Berbagai sumber internet (video belajar) yang berhubungan dengan materi, antara lain :
KONTRUKSI JALAN
Penggunaan alat – alat dapat mendukung kelancaran dari pembangunan proyek dan
meningkatkan efisiensi kerja dari para pekerjanya. Dalam menggunakan alat – alat kerja perlu
ditinjau dari segi ekonomi apakah dalam pemakaian alat-alat kerja tersebut cukup
menguntungkan jika dibandingkan dengan tenaga manusia.
Jenis-jenis alat kerja yang digunakan pada proyek konstruksi jalan antara lain sebagai berikut:
PERALATAN KONSTRUKSI JALAN
1. Excavator alat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan
tanah. Excavator ini memiliki lengan (arm) yang dapat berputar,
sehingga dapat lebih mudah untuk menggali tanah dengan
kedalaman tertentu. Pada proyek konstruksi jalan,
Excavator digunakan untuk menggali tanah dalam pekerjaan cut and
fill lahan proyek
2. Dump Truck Dump Truck adalah sebuah truk yang mempunyai bak material yang
dapat di miringkan sehingga untuk menurunkan material hanya
dengan memiringkan bak materialnya sehingga muatan akan dapat
meluncur kebawah.
Pada proyek konstruksi jalan, Dump truk digunakan untuk
mengangkut material seperti agregat pondasi kelas A, aspal, pasir
dan material timbunan. Alat angkut dump truck ini di datangkan
langsung dari kontraktor pelaksanan
3. Water Tank Truck Water tank truck digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan
untuk pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat kelas A, setelah
penghamparan material selesai kemudian di padatkan dan di siram
air menggunakan water tank.
4. Vibratory Roller Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar
tekanan dan getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi
pemadatan yang baik. Alat ini memungkinkan digunakan secara luas
dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya
dinamis terhadap tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong
5. Motor Grader Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi sebagai alat
perata atau penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan
dan membentuk permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula
untuk mencampurkan dan menebarkan tanah dan campuran aspal
6. Tandem roller Tandem roller adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas
berporos 2 (two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers).
Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk mendapatkan
permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton
dan lain-lain.
7. Asphalt finisher menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah aspal, serta
meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar
sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke medan
proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang
atau disebut dengan crawler track dengan hopper yang tidak
beralas. Sedangkan di bawah hopper tersebut terdapat pisau yang
juga selebar hopper
8. Aspal Distributor Aspal distributor adalah truk yang dilengkapi dengan tangki aspal,
pompa, dan batang penyemprot. Pada proyek ini, aspal distributor di
datangkan langsung dari kontraktor.
1. Tanah, dalam mekanika tanah, istilah tanah menacakup semua bahan konstruksi yang
berasal dari quarry atau pits seperti : lempung, lanau, psir; kerikil, kerakal, berangkal dll
2. Agregat
Pasir adalah material berbutir yang dihasilkan oleh pelapukan alami batuan atau
pemecahan batuan pasir-batu, terdapat beberapa jenis pasir dengan masing-masing
gradasi tertentu.
Perencanaan geometrik jalan merupakan salah satu perencanaan konstruksi jalan, yang
meliputi aspek-aspek perencanaan elemen jalan seperti lebar jalan, tikungan, kelandaian
jalan, dan jarak pandangan serta kombinasi dari bagian-bagian tersebut. Dalam
perencanaan jalan raya, pola dan bentuk geometrik harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga jalan dapat memberikan pelayanan yang optimal pada lalulintas sesuai dengan
fungsinya.
2. Volume lalulintas
Volume lalu-Lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik
pengamatan selama satu satuan waktu (kendaraan/hari, kend/jam). Volume Lalu-Lintas
untuk keperluan desain kapasitas geometrik jalan perlu dinyatakan dalam Satuan Mobil
Penumpang (SMP).
Volume yang umumnya dilakukan pada desain kapasitas ruas jalan adalah sbb :
Volume Lalu-Lintas Harian Rata-Rata (LHR)
Volume Harian Rata-rata Tahunan (LHRT)
Volume Lalu Lintas Harian rencana (VLHR)
Volume Jam Rencana (VJR)
Kapasitas jalan
3. Kecepatan
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan dibagi
waktu tempuh yang dinyatakan dalam Km/Jam.
Kendaraan rencana
Kendaraan Rencana adalah kendaraan dengan standard tertentu (bentuk, ukuran, dan
daya/kemampuan) yang digunakan sebagai kriteria perencanaan bagian-bagian jalan.
Kendaraan rencana ini dikelompokkan menjadi kelompok mobil penumpang, bis/truk, semi
trailer, dan trailer.
Volume Lalu-Lintas adalah jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan selama
satu-satuan waktu (kend/hari, kend/jam, kend/menit). Volume lalu lintas untuk perencanaan
geometrik jalan biasanya dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp) yaitu hasil
mengalikan setiap jenis kendaraan dengan ekivalensi mobil penumpang (smp) jenis kendaraan
tersebut.
