Anda di halaman 1dari 9

Review Jurnal Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat

Judul Partisipasi Masyarakat Dalam Memberdayakan Warga Retardasi


Mental Dengan Model Asanti Emotan (Studi Kasus Di Sidoharjo
Jambon Ponorogo)
Jurnal Jurnal Studi Sosial
Volume & Halaman Vol. 1 , Hal. 1-13
Tahun 2016
Penulis Muhammad Hanif
Reviewer Gria Antini Wulandari (2221180005)
Tanggal 12 November 2020

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat, bentuk, dan faktor
yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
Model Asanti Emotan. Metode penelitian menggunakan kuantitatif
deskriptif. Subjek penelitiannya adalah warga masyarakat normal di
lingkungan sekitar warga retardasi mental yang diberi perlakuan dan
sampelnya ditentukan secara proposional random. Teknik
penggumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi.
Analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
Model Asanti Emotan dalam kategori cukup aktif. Bentuk partisipasi
masyarakat berupa bantuan tenaga (96,8%), harta benda (15%),
pikiran (9%), dan uang (5%). Faktor-faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dimulai dari rangking tertinggi yaitu
membudayanya adat gotong-royong, keyakinan warga retardasi
mental sebagai ujian, perilaku tokoh masyarakat, pengetahuan
tentang retardasi mental, mata pencaharian hidup, dan jenis kelamin.
Subjek Penelitian Reponden penelitian ini berjumlah 52 orang dengan karakteristik
sebagai berikut: 1) Berdasarkan jenis kelamin: 32 lakilaki dan 20
perempuan 2) Berdasarkan pendidikan: SD 34 orang, SLTP 15 orang,
SLTA 3 orang 3) Berdasarkan pekerjaan: PNS 2 orang, Perangkat
desa 4 orang, Petani 25, Tukang bangunan 13 orang, Swasta 8 orang
4) Berdasarkan agama: Islam 39 orang
Metode Penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Subjek
penelitiannya adalah warga masyarakat normal yang berada di
lingkungan sekitar atau tetangga warga retardasi mental yang diberi
perlakuan dengan model. Sampel penelitian ditentukan dengan teknik
porposional random. Adapun jumlah respondennya 52 orang dengan
pertimbangan pada ujicoba tahun 2014 ditentukan 13 orang sampel
dan masing-masing sampel warga retardasi mental diwakili 4 orang
tetangga. Untuk mengukur tingkat partisipasi dan bentuk partisipasi
menggunakan rating scale.Skala ini menurut Sugiyono (2012),
responden tidak akan menjawab salah satu jawaban kualitatif yang
tersedia tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang
disediakan dan hasilnya ditabulasikan kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
dijaring dalam rangking ordinal. Teknik pengambilan data
menggunakan kuesioner dan dokumentasi.Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif.
Hasil Penelitian Desa Sidoharjo merupakan desa hasil pemekaran wilayah Desa
Krebet Kecamatan Jambon. Pemekaran desa ini bertujuan untuk
mengintensifkan dan mengefektifkan pembangunan. Desa Krebet
sebelum pemekaran memiliki luas wilayah lebih dari 25Km 2, ,
dibagi dalam 9 dukuh, dan jumlah penduduk yang mencapai 12 ribu
jiwa. Kondisi tersebut tidak seimbang dengan daya dukungnya.
Sarana-prasarana dan sumberdaya yang tersedia tidak mampu
menjangkau secara optimal beberapa dukuh di wilayah Selatan.
Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut di atas, pemerintahan
desa Krebet berupaya mencari alternatif pemecahannya yaitu perlu
ada pemekaran atau pemecahan Desa Krebet, Desa Krebet
dimekarkan menjadi 2 desa, wilayah desa pemekaran mencakup 3
dukuh, yaitu Dukuh Klitik, Dukuh Karangsengon dan Dukuh
Sidowayah, dan desa pemekaran diberi nama Desa Sidoharjo Luas
wilayah Desa Sidoharjo tergolong luas yaitu 1.219, 84 hektar namun
tidak subur, 60% dari luas wilayah dataran dan 40%
perbukitan/pegunungan, hanya memiliki satu akses jalan masuk,
lantaran sisi-sisi jalannya tertutup oleh perbukitan. Hanya ada satu
jalan utama setelah melewati sawah, ladang dan perbukitan. Jalan
menyempit saat memasuki desa tersebut. Umumnya, jalan terbagi
tiga tipe; aspal, makadam dan paping, serta tanah dengan berbagai
tanjakan dan turunan khas daerah pegunungan. Jumlah penduduk
Desa Sidoharjo 6.265 orang dengan mata pencaharian mayoritas
sebagai tani dan buruh tani.
Model pemberdayaan Asanti Emotan merupakan serangkaian bentuk
kegiatan untuk membantu orang retardasi mental dalam
mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, dan
sosialnya melalui pembiasaan, pengertian, pemodelan, dan
penguatan. Model Asanti Emotan memfasilitasi dan
mengoptimalisasi warga retardasi mental secara individu maupun
kelompok, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
perkembangan, kondisi, dan peluang-peluang yang dimilikinya.

