NPM ; 2203090015
Kelas : A-2 Pagi
Mata Kuliah : Sistem Politik Indonesia
Program Studi : Kesejahteraan Sosial
Review Buku
Biografi Pengarang
Dr. Itang, M.Ag merupakan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas
Sultan Maulana Hasanuddin Banten yang saat ini juga sedang diamanahkan menjadi
wakil dekan di fakultas tersebut, telah menempuh pendidikan S3 dan berbagai buku
telah beliau terbitkan mulai dari buku filsafat hukum Islam, teori ekonomi hingga
ekonomi Islam. Beliau mempersembahkan buku Politik Ekonomi Islam Indonesia Era
Reformasi ini untuk para mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
“Sultan Maulana Hasanuddin” Banten Jurusan Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah
dan Asuransi Syariah serta memberikan kontribusi wawasan dalam perkuliahan di
berbagai perguruan tinggi lainnya, yaitu STAIN, IAIN, UIN, UNTIRTA, PTAIS,
PTN dan PTS.
Isi Buku
Politik ekonomi dalam Islam adalah menjamin pemenuhan semua kebutuhan primer
(basic needs) setiap individu maupun kebutuhan-kebutuhan sekundernya sesuai
dengan kadar kemampuannya sebagai individu yang hidup dalam suatu masyarakat
dengan gaya hidup tertentu, begitu kutipan dari Abdurrahman al-Maliki. Hal tersebut
membawa kita menyadari bahwa Islam memadang setiap manusia yang harus
dipenuhi semua kebutuhan primernya secara menyeluruh. Kedua, Islam memandang
sebagai individu tertentu yang berpeluang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sekundernya sesuai dengan kadar kemampuannya.. Masterpiece karya Dr. Itang,
M.Ag. membawa kita mengenal lebih dalam mengenai ekonomi dalam ranah politik
yang mempunyai banyak model yang mesti dikembangkan.
Di dalam bagian isi, buku ini dibagi menjadi lima bab mulai dari pendahuluan,
pengenalan ekonomi Islam hingga penarikan kesimpulan dan saran. Pada bagian
pendahuluan dijelaskan berbagai kajian literatur dan penelitian terdahulu yang
memuat kebijakan pemerintah itu sangat berperan penting dalam mendorong
pertumbuhan pembangunan ekonomi suatu negara seperti penelitian yang
dikemukakan M. Arifin Hamid bahwa pengembangan ekonomi Islam menurut para
pengkaji dan praktisi dewasa ini harus dipayungi dengan hukum yang bersifat publik,
umumnya mengenai hukum prosedural, yaitu perizinan, prosedur pendirian, limit
pemberian kredit, dan lain-lain. Pada bab dua kita dikenalkan mengenai ekonomi
Islam dimana perbedaan yang mendasar antara konsep ekonomi Islam dengan konsep
ekonomi umum adalah terletak
pada hubungan vertikal kepada Sang Pencipta, yakni Allah SWT. Sesuai dengan
tujuan manusia itu diciptakan yaitu semata untuk beribadah kepada-Nya (Q.S.60:62).
Dijelaskan pula bahwa Ekonomi Islam tidak bersifat fragmental (terpenggal-penggal)
akan tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pandangan hidup Islami.
Karena itu, sistem ekonomi Islam bersifat menyeluruh atau kaffah.
Pada bagian selanjutnya mulai diperkenalkan politik ekonomi Islam era reformasi
dimana di era reformasi kebijakan-kebijakan bagi pengembangan lembaga keuangan
syariah sangat pesat. Munculnya kebijakan tersebut untuk menyeimbangkan
perkembangan Perbankan Syariah yang banyak diminati masyarakat. Keputusan
dalam pembuatan sebuah kebijakan mesti atas dasar tuntutan masyarakat. Kebijakan
yang dibuat tidak berdasarkan kehendak rakyat tentu tidak mempunyai legitimasi dan
tidak memenuhi rasa keadilan yang menjadi cita-cita sosial masyarakat. Beberapa
kerangka kerja (framework) Undang-Undang Perbankan Syariah era reformasi adalah:
Pertama, UU No.10/1998 yang merupakan amandemen dari Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi
keberadaan bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah. Bank
konvensional dimungkinkan untuk membuka Unit Usaha Syariah. Kedua, UU No.
