Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN 18 Desember 2018


UNIVERSITAS ALKAIRAAT
PALU

REFERAT

Disusun Oleh :

Munirah Alkatiri
13.17.777.14.272

Pembimbing:
dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M. Kes, Sp.KJ

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Munirah Alkatiri


NIM : 13 17 777 14 272
Judul Referat : Perilaku Mengacau, Pengendalian Impuls
dan Gangguan Tingkah Laku

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian


Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Al-Khairaat Palu

Palu, 17 Desember 2018


Pembimbing

dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M. Kes, Sp.KJ


BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan perilaku mengacau terdiri atas gangguan menentang dan


gangguan tingkah laku. Gangguan ini sering terjadi pada anak-anak. Pada
gangguan menantang oposisional, ledakan kemarahan seorang anak, penolakan
aktif untuk menurut pada peraturan, dan perilaku yang mengganggu melampaui
perkiraan untuk perilaku ini dibandingkan dengan anak lain pada usia yang sama.
Gangguan ini merupakan suatu pola negativistik, permusuhan dan perilaku
menantang menetap tanpa adanya pelanggaran serius terhadap norma sosial atau
hak orang lain.

Sedangkan gangguan tingkah laku adalah serangkaian perilaku yang


bertahan lama dan berubah seiring waktu; gangguan ini paling sering ditandai
dengan agresi dan pelanggaran hak orang lain. Gangguan tingkah laku dapat
terjadi bersama dengan banyak gangguan psikiatrik lain, termasuk ADHD,
depresi, dan gangguan belajar, dan juga disebabkan oleh beberapa faktor
psikososial seperti tingkat sosioekonomik yang rendah; pengasuhan orang tua
yang kasar dan menghukum; perselisihan keluarga, kurangnya pengawasan orang
tua yang sesuai; serta kurangnya kompetensi sosial.

Gangguan pengendalian impuls telah sejak lama dikenali. Pada tahun


1836, Jean Etienne Esquirol mengajukan istilah monomanic instinctives untuk
menggambarkan perilaku yang ditandai dengan dorongan yang tidak tertahankan
tanpa motif yang jelas. Pasien dengan gangguan pengendalian impulstidak
menolak dorongan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang membahayakan
dirinya atau orang lain. Mereka tidak mampu menolak impuls meskipun mereka
secaara sadar bisa merencanakan perilakunya, bisa juga tidak. Sebelum mereka
bertindak, terdapat perasaan kegairahan atau tegangan yang meningkat; setelah itu
terdapat rasa senang atau kepuasan. Meskipun demikian, kadang-kadang bisa
terdapat perasaan bersalah atau penyesalan dalam yang mengganggu rasa senang
tersebut. Karena perilaku mereka dianggap ego-sintonik. Gangguan pengendalian
impuls terbagi menjadi gangguan ledakan intermitten, kleptomania dan piromania.
BAB II

PEMBAHASAN

GANGGUAN PERILAKU MENGACAU

A. GANGGUAN MENENTANG OPOSISIONAL


1. Definisi

Pada gangguan menantang oposisional, ledakan kemarahan seorang anak,


penolakan aktif untuk menurut pada peraturan, dan perilaku yang mengganggu
melampaui perkiraan untuk perilaku ini dibandingkan dengan anak lain pada usia
yang sama. Gangguan ini merupakan suatu pola negativistik, permusuhan dan
perilaku menantang menetap tanpa adanya pelanggaran serius terhadap norma
sosial atau hak orang lain.

2. Epidemiologi

Perilaku negativistik, berlawanan, dengan tingkat sedang, bersifat normal pada


masa perkembangan anak awal. Studi epidemiologi menemukan 16 hingga 22
persen anak-anak usia sekolah. Gangguan ini dimulai sejak usia 3 tahun dan khas
terlihat pada usia 8 tahun dan biasanya sebelum remaja. Sebelum pubertas,
gangguan ini lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan
rasio kedua jenis kelamin tampak setara setelah pubertas.

3. Etiologi

Teori psikoanalitik klasik mengaitkan konflik tidak terselesaikan yang


diekspresikan dengan semua figur otoritas. Ahli perilaku menyatakan bahwa
penentangan merupakan perilaku dipelajari yang diperkuat, yang melalui perilaku
ini anak memberikan kendali terhadap figur otoritas; contohnya dengan
melakukan ledakan kemarahan saat diminta melakukan suatu tindakan yang tidak
diinginkan, anak memaka orang tua untuk menarik kembali permintaan mereka.
Disamping itu, meningkatnya perhatian orang tua-contohnya diskusi yang panjang
mengenai perilaku-sangat memperkuat perilaku ini

4. Diagnosis dan Gambaran Klinis

Anak-anak dengan gangguan menantang oposisional seringbertentangan


dengan orang dewasa, tidak dapat menahan amarah, benci, marah dan mudah
terusik oleh orang lain. Mereka sering secara aktif menolak permintaan atau
peraturan orang dewasa dan dengan sengaja mengganggu orang lain. Mereka
cenderung untuk menyalahkan orang lain untuk kesalahan dan kesalahan perilaku
mereka sendiri. Biasanya gejala gangguan ini paling nyata didalam interaksi
dengan oran dewasa atau rekan sebaya yang dikenal anak dengan baik. Dengan
demikian, anak dengan gangguan ini cenderung menunjukkan sedikit atau tidak
menunjukkan tanda-tanda gangguan ketika diperiksa secara klinis.

