Anda di halaman 1dari 29

RELASI KUASA GURU DAN MURID PENCAK SILAT

PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT) RAYON PONDOK


PESANTREN ROUDLATUT THALIBIN TUGUREJO (ANALISIS
MICHEL FOUCAULT)

(Achmad Fauzi NIM. 1904016079)

(Tsuwaibah, M.Ag NIP. 197207122006042001)

(Winarto, M.S.I NIP. 198504052019031012)

@mail : Limpungk611@gmail.com

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

ABSTRAK

Pencak Silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo,


Tugu, Kota Semarang adalah salah satu organisasi intra di Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang. Pencak Silat ini selain
mengajarkan ilmu bela diri juga memiliki kegiatan yang bertujuan untuk
menumbuhkan sikap ketawadhuan murid kepada guru dalam membentuk pribadi
yang berbudi pekerti luhur kepada anggotanya. Penelitian ini akan menjelaskan
hubungan guru dan murid pencak silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut
Thalibin Tugurejo perspektif Michel Foucault. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1)
untuk mengetahui bagaimana relasi kuasa guru dan murid pencak silat PSHT
rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo (2) bagaimana relasi kuasa
guru dan murid pencak silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin
Tugurejo perspektif Michel Foucault. Peneliti menggunakan jenis penelitian
kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berbentuk kata
tertulis dari pelaku yang di amati. Metode pengumpulan data menggunakan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa (1) Relasi kuasa guru dan murid pencak silat PSHT rayon Pondok
Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang ada sebuah
penyalahgunaan kekuasaan antara guru dan murid. Penyebabnya yaitu adanya
kesenjangan yang tidak seimbang yang mengakibatkan terjadinya tindakan
kekerasan. (2) Menurut teori Michel Foucault kekuasaan selalu berkaitan lewat
pengetahuan dan pengetahuan selalu memiliki efek kuasa. Apabila pelaku
kekerasan memiliki derajat atau kuasa lebih tinggi maka murid memilih untuk
tidak percaya diri, bingung atau bimbang dalam menghadapi kendala suatu
masalah yang terjadi. Hubungan antara kekuasaan dan pengetahuan saling
berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan.

Kata Kunci: Relasi Kuasa, Guru dan Murid, PSHT, Michel Foucault.

A. PENDAHULUAN

Pencak silat PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) adalah sebuah organisasi
yang didirikan oleh seorang tokoh Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Pencak silat PSHT
ini didirikan pada tahun 1922 di Madiun. Pencak Silat PSHT merupakan suatu
bagian dari salah satu contoh produk budaya Indonesia khususnya di jawa yang
kental akan nuansa religius/spiritual/kerohanian yang pada akhirnya banyak
diminati oleh banyak kalangan masyarakat baik pada masa penjajahan hingga
pasca kemerdekaan seperti masa sekarang ini. Tujuan dari pencak silat ini yaitu “
Mendidik manusia yang berbudi pekerti luhur tau benar dan salah serta bertakwa
kepada Allah SWT yang Maha Esa ”.1

Dalam menuntut sebuah ilmu tersebut seorang murid harus tawadhu terhadap
seorang guru yang mengajarinya agar dalam mencari ilmunya menjadi
bermanfaat. Dalam dunia pecak silat seorang murid termotivasi untuk ingin
belajar dan berguru dan hal itu bisa disebabkan oleh faktor internal. Dalam hal ini
seorang murid berkeinginan untuk rasa ingin tahu dan ingin mendalami secara
lebih luas mengenali bela diri pencak silat PSHT dan selain itu karena adanya
suatu kebutuhan baik jasmani dan rohani sesuai didalam mukadimah PSHT.2

1
Tarmadji, Persaudaraan Setia Hati Terate Buku II, (Madiun: PSHT, 1995), h. 1.
2
PSHT Pusat Madiun, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persaudaraan Setia
Hati Terate Tahun 2016: Rencana Strategis Pelaksanaan Program Kerja Pengurus Pusat 2016 –
2021 (Madiun: PSHT, 2016). 9 – 10.
Terkadang di antara seorang guru dan murid pastinya ada sebuah tingkatan
tersendiri (kedudukan) dan itu yang mempengaruhinya sehingga munculah sebuah
pro dan kontra antara seorang guru dan murid. Jadi dalam hal ini bisa dikatakan
bahwa seorang guru lah yang mempunyai derajat yang tinggi sehingga ia
sewenang-wenang yang berkuasa dan menyalahgunakan kekuasaan tersebut.
Karena dalam sebuah pengajaran pencak silat ada sebuah aturan tertentu yang
harus dijalankan. Karena apabila melanggar dalam sebuah aturan tersebut yang
berlaku maka hal itulah yang menjadikanya sebuah permasalahan tersebut.

