Oleh
FLORIAN ZELLER
Diterjemahkan dari bahasa Prancis ke bahasa Inggris oleh Christopher Hampton
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia oleh Naufal Mahdi
Para Tokoh
Drisana
Amir
Andra
Dayita
Indali
Surendra
Apartemen Amir.
Drisana Aku tak bisa tidur. Aku kelelahan, sangat kelelahan bahkan tidur pun susah.
Jadi aku bangkit dari tempat tidur. Dan pergi menuju kamarnya. Kamar
ayahku. Dia tertidur. Terlihat seperti anak kecil. Mulutnya terbuka. Tidurnya
begitu damai. Sangat damai. Dan aku tak tahu apa yang mendorongku,
mungkin semacam kebencian, lalu kusentuh tenggorokannya. Dengan lembut.
Aku bisa merasakan denyut nadinya berdetak di kulitku. Layaknya kupu-kupu.
Lalu kucekik dia. Dengan tanganku, lehernya kucekik kuat-kuat. Matanya
tetap tertutup. Mulutnya juga masih terbuka. Lalu satu momen menegangkan
tiba. Satu menit. Mungkin kurang. Satu momen menegangkan. Masih. Tapi
semua berlalu dengan lembut. Lembut dan tenang ... ketika kukendorkan
tanganku, lalu kusingkirkan dari lehernya, aku menyadari dia tidak lagi
bernafas, begitulah akhirnya. Seolah kupu-kupu telah terlahir. Ya. Dia mati
dan tetap tersenyum. Dalam kematiannya, aku menganggap dia berterima
kasih padaku
Jeda.
Blackout.
Lima
Drisana sedang menata meja untuk makan malam, sementara Surendra membaca koran. Ayam
sedang dimasak di dapur.
Drisana Tidak, semua berjalan dengan baik. Kurasa begitu. Dia akan mulai bekerja
besok.
Surendra Di sini?
Drisana Ya.
Surendra Baguslah.
Drisana Ya. Kita akan melihat bagaimana hari pertama berjalan. Sebenarnya aku takut
kalau ini tidak akan berjalan dengan baik. Tapi ternyata semuanya baik-baik
saja. Dia ceria.
Surendra Kan, sudah kubilang.
Drisana Ya. Perawat itu tampak manis. Sangat cakap. Ayah sangat ceria bersamanya Surendra
Oh, ya?
Drisana Ya. Kau harus melihatnya sendiri ... Ayah memberitahunya bahwa dia adalah
seorang penari. Penari Tap.
Surendra (Tersenyum) Masa …
Drisana Ya. Perawat itu tertawa. Tidak dalam arti mengejek, kau mengerti kan? Ada
semacam kebaikan pada diri perawat itu. Aku sangat lega. Aku tak tahu
bagaimana menggambarkannya padamu. Seolah perawat itu mampu ... ya,
seolah mereka berdua akan menjadi sangat akrab ...
Jeda sejenak.
Ayah mengatakan perawat itu mengingatkannya pada Tiara.
Surendra Oh, ya? Berapa umurnya?
Drisana Aku tak tahu. Mungkin 30. Kira-kira segitu.
Surendra Apa dia cantik?
Drisana Kenapa? Kau suka?
Jeda.
Surendra Kau kenapa?
Drisana Aku?
Surendra Ya. Ada yang janggal. Jika sudah berjalan dengan baik, bukankah itu kabar
baik?
Drisana Ya, ya.
Surendra Lalu? Kau kenapa? Ceritalah.
Drisana Hanya saja …
Surendra Apa?
Drisana Barusan … dia tidak mengenaliku … ketika aku ke bawah membeli makan
malam ... ak ... aku tak tahu. Aku kepikiran.
Surendra Aku mengerti.
Drisana Sulit untuk menerimanya.
Surendra Sini. Biarkan aku memelukmu.
Drisana Tampak jelas di matanya. Dia benar-benar tak mengenaliku. Sama sekali. Aku
seperti orang lain saja baginya.
Surendra Kau harus terbiasa.
Drisana Aku tak bisa melakukannya.