Kriteria Diagnostik DSM-V:

A. Pola perasaan marah / kesal, perilaku argumentatif / menantang, atau


balas dendam berlangsung setidaknya 6 bulan terbukti oleh setidaknya
empat gejala dari salah satu kategori berikut, dan diperlihatkan selama
interaksi dengan setidaknya satu individual yang bukan saudara
kandung.
Marah / Mood Iritabel
1. Sering kehilangan kesabaran.
2. Sering tersentuh atau mudah kesal.
3. Sering marah dan sakit hati.
4. Sering berdebat dengan figur otoritas atau, untuk anak-anak dan
remaja, dengan adulsfrom figur otoritas atau dengan orang
dewasa.
Perilaku Argumentatif / Menantang
5. Sering secara aktif menentang atau menolak untuk mematuhi
permintaan dari figur otoritas atau dengan aturan.
6. Seringkali dengan sengaja mengganggu orang lain.
7. Seringkali menyalahkan orang lain atas kesalahannya atau
perilaku salah yang dibenarkan.
8. Pendendam atau ingin membalas dendam setidaknya dua kali
dalam 6 bulan terakhir.
B. Gangguan dalam perilaku dikaitkan dengan kesulitan dalam individual
atau orang lain dalam konteks sosialnya (misalnya, keluarga, kelompok
sebaya, rekan kerja), atau berdampak negatif pada bidang sosial,
pendidikan, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
C. Perilaku tidak terjadi secara eksklusif selama gangguan psikotik,
penggunaan zat, depresi, atau bipolar. Juga, kriteria bukan untuk
gangguan disregulasi suasana hati yang merusak.

313.81 (F91.3): Gangguan Menentang Opposisi

Tentukan keparahan saat ini: Ringan, Sedang, Berat.


5. Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Perjalanan gangguan menentang oposisional sangat bergantung pada


keparahan gejala dan kemampuan anak untuk mengembangkan respon yang lebih
adaptif terhadap otoritas. Stabilitas gangguan menantang oposisional dari waktu
ke waktu bervariasi. Menetapnya gejala menantang oposisional meningkatkan
resiko gangguan lain, seperti gangguan tingkah laku dan gangguan penggunaan
zat. Hasil positif lebih besar pada keluarga yang utuh yang dapat memodifikasi
ekspresi tuntutan mereka sendiri dan memberikan lebih sedikit perhatian pada
perilaku argumentasi anak. Prognosis bergantung pada derajat fungsi didalam
keluarga serta pada timbulnya psikopatologi komorbid.

6. Terapi

Terapi utama pada gangguan menentang oposisional adalah intervensi


keluarga yang menggunakan pelatihan orang tua dalam ketrampilan menangani
anak, serta pengkajian interaksi keluarga dengan cermat. Ahli terapi perilaku
menekankan untuk mengajari orang tua cara mengubah perilakunya untuk
menekan perilaku oposisional anak dan untuk mendorong perilaku yang sesuai.
Terapi perilaku memfokuskan untuk mendorong dan memuji perilaku yang sesuai
secara selektif serta mengabaikan atau tidak mendorong perilau yang tidak
diinginkan.

7. Diagnosis Banding
a. Gangguan Penyesuaian
b. ADHD
c. Gangguan Kognitif
d. Retardasi Mental

B. GANGGUAN TINGKAH LAKU


1. Definisi

Gangguan tingkah laku adalah serangkaian perilaku yang bertahan lama dan
berubah seiring waktu; gangguan ini paling sering ditandai dengan agresi dan
pelanggaran hak orang lain. Gangguan tingkah laku dapat terjadi bersama dengan
banyak gangguan psikiatrik lain, termasuk ADHD, depresi, dan gangguan belajar,
dan juga disebabkan oleh beberapa faktor psikososial seperti tingkat
sosioekonomik yang rendah; pengasuhan orang tua yang kasar dan menghukum;
perselisihan keluarga, kurangnya pengawasan orang tua yang sesuai; serta
kurangnya kompetensi sosial.
2. Epidemiologi

Gangguan tingkah laku lazim ditemukan pada masa kanak dan remaja. Angka
perkiraan berkisar dari 1 hingga 10 persen. Gangguan ini lebih lazim pada anak
laki-laki dibanding anak perempuan, dan rasionya berkisar dari 4:1 hingga 12:1.
Gangguan tingkah laku lebih lazim ditemukan pada anak dari orang tua yang
memiliki gangguan kepribadian antisosial dan ketergantungan alkohol
dibandingkan populasi umum.