Kapasitas Jalan adalah arus lalulintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu
penampang bagian jalan pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil penumpang per
jam. Ratio Volume/Kapasitas disebut RVK adalah perbandingan antara volume lalulintas
dengan kapasitas jalan. Kapasitas Rencana adalah kapasitas ideal dikalikan dengan faktor
kondisi jalan yang direncanakan (seperti terdapat dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia,
MKJI 1997).
Sesuai dengan Permen PU No 19/PRT/M/2011 nilai RVK ditentukan sesuai dengan fungsi
jalan, yaitu :
Tingkat Pelayanan Jalan merupakan kondisi gabungan dari rasio volume dan kapasitas (V/C)
dan kecepatan. Rasio. V/C juga disebut Derajat Kejenuhan (MKJI 1997).
Kecepatan Rencana
Kecepatan Rencana (Desain Speed) adalah kecepatan kendaraan yang mendasari perencanaan
teknis geometri jalan, merupakan kecepatan kendaraan yang dapat dicapai bila melaju tanpa
gangguan dan aman. Pada saat desainer menetapkan kecepatan rencana sebagai dasar
perencanaan, beberapa hal perlu menjadi pertimbangan seperti :
F = m.a
F = (G.V2)/(g.R)
Keterangan :
F : Gaya Sentrifugal.
m : Masa Kendaraan.
a : Percepatan Sentrifugal
G : Berat Kendaraan.
g : Gaya Gravitasi.
V : Kecepatan Kendaraan.
R : Jari-jari Tikungan.
Alinyemen Horizontal
Alinyemen Horizontal adalah kumpulan titik-titik yang membentuk garis (lurus dan lengkung)
sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang horizontal.
Gaya sentrifugal.
Bentuk-bentuk tikungan
Diagram superelevasi
1. Derajat Lengkung
Derajat lengkung (Do) adalah besar sudut lengkung yang menghasilkan panjang busur 25
m.
- ↑R = ↓D = semakin tumpul lengkung horizontal rencana
- ↓R = ↑D = semakin tajam lengkung horizontal rencana
25
x 360
2. π. R
()*+,*-
D derajat 5o7
.
8
Rmin = jari-jari minimum (m)
Rmin (+9.5 : ;< : 7 V = kecepatan kendaraan (km/jam)
emaks = superelevasi maksimum (%)
F = koefisien gesekan melintang
emaks = 0,10
4. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan diperlukan agar pengemudi dapat menyesuaikan manuver kendaraan
pada bagian-bagian geometrik jalan yang bertransisi dari alinyemen lurus ke lingkaran,
atau dari lurus ke lurus atau juga dari alinyemen llingkaran ke lingkaran.
5. Landai Relatif
Landai relatif adalah besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi tepi perkerasan sebelah
luar sepanjang lengkung peralihan. Perbedaan elevasi dalam hal ini hanya berdasarkan
tinjuan atas perubahan bentuk penampang melintang jalan dan belum diperhitungkan
terhadap gabungan dari perbedaan elevasi akibat kelandaian vertical jalan.
Landai Relatif Maksimum yang ditetapkan Bina Marga (1994) dan AASHTO 2004
Ket :
AB = Garis Pandang.
M = Jarak daerah bebas samping ke sumbu
lajur sebelah dalam, m
Ө = sudut pusat lengkung sepanjang Jh
Jh = jarak pandang henti, m
Lc = panjang lengkung busur lingkaran
Ri = Radius sumbu lajur sebelah dalam, m
1. Kelandaian Minimum
Kelandaian Minimum jalan diperlukan untuk kepentingan Drainase Jalan (Surface Drain),
agar supaya secepatnya air hujan dapat mengalir kesaluran samping, sehingga tidak terjadi
Genangan pada permukaan Jalan.
Perencana perlu mempertimbangkan beberapa hal sbb :
Landai datar (0%) untuk jalan jalan tanpa kerb dan terletak diatas tanah timbunan.
Pada kondisi ini lereng melintang jalan cukup untuk mengalirkan air diatas perkerasan
jalan kemudian ke Talud.
Landai 0,30 – 0,50 % untuk jalan yang menggunakan Kerb dan terletak diatas tanah
timbunan. Kerb yang digunakan sebaiknya Kerb dengan saluran.
2. Kelandaian Maksimum
Kelandaian maksimum adalah kelandaian yang memungkinkan kendaraan bergerak terus
tanpa kehilangan kecepatan yang berarti. Di asumsikan untuk Truk yang bermuatan penuh
dengan penurunan kecepatan masih lebih atau sama dengan 50 % dari kecepatan awal.
LMAKS 10 10 9 8 5 4 3 3
3. Panjang Kritis
Panjang Kritis adalah panjang landai maksimum yang harus ada untuk memepertahankan
kecepatan sehingga penurunan kecepatan ≤ 50 % dari kecepatan rencana selama satu
menit.
Panjang Landai Kritis
Kecepatan Awal (km/jam) Landai (%) Panjang Landai Kritis (m)
120 3 800
4 500
5 400
100 4 700
5 500
6 400
80 5 600
6 500
60 6 500
Sumber : No. 007/BM/2009
4. Lajur Pendakian
Sesuai Standar Geometri untuk Jalan Tol No 007/Bm/2009, lajur pendakian selebar 3,60
m disediakan apabila panjang kritis dilampaui, jalan memiliki VLHR > 25.000 SMP/hari,
dan persentase truk > 15 %.
Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk keperluan Jalur Pendakian :
Arus lalu Lintas yang mendaki melebihi 200 Kend/jam.
Arus lalu lintas Truk > 20 Kend/Jam.
Ket :
Titik PLV = Titik Permulaan Lengkung Vertikal.
Titik PTV = Titi Permulaan Tangen Vertikal.
L = Panjang Proyeksi Lengkung
Vertikal.
g1 = Kelandaian bagian Tangen vertical
Ket :
L =H + /864
Desain lengkung vertikal yang menggunakan jarak pandang henti sebagai dasar
menentukan panjang lengkung vertikal cembung, maka jalan dengan lengkung tersebut
perlu dilengkapi dengan rambu dan marka dilarang mendahului.
Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak pandang henti, dengan h1 =
1,08 m; dan h2 = 0,60 m, maka persamaan menjadi :
KLM
L 2H J 5 7
A
Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak pandang mendahului untuk
Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1 = 1,08 m; dan h2 = 1,08 m, maka persamaan menjadi :
MK)
L 2H J 5 7
A
2
L = AV /395
Ket :
V = Kecepatan rencana, Km/jam
A = Perbedaan aljabar landai
L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang Lengkung Vertikal Cekung untuk S < L
adalah :
AB C
L MDDN O)DD 5FG ;FC 7
2
L = AS /(800C-1200)
Ket :
L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
A = Perbedaan Aljabar landai, %
S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m
C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah bangunan yang melintas, m
h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka jalan, m
h2 = Tinggi objek dari muka jalan, m
Faktor Regional (FR) adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya perbedaan
kondisi dengan AASHTO Road Test dan sesuaikan dengan keadaan di Indonesia.
Faktor regional dipengaruhi oleh alinyemen (kelandaian dan tikungan), presentase
kendaraan berat dan berhenti serta iklim (curah hujan)
Drainase permukaan adalah sistem darinase yang berkaitan dengan pengendalian air
permukaan. Dalam merencanakan drainase terdapat ketentuan – ketentuan yang diperhatikan,
diantaranya ialah :
1. Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase sebagai
penampung, pembagi, dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna dan berhasil
guna.
2. Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan factor ekonomi dan
faktor keamanan.
3. Perencanaan drainase harus dipertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai ekonomis
terhadap pemeliharaan sistem drainase.
4. Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai – sungai pengumpul
drainase.
5. Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal tetapi harus
diperhatikan dalam perencanaan terutama untuk tempat air keluar.
Dua hal pokok yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sistem drainase untuk jalan
raya, yaitu :
Drainase permukaan
Drainase bawah permukaan
Pada sistem drainase permukaan jalan terdiri dari melintang perkerasan dan bahu jalan, selokan
samping, gorong – gorong dan saluran penangkap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar
berikut ini :
Draninase permukaan jalan merupakan komponen penting, adapun fungsi dari drainase
tersebut ialah :
Gorong-gorong difungsikan sebagai saluran pembawa air dari samping ke badan air ataupun
ke saluran pembuangan lainnya. Ada beberapa tipe gorong-gorong yakni :
Adapun perhitungan luas basah dari gorong-gorong tersebut dapat di lihat dari Gambar:
Gorong-gorong berikut ini, dengan penetapan luas bidang basah adalah: F = ⅛ (Ø – sinØ) D².
Berbagai jenis ukuran gorong-gorong dpat dilihat seperti pada tabel berikut :
Berikut ini dijelaskan beberapa keuntungan dari masingmasing bentuk gorong-gorong beton
diantaranya ialah :
1. Keuntungan
a. Dapat menahan beban agak berat
b. Diameter > 1,00 m perlu penulangan
c. Dapat dicor ditempat
2. Kerugian
a. Pengangkutan cukup sulit
b. Kapasitas terbatas
c. Pemeliharaan cukup sulit
Secara detail penampang gorong-gorong beton dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Penyebaran tegangan pada lantai atau dinding goronggorong dapat dilihat pada berikut :
Gambar Penyebaran Gaya dari Beban Lalu – lintas Skema ukuran gorong – gorong