Surendra Kau pasti bisa, menurutku kau telah melakukannya dengan baik.
Drisana Kau salah. Kadang aku merasa aku tak pernah melakukannya dengan baik.
Dan dia terus saja berbicara tentang Tiara. Aku tak tahu harus seperti apa
menyikapinya. Aku bingung.
Surendra Sini … (memeluknya erat)
Jeda sejenak.
Drisana Aku mimpi buruk semalam. Aku mimpi mencekiknya.
Jeda. Dia menenangkan dirinya.
Apa kau menaruh ayamnya di oven?
Surendra Ya. akan segera siap ... sepuluh menit lagi. Sudah lapar?
Drisana Belum.
Jeda. Dia tersenyum padanya.
Semoga harimu menyenangkan?
Amir masuk. Dia melihat Surendra. Dia tak mengenalinya. Dia mengeryitkan keningnya.
Makan malam akan siap dalam sepuluh menit ayah. Apa pakaian itu pas?
Amir Sangat bagus, sayang. Sangat pas. Sangat … Tapi … Halo.
Surendra senyum padanya dengan bingung.
Drisana Kau lapar, Ayah?
Amir Ya, Ya. Tapi … Apa kita kedatangan tamu malam ini?
Drisana Tidak, kenapa?
Amir Tak masalah, Tak masalah …
Amir menatap Surendra. Jeda.
Surendra (Kepada Drisana) Biasa saja. Aku menghadiri beberapa meeting. Biasa saja.
Aku masih menunggu jawaban Simon. Dia selalu menunda sesuatu. Semoga
mereka sudah bertanda tangan sebelum akhir bulan. Bagaimana denganmu?
Drisana Sudah kubilang. Indali datang. Begitu kan, Ayah? Indali datang menemui kita
barusan.
Amir Siapa?
Drisana Indali. Wanita muda yang datang barusan.
Amir Oh, ya.
Drisana Setelah itu aku tidak ke mana-mana.
Surendra Tidak melakukan apa-apa??
Drisana Tidak juga. Aku bersama ayah.
Amir Apa ada yang lihat jam tanganku? Aku tak bisa menemukannya.
Drisana Lagi?
Amir Aku telah mencarinya sejak tadi.
Drisana Kau pasti menyimpannya di lemarimu. Begitu kan? Di tempat
persembunyianmu.
Amir ketakutan kalau Surendra mendengar kata ‘lemari’ dan menemukan tempat
persembunyiannya.
Amir (Sengaja menghindari Surendra) Apa yang kau katakan, Drisana? Aku sungguh
tak mengerti. Lemari yang mana? Mm? Tidak ada lemari. Tak ada. Tidak. Aku tak
mengerti apa yang kau katakan. (kepada Drisana, seperti bisikan) tak bisakah kau
berhati-hati.
Drisana (Berbicara lebih pelan) Sudahkah kau mencarinya di lemari?
Amir Aku baru saja dari sana. Tidak kutemukan. Pasti hilang di suatu tempat. Atau
seseorang mencurinya.
Drisana Tidak, jammu tidak dicuri.
Amir (Mulai kesal, tapi masih berbisik) apa maksudmu, ‘jamnya tidak dicuri’?
Jamnya pasti berada di suatu tempat! Tidak mungkin hilang begitu saja!
Mengapa kau bilang ‘jamnya tidak dicuri’? mengapa kau bilang itu, ketika
jamku sangat mungkin dicuri seseorang? Jamku.
Drisana Kau ingin aku pergi mencarinya?
Amir Ya begitu. Jika kau tidak keberatan. Karena ada kekhawatiran. Aku khawatir.
Semua barangku hilang, sementara orang-orang tidak peduli. Jika ini terus
berlanjut, aku akan telanjang bulat. Telanjang bulat. Dan aku bahkan tak tahu
sudah jam berapa.
Drisana Aku segera kembali.
Dia keluar. Jeda. Surendra membaca koran. Amir mengawasinya dari ruang sebelah. Dia
berdehem untuk menarik perhatiannya, seperti orang memberi kode kepada orang yang tidak
dikenalnya.
Amir Her-hum …
Surendra tidak bereaksi.