23/1999 yang diubah oleh UU No. 3/2004 tentang Bank Indonesia, Memberikan
landasan hukum yang lebih kuat. Ketiga, UU No. 21 Tahun 2008 Tanggal 16 Juli
2008, tentang Perbankan Syariah. Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi
pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Politik ekonomi Islam Era Reformasi muncul seiring dengan lahirnya reformasi itu
sendiri, ditandai dengan turun tahtanya Soeharto (1998-2009 M). Krisis ekonomi yang
terjadi menjadikan sebagian besar bank-bank konvensional kurang berhasil dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Oleh karena itu, dibutuhkan
sebuah lembaga alternatif untuk mempertahankan perekonomian umat yaitu lembaga
perbankan syariah. Adapun faktor penyebab terbentuknya politik ekonomi Islam
Indonesia Era Reformasi (1998-2009 M), dilatar belakangi oleh Aspiration Politic
(Politik Aspirasi), yaitu: Sebuah gagasan dan pemikiran umat Islam ditengah krisis
ekonomi nasional yang berdampak melemahnya kehidupan sosial-ekonomi, termasuk
sektor perbankan. Aspirasi umat Islam disambut baik oleh pemerintah sampai
terbentuknya UU. No. 10/1998 tentang perbankan, yang sangat berperan bagi
pengembangan perbankan syariah baik secara lembaga maupun produknya. Hal ini
sesuai dengan amanat reformasi, yaitu pembaharuan bahwa kebijakan yang ada sudah
tidak relevan lagi untuk menjawab persoalan, dan perubahan untuk mencapai tatanan
sosial-ekonomi yang lebih baik. Pendapat ini didukung oleh: Deliar Noer (2003),
Hidayatullah Muttaqin (2007) dan Nurcholish Madjid (2009). Sedangkan faktor
penyebab terbentuknya politik ekonomi Islam Orde Baru (1966-1998 M), dilatar
belakangi oleh Politik Akomodasi. Yaitu: terakomodasinya para Elit Santri
mempunyai daya tawar yang tinggi ke dalam struktur negara, di tengah melemahnya
kekuatan militer (di mana Soeharto sudah mengalihkan perhatiannya kepada umat
Islam bukan kepada militer). Hal tersebut dimanfaatkan oleh Elit Santri untuk
melontarkan gagasan dan pikirannya sampai lahirnya perbankan syariah dalam UU.
No. 7/1992 tentang perbankan. Pendapat ini didukung oleh: Bactiar Efendi (1998) dan
Noor Azmah Hidayati (2005). Kemudian Peta kekuatan politik ekonomi Islam di era
reformasi ini di antaranya, yaitu; 1). Doktrin Islam yang melekat; 2). Sistem ekonomi
yang dianut; 3). Regulasi/peraturan; 4). Elit santri/ Cendikiawan Muslim; 5).Prioritas
penduduk Muslim; 6). Penguasa militan Muslim; 7).Pelaku ekonomi Islam;
8).Institusi dan organisasi masyarakat (ORMAS); dan 9) Partai politik.
Kelebihan Buku
Pembahasan pada buku ini menyajikan penjelasan yang menarik terkait kaidah-kaidah
dan desain kebijakan dalam ekonomi politik pada era reformasi yang memberikan
banyak hal baru terutama bagi akademisi dan para peneliti dengan hipotesis dan
pendekatan melalui data-data valid serta berbagai sumber yang relevan dengan isi
buku sehingga pembaca mendapatkan pemahaman yang cukup padat dan memadai
dari materi yang disajikan pada inti permsalahan.
Kekurangan Buku
Buku ini masih terdapat berbagai kata dan istilah yang masih sulit dipahami tanpa
adai penyertaan glosarium dan indeks untuk memudahkan pembaca, akibatnya orang
yang membaca tidak bisa dengan langsung memahami arti atau maksud dari sebuah
kalimat di dalam buku, selain itu juga masih ada berbagai kesalahan penulisan kata
didalam buku ini.
Penutup