REFERAT
Disusun Oleh :
Munirah Alkatiri
13.17.777.14.272
Pembimbing:
dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M. Kes, Sp.KJ
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
3. Etiologi
6. Terapi
7. Diagnosis Banding
a. Gangguan Penyesuaian
b. ADHD
c. Gangguan Kognitif
d. Retardasi Mental
Gangguan tingkah laku adalah serangkaian perilaku yang bertahan lama dan
berubah seiring waktu; gangguan ini paling sering ditandai dengan agresi dan
pelanggaran hak orang lain. Gangguan tingkah laku dapat terjadi bersama dengan
banyak gangguan psikiatrik lain, termasuk ADHD, depresi, dan gangguan belajar,
dan juga disebabkan oleh beberapa faktor psikososial seperti tingkat
sosioekonomik yang rendah; pengasuhan orang tua yang kasar dan menghukum;
perselisihan keluarga, kurangnya pengawasan orang tua yang sesuai; serta
kurangnya kompetensi sosial.
2. Epidemiologi
Gangguan tingkah laku lazim ditemukan pada masa kanak dan remaja. Angka
perkiraan berkisar dari 1 hingga 10 persen. Gangguan ini lebih lazim pada anak
laki-laki dibanding anak perempuan, dan rasionya berkisar dari 4:1 hingga 12:1.
Gangguan tingkah laku lebih lazim ditemukan pada anak dari orang tua yang
memiliki gangguan kepribadian antisosial dan ketergantungan alkohol
dibandingkan populasi umum.
3. Etiologi
Tidak ada faktor tunggal yang dapat bertanggung jawab terhadap timbulnya
perilaku antisosial dan dan gangguan tingkah laku. Namun banyak faktor
biopsikososial yang turut berperan didalam timbulnya gangguan ini.
h. Faktor Neurobiologis
ADHD dapat ditemukan bersamaan dengan gangguan tingkah laku. Pada
anak dengan gangguan tingkah laku bisa terdapat fungsi noradrenergik yang
berkurang. Bukti menunjukkan bahwa kadar 5-HT darah berbanding
terbalik dengan kadar metabolit 5-HT yaitu 5-hydroxyindolacetic acid (5-
HIAA) didalam cairan serebrospinal dan bahwa rendahnya 5-HIAA cairan
serebro-spinal menyebabkan agresi dan kekerasan.
i. Penganiayaan Anak
Anak yang terpajan dengan kekerasan dalam waktu yang lama, terutama
mereka yang mendapatkan perlakuan penganiayaan fisik yang lama, sering
bertindak agresif. Anak seperti ini dapat memiliki kesulitan mengungkapkan
perasaannya, dan kesulitan ini meningkatkan kecenderungan mereka untuk
mengekspresikan diri secara fisik.
j. Faktor Lain
ADHD, disfungsi, atau kerusakan sistem saraf pusat serta ekstremnya
tempramen yang dini dapat menjadi predisposisi anak untuk mengaami
gangguan tingkah laku.
Usia rerata onset gangguan tingkah laku lebih muda pada anak laki-laki
dibandingkan pada anak perempuan. Anak laki-laki biasanya memenuhi kriteria
diagnostik pada usia 10 hingga 12 tahun, sedangkan pada anak perempuan sering
pada usia 14 hingga 16 tahun. Anak yang memenuhi kriteria untuk gangguan
tingkah laku menunjukkan perilaku agresif mereka terang-terangan dalam
berbagai bentuk. Perilaku dapat berupa menggertak, agresi fisik dan perilaku
kejam pada teman sebaya. Anak dapat bersifat bermusuhan, menyiksa secara
verbal, lancang, menentang, dan negativistik terhadap orang dewasa. Berbohong
terus menerus, vandalisme lazim dilakukan. Pada kasus yang berat, perusakan,
mencuri dan kekerasan fisik sering ditemukan. Anak biasa melakukan sedikit
upaya untuk menutupi perilaku antisosialnya. Perilaku seksual, dan penggunaan
tembakau secara reguler, minuman keras, atau zat psikoaktif tanpa resep dimulai
pada usia sangat muda. Pikiran, sikap dan tindakan bunuh diri sering ada.
A. Pola perilaku yang berulang dan gigih di mana hak-hak dasar dari norma-
norma aturan masyarakat lain yang sesuai usia atau besar dilanggar, seperti
yang dimanifestasikan oleh kehadiran setidaknya tiga dari 15 kriteria
berikut dalam 12 bulan terakhir dari salah satu kategori di bawah ini,
dengan setidaknya satu kriteria hadir dalam 6 bulan terakhir.
Penghancuran Properti
13. Sering berada di luar pada malam hari meskipun ada larangan orang
tua, dimulai sebelum usia 13 tahun.
14. Melarikan diri dari rumah semalaman setidaknya dua kali saat tinggal
di rumah orangtua atau pengasuh orang tua, atau sekali tanpa kembali
untuk jangka waktu yang lama.
15. Sering bolos dari sekolah, dimulai sebelum usia 13 tahun.
B. Gangguan dalam perilaku menyebabkan gangguan yang signifikan secara
klinis dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
C. Jika dalam pembelahan adalah usia 18 tahun atau lebih, kriteria tidak
dipenuhi untuk gangguan kepribadian antisosial.