Her-hum …
Tidak ada respons. Amir berdehem lebih kencang. Surendra mendongak.
Apa aku mengganggu?
Surendra Maaf?
Amir Apa aku mengganggu?
Surendra Mm? Tidak.
Jeda. Surendra kembali membaca.
Amir Kau ada waktu sebentar?
Surendra Ya.
Amir Ah. Makasi.
Jeda sejenak. Surendra kembali membaca..
Jam berapa sekarang?
Surendra melihat jamnya.
Surendra Hampir jam 8.
Amir Selarut itu? Seharusnya kita sudah makan malam, kan?
Surendra Ya. Kalau ayamnya sudah siap. Sepuluh menit lagi.
Amir Kita akan makan ayam malam ini?
Surendra Ya. Yang Drisana baru saja beli.
Amir Jam tanganmu indah sekali. Sangat ... sangat indah. Apa ... apa itu punyamu?
Maksudku itu punyamu?
Surendra Mm? Ya.
Amir Boleh aku melihatnya?
Jeda. Surendra mendongak dari koran.
Surendra Jadi. Rupanya pertemuanmu berjalan dengan baik?
Amir Ya, sangat baik. Apa?
Surendra Pertemuanmu dengan ... pengasuh.
Amir Oh. Ya. Sangat baik. Sangat baik. Pengasuh itu sangat …
Surendra Rupanya dia mirip Tiara.
Amir Benarkah?
Surendra Aku tak tahu. Aku belum melihatnya.
Amir (Masih fokus melihat jam tangan Surendra) Tidak, Pertemuannya …
pertemuannya berjalan baik. Drisana tampak senang. Seperti kau tahu, ini
semua untuk dia. Aku tak terlalu butuh ... maksudku, ini semua untuk dia.
bolehkah aku melihatnya? Jam tanganmu ...
Surendra Kau betul, sangat penting baginya agar ini berjalan dengan baik. Dia sangat
mengkhawatirkanmu, kau tahu. Dia sangat tidak senang ketika kau berselisih
dengan ... Bagaimana pun, semoga kali ini berjalan dengan baik. Mm? Bahwa
kau bisa senang wanita ini. Bahwa kau akan menyambutnya dengan
sedikit lebih ... hangat. Ada apa dengan jam tanganku?
Amir Tak ada apa-apa. Aku hanya melihat ... ingin mengecek kalau ... jammu indah.
Sangat indah. Apa kau membelinya?
Surendra Maaf?
Amir Tidak, Maksudku ... Apa itu pemberian atau kau membelinya?
Surendra Aku membelinya. Kenapa?
Amir Aku mengira kau tidak menyimpan tanda terima ...
Surendra Apa yang kau katakan itu?
Amir Pembelian jam tanganmu.
Jeda.
Surendra Aku membicarakan Drisana.
Amir Apa kau mengenalnya? Maksudku, kau ... ya, itu betul, kau adalah ... bukan?
Kau adalah ....
Jeda sejenak.
Aku ayahnya. Senang bertemu denganmu. Aku harap kita bisa berkenalan satu
sama lain. Kalau kau baru menjadi ... maksudku, kalaupun itu bertahan.
Karena kami, kami tak pernah benar-benar cocok.
Surendra menjauh darinya.
Surendra Mengapa kau berkata seperti itu?
Amir Hanya memberitahumu saja. Kami tak pernah akrab. Tidak seperti Tiara. Putriku
yang satunya. Kini, dia ... dia sangat luar biasa. Tapi sudah berbulan-bulan aku
tak melihatnya. Kurasa dia pergi berkelana. Dia pergi keliling dunia. Dia sangat
sukses, aku tak bisa menyalahkannya. Pelukis. Dia seorang pelukis. Jadi,
memang. Tapi, aku akan senang kalau dia datang menemuiku suatu hari nanti.
Aku akan menggendongnya selama berjam-jam sehingga kami akan sangat
dekat, sebagaimana dulu kami sering seperti itu, saat dia masih memanggilku
‘ayah sayang’, ‘ayah sayang’. Begitulah biasanya dia memanggilku. Indah
bukan, ‘ayah sayang’?
Jeda. Surendra mulai mendekat ke arah Amir.
Surendra Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?
Amir Ya.
Surendra semakin mendekat. Ada ancaman dari sikapnya.
Surendra Tapi aku mau kau jawab jujur. Tak lebih ... bisakah kau melakukannya
untukku?
Amir (Tertangkap basah) Ya.
Surendra Jadi …
Jeda sejenak.
Berapa lama lagi waktu yang kau butuhkan untuk membuat semua orang
kewalahan menghadapimu?
Jeda. Blackout.
Enam
Drisana dan Amir. Pagi hari.
Amir Apa aku tidur nyenyak? Apa aku tidur nyenyak? Bagaimana aku bisa
mengetahuinya? Harusnya aku tidur nyenyak. Ah. aku lupa gulanya. Gula!
Suara Dayita (Dari dapur) Aku akan membawanya.
Amir Ya. Taruh di … Aku selalu menuangkan gula di kopiku. Di pagi hari. Aku
menuangkan dua gula di kopiku. Mudah saja, laki-laki terbagi atas dua
kelompok. Mereka yang suka gula, dan yang tidak. Semua perseteruan ini
hanya untuk mengetahui kau berpihak ke mana. Secara pribadi, aku berpihak
ke yang suka gula. Dalam ... maaf, tapi itulah yang kusuka. Baiklah. Apakah
kau membawa gulanya?
Suara Dayita (Dari dapur) Ya, ya, aku segera ke sana ...
Amir Aku tentu tidak tidur nyenyak. Aku mengalami mimpi buruk. Ada pria
yang muncul di apartemenku. Aku bertanya padanya dan dia mengaku ini
adalah apartemennya. Dia mengaku suamimu, atau hal yang semacam itu. Dia
mengancamku.
Dia tiba-tiba menyadari ada barang-barang baru, barang yang tidak dikenalinya.
Ada apa ini? Siapa yang menyimpan barang-barang ini di sini? Drisana? Tapi
… Drisana? Kau paling tidak memberitahuku sebelum kau … Drisana?
Indali masuk.
Indali Ini. Aku membawakanmu gula.
Amir terkejut melihatnya.
Amir Apa?
Indali Mau ambil dua?
Amir Mana Drisana?
Indali Dia baru saja pergi.
Amir Sungguh? Baru saja?
Indali Ya.
Amir Sekarang jam berapa?
Indali Dia akan segera kembali. Sebelum malam. Aku akan mengambilkan obatmu.
Amir Tidak. Tunggu.
Indali Apa?
Jeda sejenak. Amir tidak ingin terlihat terkejut.
Aku segera kembali. Aku hanya mengambil obatmu.
Dia keluar. Amir merasa ada masalah dengan kehadiran Indali.
Jam tanganku. Sial. Sejujurnya. Aku ... Aku ... Aku seharusnya sudah ganti
pakaian
sebelum dia tiba ... Piyama ini tidak cocok.
Indali kembali dengan segelas air.
Jam berapa ini?
Indali Sudah jam minum obat. Ini dia. sebaiknya diminum sekarang. Setelah itu
beres. Bukan begitu? Ada tiga pil untuk hari ini. Pil biru yang mungil ... yang
kau suka itu. Pil birumu yang mungil. Warna yang cantik, bukan?
Amir Boleh aku bertanya sesuatu?
Indali Ya.
Amir Apa kau seorang biarawati?
Indali Bukan.
Amir Lalu kenapa bicara seolah aku ini dungu?
Indali Aku?
Amir Ya.
Indali Tapi aku tak bicara seolah kau ini ... tidak sama sekali, aku ...
Amir (Menirunya) ‘Pil birumu yang mungil.’ ‘Pil birumu yang mungil’.
Indali Maafkan aku. Aku tak bermaksud menganggapmu ...
Amir Itu sangat tak menyenangkan. Kau akan tahu saat kau seumuran denganku.
Yang akan terjadi secepat perkiraanmu, kalau kau mau tahu. Itu sangat tidak
menyenangkan.
Indali Aku minta maaf. Aku … Itu tidak akan terjadi lagi.
Amir (Menirunya) ‘pil birumu yang mungil’
Indali memberinya segelas air.
Apa kau telah menyadari sesuatu?
Indali Tentang apa?
Amir Apa kira-kira? Tentang apartemennya!
Indali Tidak. Memangnya kenapa?
Amir Apartemennya berubah.
Indali Begitukah?
Amir Ya. Perabot ini, misalnya. Yang di sana. Siapa yang menaruhnya di sana?
Indali Aku tak tahu. Kurasa putrimu.
Amir Jelas. Putriku ... Jelas ... selalu begitu, menakjubkan! Dia bahkan tak meminta
pendapatku. Aku ... apa kau tahu ada sesuatu sedang direncanakan? Untuk
apartemen ini?
Indali Tidak.
Amir Aku rasa begitu. Mataku terus mengawasi. Telingaku terus mendengar. Aku
tahu segalanya.
Jeda.
Omong-omong, aku ingin minta maaf kalau aku sedikit ... saat terkahir kita
bertemu ... ya, mungkin aku bicara sedikit ... berlebihan ... atau mungkin
kurang ... begitu kan?
Indali Tak masalah. Putrimu telah memperingatiku. Dia bilang kau punya cara sendiri.
Amir Oh?
Indali (Dengan baik hati) Ya. Dan kau tahu balasanku?
Amir Tidak …
Indali Kubilang ‘senang mendengarnya’.
Amir Benarkah? Bagus sekali. Kau terlihat seperti Tiara, luar biasa. Putriku yang satu.
Bukan Drisana, bukan. Yang satunya lagi. Yang aku cintai itu.
Indali Drisana memberitahuku apa yang terjadi padanya. Maafkan aku. Aku tak tahu.
Amir Tak tahu tentang apa?
Indali Kecelakaannya.
Amir Kecelakaan apa?
Indali Apa?
Amir Apa maksudmu?
Indali (Ragu-ragu) tidak ada …
Jeda.
Apakah kau sudah minum obatmu? Dan kita akan mengganti pakaianmu.
Amir Lihatlah?
Indali Apa?
Amir Lihatlah? Yang barusan kau bilang …
Indali Ya …
Amir Kau berbicara seolah aku orang dungu.
Indali Tidak.
Amir Memang!
Indali Tidak, aku …
Amir ‘dan kita akan mengganti pakaianmu …’ ‘Pil birumu yang mungil.
Jeda.
Asal kau tahu saja, aku ini sangat pintar. Sangat pintar. Kadang aku bahkan
terkejut dengan kepintaranku. Kau harus camkan itu, kau mengerti?
Indali Ya, Aku akan … lebih hati-hati.
Amir Terima kasih.
Jeda.
Memang benar. Aku itu sangat .... kadang aku bahkan terkejut dengan
kepintaranku sendiri. Ingatanku seperti gajah.
Jeda sejenak.
(Ingin memperjelas perkataannya.) Kau tahu hewan itu.
Indali Ya, ya.
Dia minum air tanpa mengikutkan obatnya.
Kau lupa obatmu!
Dia melihat obat-obatnya masih di cekungan tangannya.
Amir Oh, ya, jadi aku … Apa yang mereka lakukan di sana?
Indali Aku akan mengambilkanmu air lagi.
Amir Tidak, tidak. Tak usah repot. Aku akan menelannya dengan ...
Indali Apa?
Amir Lihat saja. Dengan kopi.
Indali Kau yakin?
Amir Yakin.
Indali Akan lebih mudah kalau pakai …
Amir Tidak perlu. Perhatikan. Sini. (Dia mulai dengan menganggap itu sebuah trik
sulap) Kau akan melihatnya. Apa kau memperhatikan? Perhatikan baik-baik.
Aku akan memasukkannya ke dalam mulutku. Perhatikan, ini dia, berhasil,
mereka kini di dalam. Kau lihat? Kau lihat? Kau lihat?
Indali Ya, ya. Aku ... aku memperhatikan.
Amir Bagus. Dan sekarang, kopinya. Perhatikan baik-baik ... berhasil.
Dia menelan pil-pil itu.
Tugas telah selesai.
Indali Bravo.
Amir (Rendah hati) Aku pernah kerja di sirkus ketika masih muda.
Indali Benarkah?
Amir Ya. Aku cukup berbakat. Terutama dalam trik sulap. Kau suka trik sulap?
Apakah kau ingin aku menunjukkanmu sedikit sulap? Aku butuh kartu. Kau
punya?
Indali Tidak.
Amir Pasti ada di salah satu laci ini ... kita harus menemukannya. Keriting, hati,
wajik, waru!
Dia menggosok tangannya.
Aku selalu suka kartu. Sebelum aku menikah, aku biasa bermain dengan
teman-temanku. Kadang, bahkan sampai pagi. Hati dan waru. Pasang
taruhanmu! Akan kutunjukkan satu trik yang tak pernah kau lihat sebelumnya.
Keriting. Sebuah trik sulap, ditemukan olehku. Kau akan lihat. Atau malah,
kau tak melihatnya. Kau akan dibutakan. Dibutakan!
Indali Ayo ganti pakaian dulu.
Amir Sekarang?
Indali Ya.
Amir (Seperti anak kecil) Oh, tidak, jangan sekarang.
Indali Ya.
Amir Oh, no.
Indali Ya.
Amir Apa gunanya? Aku hanya akan mengenakan piyamaku lagi kalau malam, kan?
Sebaiknya menghemat waktu.
Indali Aku mengerti maksudmu. Tapi, kalau kau tetap pakai piyama, kita tidak bisa
keluar.
Amir Ke mana kau akan pergi?
Indali Ke taman. Ini hari yang indah.
Tiba-tiba seorang pria masuk. Dia juga sedang memegang kopi.
Andra Semuanya berjalan dengan baik?
Indali Baik. Kami akan ganti pakaian
Amir Tapi …
Indali Mau ikut?
Amir tak mengerti apa yang pria tersebut lakukan di apartemennya.
Andra Semua baik-baik saja, Amir?
Amir terpaku di tempat. Dia tak menjawab.
Ada masalah?
Amir Tidak, tidak …
Andra Aku hanya ingin berbicara denganmu. Sebenarnya.
Amir Denganku?
Andra Ya.
Indali Kalau begitu, aku akan ... aku akan menyiapkan barang-barangmu.
Amir (Khawatir) jangan, tunggu sebentar …
Indali Aku segera kembali.
Amir Jangan tinggalkan aku sendiri.
Indali Apa? Aku di ruangan sebelah. Aku segera kembali.
Indali keluar. Kita bisa lihat Amir terintimidasi, seolah kehadiran orang asing itu
mengancamnya. Posisi dan tata ruang yang sama seperti adegan lima.
Andra Bolehkah aku bertanya sesuatu?
Amir Ya.
Pria itu mendekat. Ada ancaman menyertai kedekatannya.
Andra Tapi, aku ingin jawaban yang jujur. Tak lebih … bisakah kau melakukannya
untukku?
Amir (Tertangkap basah) Ya.
Andra Baiklah, jadi …
Jeda sejenak.
Berapa lama lagi waktu yang kau butuhkan untuk membuat semua orang
kewalahan menghadapimu?
Amir Aku?
Andra Ya, kau. Aku hanya ingin tahu pendapatmu. Paling tidak, mengenai masalah
ini. Aku penasaran berapa lama lagi waktu yang kau butuhkan untuk membuat
semua orang kewalahan menghadapimu?
Jeda sejenak.
Maksudku, apa kau bermaksud menghancurkan hidup putrimu? Atau apakah
terlalu berlebihan untuk berharap bahwa kau akan berperilaku wajar besok-
besok?
Amir Tapi … apa maksudmu?
Andra Ini semua tentang kau, Amir. Tentang kau. Perilakumu.
Dia menamparnya pelan-pelan.
Amir Apa yang kau lakukan? Aku tak membolehkan ini.
Andra Kau tak membolehkan?
Amir Tidak.
Andra Seandainya aku melakukannya lagi, apa yang akan kau lakukan?
Amir Aku akan …
Andra Ya?
Amir Kau akan mengampuniku. Secara fisik.
Andra Apa kau mengatakan itu untuk menggodaku?
Jeda sejenak.
Lihatlah, aku juga, ada sesuatu yang tak kuperbolehkan. Merepotkan semua
orang. Saat mencapai usia tertentu
Dia tersenyum dan menamparnya lagi dengan pelan.
Amir Hentikan! Kau dengar? Hentikan segera.
Pria itu masih tersenyum lebar dan ada ancaman di wajahnya. Amir, di depannya, terlihat tak
berdaya.
Andra Ya. Aku tidak menerima hal itu. Menurutku itu sama sekali tak pantas. Di usiamu
yang sekarang.
Dia menamparnya untuk yang ketiga kali.
Amir Hentikan! Kubilang hentikan!
Andra Baiklah. Aku akan berhenti. Kalau memang seperti itu. Tapi kuharap ini sudah
jelas. Bahwa kau telah mengerti perkataanku. Jika tidak, aku akan ...
Amir Apa?
Jeda sejenak.
Apa?
Andra Memangnya apa yang kau pikirkan …?
Dia mengangkat tangannya seolah bersiap untuk menampar Amir lagi. Untuk sementara, dia
dalam posisi bertahan yang memalukan seperti ini. Lalu Drisana kembali dari dapur: kelanjutan
dari adegan lima. Mood berubah. Dia membawa piring berisi ayam.
Drisana Baiklah. Aku tak bisa menemukan jammu, Ayah. Kita akan mencarinya lagi nanti,
karena ayamnya sudah siap. Kita boleh duduk untuk makan malam.
Drisana melihat ayahnya.
Ayah. Ayah. Apa yang terjadi?
Blackout.
Sebelas
Dengan cepat. Amir dan Surendra (Pada posisi Andra yang sebelumnya). Drisana datang
dengan hidangan ditangannya. Sebuah pengulangan.
Drisana Baiklah. Aku tak bisa menemukan jam tanganmu, Ayah. Kita akan mencarinya
lagi nanti, karena ayamnya sudah siap. Kita duduk dulu untuk makan malam.
Dia melihat ayahnya.
Ayah. Ayah, apa yang terjadi? (Kepada Surendra). Apa yang terjadi dengannya?
Surendra Aku tak tahu.
Drisana menaruh hidangan itu dan mendekati ayahnya, yang tetap berada di posisi yang sama,
seperti sedang ketakutan karena akan ditampar.
Drisana Ayah … Ayah … Apa yang terjadi? Lihat aku. Apa kau baik-baik saja. Ada apa?
Amir Aku …
Drisana Apa yang terjadi?
Amir mulai terisak.
Apa karena jam tanganmu? Ayah, apa karena itu? Kita akan menemukannya,
aku janji. Oke? Aku janji. Tidak ada waktu untuk mencarinya sekarang. Tapi
kita akan menemukannya. Oke. Shush. Sini, jangan menangis.
Sementara dia bicara, Drisana menggenggam tangan ayahnya dan membelai rambutnya. Dia
melihat Surendra dengan ekspresi prihatin. Lalu Surendra duduk di meja dan menuangkan
segelas anggur.
Sekarang, kau akan baik-baik saja. Mm? Shush … kau akan baik-baik saja.
Kau akan baik-baik saja. Ayo makan ayamnya. Boleh kan? Kau suka ayam,
kan?
Amir Tapi ini sudah jam berapa?
Drisana Jam delapan. Waktunya makan.
Amir Jam delapan malam?
Drisana Ya, Ayah.
Amir Tapi kukira ini sudah pagi. Aku baru saja bangun. Lihatlah, aku masih
mengenakan piyama.
Drisana Tidak, ini sudah malam dan aku telah memasak ayam untukmu. Ayo, mari makan.
Ayo. Ayahku sayang. Ayahku sayang.
Amir merasa sangat tersesat.
Jeda.
Blackout.
Dua belas
Dalam kamar, agak larut. Amir sudah tidur. Surendra dan Drisana. Sebuah pengulangan.