Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA MATA KULIAH ANALISA DAN EVALUASI


POGRAM
SEMESTER GENAP 2021/2021 SKS : 3 (TIGA)
WAKTU UJIAN Rabu, 16 Juni 2021 Pukul : 13.00 – 15.30
SIFAT Open Book

STUDI KASUS
Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir:
Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan

Latar Belakang

Penentuan kelompok-kelompok dampingan didasarkan pada tingkat keseriusan pengurus dan


anggota kelompok dalam mengembangkan kelompoknya, selanjutnya kegiatannya difokuskan di
laut atau pantai. Dalam kontek ini Bina Swadaya Konsultan tidak membentuk kelompok-
kelompok baru akan tetapi mendampingi dan membina kelompok-kelompok yang ada baik
bentukan dari dinas instansi terkait ataupun bentukan perusahaan. Sehingga fokus kegiatan Bina
Swadaya Konsultan adalah melakukan pendampingan dan pembinaan secara intensif dalam
upaya mengaktifkan kembali kelompok-kelompok yang ada supaya tidak tumpang tindih. Inilah
sepintas gambaran rancangan program yang melatarbelakangi kegiatan kerjasama Chevron
Indonesia dengan Bina SwadayaKonsultan.

Program kerjasama ini dilaksanakan di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU)
dan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Sementara itu wilayah
dampingan terbagi dalam 3 kecamatan, 2 kecamatan di PPU (Penajam dan Waru) dan 1
kecamatan di Kukar (Marang Kayu). Pelaksanaan program berlangsung selama 16 bulan,
dimulai bulan Februari 2010 hingga Mei 2011. Pada awalnya Bina Swadaya Konsultan
mendampingi 34 KSM, namun dalam perkembangannya mendampingi 40 KSM, ada
peningkatan 6 KSM diakhirproyek.

Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:

 Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dalam mengelola sumberdaya potensial


(pesisir danlaut).
 Muncul dan berkembangnya kelompok swadaya masyarakat yang mendukung pengelolaan
sumberdaya laut danpesisir

Outputs

Hasil-hasil yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

 Tersusunnya dokumen road map strategi pengembangan livelihood masyarakat yang


berkelanjutan
 Terbentuknya dan berfungsinya KSM sebagai wadah pengembangan usaha mikro/kecil
masyarakat
 Tumbuhnya usaha masyarakat di bidang agribisnis (perikanan danpertanian)
 Pengurus kelompok dapat menumbuhkembangkan dinamikakelompok
 Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap anggota kelompok dalam mengelola
kelembagaan dan pusat informasi, kualitas produk olahan perikanan serta pemasaran dan
jaringan.

Kegiatan Utama Program

Secara garis besar, ada 3 kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Tim Bina Swadaya Konsultan,
yaitu (1) Need Assessment. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi masyarakat, potensi sumberdaya alam yang dimiliki dan kebutuhan masyarakat, (2)
kegiatan pendampingan dalam bentuk bimbingan dan konsultansi yang dilakukan secara rutin
dan intensif terhadap kelompok dampingan, dan (3) Kegiatan pelatihan baik pelatihan
manajemen kelompok maupun pelatihanteknis.

Perkembangan dan Hasil Pendampingan Program

Hampir sebagian besar masyarakat dampingan mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan
(merengge, bagang, pancing, rumput laut), dan petani (kebun dan sawah). Namun dalam
perjalanannya, 60% nelayan beralih ke usaha bercocok tanam. Hal ini terjadi karena dalam 1
tahun ada bulan-bulan tertentu dimana ombak laut sangat besar sehingga nelayan tidak bisa
melaut, dan bercocok tanam menjadi alternatif usaha mereka dikala kondisi ombak laut
membesar.

Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat dampingan juga menjadi bagian penting dalam
program ini baik untuk peningkatan pengetahuan, ketrampilan, dan perubahan sikap melalui
pelatihan teknis maupun manajemen. Penentuan jenis dan topik-topik pelatihan mendasarkan
hasil penjajagan di awal kegiatan, memperhatikan masukan masyarakat, dan kebutuhan di
lapangan. Beberapa materi/topik pelatihan yang diberikan antara lain, pelatihan kompos (pupuk
organik), dasar-dasar kelompok swadaya, teknis budidaya rumput laut, pemanfaatan limbah
sabut kelapa, belajar antar petani rumput laut, budidaya mangrove, pengelolaan pasca panen
rumput laut, marketing dan networking. Kegiatan-kegiatan demplot yang dilakukan seperti
demplot budidaya rumput laut jenis Glacillaria sp. dan sebanyak 2 ton dikembangkan di areal
tambak, penanaman mangrove sebanyak 4000 pohon hasil pelatihan budidaya mangrove, dan
pembuatan instalasi pengeringan rumputlaut.

Kegiatan-kegiatan program yang dikerjasamakan dengan dinas/instansi terkait, antara lain


kerjasama dengan Dinas Perikanan Kelautan Kabupaten Kukar dalam pengembangan rumput
laut, dan pembuatan sumber benih di Marangkayu. Semua anggota KSM di Sebuntal
mendapatkan 25 bentang tali untuk rumput laut dan bibit rumput laut sebanyak 125 kg serta
perahu. Di kecamatan Penajam dalam pembuatan kebun benih desa (KBD) yang mencakup
penyediaan 50.000 benih mangrove dan 50.000 pohon tanaman hutan. Kegiatan penyediaan
benih ini dilakukan di wilayah Kelurahan Kampung Baru. Selain berkoordinasi dengan
pemerintah daerah, tim Bina Swadaya Konsultan juga melakukan koordinasi dengan pemerintah
tingkat kelurahan/desa dan kecamatan dalam memantau perkembangan KSM dampingan. Juga
dilakukan penjajagan dengan program lain seperti PNPM Mandiri Perdesaan tingkat kecamatan
dalam akses permodalan kelompok. Ada 3 KSM dampingan yang telah mengakses permodalan
ke PNPM dengan total dana Rp 74.000.000. Dana ini dipergunakan untuk mengembangkan
usaha produktif kelompok (diantaranya pengembangan rumputlaut).
Budidaya rumput laut di Kabupaten PPU merupakan kegiatan paling menonjol. Pada awal
program teridentifikasi sekitar 50 nelayan yang mengembangkan rumput laut dengan jumlah
bentangan 4000 – 5000 bentang dan hasil panennya mencapai 2 – 3 ton per bulan. Kemudian
menjelang berakhirnya proyek, jumlah bentangan mencapai 20.000 bentang dan mampu panen
sebanyak 15 ton per bulan. Budidaya rumput laut ini melibatkan 9 KSM, sekitar 220 KK. Jumlah
keseluruhan KSM dampingan yang membudidayakan rumput laut ada 16 kelompok yang
melibatkan sekitar 338 KK dengan total bentangan 45.000 bentang baik di Kabupaten PPU
maupun Kabupaten Kukar. Bahkan sekarang ini ada 1 KSM (Kelompok Usaha Mandiri Bahari)
yang sudah mampu menjual rumput laut langsung ke pabrik (PT. Gumindo, pengiriman pertama
sebanyak 15.000 kg rumput laut kering). Pendampingan lebih intensif khususnya dalam
menangani bisnis di tingkat masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya mengoptimalkan
produksi dan meningkatkan pendapatan masyarakat dampingan.

Di akhir program, dari 40 KSM dampingan menunjukkan bahwa 21 kelompok diantaranya


kategori tumbuh, 16 kelompok kategori berkembang dan 3 kelompok termasuk kategori mandiri.
Rata-rata administrasi kelompok sudah dilengkapi buku tamu, buku daftar anggota dan buku
kegiatan. Pertemuan anggota kelompok masih bersifat insidentil, dan pertemuan kelompok
belum dilakukan secara rutin (terjadwal). Jenis usaha produktif yang dikembangkan kelompok
meliputi budidaya rumput laut, usaha tambak, dan padi sawah. Sedangkan kelompok kategori
mandiri ditandai dengan: secara organisasi pengurus dan anggota telah mengerti tugas dan
fungsinya, sudah memiliki administrasi dan pertemuan rutin, permodalan swadaya, adanya
kegiatan simpan pinjam serta memiliki jaringan dan pemasaran. Dari hasil pendampingan
terhadap KSM-KSM menunjukkan bahwa masih ada harapan dan peluang kelanjutan hidup
kelompok pasca proyek. Hal ini ditandai dengan munculnya 17 orang anggota kelompok yang
menjadi motivator atau kader penggerak pengembangan kelompok serta munculnya 5 anggota
kelompok dampingan yang menjadi pioner dalam jaringanpemasaran.

Lessons Learned

Pelajaran dan pengalaman yang bisa dipetik dari pelaksanaan pendampingan dan pembinaan
terhadap kelompok dampingan/masyarakat pesisir selama periode Februari 2010 – Mei 2011
adalah sebagai berikut:

 Sebagian besar wilayah pesisir sudah banyak nelayan mengembangkan pertanian di darat
baik berkebun maupun bertani sawah. Hal ini menjadi salah satu solusi yang dilakukan
mengingat semakin sulitnya penghasilan dari nelayan, tangkapan ikan setiap hari semakin
berkurang terutama jenis-jenis ikan yang bernilai jualtinggi.
 Selama 4-6 bulan para nelayan tidak melaut (karena gelombak laut cukup besar), mereka
beralih ke sektor pertanian dan perkebunan sebagai alternatif matapencaharian untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk jangka pendek mereka menanam padi dan palawija
serta jangka panjang menanam karet dansawit.
 Di tingkat kelompok nelayan juga sudah ada diversifikasi (inovasi) produk untuk
meningkatkan nilai tambah, seperti ikan tangkapan dijadikan ikan kering/ikan asin, tepung
ikan, nira kepala menjadi gula merah, gula merah menjadi kue, olahan rumput dijadikan
manisan, buah mangrove jenis Bruguera sp dan Sonneratia sp dijadikan bahan makanan dan
minuman, daun waru laut untuk pengganti ragi tempe, buah nipah digunakan untuk bahan
pembuatan sabun/sampo,dll.
 Dari hasil penjajagan kebutuhan di awal program teridentifikasi bahwa hasil tambak semakin
hari semakin menurun karena dipengaruhi beberapa faktor, yakni menurunnya kualitas air
dan kualitas udara sekitar, derajad keasaman tanah semakin tinggi, kualitas bibit menurun.
Sehingga beberapa desa dampingan produktivitas tambaknya menurun bahkan tidak
produktif lagi, seperti di Desa Kersik, Sebuntal Marang Kayu, Kelurahan Tanjung Tengah,
dan Kelurahan KampungBaru.
 BudidayarumputlautjenisGracillariasp.ternyatamemberikannilaitambah(keuntungan)
dan manfaat bagi kehidupan para nelayan. Disamping meningkatkan penghasilan (nilai
ekonominya cukup tinggi), jenis Gracillaria sp juga mempunyai beberapa manfaat lain,
seperti menyerap polutan air tambak, bila dilakukan tumpang sari dengan ikan/udang
(sylvofishery) akan menjadikan sumber pakan bagi ikan dan sarang yang baik bagi udang,
struktur tanah secara tidak langsung akan membaik.
 Pengembangan program disatu wilayah ternyata kurang efektif jika dilakukan secara
terpisah-pisah tidak dalam satu kesatuan yang utuh, sebagai contoh budidaya rumput laut di
tambak. Dalam pengembangan usaha tersebut perlunya dukungan, bantuan dan keterlibatan
pemerintah daerah dan sektor swasta dalam memberikan bantuan kelompok berupa sarana
budidaya yang memadahi, peningkatan kapasitas pengetahuan dan ketrampilan teknis bagi
para nelayan/petani tambak,dll
 Sikap ulet, gigih dan sabar para petani tambak/nelayan dengan memperhatikan kearifan lokal
ternyata berdampak positif dan sangat membantu dalam meningkatkan dan mengembangkan
usaha mereka ataupun keswadayaankelompok

Instruksi UAS berdasarkan studi kasus diatas:

1. Buatlah rumusan tujuan evaluasi dan luaran yang diharapkan dari evaluasi programdiatas.
2. Buatlah indikator evaluasi Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dengan mengisi
kolom dibawahini:

Aspek Indikator Sumber Data

Kondisi Awal 1.

2. dst

Input 1.

2. dst

Proses/Aktivitas 1.

2. dst

Outputs 1.

2. dst

Outcomes 1.

2. dst

Impacts 1.

2. dst

3. Jika anda diminta untuk mengevaluasi program diatas, model evaluasi apa yang akan
gunakan? Sertakan argumen anda, mengapa model evaluasi tersebut cocokdigunakan?
4. Instrumen apa yang akan anda gunakan untuk mendapatkan data dan informasi, baik yag
bersifat kualitatif ataupun kuantitatif dalam mengevaluasi program diatas. Berikan penjelasan
mengapa instrumen tersebut cocok digunakan dan kepada siapa instrumen tersebutditujukan.
5. Jika anda memiliki data kualitatif, apa prosedur atau langkah-langkah yang anda lakukan
dalam menganalisis dan menginterpretasi data kualitatiftersebut?
Diusulkan oleh Diperiksa oleh Disetujui oleh
Tanggal/Bulan/Tahun 16 Juni 2021 16 Juni 2021 16 Juni 2021

Jujun Junaedi Ila Rosmilawati, Ph.D Ila Rosmilawati, Ph.D

Anda mungkin juga menyukai