312.81 (F91.1): gangguan tingkah laku, tipe onset Anak (onset sedikitnya satu
kriteria yang menjadi ciri khas gangguan tingkah laku sebelum usia 10 tahun)
312,89 (F91.9): gangguan tingkah laku, tipe onset tak terinci (onset tidak
diketahui)
Pada umumnya prognosis untuk anak dengan gangguan tingkah laku paling
terbatas untuk mereka yang memiliki gejala pada usia muda, menunjukkan jumlah
gejala paling banyak, dan paling sering menunjukkannya. Mereka dengan
gangguan tingkah laku berat tampak paling rentan terhadap gangguan komorbid di
kemudian hari seperti gangguan mood dan gangguan penggunaan zat.
6. Terapi
Program terapi lebih sukses untuk mengurangi gejala gangguan tingkah laku
yang nyata, dibandingkan pada gejala yang tidak terlihat. Struktur lingkungan
yang memberikan dukungan, bersama dengan peraturan yang konsisten serta
akibat yang diperkirakan, dapat membantu mengendalikan berbagai perilaku
bermasalah. Lingkungan sekolah juga dapat menggunakan teknik perilaku untuk
menciptakan perilaku yang dapat diterima secara sosial terhadap teman sebaya
dan menekan insiden antisosial yang tidak tampak. Psikoterapi individual yang
diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan menyelesaikan masalah dapat
berguna, karena anak dengan gangguan tingkah laku dapat memiliki pola respon
maladaptif yang berlangsung lama pada situasi sehari-hari. Usia dimulainya terapi
sangat penting karena semakin lama perilaku maladaptif berlangsung, semakin
kuat perilaku tersebut.
7. Diagnosis Banding
a. Gangguan Tingkah Laku
b. Gangguan Mood
c. ADHD
GANGGUAN PENGENDALIAN IMPULS
2. Epidemiologi
a. Faktor Psikodinamik
Pasien khasnya digambarkan sebagai laki-laki yang secara fisik besar tetapi
tidak mandiri dan rasa maskulinitasnya buruk. Perasaan tidak berguna dan
impoten atau tidak mampu mengubah lingkungan sering mendahului suatu
episode kekerasan fisik, serta tingkat ansietas yang tinggi, rasa bersalah dan
depresi biasanya mendahului suatu episode. Frustasi dini, penindasan dan
permusuhan diamati sebagai faktor predisposisi.
b. Faktor Biologis
Sejumlah peneliti mengatakan bahwa fisiologi otak yang terganggu,
terutama sistem limbik, terlibat di dalam hampir semua kasus kekerasan
episodik. Bukti menunjukkan bahwa neuron serotonergik, yang dapat
dicetuskan dengan memerantarai inhibisi perilaku. Rendahnya kadar 5-
HIAA cairan serebrospinal dikaitkan dengan penyerangan impulsif.
Tingginya konsentrasi testosteron berkaitan dengan agresivitas dan
kekerasan interpersonal pada laki-laki.
c. Faktor Genetik dan Familial
Kerabat derajat pertama pasien dengan gangguan ledakan intermitten
memiliki angka gangguan pengendalian impuls, gangguan depresif, dan
gangguan penggunaan zat yang lebih tinggi. Kerabat biologis dengan
gangguan ini cenderung memiliki riwayat bertabiat pemarah atau meledak-
ledak dibandingkan populasi umum.
6. Terapi
7. Diagnosis Banding
a. Gangguan Tingkah Laku
b. Gangguan Kepribadian Antisosial
B. KLEPTOMANIA
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Komorbiditas
4. Etiologi
a. Faktor Psikososial
Gejala kleptomania cenderung muncul pada saat stress yang signifikan
(contohnya kehilangan, perpisahan, dan pengakhiran hubungan yang
penting).
b. Faktor Biologis
Penyakit otak dan retardasi mental dikaitkan dengan kleptomania, juga
dengan gangguan pengendalian impuls lain. Gangguan metabolisme
monoamin, terutama serotonin telah didalilkan.
312.32 (F63.2): Kleptomania
7. Terapi
8. Diagnosis Banding
a. Malingering
b. Gangguan Tingkah Laku
c. Gangguan Kepribadian Antisosial
d. Episode Manik
C. PIROMANIA
1. Definisi
2. Epidemiologi
3. Komorbiditas
312.33 (F63.1): Pyromania
Jika perilaku membuat api dimulai pada masa kanak-kanak, usia khas onset
piromania tidak diketahui. Jika onsetnya pada masa remaja atau dewasa, perilaku
ini cenderung sengaja merusak. Perilaku membuat api pada piromania bersifat
episodik dan frekuensinya naik turun. Prognosisnya baik untuk anak yang
mendapatkan terapi, dan remisi penuh realistik untuk dicapai. Prognosis untuk
dewasa terbatas, karena mereka menyangkal tindakan mereka, menolak
bertanggung jawab bergantung pada alkohol, dan memiliki tilikan buruk.
7. Terapi
Sedikit sekali tulisan mengenai terapi piromania, dan menerapi pembuat api
sulit dilakukan karena mereka tidak memiliki motivasi. Sampai ada riset
melaporkan keberhasilan satu terapi, pendekatan yang tepat adalah dengan
menggunakan sejumlah modalitas, termasuk pendekatan perilaku. Karena sifat
piromania yang berulang, setiap program terapi harus mencakup pengawasan
pasien guna mencegah episode berulang perilaku membuat api. Penahanan
mungkin merupakan satu-satunya metode untuk mencegah kekambuhan. Terapi
perilaku kemudian dapat dilakukan didalam institusi.
8. Diagnosis Banding
a. Gangguan Tingkah Laku
b. Gangguan Kepribadian Antisosial
c. Retardasi Mental
d. Intoksikasi Zat
KESIMPULAN
1. Maslim R, 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed.2.
Jakarta: EGC; 2014