl. 19/09/2018 selanjutnya Proses
ke Sekjen Persetujuan Penghapusan
Direktorat Bina
Persetujuan Penghapusan dr Sekjen
Kelembagaan dan
3 1 147,000,000 PL.06.03-Mn/236 tgl. 20/02/2018 selanjunya
Sumber Daya Jasa
Proses Satker ke KPKNL
Konstruksi
Direktorat Kerja Sama Rekomtek No. PL.0603-DK/112 tanggal
4 2 148,893,000
dan Pemberdayaan 27/02/2018, harus Tindaklanjut dari Satker
Balai Penerapan
5 2 31,520,000 Harus mengajukan PSP ke KPKNL
Teknologi Konstruksi
Surat Eselon I Permohonan Persetujuan
Balai Jasa Konstruksi Penghapusan melalui Penjualan PL.0601-
6 80 302,931,688
Wilayah I Banda Aceh Ks/1051 tgl. 19/09/2018 selanjutnya sudah
Proses ke Sekjen Persetujuan Penghapusan
Surat Eselon I Permohonan Persetujuan
Balai Jasa Konstruksi Penghapusan melalui Penjualan PL.0601-
7 2 309,500,000
Wilayah III Jakarta Ks/1051 tgl. 19/09/2018 selanjutnya sudah
Proses ke Sekjen Persetujuan Penghapusan
Terdapat Kekeliruan nomor NUP, harus
Balai Jasa Konstruksi
8 1257 723,909,634 melakukan koreksi Daftar Pengajuan
Wilayah IV Surabaya
Penghapusan
Balai Jasa Konstruksi Masih Kurang Dokumen Pendukung berupa
9 11 565,951,000
Wilayah VII Jayapura BPKB sehingga harus melengkapi

Total 1,390 3,471,587,822 8 882,450,000

Berdasarkan data tersebut diatas, terdapat sebanyak 1.390


NUP permohonan penghapusan selama tahun 2017-2018
dengan nilai BMN sebesar Rp 3.471.587.822 dan hanya
sebanyak 8 NUP permohonan yang disetujui untuk dilakukan
penghapusan dengan nilai BMN sebesar Rp 882.450.000.
Sebanyak 1.382 NUP usulan penghapusan masih perlu dirposes
pada TA. 2019.

75
3.5. Bagian Hukum, Data, dan Komunikasi Publik
a. Uji Materiil Perkara Nomor 70/PUU-XVI/2018
Pada tanggal 15 Agustus 2018 telah diajukan uji materii Pasal 30
ayat (2), (4) dan (5), Pasal 68 ayat (4), Pasal 70 ayat (4), Pasal 71 ayat (3)
dan ayat (4), Pasal 77 ayat (2), Pasal 84 ayat (5) Undang-Undang No. 2
Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi terhadap Pasal 18 ayat (2) dan ayat
(5) Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar RI. Proses
persidangan yang telah dilakukan yaitu pengajuan dan pembacaan
Keterangan Presiden, pengajuan saksi dan ahli, dan pengajuan
kesimpulan. Saat ini proses uji materii masih menunggu Putusan dari
Mahkamah Konstitusi.

b. Penyusunan Substansi Pembinaan Jasa Konstruksi dalam Rancangan


Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi
Penyusunan substansi pembinaan jasa konstruksi dalam Rancangan
Peraturan Pemerintah Tentang Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi (RPP) sudah dilakukan sejak tahun 2017 bersama
substansi usaha jasa konstruksi dan penyelenggaraan jasa konstruksi, dan
dibahas bersama dalam panitia antar kementerian/lembaga terkait
khususnya Kementerian Dalam Negeri. Saat ini penyusunan RPP tersebut
masih dalam tahap harmonisasi bersama dengan Kementerian Hukum dan
HAM yang melibatkan tim kecil dari kementerian/lembaga (Kementerian
ESDM, Kementerian Tenaga Kerja, dan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa) yang dianggap masih perlu pembahasan lebih dalam

c. Usulan Program Legislasi Kementerian PUPR


Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mengajukan 2 (dua) program
legislasi nasional pada tahun 2018 yaitu Rancangan Peraturan Pemerintah
Tentang Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi (RPP)
dan Rancangan Peraturan Presiden Tentang Usaha Penyediaan Bangunan
yang akan dilanjutkan pada tahun 2019 dan 8 (delapan) rancangan
peraturan menteri PUPR. Dari 8 rapemen tersebut, rancangan peraturan
menteri PUPR tentang Pelayanan Perizinan Badan Usaha Jasa Konstruksi
Asing akan melakukan proses harmonisasi dengan Kementerian Hukum
dan HAM sedangkan yang lain masih tahap pembahasan.

76
Selain itu terdapat pengajuan rancangan peraturan menteri melalui
izin prakarsa dan sudah ditetapkan oleh Menteri PUPR yaitu:
1. Peraturan Menteri No. 2/PRT/M/2018 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2014 Tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum; dan
2. Peraturan Menteri No. 24/PRT/M/2018 Tentang Akreditasi
dan Registrasi Asosiasi Pengembang serta Sertifikasi dan
Registrasi Pengembang Perumahan.
Pada tahun 2019 diusulkan 3 rancangan peraturan menteri
(rapermen) PUPR yang masuk dalam program legislasi prioritas PUPR
yaitu:
1. Rapermen PUPR tentang Keikutsertaan Masyarakat Jasa
Konstruksi dan Pembentukan Lembaga;
2. Rapermen PUPR tentang Klasifikasi dan Kualifikasi Usaha;dan
3. Rapermen PUPR tentang Tata cara Registrasi Lembaga Diklat
Tenaga Kerja Konstruksi dan Tata Cara Sertifikasi Kompetensi
Kerja Konstruksi.

d. Proses penyusunan Rancangan Peraturan Menteri tentang Sistem


Informasi Jasa Konstruksi yang terintegrasi
Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri tersebut merupakan
amanat dari Pasal 83 ayat (6) Undang-Undang No. 2 tahun. Peraturan
Menteri ini bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai aplikasi, proses
bisnis, data dan informasi jasa konstruksi sehingga tersedia data dan
informasi jasa konstruksi yang andal dan valid serta menjamin stakeholder
jasa konstruksi turut berperan dalam sistem informasi jasa konstruksi
terintegrasi. Saat ini penyusunan rapermen masih dalam tahap
pembahasan internal Direktorar Jenderal Bina Konstruksi.

e. Penyusunan Bisnis Proses Sistem Informasi Jasa Konstruksi sebagai


masukan terhadap Penyusunan Permen SIJK
Untuk menjamin bahwa setiap pihak yang terkait dengan jasa
konstruksi ikut berperan dalam penyelenggaraan SIJK, dilakukan
penyusunan proses bisnis SIJK menggunakan notasi BPMN. Konsep proses
bisnis ini kemudian menjadi dasar dalam pembagian wewenang dan

77
tanggung jawab pada batang tubuh Konsep Peraturan Menteri tentang
SIJK.

Gambar 24. Konsep Proses Bisnis SIJK

f. Pengembangan Fitur dalam aplikasi Dayanaker


Aplikasi Dayanaker digunakan untuk melakukan evaluasi capaian
kinerja balai, yang dalam pelaksanaan terdapat beberapa fitur yang perlu
ditambahkan atau diperbarui menyesuaikan bisnis proses yang ada. Oleh
karena itu dilakukan proses-proses pengembangan yang antara lain terdiri
dari:
a. Pembaharuan Halaman Dashboard
b. Perbaikan halaman input kegiatan
c. Perbaikan nama pelatihan mengacu pada jabatan kerja sesuai
SKKNI
d. Pembuatan manual penggunaan aplikasi Dayanaker
e. Perbaikan halaman registrasi online
f. Pengembangan fitur integrasi terhadap aplikasi Sibima
g. Pengembangan fitur pencarian yang lebih komprehensif.
g. Integrasi antara aplikasi Dayanaker dan Sibima
Keberadaan aplikasi Sibima yang sudah digunakan oleh Balai PTK
dalam kegiatan sehari-hari dan adanya aplikasi Dayanaker yang digunakan
untuk menilai kinerja Balai PTK salah satunya, menyebabkan Balai PTK
perlu melakukan 2 kali proses input kegiatan. Oleh karena dilakukan
pengembangan sekaligus uji coba integrasi aplikasi dengan menggunakan

78
web service agar proses penambahan data dalam Sibima secara otomatis
masuk ke dalam aplikasi Dayanaker.

h. Revitalisasi Web Portal DJBK


Setiap satu tahun sekali diadakan lomba konten dan tata kelola
(KOTAK) di Kementerian PUPR. Pada tahun 2017 web bina konstruksi
mendapat nilai yang rendah, dikarenakan tata kelola yang belum baik. Hal
ini menjadi salah satu latar belakang perlu dilakukannya revitalisasi
terhadap web bina konstruksi agar lebih mudah dikelola (berbasis konten).

Gambar 25. Web Portal DJBK

i. Penyusunan SE Dirjen tentang integrasi Data dan Informasi di


lingkungan Bina Konstruksi
Sebagai langkah awal Sistem Informasi Jasa Konstruksi, disusun
Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi yang mengamanatkan
bahwa semua aplikasi dan sistem informasi di lingkungan DJBK perlu
dikelola secara terpusat. Pengembangan sistem informasi selanjutnya

79
harus melalui Balai Penerapan Teknologi Konstruksi. Diharapkan
keseragaman teknologi yang digunakan dapat tercapai yang akan
berujung pada mudahnya proses integrasi lebih lanjut terhadap data dan
informasi jasa konstruksi.

Gambar 26. Bagan Proses Integrasi Data dan Informasi

j. Penyelenggaraan Humas dan Pemberitaan Pimpinan


• Evaluasi Pemberitaan DJBK 2018;
− Total Pemberitaan di Website DJBK sejumlah 153 berita
− Total Pemberitaan di Website PUPR sejumlah 59 berita
− Publikasi melalui Instagram sebanyak 205 Feed, di wilayah
Jakarta dan sekitarnya, yang didominasi terkait Sertifikasi
Tenaga Kerja Konstruksi, K3 Konstruksi, dan Pengadaan
Barang/Jasa PUPR.
− Publikasi melalui Facebook sebanyak 198 berita, dengan
dominasi berita terkait Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi,
Pengadaan Barang/Jasa PUPR, dan K3 Konstruksi.

80
− Publikasi melalui Twitter sebanyak 150 Posts, yang didominasi
posting terkait ULP, Sertifikasi Tenaga Kerja Konstruksi, K3
Konstruksi.
− Publikasi melalui Youtube sebanyak 8 Video

Rekapitulasi jumlah publikasi media cetak pada tahun 2018 dapat


dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 35. Jumlah Publikasi Media Cetak Pada Tahun 2018

Sedangkan untuk rekapitulasi jumlah publikasi media online pada tahun


2018 dapat dilihat pada table dibawah ini:

Tabel 36. Jumlah Publikasi Media Cetak Pada Tahun 2018

81
k. Penyelenggaraan Publikasi Terkait Konstruksi
Selama tahun 2018, Ditjen Bina Konstruksi telah berpartisipasi 7
(tujuh) kegiatan Pameran, dengan rincian sebagai berikut:
a. Pameran PUPR Goes To Campus, Kampus UMB Jakarta, 20
April 2018,
b. Pameran Indonesia Building Technology Expo 2018, Indonesia
Convention Exhibition Tangerang, 2-6 Mei 2018
c. Pameran Urbanscape 2018, Jakarta International Expo
Kemayoran Jakarta, 19-21 Juli 2018
d. Pameran Palembang Expo 2018, Dekranasda Jakabaring
Palembang Sumatera Selatan Hall/Tenda C, 16-25 Agustus
2018
e. Hari Perumahan Nasional (Hapernas) 2018 / Pameran
Indonesia Property Expo (IPEX) 2018, Jakarta Convention
Center, 22-30 September 2018
f. Konstruksi Indonesia 2018, Jakarta Internasional Expo
Kemayoran Jakarta, 31 Oktober s.d. 2 November 2018
l. Pameran Pembangunan Infrastruktur Nasional 2018 (Hari
Bhakti PUPR), Gedung Sate Bandung Jawa Barat, 2 s.d. 4
November 2018

82
BAB IV PENUTUP

4.1. Hambatan dan Permasalahan

a. Masih belum maksimalnya kompetensi dalam bidang hukum di Ditjen


Bina Konstruksi.
b. Simplifikasi peraturan menteri amanat Undang-Undang No 2 Tahun
2017 belum maksimal
c. Kurangnya sumber daya manusia yang memahami secara
keseluruhan proses bisnis jasa konstruksi
d. Masing-masing direktorat dilingkungan DJBK masih memiliki
pemahaman bahwa aplikasi yang dikembangkan harus aplikasi yang
serba lengkap, meskipun diluar proses bisnisnya
e. Distribusi Buletin masih belum maksimal menjangkau seluruh
stakeholders konstruksi
f. Masih kurangnya kemampuan jurnalistik dan fotografi hal ini
terutama di era digital yang membutuhkan kreativitas dalam hal
publikasi, baik untuk publikasi di pusat maupun di daerah
g. Belum di-sah-kannya Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan
pengaduan masyarakat (pelayanan informasi publik) di Direktorat
Jenderal Bina Konstruksi
h. Sarana dan prasarana yang masih belum memadai terutama tempat
penyimpanan dokumen, dan ruang khusus penerimaan tamu, serta
desk khusus pelayanan informasi publik dan atau pengaduan
masyarakat;
i. Terdapat pandangan dan persepsi yang berbeda Antara Pejabat
Struktural dan Pejabat Fungsional dalam bagi peran tugas dan
tanggungjawab untuk melaksanakan tugas dan fungsi di masing-
masing unit kerjanya;
j. Dalam hal evaluasi penerapan SPIP, terdapat perbedaan persepsi
antara asesor dari Inspektorat Jenderal dengan asesor BPKP dan
dengan asesi terkait bukti dukung yang harus dilampirkan, sehingga
terjadi beberapa kali perbaikan data dukung yang mengakibatkan
tumpang tindih data dan proses pemenuhan data memakan waktu
yang cukup lama

83
4.2. Hal-Hal Yang Perlu Menjadi Perhatian

a. Pada tahun mendatang, Ditjen Bina Konstruksi dan seluruh unor di


lingkungan Kementerian PUPR akan menghadapi arah pembangunan
jangka menengah 2020 – 2024. Maka hal yang perlu diperhatikan
adalah mengawal proses penyusunan Rencana Teknokratis Renstra
2020 – 2024, dimana kita perlu menetapkan arah pembinaan jangka
menengah kedepan untuk kemudian dapat ditetapkan sasaran
strategis (outcome), sasaran kegiatan (output), target capaian,
kerangka kelembagaan, kerangka regulasi, dan kerangka pendanaan;
b. Perlunya peningkatan pelatihan di bidang hukum baik dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan dan advokasi hokum;
c. Perlunya pemetaan subtansi pengaturan agar dapat dilakukan
simplifikasi peraturan menteri;
d. Pengelolaan aplikasi secara terpusat perlu koordinasi lebih banyak,
sehingga dibutuhkan komunikasi yang baik antar unit organisasi;
e. Sumber daya yang diperlu dalam pengelolaan aplikasi secara terpusat
juga pasti akan sangat besar, mengingat tugas dan fungsi yang
menjadi tanggung jawab DJBK juga cukup luas;
f. Sesuai arahan Kepala Biro Kompu, Pembiayaan Komunikasi Publik
Unit Organisasi tahun anggaran 2019 harus tersedia cukup dengan
komposisi; Advetorial dan Media Promosi sebesar 50%, Konten
materi Komunikasi sebesar 30%, dan Pameran sebesar 20%;
g. Agar konten publikasi lebih maksimal diterima oleh masyarakat,
perbanyak pemberitaan atau publikasi yang ‘touch the heart’. Selain
itu Expose pemberitaan Kementerian PUPR dengan umbrella brand
atau satu Payung saja, dalam hal ini yaitu Biro Kompu;
h. Maksimalkan saluran komunikasi melalui Balai/Pemprov/
Pemda/Pemkot/ kemudian Lakukan mapping media, terutama untuk
memaksimalkan anggaran yang tersedia, serta maksimalkan media-
media sosial, tentunya selalu berkoordinasi dengan Biro Kompu;
i. Terkait dengan publikasi hasil kinerja Pemerintah di tahun politik,
beberapa hal harus dipahami antara lain: Sampaikan apa adanya,
Hindari pencitraan personal, Respon dengan kalem, Saring dulu baru
Sharing, Hindari visual lambang partai atau nomor urut Capres,
Hindari warna atribut partai, dan Upayakan hindari kegiatan yang
bersamaan dengan jadwal Kampanye, meski Presiden sekalipun;

84
j. Pejabat Fungsional Pembina Jasa Konstruksi diharapkan dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai peraturan
perundangan yang berlaku dan dapat memberikan kesamaan
pandangan dan tujuan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya di
Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
k. Diperlukan pemahaman dalam penulisan DUPAK agar dapat dinilai
dan dengan adanya SE diharapkan dapat menyamakan persepsi
antara Jafung dan Tim Penilai. Akan segera dilaksanakan kegiatan
sosialisasi Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Konstruksi tentang
Petunjuk Teknis Perolehan dan Penilaian Angka Kredit Jabatan
Fungsional Pembina Jasa Konstruksi.

85
86
LAMPIRAN

Lampiran I. Daftar Produk Hukum 2017-2018

a. Peraturan Menteri No. 12 PRT/M/2017 Tentang Standar Dan Pedoman


Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi Rancang Dan Bangun
(Design And Build);
b. Peraturan Menteri No. 19 PRT/M/2017 Tentang Standar Remunerasi
Minimal Tenaga Kerja Konstruksi Pada Jenjang Jabatan Ahli Untuk Layanan
Jasa Konsultansi;
c. Peraturan Menteri No. 2/PRT/M/2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri PU No. 5/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan
Umum;
d. Peraturan Menteri No. 18/PRT/M/2018 tentang Penggunaan Aspal Buton
Untuk Pembangunan Dan Preservasi Jalan;
e. Peraturan Menteri No. 21/PRT/M/2018 Tentang Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur di Kementerian PUPR; dan
f. Peraturan Menteri No. 24/PRT/M/2018 Tentang Akreditasi dan Registrasi
Asosiasi Pengembang serta Sertifikasi dan Registrasi Pengembang
Perumahan

87
Lampiran II. Foto-foto Kegiatan Strategis

Penyusunan SE Dirjen
Mengenai Integrasi Data
dan Informasi

Uji Coba Integrasi


SIBIMA dan
Dayanaker

Revitalisasi Website DJBK

88
Pameran Indonesia Building Technologi (Indobuildtech) Expo
2018 Mei 2018

RDP Kementerian
PUPR dengan
Komisi V DPR-RI

Penganugerahan
Apresiasi dari
Wapres untuk para
pendukung Asian
Games XVIII,
September 2018

89

Anda mungkin juga menyukai