Judul Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program Desa


Siaga Di Desa Bandung Kecamatan Playen
Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume & Halaman Vol. 1 , Hal. -
Tahun 2008
Penulis Nuring Septyasa Laksana
Reviewer Gria Antini Wulandari (2221180005)
Tanggal 12 November 2020

Tujuan Penelitian Dalam upaya mewujudkan good governance dibutuhkan keseriusan


pemerintah untuk mencapainya, salah satu aspek yang harus dipenuhi
adalah adanya partisipasi masyarakat dalam program-program
pemerintah. Adanya partisipasi masyarakat dalam setiap program
pemerintah akan dapat mendorong tercapainya tujuan-tujuan
pembangunan nasional maupun daerah. Salah satu bagian yang
terpenting adalah mewujudkan partisipasi masyarakat di bidang
kesehatan.Hingga saat ini pemerintah serius dalam melaksanakan
program-program di bidang kesehatan.Melalui Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia yang membawa Visi menuju
Indonesia Sehat demi peningkatan kesehatan masyarakat yang baik,
mengeluarkan Program Desa Siaga. Di dalam pelaksanaan program
Desa Siaga dibutuhkan partisipasi masyarakat didalamnya yang
diharapkan dapat mengurangi angka kematian Ibu dan Bayi serta
mewujudkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan, sehingga
cita-cita mewujudkan Indonesia Sehat akan tercapai.
Subjek Penelitian Di dalam pelaksanaan program Desa Siaga dibutuhkan partisipasi
masyarakat didalamnya yang diharapkan dapat mengurangi angka
kematian Ibu dan Bayi serta mewujudkan kemandirian masyarakat di
bidang kesehatan, sehingga cita-cita mewujudkan Indonesia Sehat
akan tercapai.
Hasil Penelitian UNDP mendefinisikan Good Governance sebagai pelaksanaan
otoritas politik, ekonomi dan administrasi untuk mengatur urusan-
urusan negara yang memiliki mekanisme, proses, hubungan, serta
kelembagaan yang kompleks dimana warga negara dan berbagai
kelompok mengartikulasikan kepentingan mereka, melaksanakan hak
dan kewajiban mereka serta menengahi perbedaan yang ada di antara
mereka. Prinsip utama Good governance adalah mengatur
pemerintahan yang memungkinkan layanan publiknya berfungsi
efisien, sistem pengadilannya bisa diandalkan, dan administrasinya
bertanggung jawab pada publik.
UNDP dan World Bank mengartikan good governance sebagai suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab yang sejalan dengan pinsip demokrasi dan pasar
yang korupsi efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan
pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif,
menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha (Mardiasmo, 2002: 23).
Partisipasi masyarakat di Desa Bandung dalam Program Desa Siaga
menggambarkan kondisi yang baik, partisipasi masyarakat dalam
Program Desa Siaga dapat dibuktikan dengan hadirnya masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan yang terkait dalam program tersebut seperti
kegiatan Musyawarah, Sosialisasi, Penyuluhan, hingga Pelatihan-
pelatihan. Bagi kader dan masyarakat perempuan juga antusias
mengikuti kegiatan Posyandu ataupun PKK.Selain itu dengan adanya
antusias masyarakat yang tinggi kepengurusan Desa Siaga juga
terdapat di tingkat dusun sehingga ada pengurus dusun siaga.Dalam
pelaksanaan Program Desa Siaga di Desa Bandung juga
mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat hingga aparat Desa.
Partisipasi masyarakat dalam Program Desa Siaga juga melalui
tahapan pelaksanaan, dimana di Desa Bandung pelaksanaan Program
Desa Siaga dapat dilihat dari adanya kegiatan seperti adanya upaya
masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat dan PHBS. Selain
itu kegiatan yang lain adalah adanya Posyandu yang dilakukan dalam
waktu sebulan sekali. Dalam melaksanakan Program Desa Siaga
masyarakat selalu mengambil peran dalam menciptakan lingkungan
yang sehat dan bebas dari penyakit, hal ini ditunjukan dengan
partisipasi masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan kebersihan
lingkungan seperti kerja bakti di tingkat desa hingga adanya kerja
