Anda di halaman 1dari 5

BAPTISAN DAN BAPTISAN ULANG

Pdt. Dr. Rinawati Sinulingga, M.Th

Banyak kesalahpahaman tentang makna dan mode pelaksanaan baptisan. Sebagian


orang menilai baptisan lebih tinggi dari yang seharusnya (dianggap memberi keselamatan),
yang lain meremehkan nilai baptisan (dianggap sebagai upacara formal belaka dan tak
bermakna rohani). Denominasi tertentu menekankan baptis selam sebagai satu satunya tata
cara baptis yang abash sedangkan denominasi yang lain melaksanakan baptis percik. Salah
satu ujung kesalahpahaman ini adalah dilaksanakannya baptis ulang oleh kelompok
tertentu. Bagaimanakah sebenarnya konsep baptisan yang Alkitabiah dan apa pula
maknanya. Semua ini merupakan pertanyaan pertanyaan yang harus dapat dijawab orang
Kristen sehingga orang Kristen mempunyai pemahaman dan sikap yang benar tentang
baptisan dan baptisan ulang.
1. Baptisan dalam Perjanjian Lama dan pada masa Tuhan Yesus
Baptisan bukanlah ritus yang asing dalam agama yang lain Pada masa Tuhan Yesus.
Penyucian yang bermakna agama biasa dilakukan (baik dengan cara diselamkan di dalam
laut atau dipercik saja) pada agama orang Yunani dan Romawi. Upacara penyucian atau
acara lain yang menggunakan air untuk penyucian dari dosa dan rasa bersalah dapat juga
ditemukan dalam PL (mis Kel.19.14-15; Im 16.4, 24), tetapi upacara ini tidak bersifat
sakrament dan bukan merupakan tanda atau jaminan perjanjian. Selain itu dikalangan orang
Yahudi dikenal pula baptisan proselit yaitu baptisan bagi orang kafir yang mau menerima
agama Yahudi. Ia disunat dahulu lalu dibaptiskan.
Yohanes pembabtis juga melakukan baptisan (Mrk.1.2-11; Yoh.19.34). Ada yang
menduga bahwa hal itu berasal dari babtisan proselit, tetapi yang jelas babtisan YP ini
mengandung makna yang baru dan lebih rohani ketimbang baptisan proselit. Baptisan YP
dilakukan:
- karena adanya pertobatan yang sejati (Mat.3.2)
- sebagai persiapan bagi kedatangan Kerajaan Allah yang membawa penghakiman, yang
menyambut Kerajaan itu dengan bertobat dan memilih untuk masuk menjadi bagian dari
Kerajaan itu akan mendapat kasih karunia, yang tidak akan mendapat penghukuman
(Mat.3.7-11).
Yesus Kristus sendiri dibaptiskan Yohanes pembaptis. Hal ini membingungkan
Yohanes, karena menurutnya Yesus tidak perlu bertobat (Mat.3.14). Tetapi sebenarnya
makna pembaptisan atas Yesus:
 penyerahan diri Yesus terhadap kehendak Bapanya, khususnya dalam Karya
Penyelamatan bagi manusia (Mat.3.14; bnd Mat.26.36)
 kematianNYA di atas kayu salib (masuk ke dalam air baptisan) dan kebangkitanNYA
(keluar dari air baptisan). Bandingkanlah Mat.3.17 yang dikutip dari Yes.41.1
Yes.41s/d53 yang berbicara tentang Hamba Tuhan yang menderita yaitu Yesus Kristus
yang mati disalib dan bangkit pula untuk karya penyelamatan.
 kesolirean atau kesatuan Yesus Kristus dengan orang berdosa yang akan Ia selamatkan.
Makna baptisan Kristen yang diperintahkan Yesus Kristus untuk dilayankan oleh
gereja amat berkaitan dengan makna baptisan yang dialami oleh Kristus.