3. Etiologi

Tidak ada faktor tunggal yang dapat bertanggung jawab terhadap timbulnya
perilaku antisosial dan dan gangguan tingkah laku. Namun banyak faktor
biopsikososial yang turut berperan didalam timbulnya gangguan ini.

e. Faktor Orang Tua


Pengasuhan orang tua yang kasar dan bersifat menghukum ditandai dengan
agresi fisik dan verbal berat menyebabkan timbulnya perilaku agresif
maladaptif anak. Perceraian sendiri dianggap sebagai faktor resiko, tetapi
menetapnya permusuhan, kebencian dan kepahitan antara orang tua yang
bercerai mungkin adalah faktor penting yang lebih berperan pada perilaku
maladaptif anak.
f. Faktor Sosiokultural
Anak yang mengalami kekurangan sosioekonomik memiliki resiko tinggi
untuk mengalami gangguan tingkah laku. Orang tua yang menganggur,
kurangnya jaringan sosial yang mendukung, serta kurangnya partisipasi
positif didalam aktivitas komunitas memungkinkan terjadinya gangguan
tingkah laku.
g. Faktor Psikologis
Anak-anak yang tumbuh didalam keadaan sembrono yang kacau sering
menunjukkan pengaturan emosional yang buruk termasuk kemarahan,
frustasi, dan kesedihan.

h. Faktor Neurobiologis
ADHD dapat ditemukan bersamaan dengan gangguan tingkah laku. Pada
anak dengan gangguan tingkah laku bisa terdapat fungsi noradrenergik yang
berkurang. Bukti menunjukkan bahwa kadar 5-HT darah berbanding
terbalik dengan kadar metabolit 5-HT yaitu 5-hydroxyindolacetic acid (5-
HIAA) didalam cairan serebrospinal dan bahwa rendahnya 5-HIAA cairan
serebro-spinal menyebabkan agresi dan kekerasan.
i. Penganiayaan Anak
Anak yang terpajan dengan kekerasan dalam waktu yang lama, terutama
mereka yang mendapatkan perlakuan penganiayaan fisik yang lama, sering
bertindak agresif. Anak seperti ini dapat memiliki kesulitan mengungkapkan
perasaannya, dan kesulitan ini meningkatkan kecenderungan mereka untuk
mengekspresikan diri secara fisik.
j. Faktor Lain
ADHD, disfungsi, atau kerusakan sistem saraf pusat serta ekstremnya
tempramen yang dini dapat menjadi predisposisi anak untuk mengaami
gangguan tingkah laku.

4. Diangnosis dan Gambaran Klinis

Usia rerata onset gangguan tingkah laku lebih muda pada anak laki-laki
dibandingkan pada anak perempuan. Anak laki-laki biasanya memenuhi kriteria
diagnostik pada usia 10 hingga 12 tahun, sedangkan pada anak perempuan sering
pada usia 14 hingga 16 tahun. Anak yang memenuhi kriteria untuk gangguan
tingkah laku menunjukkan perilaku agresif mereka terang-terangan dalam
berbagai bentuk. Perilaku dapat berupa menggertak, agresi fisik dan perilaku
kejam pada teman sebaya. Anak dapat bersifat bermusuhan, menyiksa secara
verbal, lancang, menentang, dan negativistik terhadap orang dewasa. Berbohong
terus menerus, vandalisme lazim dilakukan. Pada kasus yang berat, perusakan,
mencuri dan kekerasan fisik sering ditemukan. Anak biasa melakukan sedikit
upaya untuk menutupi perilaku antisosialnya. Perilaku seksual, dan penggunaan
tembakau secara reguler, minuman keras, atau zat psikoaktif tanpa resep dimulai
pada usia sangat muda. Pikiran, sikap dan tindakan bunuh diri sering ada.

Kriteria Diagnostik DSM-V:

A. Pola perilaku yang berulang dan gigih di mana hak-hak dasar dari norma-
norma aturan masyarakat lain yang sesuai usia atau besar dilanggar, seperti
yang dimanifestasikan oleh kehadiran setidaknya tiga dari 15 kriteria
berikut dalam 12 bulan terakhir dari salah satu kategori di bawah ini,
dengan setidaknya satu kriteria hadir dalam 6 bulan terakhir.

Agresi terhadap Manusia dan Hewan:


1. Seringkali mengganggu, mengancam, atau mengintimidasi orang lain.
2. Sering memulai perkelahian fisik.
3. Menggunakan senjata yang dapat menyebabkan kerusakan fisik yang
serius bagi orang lain (mis., alat pemukul, bata, pecahan botol, pisau,
pistol).
4. Secara fisik kejam terhadap orang.
5. Secara fisik kejam terhadap hewan.
6. Mencuri saat menghadapi korban (mis., Mencambuk, mencuri,
pemerasan, perampokan bersenjata).
7. Memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual.