bakti di tingkat dusun yang dilakukan bersama semua elemen
masyarakat.Selain itu ada kegiatan masyarakat untuk menciptakan
ambulan desa yang bertujuan untuk membawa masyarakat yang sakit
ke Puskesmas ataupun Rumah Sakit.
Dari hasil penelitian mengenai bentuk- bentuk partisipasi msyarakat
desa dalam program Desa Siaga di Desa Bandung Kecamatan Playen
Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
yang berdasar pada penyajian data, analisis data dan interpretasi data
dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut :
1) Pelaksanaan program Desa Siaga di Kabupaten Gunung
Kidul secara umum telah dilaksanakan sejak tahun 2006
dengan berpedoman pada SK Menkes no. 564 tahun 2006
mengenai pelaksanaan program Desa Siaga, upaya yang
telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Gunung Kidul
dalam pelaksanaan Program Desa Siaga seperti sosialisasi,
pelatihan ataupun penyuluhan baik kepada tenaga
kesehatan, kader Desa Siaga dan masyarakat. Namun
secara keseluruhan pada tahun 2009 program Desa Siaga
di Kabupaten Gunung Kidul baru dapat dilaksanakan
diseluruh desa di Kabupaten Gunung Kidul.Pelaksanaan
Desa Siaga di Desa Bandung sudah dilaksanakan sejak
tahun 2006 dan mendapat penghargaan dari Gubernur DIY
dalam program Desa Siaga tanggap Flu Burung pada tahun
2009, sehingga menjadi desa percontohan di Kabupaten
Gunung Kidul dalam program Desa Siaga tanggap Flu
Burung.
2) Partisipasi masyarakat Desa Bandung dalam pelaksanaan
Program Desa Siaga menggambarkan kondisi yang baik,
hal ini dikarenakan adanya dukungan yang baik dari aparat
desa, tokoh masyarakat, kader Desa Siaga hingga
masyarakat. Selain itu masyarakat dan kader Desa Siaga
antusias dengan adanya kegiatan forum desa siaga,
sosialisasi program, pelatihan-pelatihan dan penyuluhan-
penyuluhan. Selain itu kegiatan- kegiatan Desa Siaga
selalu mendapat dukungan dari ibu-ibu PKK dan kader-
kader Posyandu. Pelaksanaan Desa Siaga di Desa Bandung
juga didukung dengan adanya kepengurusan Desa
Siaga hingga tingkat Dusun, sehingga di Desa Bandung
terdapat kepengurusan Desa Siaga dan kepengurusan
Dusun Siaga yang memiliki fungsi dan tujuan yang sama.
3) Desa Bandung adalah Desa yang memiliki inovasi dalam
pelaksanaan program Desa Siaga seperti dengan adanya
Desa Siaga tanggap Flu Burung, Desa Siaga Sehat Jiwa,
Desa Siaga Tanggap Bencana dan Desa Siaga Kawasan
Bebas Merokok. Secara umum kondisi kesehatan
masyarakat desa Bandung dikategorikan baik hal ini
dikarenakan adanya kemauan masyarakat untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya
seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.
4) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Desa Bandung
dalam program Desa Siaga meliputi :
a. Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, seperti
adanya kemauan dari masyarakat secara umum ikut
serta dalam pelaksanaan kerja bakti ataupun
pembangunan fasilitas kesehatan seperti Poskesdes
b. Partisipasi masyarakat dalam bentuk harta benda,
seperti adanya kemauan masyarakat untuk
memberikan sumbangan berupa uang untuk
kegiatan- kegiatan Desa Siaga. Secara umum
masyarakat mau memberikan iuran kebersihan
yang dikelola oleh pengurus Desa Siaga, selain itu
ada juga masyarakat yang mau memberikan
makanan ringan dan memberikan air minum dalam
kegiatan-kegiatan Desa Siaga seperti; memberikan
air mineral, teh ataupun kopi. Masyarakat Desa
Bandung yang memiliki mobil pribadi juga
memiliki kemauan untuk menjadikan mobilnya
menjadi “Ambulan Desa” ketika ada masyarakat
yang harus dibawa ke fasilitas kesehatan seperti
rumah sakit ataupun Puskesmas, sehingga
masyarakat yang membutuhkan tidak perlu
menyewa mobil untuk ke rumah sakit ataupun
Puskesmas.
c. Partisipasi masyarakat dalam bentuk buah pikiran,
hal ini ditunjukan dengan keikutsertaan masyarakat
untuk mengikuti forum Desa Siaga khususnya yang
dilakukan kader Desa Siaga tingkat desa hingga
dusun. Partisipasi yang diberikan seperti adanya
kemauan untuk bertanya ketika ada forum Desa
Siaga hingga memberikan saran dan pendapat,