1
2. Baptisan dan Maknanya
Baptisan merupakan salah satu sakramen yang dijalankan gereja (2 dalam gereja
Protestan, yang lainnya adalah perjamuan kudus; 7 dalam gereja Roma Katolik, yaitu
Baptisan, Perjamuan Kudus, pengakuan dosa, penatahbisan iman, pernikahan, peneguhan
anggota sebagai anggota jemaat dan pemberian minyak kepada orang saat ia meninggal).
Sakramen (Lat. sakramentum) adalah “ungkapan lahir dan nyata dari anugrah batin dan
tidak nyata”. Ungkapan lahir dan nyata ini disebut ‘tanda’. Dalam baptisan anugrah batin
yang tak nyata dan perlu dibuat nyata itu adalah:
 penyucian dalam bentuk pengampunan dosa dan kelahiran kembali karena iman akan
karya penebusan Yesus Kristus melalui kematiannya dan kebangkitannya (Kis.2.38;
Tit.3.5), seperti penyucian dan pembaruan yang merupakan fungsi utama air (yang
dipergunakan dalam baptisan kudus).
 penyatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan (Rom.6.1-4). Melalui iman
yang dibaptis itu ikut serta dalam baptisan Yesus Kristus. Maksudnya dalam kematian
dan kebangkitan Kristus, manusia kita yang lama ikut disalib dan dikuburkan bersama
dengan Kristus, supaya karena Roh Kudus kita dibangkitkan sebagai manusia yang baru
(Rom.6.4-22) serta diberi tempat bersama-sama Dia di Surga (Ef.2.6).
 keanggotaan dalam tubuh Kristus yaitu gereja (1 Kor.12.12; Gal.3.27-28), baptisan
menyatukan orang kepada persekutuan yang telah ada di antar Kristus dengan orang-
orang yang menjadi MilikNya (Rom.6.5).
 pengakuan iman dalam Yesus Kristus (Rom.6.3-4; 1 Pet.3.21; Kis.8.37), pada masa
perjanjian baru ini dilakukan sebagai pengakuan kepercayaan di depan umum, oleh
karenanya baptisan itu selalu berhubungan dengan kepercayaan, hanya yang percaya
dan bertobat yang menerima baptisan (Kis.2.38), dan baptisan juga selalu berhubungan
dengan penderitaan tetapi kemenangan karena jemaat mula mula yang mengakui
Kristus pasti dianiaya dan menderita.

3. Baptis Percik atau Selam?


Menurut Golongan Baptis, tata cara diselamatkan amat penting dalam baptisan.
Katanya ide utama dari baptisan adalah ditenggelamkan ke dalam air dan keluar pula dari
dalamnya. Pandangan ini didasarkan pada Mrk.10.38.39; Luk.12.50; Rom.6.3,4; Kol.2.12.
Perlu dipahami bahwa kedua ayat pertama tidak berbicara tentang baptisan tetapi
penderitaan Yesus Kristus. Kedua ayat terakhir memang berbicara tentang ide
ditenggelamkan (dikuburkan), tetapi baptisan yang dibicarakan disini bukan baptisan arti
harfiah air tetapi baptisan rohani (yaitu kematian dan kebangkitan Yesus Kristus). Oleh
karenanya menghunjuk makna kematian manusia lama dan kebangkitan hidup baru orang
percaya.
Disamping itu cukup banyak bagian Alkitab yang menjelaskan makna baptisan
sebagai simbol dari penyucian dan kelahiran kembali (Rom.6.4; 1 Kor.6.11; Tit.3.5;
Ib.10.22; 1 Pet.3.21). Dalam hal ini tindakan tenggelam dan keluar dari air tidaklah amat
penting, yang penting makna penyucian dan pembaharuan oleh air dalam baptisan.
Perlu pula dipahami apakah istilah baptis sendiri mendukung baptis celup sebagai
satu satunya mode baptisan dalam Alkitab? Kata baptisan berasal dari istilah Yunani
baptisma, kata kerjanya adalah bapto dan baptiso. Kedua istilah ini tidak mendukung ide
baptisan selam sebagai satu satunya sebagai mode baptisan. Istilah bapto banyak
dipergunakan dalam PL, tetapi hanya beberapa kali dalam PB dengan pengertian celup

2
(Luk.6.24; Yoh.13.26; Way.19.13) tetapi semuanya tidak berbicara tentang baptisan Kristen.
Istilah baptiso dipakai sebanyak 76 dalam PB dengan makna “mencelupkan” dan
“membasahi” baik dengan cara dikenakan air atau dicelupkan. Istilah baptisma biasanya
dipergunakan untuk tindakan “penyucian”, “pembersihan” dengan menggunakan air atau
pencelupan atau penyelaman ke dalam air.
Dalam masyarakat Yunani, yang melatarbelakangi pemakaian kedua istilah ini,
keduanya tidak semata-mata berarti “mencelupkan” atau “menenggelamkan”, tetapi juga
“membasahi” (bisa dengan cara masuk ke dalam air atau ditimpa oleh air) dan
“menyucikan”. Secara berangsur-angsur, dalam pemakaian kedua istilah ini ide “penyucian”
menjadi dominan. Penyucian ini kadang kadang dilakukan dengan pemercikan (Bil.8.7;
19.13,18,19,20; Maz.51.7; Yeh.36.25; Ib.9.10). Makna istilah ini dalam Mrk.7.3,4 tidak
mungkin ‘selam’. Yang sama pada Mat.3.11; Luk.11.37,38; 12.50; Rom.6.3; 1 Kor.12.13;
Ib.9.10.
Selain itu, peistiwa-peristiwa pembaptisan di dalam Alkitab tidak menegaskan mode
celup.
 Kis.9.18: Apakah paulus meninggalkan tempat Ia ditemukan Ananias untuk
diselamatkan dalam kolam atau sungai? jawabnya adalah tidak.
 Kis.10.47,48: tidakkah baptisan atas kornelius di lakukan di rumah bukan di kolam atau
di sungai? jawaban yang logis adalah di rumah.
 Kis.16.22-23: Apakah baptisan bagi kepala penjara Pilipi dilakukan di dekat penjara
ataukah ia dan keluarganya di bawa pergi ke kolam atau sungai? Jawaban yang masuk
akal adalah di dekat penjara
Oleh karena itu dapat disimpulakan bahwa mode baptis selam atau percik bukan
masalah prinsipil. Apalagi dalam situasi khusus, dimana tata cara selam tidak mungkin atau
amat merepotkan, janganlah dipaksakan melaksanakannya, cukuplah dengan percik. Kedua
tata cara baptisan ini adalah ungkapan lahir dan nyata dari anugrah batin yang tak terlihat.

4. Baptis kanak-kanak atau dewasa?


Apakah baptisan itu terbatas untuk orang yang menyatakan iman dalam Kristus,
ataukah baptisan dapat dilaksanakan juga untuk anak-anak orang percaya?
Alasan Gereja yang berpegang pada baptisan dewasa adalah Mrk.16.16; Kis.2.41;
8.37; 16.31-33. Baptisan yang diperintahkan Tuhan Yesus dalam Mat.28.18-20 adalah untuk
orang dewasa, bukan untuk anak-anak. Lagipula tidak ada contoh yang jelas dalam PB
mengenai baptisan anak-anak. Oleh karena itu baptisan hanya dilayankan bagi orang yang
melakukan pengakuan percaya.
Alasan gereja yang melakukan baptisan bagi kanak-kanak adalah sbb:
 perjanjian yang dibuat Abraham adalah adalah perjanian rohani, tanda dan materai
perjanjian ini adalah sunat (Rom.4.16-18; 2 Kor.6.16-18; Gal.3.8,9,14,16; Ib.8.10; 11.9,
10,13; bahkan perjanjian itu disebut injil (Gal.3.8).
 perjanjian yang lama ini identik dengan perjanjian yang baru, karena mediator sama
(Kis.4.12; 10.43; 15.10,11; Gal.3.16; 1 Tim.2.5.6; 1 Pet.1.9-12), persyaratan sama yaitu
iman (Kej.15.6; Rom.4.3; Mzm.32.10; Ib.2.4; Kis.10.43), berkatnya juga sama yaitu
penyucian, pembenara dan pemberian rohani lain serta hidup yang kekal
(Mzm.32.1,2,5; Yes.1.18; Rom.4.9; Gal.3.6; Ul.30.6; Kis.2.17-21; Kej.3.6; Ib.4.9; 11.10)
 perjanjian yang lama ini berlaku bagi seluruh keluarga Abraham, seluruh umat manusia,
bangsa Israel termasuk anak-anak (Ul.29.10; Yos.8.35; 2 Taw.20.13), hal yang sama