Penghancuran Properti

8. Telah sengaja terlibat dengan maksud menyebabkan kerusakan serius.


9. Telah dengan sengaja menghancurkan properti 'orang lain'.
Kecurangan atau Pencurian

10. Telah merusak rumah, gedung, atau mobil orang lain.


11. Seringkali terletak untuk memperoleh barang atau bantuan atau untuk
menghindari kewajiban (yaitu, '' kontra '' orang lain)
12. Memiliki barang-barang yang dicuri dari nilai nontrivial tanpa
menghadapi korban (misalnya, mengutil, tetapi tanpa melanggar dan
memasuki perampokan)
Pelanggaran Aturan yang Serius

13. Sering berada di luar pada malam hari meskipun ada larangan orang
tua, dimulai sebelum usia 13 tahun.
14. Melarikan diri dari rumah semalaman setidaknya dua kali saat tinggal
di rumah orangtua atau pengasuh orang tua, atau sekali tanpa kembali
untuk jangka waktu yang lama.
15. Sering bolos dari sekolah, dimulai sebelum usia 13 tahun.
B. Gangguan dalam perilaku menyebabkan gangguan yang signifikan secara
klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
C. Jika dalam pembelahan adalah usia 18 tahun atau lebih, kriteria tidak
dipenuhi untuk gangguan kepribadian antisosial.

312.81 (F91.1): gangguan tingkah laku, tipe onset Anak (onset sedikitnya satu
kriteria yang menjadi ciri khas gangguan tingkah laku sebelum usia 10 tahun)

312.82 (F91.2): gangguan tingkah laku, tipe onset Remaja (tidak adanya


kriteria yang menjadi ciri khas gangguan tingkah laku sebelum usia 10 tahun)

312,89 (F91.9): gangguan tingkah laku, tipe onset tak terinci (onset tidak
diketahui)

Spesifikasikan tingkat keparahan saat ini: Ringan, Sedang, Berat.


 Ringan : masalah tingkah laku sedikit, jika ada dan berlebihan dari yang
diperlukan untuk membuat diagnosis dan masalah tingkah laku hanya
menimbulkan cedera ringan pada orang lain.
 Sedang: jumlah masalah tingkah laku dan efeknya pada orang lain sedang
diantara ringan dan berat.
 Berat : banyak masalah tingkah laku dan berlebihan dari apa yang
diperlukan untuk membuat diagnosis atau masalah tingkah laku
menyebabkan cedera serius bagi orang lain.

5. Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Pada umumnya prognosis untuk anak dengan gangguan tingkah laku paling
terbatas untuk mereka yang memiliki gejala pada usia muda, menunjukkan jumlah
gejala paling banyak, dan paling sering menunjukkannya. Mereka dengan
gangguan tingkah laku berat tampak paling rentan terhadap gangguan komorbid di
kemudian hari seperti gangguan mood dan gangguan penggunaan zat.

6. Terapi

Program terapi lebih sukses untuk mengurangi gejala gangguan tingkah laku
yang nyata, dibandingkan pada gejala yang tidak terlihat. Struktur lingkungan
yang memberikan dukungan, bersama dengan peraturan yang konsisten serta
akibat yang diperkirakan, dapat membantu mengendalikan berbagai perilaku
bermasalah. Lingkungan sekolah juga dapat menggunakan teknik perilaku untuk
menciptakan perilaku yang dapat diterima secara sosial terhadap teman sebaya
dan menekan insiden antisosial yang tidak tampak. Psikoterapi individual yang
diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan menyelesaikan masalah dapat
berguna, karena anak dengan gangguan tingkah laku dapat memiliki pola respon
maladaptif yang berlangsung lama pada situasi sehari-hari. Usia dimulainya terapi
sangat penting karena semakin lama perilaku maladaptif berlangsung, semakin
kuat perilaku tersebut.

Untuk terapi farmakologi dapat diberikan risperidone dan olanzapine karena


kurangnya insiden gejala ekstrapiramidal dan tidak mengganggu kognitif seorang
anak. Beberapa percobaan juga menunjukkan bahwa carbamazepine dapat
membantu mengendalikan agresi.

7. Diagnosis Banding
a. Gangguan Tingkah Laku
b. Gangguan Mood
c. ADHD
GANGGUAN PENGENDALIAN IMPULS

Gangguan pengendalian impuls telah sejak lama dikenali. Pada tahun


1836, Jean Etienne Esquirol mengajukan istilah monomanic instinctives untuk
menggambarkan perilaku yang ditandai dengan dorongan yang tidak tertahankan
tanpa motif yang jelas. Pasien dengan gangguan pengendalian impulstidak
menolak dorongan atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang membahayakan
dirinya atau orang lain. Mereka tidak mampu menolak impuls meskipun mereka
secaara sadar bisa merencanakan perilakunya, bisa juga tidak. Sebelum mereka
bertindak, terdapat perasaan kegairahan atau tegangan yang meningkat; setelah itu
terdapat rasa senang atau kepuasan. Meskipun demikian, kadang-kadang bisa
terdapat perasaan bersalah atau penyesalan dalam yang mengganggu rasa senang
tersebut. Karena perilaku mereka dianggap ego-sintonik.

A. GANGGUAN LEDAKAN INTERMITTEN


1. Definisi

Gangguan ledakan intermitten menunjukkan episode terpisah hilangnya


kendali impuls yang agresif; episode ini dapat menimbulkan serangan serius atau
perusakan hak milik. Agresivitas yang ditunjukkan sangat jauh di luar proporsi
setiap stressor yang mungkin mencetuskan episode ini. Gejala-gejalanya yang
mungkin diekspresikan dalam bentuk sumpah serapah atau serangan muncul
dalam beberapa menit atau jam, tanpa memandang lamanya, gejala ini akan hilang
spontan dan cepat. Setelah setiap episode, pasien biasanya menunjukkan
penyesalan yang sebenarnya atau menyalahkan diri, dan tanda-tanda impulsivitas
dan agresivitas menyeluruh tidak terdapat diantara episode. Diagnosis gangguan
ledakan intermitten sebaiknya tidak ditegakkan jika hilangnya kendali mungkin
disebabkan oleh skizofrenia, gangguan kepribadian ambang atau antisosial,
gangguan hiperaktivitas gangguan tingkah laku atau intoksikasi zat.

2. Epidemiologi

Gangguan ledakan inermitten jarang dilaporkan. Gangguan ini tampak lebih


lazim pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pada satu studi, sekitar 2 persen
orang yang masuk ke dalam layanan rumah sakit jiwa universitas memiliki
gangguan yang didiagnosis sebagai gangguan ledakan intermitten; 80 persennya
adalah laki-laki.
3. Etiologi

a. Faktor Psikodinamik
Pasien khasnya digambarkan sebagai laki-laki yang secara fisik besar tetapi
tidak mandiri dan rasa maskulinitasnya buruk. Perasaan tidak berguna dan
impoten atau tidak mampu mengubah lingkungan sering mendahului suatu
episode kekerasan fisik, serta tingkat ansietas yang tinggi, rasa bersalah dan
depresi biasanya mendahului suatu episode. Frustasi dini, penindasan dan
permusuhan diamati sebagai faktor predisposisi.

b. Faktor Biologis
Sejumlah peneliti mengatakan bahwa fisiologi otak yang terganggu,
terutama sistem limbik, terlibat di dalam hampir semua kasus kekerasan
episodik. Bukti menunjukkan bahwa neuron serotonergik, yang dapat
dicetuskan dengan memerantarai inhibisi perilaku. Rendahnya kadar 5-
HIAA cairan serebrospinal dikaitkan dengan penyerangan impulsif.
Tingginya konsentrasi testosteron berkaitan dengan agresivitas dan
kekerasan interpersonal pada laki-laki.
c. Faktor Genetik dan Familial
Kerabat derajat pertama pasien dengan gangguan ledakan intermitten
memiliki angka gangguan pengendalian impuls, gangguan depresif, dan
gangguan penggunaan zat yang lebih tinggi. Kerabat biologis dengan
gangguan ini cenderung memiliki riwayat bertabiat pemarah atau meledak-
ledak dibandingkan populasi umum.

4. Diagnosis dan Gambaran Klinis

Diagnosis gangguan ledakan intermitten harus didapat sebagai hasil dari


anamnesis yang mengungkapkan beberapa episode hilangnya kendali yang
disertai dengan ledakan agresif. Satu episode terpisah saja tidak dapat
membenarkan diagnosis ini. Anamnesis secara khas menggambarkan masa kanak
–kanak didalam atmosfir ketergantungan alkohol, kekerasan dan ketidakstabilan
emosi.

Kriteria Diagnostik DSM-V:

A. Ledakan perilaku berulang yang mewakili kegagalan mengendalikan


impuls agresif sebagaimana yang dimanifestasikan oleh salah satu dari
yang berikut:
1. Agresi verbal (misalnya, amarah, omelan, verbal argumen atau
perkelahian) atau agresi fisik terhadap properti, hewan, atau
individual lainnya, terjadi dua kali seminggu, rata-rata, untuk jangka
waktu 3 bulan. Agresi fisik tidak mengakibatkan kerusakan atau
perusakan harta benda dan tidak mengakibatkan cedera fisik pada
hewan atau lainnya dalam bentuk perselisihan.
2. Tiga ledakan perilaku yang melibatkan pengrusakan atau perusakan
properti dan / atau cedera fisik terhadap hewan atau individu lain
yang terjadi dalam jangka waktu 12 bulan.
B. Besarnya agresif yang diekspresikan selama ledakan-ledakan yang muncul
adalah tidak proporsional dengan provokasi atau terhadap stressor
psikososial yang mengiringinya.
C. Ledakan agresif berulang tidak terencana (yaitu, impulsif dan / atau
berbasis kemarahan) dan tidak berkomitmen untuk mencapai beberapa
tujuan nyata (misalnya, banyak, kekuatan, intimidasi).
D. Ledakan agresif yang berulang-ulang menyebabkan distres yang ditandai
dalam individu atau kerusakan dalam fungsi pekerjaan atau interpersonal ,
atau dilibatkan dengan konsekuensi finansial atau hukum.
E. Usia kronologis setidaknya usia 6 tahun (atau tingkat perkembangan
setara).
F. Gejolak agresif saat ini sebaiknya tidak dijelaskan oleh gangguan mental
lain (misalnya, gangguan depresi manjor, gangguan bipolar,
gangguan disregulasi suasana hati yang mengganggu, gangguanpsikotik,
gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian ambang batas),
dan tidak disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya, trauma kepala,
penyakit elzheimer) atau efek fisiologis zat (misalnya obat
penyalahgunaan obat). Untuk anak-anak usia 16-18 tahun, perilaku agresif
yang terjadi sebagai bagian dari gangguan penyesuaian tidak harus
dipertimbangkan untuk diagnosis ini.

312.34 (F63.81): Gangguan Ledakan Intermittent

5. Perjalanan gangguan dan prognosis

Gangguan ledakan intermitten dapat dimulai di setiap tahap kehidupan tetapi


biasanya timbul diantara masa remaja akhir dan dewasa awal. Onset dapat tiba-
tiba atau perlahan, dan perjalanan gangguan dapat episodik atau kronik.

6. Terapi

Psikoterapi kelompok dapat membantu dan terapi keluarga dapat berguna,


terutama jika pasien dengan ledakan ini adalah remaja atau dewasa muda. Tujuan
terapi adalah supaya pasien mengenali dan menyatakan pikiran atau perasaannya
sebelum terjadi ledakan dan bukannya melakukan ledakan tersebut.
Untuk farmakoterapi dapat diberikan antikonvulsan. Lithium dilaporkan
berguna untuk mengurangi perilaku agresif secara umum dan carbamazepine,
valproate, atau divalproex telah dilaporkan membantu.

7. Diagnosis Banding
a. Gangguan Tingkah Laku
b. Gangguan Kepribadian Antisosial

B. KLEPTOMANIA
1. Definisi

Gambaran penting kleptomania adalah kegagalan berulang untuk menolak


impuls mencuri benda yang tidak diperlukan untuk penggunaan pribadi atau
karena nilai uangnya. Benda yang diambil sering dibuang., dikembalikan diam-
diam, atau disimpan dan disembunyikan. Orang dengan kleptomania biasanya
memiliki uang untuk membayar denda yang mereka curi secara impulsif. Seperti
gangguan pengendalian impuls lainnya, kleptomania ditandai dengan tegangan
yang memuncak sebelum tindakan, diikuti pemuasan dan pengurangan tegangan
dengan atau tanpa rasa bersalah, penyesalan, atau depresi setelah tindakan.
Pencurian tidak direncanakan dan tidak melibatkan orang lain.

2. Epidemiologi

Prevalensi kleptomania tidak diketahui tetapi diperkirakan sekitar 0,6 persen.


Kisaran beragam dari 3,8 sampai 24 persen dari mereka yang ditangkap karena
pencurian di toko. Rasio laki-laki dibanding perempuan adalah 1:3 pada sampel
klinis.

3. Komorbiditas

Banyak orang dengan kleptomania memiliki gejala obsesif-kompulsif (cth.


Membersihkan, mencuci tangan, atau mengumpulkan).

4. Etiologi
a. Faktor Psikososial
Gejala kleptomania cenderung muncul pada saat stress yang signifikan
(contohnya kehilangan, perpisahan, dan pengakhiran hubungan yang
penting).
b. Faktor Biologis
Penyakit otak dan retardasi mental dikaitkan dengan kleptomania, juga
dengan gangguan pengendalian impuls lain. Gangguan metabolisme
monoamin, terutama serotonin telah didalilkan.

5. Diagnosis dan Gambaran Klinis

Gambaran penting kleptomania adalah dorongan atau impuls berulang,


mengganggu, dan tidak dapat ditolak untuk mencuri benda-benda yang tidak
diperlukan. Pasien dengan kleptomania juga dapat menderita karena kemungkinan
atau kenyataan akan ditangkap dan didapat menunjukkan tanda-tanda depresi dan
ansietas. Pasien merasa bersalah, malu akan perilakunya. Sebagian besar pasien
kleptomania mencuri dari toko pengecer, tetapi mereka juga dapat mencuri dari
anggota keluarga didalam rumah mereka sendiri.

Kriteria Diagnostik DSM-V:

A. Kegagalan berulang untuk menolak impuls untuk mencuri objek yang


tidak diperlukan untuk penggunaan pribadi atau nilai moneter mereka.
B. Meningkatnya rasa ketegangan sebelum melakukan pencurian.
C. Kenikmatan, kepuasan, atau rasa lega pada saat melakukan pencurian.
D. Pencurian tidak berkomitmen untuk mengungkapkan kemarahan atau
pembalasan dan bukan sebagai tanggapan terhadap delusi atau halusinasi.
E. Pencurian tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan perilaku, episode
mania, atau kepribadian antisosial.

312.32 (F63.2): Kleptomania

6. Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Kleptomania dapat dimulai pada masa kanak-kanak, meskipun sebagian besar


anak dan remaja yang mencuri tidak menjadi orang dewasa kleptomaniak. Onset
gangguan umumnya masa remaja akhir. Perempuan cenderung lebih sering dari
pada laki-laki. Perjalanan gangguan membaik dan memburuk tapi cenderung
kronis. Angka pemulihan spontannya tidak diketahui. Prognosis terapi mungkin
baik, tetapi hanya sejumlah kecil pasien datang meminta bantuan atas keinginan
sendiri.