Judul Peran Masyarakat Dalam Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Di


Desa
Jurnal Jurnal Administrasi Negara
Volume & Halaman Vol. 3 , Hal. 1-25
Tahun -
Penulis Dwi Iriani Margayaningsih
Reviewer Gria Antini Wulandari (2221180005)
Tanggal 12 November 2020
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui panelitian ini adalah : 1. Untuk
mengetahui, mendiskripsikan, menganalisa dan menginterpretasikan
tentang peran masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat
di Desa Waung. 2. Sebagai upaya untuk memberikan sumbang saran
kepada Pemerintahan Desa dan mudah-mudahan bermanfaat dalam
kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Waung.
Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai adalah metode penelitian diskriptif
kualitatif karena peneliti ingin memberikan gambaran yang jelas
tentang peran masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil kajian mengenai peran masyarakat dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat di Desa Waung, dengan focus penelitian
peran masyarakat sebagai pelaku, sebagai partisipan dan sebagai
peserta, dan faktor-faktor yang menjadi pendukung maupun menjadi
penghambat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagaimana
yang telah dideskripsikan pada hasil penelitian dan pembahasan,
maka peneliti sampai pada kesimpulan sebagai berikut : 1. Peran
masyarakat dalam hal pemberdayaan masyarakat di Desa sangat
diperlukan guna tercapainya keberhasilan, khususnya dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat di Desa. Dalam penelitian peran
masyarakat dalam bentuk fisik lebih mudah diukur dibandingkan
dengan bentuk non fisik. Untuk itu maka peneliti lebih memfokuskan
pada peran masyarakat dalam bentuk fisik yakni peran masyarakat
sebagai partisipan, dan peran masyarakat sebagai peserta
dikategorikan baik. 2. Faktor yang menjadi pendukung dalam
kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Waung adalah motivasi,
baik motivasi dari diri sendiri maupun dari pemerintahan Desa, dan
juga kebijaksanaan pemerintahan yang dikeluarkan melalui surat-
surat maupun peraturan-peraturan. 3. Sedangkan faktor penghambat
dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu anggaran yang
kurang memadai dan sarana dan prasarana dari Desa dan pelatihan
yang masih ada kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai