I. HAKEKAT BAPTISAN
Baptisan berasal dari bahasa Yunani, yakni kata "Baptizo" bisa berarti "membenamkan",
"menenggelamkan" baptizo juga bisa berarti "masuk dibawah" atau "dipengaruhi", dan dalam
suasana Helenisme juga diartikan sebagai "mandi" atau "mencuci".
Dalam Perjanjian Lama, ada istilah "Baptein" dalam LXX yang dalam bahasa Indonesianya
adalah "mencelupkan kakinya ke dalam air" (Yos.3:15), "mencelupkan jari ke dalam darah itu"
(Im.4:6,17), "dimasukkan ke dalam air" (Im.11:32), dan Naaman "membenamkan diri" ke sungai
Yordan (2Raj.5:14).
Dalam Perjanjian Lama, adat basuhan menunjukkan ritual "penyucian" atau "pengudusan", dan
basuhan itu bukan lambang melainkan alat pengudusan itu sendiri. Jadi air itu dianggap
mempunyai fungsi untuk "penyucian" sehingga seperti dalam kasus Naaman harus dilakukan
sampai tujuh kali.
Kata “baptisan” berasal dari bahasa Yunani Baptisma (Roma 6:4) yang di adopsi oleh bahasa
Indonesia menjadi Baptisan yang artinya adalah dikuburkan kalau di tanah, ditenggelamkan
atau diselamkan kalau di air. Jadi praktek baptisan adalah diselamkan, bukan dipercik atau di
tuang, sebab Roma pasal 6:3-4 mengatakan: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua
yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? Dengan demikian kita
“dikuburkan” bersama-sama Dia melalui (by) baptisan dalam kematian supaya sama seperti
Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita
akan hidup dalam hidup yang baru”. Jadi baptisan adalah lambang dari penguburan Kristus di
dalam tanah yang di praktekkan dengan diselamkan di dalam air. Kita harus mempergunakan
akal sehat bahwa percik dan dituang tidak akan pernah menjadi lambang penguburan, sebab
menguburkan mayat seseorang harus menggali lubang (kuburan) dan kemudian mayat
tersebut akan ditutupi dengan tanah.
Bagaimana kalau mayat seseorang tadi dipercik
dengan tanah atau dituangi tanah, apakah mayat itu
dikuburkan? Tentu saja tidak, oleh sebab itulah percik
dan tuang bukanlah merupakan lambang penguburan,
tetapi diselamkan adalah lambang penguburan, yaitu
baptisan. Itulah sebabnya baptisan selam itu sangat
penting bagi tiap-tiap orang. Sebagaimana di
praktekkan oleh Tuhan Yesus sendiri pada waktu di
baptiskan oleh Yohanes.
Ada banyak jawaban-jawaban yang diberikan oleh manusia untuk pertanyaan di atas yang
berasal dari hasil pemikiran-pemikiran mereka sendiri. Dan kadang-kadang jawaban yang satu
dengan jawaban yang lain berbeda, tetapi Perjanjian Baru memberikan jawaban terhadap
pertanyaan di atas. Matius 28:19 - Orang-orang yang telah menjadi murid Kristus. Markus
16:16 - Orang-orang yang telah percaya akan Injil Kristus. Kisah Rasul 2:38 - Orang-
orang yang telah bertobat setelah mendengarkan pemberitaan Petrus.
Kisah Rasul 16:31-33 - Kepala penjara di Pilipi dibaptis setelah mendengarkan pemberitaan
Paulus dan Silas.
Sebenarnya ada banyak lagi contoh-contoh orang-orang yang dibaptiskan dalam Perjanjian
Baru tetapi contoh yang di atas cukup jelas bagi kita untuk mengerti bahwa di dalam
menerima baptisan ada hal-hal yang terlebih dulu harus kita lakukan sebelum kita
melaksanakan baptisan. Perlu kita ketahui bahwa di dalam pelaksanaan baptisan dibutuhkan
dua hal. Yang pertama adalah Intelektual yaitu untuk mengerti arti baptisan dan tujuan
baptisan. Kemudian hal yang ke dua adalah Emosional yaitu untuk merasakan bagaimana
baptisan air itu adalah lambang penguburan Kristus. Kita harus merasakan bagaimana hidup
kita setelah hidup dalam hidup baru bersama-sama dengan Kristus di mana hidup lama kita
telah ditanggalkan di dalam air.
Jadi dengan demikian kita dapat mengerti bahwa orang-orang yang harus dibaptiskan adalah
orang-orang yang memperoleh iman dan anugerah keselamatan yang dapat mengerti dan
merasakan baptisan itu dan siap hidup kudus dan bertanggunjawab untuk berbakti kepada
Tuhan.