3
berlaku dalam PB yaitu bahwa perjanjian yang baru itu berlaku bagi keluarga orang
percaya, umat Allah, termasuk anak-anak (Kis.2.38,39; Kol.3.20), Yesus Kristus tidak
menolak anak anak (Mat.19.14; 1 Kor.7.14), dan paulus menyebut mereka suci (1
Kor.7.14)
 sunat di dalam perjanjian yang lama itu telah diganti dengan baptisan di dalam
perjanjian yang baru (Ul.10.16; 30.6; Yer.4.4; Kis.2.38; 1 Pet.3.21; Tit.3.5; Rom.6.4;
Kol.2.11,12; Gal.3.27,29)
 sekalipun tidak ada satu nats pun dalam Alkitab dengan jelas mengungkapkan baptisan
anak-anak, tetapi cukup banyak yang mengemukakan baptisan bagi seluruh anggota
keluarga (Kis.11.4; 16.15,24,31; 18.8; 1 Kor.1.11,16; 16.15-16),
 di dalam baptisan anak soal iman juga diperhatikan yaitu iman orang tuanya, lagi pula
dengan dibabtisnya mereka jalan kepada iman terbuka lebar, jikalau orangtuanya kudus
anaknya pun akan menjadi kudus (Rom.11.16; 1 Kor.7.14)
Orang Kristen masih belum sependapat mengenai hal ini. Tetapi adalah realita
bahwa Tuhan memberkati pelayanan para hambanya dari kedua kelompok yang
bertentangan, yaitu Luther dan Wesley yang menerima baptisan anak dan Billy Graham dari
gereja Baptis yang menolak baptis tersebut. Oleh karenanya baiklah kita saling menghargai
walaupun kita berbeda pendapat dalam hal baptisan ini.

5. Baptisan Ulang
Ada denominasi tertentu yang meminta, bahkan memaksa orang untuk dibaptiskan
ulang. Alasannya biasanya yang dibaptiskan itu telah dibaptiskan tetapi dengan mode yang
tidak benar, bahkan mungkin saja karena ia dibaptiskan oleh orang, atau gereja atau
denominasi yang lain. Alasan yang lain adalah bahwa ketika ia dibaptiskan ia belum percaya
dan bertobat. Berdasarkan bahasan di atas tentang makna, mode dan waktu baptisan, jelas
bahwa sikap yang seperti ini tidak dapat dibenarkan. Berikut ini dikutip sikap gereja yang
melakukan baptis percik dan anak-anak, yang melakukan baptis selam dan untuk orang
dewasa, serta keputusan PGD mengenai baptis ulang.

5.1.Sikap GPIB:
 Jaminan keselamatan dan pembaharuan adalah beriman dengan sungguh-sungguh
kepada Tuhan Yesus, baptisan bukan ukuran atau dasar untuk itu. Oleh karenanya
baptisan yang diberikan kepada siapapun, oleh siapapun, dengan cara bagaimanapun
tidak perlu dipersoalkan.
 Oleh karenanya bila ada warga GPIB yang masih menerima baptis ulang, maka ybs
akan diserahkan secara administratif kepada gereja yang membaptisnya ulang, hanya
bila ia menyadari kehilafannya ia bisa diterima kembali menjadi warga GPIB.
5.2 Sikap YPPII:
 YPPII menghayati panggilan bersama melalui kerjasama dengan gereja di Indonesia
dalam pelayanannya demi pertumbuhan rohani yang sehat
 YPPII tidak menyetujui adanya pembaptisan ulang, sebab hal ini akan menimbulkan
persoalan yang merusak dan akan membawa kepada perpecahan antar gereja.
 YPPII menghormati dan menghargai cara baptisan kudus yang dijalankan masing
masing gereja.

4
5.3 Hasil sidang lengkap Komisi Iman dan Tata Gereja PGD (1982)
 Setiap perbuatan yang dapat diartiakan sebagai baptisan ulang harus dihindarkan
 Gereja semakin banyak saling mengakui baptisan masing-masing sebagai baptisan yang
satu ke dalam Kristus, apabila Kristus diakui sebagai Tuhan oleh si calon anggota, atau
dalam hal baptisan anak-anak, apabila pengakuan itu dilakukan gereja (orangtua, wali)
dan kemudian hari dikukuhkan oleh iman dan ketaatan pribadi. Saling pengakuan
baptisan ini diakui sebagai tanda penting dan alat pernyataan dari kesatuan baptisan
yang dikaruniakan dalam Kristus. Di mana mungkin, saling pengakuan ini hendaknya
dinyatakan secara jelas oleh gereja-gereja.

Anda mungkin juga menyukai