7. Terapi

Psikoterapi berorientasi tilikan dan psikoanalisis dapat berhasil tetapi


bergantung pada motivasi pasien. Mereka yang merasa bersalah dan malu dapat
dibantu dengan psikoterapi berorientasi tilikan karena tingginya motivasi mereka
untuk mengubah perilaku sendiri.

Untuk farmakoterapi dapat diberikan golongan SSRI seperti fluoxetine, dan


fluvoxamine. Bisa juga diberikan golongan trisiklik seperti trazodone, lithium,
valproate, dan naltrexone.

8. Diagnosis Banding
a. Malingering
b. Gangguan Tingkah Laku
c. Gangguan Kepribadian Antisosial
d. Episode Manik

C. PIROMANIA
1. Definisi

Piromania adalah perilaku membuat api secara berulang, disengaja dan


bertujuan. Gambaran terkait mencakup tegangan atau rangsangan afektif sebelum
melakukannya; terpesona dengan, berminat pada, rasa ingin tahu mengenai atau
tertarik dengan api dan aktivitas serta perlengkapan yang berkaitan dengan
pemadaman api; dengan kesenangan, kepuasan atau perasaan lega saat membuat
api atau ketika menyaksikan atau berpartisipasi setelah kejadian. Pasien mungkin
membuat persiapan yang sangat teliti sebelum membuat api. Piromania berbeda
dengan pembakaran rumah dengan sengaja karena dilakukan untuk mendapatkan
keuntungan keuangan, balas dendam, atau alasan lain yang telah direncanakan
sebelumnya.

2. Epidemiologi

Gangguan ini ditemukan lebih sering pada laki-laki dibanding pada


perempuan. Diantara anak-anak yang dibawa ke klinik psikiatri rawat jalan, kira-
kira 20 persen memiliki riwayat membuat api sewaktu-waktu.

3. Komorbiditas

Orang yang membuat api lebih cenderung mengalami retardasi ringan


dibandingkan mereka yang berada di dalam populasi umum. Pembuat api juga
cenderung memiliki riwayat ciri antisosial, seperti membolos, kabur dari rumah,
dan kenakalan.
4. Etiologi
a. Faktor Psikososial
Sigmund Freud melihat api sebagai simbol seksualitas. Ia yakin bahwa
kehangatan yang dipancarkan oleh api mencetuskan sensasi yang sama
dengan yang menyertai kegairahan seksual, dan bentuk serta gerakan api
mewakili penis dalam aktivitas. Psikoanalisis lain mengaitkan piromania
dengan keinginan hebat yang abnormal akan kekuatan dan gengsi sosial.
Tindakan pembakaran ini adalah suatu cara untuk mengeluarkan
kemarahan yang bertumpuk terhadap frustasi yang disebabkan oleh rasa
inferioritas sosial, fisik atau seksual.
b. Faktor Biologis
Rendahnya kadar 5-HIAA dan 3-metoksi-4-hidroksifenilglikol (MHPG)
yang signifikan didalam cairan serebrospinal telah ditemukan pada
pembuat api, yang mengesankan kemungkinan keterlibatan serotonergik
atau adrenergik.

5. Diagnosis dan Gambaran Klinis

Orang dengan piromania sering secara teratur menonton kebakaran di


lingkungan rumahnya, sering membuat alarm palsu, dan menunjukkan minat di
dalam pernak pernik pemadam kebakaran. Rasa ingin tahu mereka tampak jelas,
tetapi mereka tidak menunjukkan penyesalan dan mungkin tidak peduli terhadap
kerugian nyawa atau harta. Pembuat api mungkin memeroleh kepuasan melalui
kerusakan yang ditimbulkan; sering, mereka meninggalkan petunjuk yang jelas.

Kriteria Diagnostik DSM-V:

A. Menyulut api yang bertujuan pada lebih dari satu kali.


B. Ketegangan atau gairah efektif sebelum bertindak.
C. Daya tarik dengan, minat, rasa ingin tahu, atau ketertarikan terhadap api
dan konteks situasional.
D. Kenikmatan, kepuasan, atau bantuan saat mengatur kebakaran atau ketika
menyaksikan atau berpartisipasi setelahnya.
E. Menyulut api tidak dilakukan untuk keuntungan moneter, sebagai ekspresi
dari idiologi sosial politik, untuk menyembunyikan tindakan kriminal,
untuk mengekspresikan kemarahan atau pembalasan,
untuk memperbaiki kondisi kehidupan seseorang , sebagai tanggapan
terhadap khayalan atau halusinasi, atau sebagai akibat dari penilaian yang
terganggu (misalnya , dalam gangguan neurokognitif utama, kecacatan
intelektual [gangguan perkembangan intelektual], intoksikasi zat).
F. Menyulut api tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan perilaku, episode
mania, atau gangguan kepribadian antisosial.

312.33 (F63.1): Pyromania

6. Perjalanan Gangguan dan Prognosis

Jika perilaku membuat api dimulai pada masa kanak-kanak, usia khas onset
piromania tidak diketahui. Jika onsetnya pada masa remaja atau dewasa, perilaku
ini cenderung sengaja merusak. Perilaku membuat api pada piromania bersifat
episodik dan frekuensinya naik turun. Prognosisnya baik untuk anak yang
mendapatkan terapi, dan remisi penuh realistik untuk dicapai. Prognosis untuk
dewasa terbatas, karena mereka menyangkal tindakan mereka, menolak
bertanggung jawab bergantung pada alkohol, dan memiliki tilikan buruk.

7. Terapi

Sedikit sekali tulisan mengenai terapi piromania, dan menerapi pembuat api
sulit dilakukan karena mereka tidak memiliki motivasi. Sampai ada riset
melaporkan keberhasilan satu terapi, pendekatan yang tepat adalah dengan
menggunakan sejumlah modalitas, termasuk pendekatan perilaku. Karena sifat
piromania yang berulang, setiap program terapi harus mencakup pengawasan
pasien guna mencegah episode berulang perilaku membuat api. Penahanan
mungkin merupakan satu-satunya metode untuk mencegah kekambuhan. Terapi
perilaku kemudian dapat dilakukan didalam institusi.

8. Diagnosis Banding
a. Gangguan Tingkah Laku
b. Gangguan Kepribadian Antisosial
c. Retardasi Mental
d. Intoksikasi Zat
KESIMPULAN

 Pada gangguan menantang oposisional, ledakan kemarahan seorang anak,


penolakan aktif untuk menurut pada peraturan, dan perilaku yang
mengganggu melampaui perkiraan untuk perilaku ini dibandingkan
dengan anak lain pada usia yang sama. . Gangguan ini dimulai sejak usia 3
tahun dan khas terlihat pada usia 8 tahun dan biasanya sebelum remaja.
Mereka sering secara aktif menolak permintaan atau peraturan orang
dewasa dan dengan sengaja mengganggu orang lain. Mereka cenderung
untuk menyalahkan orang lain untuk kesalahan dan kesalahan perilaku
mereka sendiri.
 Gangguan tingkah laku adalah serangkaian perilaku yang bertahan lama
dan berubah seiring waktu; gangguan ini paling sering ditandai dengan
agresi dan pelanggaran hak orang lain. Gangguan tingkah laku dapat
terjadi bersama dengan banyak gangguan psikiatrik lain, termasuk ADHD,
depresi, dan gangguan belajar, dan juga disebabkan oleh beberapa faktor
psikososial seperti tingkat sosioekonomik yang rendah; pengasuhan orang
tua yang kasar dan menghukum; perselisihan keluarga, kurangnya
pengawasan orang tua yang sesuai; serta kurangnya kompetensi sosial.
Gangguan tingkah laku lebih lazim ditemukan pada anak dari orang tua
yang memiliki gangguan kepribadian antisosial dan ketergantungan
alkohol dibandingkan populasi umum.
 Gangguan ledakan intermitten menunjukkan episode terpisah hilangnya
kendali impuls yang agresif; episode ini dapat menimbulkan serangan
serius atau perusakan hak milik. Agresivitas yang ditunjukkan sangat jauh
di luar proporsi setiap stressor yang mungkin mencetuskan episode ini.
Gejala-gejalanya yang mungkin diekspresikan dalam bentuk sumpah
serapah atau serangan muncul dalam beberapa menit atau jam, tanpa
memandang lamanya, gejala ini akan hilang spontan dan cepat. Setelah
setiap episode, pasien biasanya menunjukkan penyesalan yang sebenarnya
atau menyalahkan diri, dan tanda-tanda impulsivitas dan agresivitas
menyeluruh tidak terdapat diantara episode.
 Gambaran penting kleptomania adalah kegagalan berulang untuk menolak
impuls mencuri benda yang tidak diperlukan untuk penggunaan pribadi
atau karena nilai uangnya. Benda yang diambil sering dibuang.,
dikembalikan diam-diam, atau disimpan dan disembunyikan. Orang
dengan kleptomania biasanya memiliki uang untuk membayar denda yang
mereka curi secara impulsif. Seperti gangguan pengendalian impuls
lainnya, kleptomania ditandai dengan tegangan yang memuncak sebelum
tindakan, diikuti pemuasan dan pengurangan tegangan dengan atau tanpa
rasa bersalah, penyesalan, atau depresi setelah tindakan. Pencurian tidak
direncanakan dan tidak melibatkan orang lain.
 Piromania adalah perilaku membuat api secara berulang, disengaja dan
bertujuan. Gambaran terkait mencakup tegangan atau rangsangan afektif
sebelum melakukannya; terpesona dengan, berminat pada, rasa ingin tahu
mengenai atau tertarik dengan api dan aktivitas serta perlengkapan yang
berkaitan dengan pemadaman api; dengan kesenangan, kepuasan atau
perasaan lega saat membuat api atau ketika menyaksikan atau
berpartisipasi setelah kejadian. Pasien mungkin membuat persiapan yang
sangat teliti sebelum membuat api. Piromania berbeda dengan pembakaran
rumah dengan sengaja karena dilakukan untuk mendapatkan keuntungan
keuangan, balas dendam, atau alasan lain yang telah direncanakan
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed.2.
Jakarta: EGC; 2014

Anda mungkin juga menyukai