Dalam sebuah organisasi pencak silat PSHT pasti mempunyai sebuah aturan-
aturan tertentu (AD&ART).3 Didalam pengajaran pencak silat pastinya ada yang
seorang guru dan murid. Dan diantara seorang guru dan murid tersebut pastinya
mempunyai kedudukan yang sangat berbeda-beda. Dan dalam metode pelatihnya
juga terkadang sangat bervariasi atau berbeda-beda.

Dari penulis sendiri kenapa memilih PSHT Rayon Pondok Pesantren


Roudlatut Thalibin Tugurejo Semarang dikarenakan adanya sebuah keunikan
tesendiri yang menjadikanya sebuah problem tertentu (penyimpangan) yang pada
intinya berbeda dengan PSHT di Rayon lainya. Metode sistem latihanya yang
sangat keras dan pastinya sudah diluar batas tertentu. Hal ini dibuktikan dengan
adanya tindakan sepeti melatih fisik yang sudah diluar kemampuan murid dan
hukuman diluar hal kewajaran kepada murid didalam pencak silat PSHT Rayon
Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Semarang.4

Di dalam pencak silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin


Tugurejo Semarang sistem pengajaran ataupun pelatihan yang digunakan berbeda
dengan pencak silat pada umumnya atau berbeda dengan rayon lain. Dalam hal ini
ada sebuah kesenjangan tertentu antara seorang guru dan murid. Terdapat adanya
senioritas dan junioritas yang membuat sebuah adanya kasus tertentu dalam
penyalahgunaaan kekuasaan dan itu yang tidak sesuai dengan sistem pengajaran

3
Djoko Hartono, Bab II (Asas, sifat, dan Tujuan) Pasal 5, Dalam Anggaran Dasar (AD)
Persaudaraan Setia Hati Terate, MUBES VI, (Madiun: Jagad Alimussirry, 2000), h. 1.
4
Wawancara dengan Rifki (siswa) pencak silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut
Thalibin Tugurejo Semarang pada tanggal 06 November 2022
atau pelatihan tertentu yang tidak sesuai dengan sistem aturan-aturan dalam
AD&ART yang ada di dalam lingkup pencak silat PSHT Rayon Pondok
Pesantren Tugurejo sama aturan AD&ART yang berlaku di ranting Tugu dalam
sistem pengajaranya maupun lainya.

Dalam kehidupanya itu kekuasaaan itu ada dalam keadaan yang nyata maupun
tidak nyata dan itu dalam sebuah praktik sosial dalam keadaan yang tidak disadari
oleh seseorang individu. Jadi dalam kenyataanya kekuasaan masih bisa
diselewengkan. Masalah itu terjadi dikarenakan ada sebuah penyimpangan
tertentu yang ketika kekuasaan itu dijalankan bertentangan dengan legitimasinya.
Kekuasaan juga sudah melekat pada diri sesorang baik dalam sebuah jabatanya
ataupun tingkatanya.

Dalam penjelasanya yaitu sebagai berikut ini: “Power of Knowledge” ialah


kekuasaan yang berkaitan dalam diri seseorang dalam suatu organisasi dan
“Personal Power”, Kekuasaan yang ada dalam pribadi seseorang sebagai
hubungan dalam sosialnya. Setiap pengetahuan yang berkembang di masyarakat
bukanlah pengetahuan objektif, melainkan sebuah pengetahuan yang dipaksakan
melalui mekanisme kekuasaan tersebut. Seperti contohnya bahwa dalam
kekuasaan dapat dijumpai dalam dunia pendidikan. Di dalam dunia pendidikan
mempunyai standardisasi tertentu, jadi melalui standardisasi ini kekuasaan
memaksakan sekaligus mengota-kotakkan berbagai pengetahuan yang diterima
individu. Jadi pendidikan yang menjadi subjek yang mempunyai kekuasaan dalam
mengelompokkan seseorang individu menurut kriteria tertentu.

A. Metode Penelitian

Pada umumnya dalam sebuah penelitian terdapat dua jenis penelitian yaitu
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Jadi penelitian keduanya itu
mempunyai prosedur atau karakter yang tidak sama.

Adapun metode yang digunakan dalam sebuah penelitian skripsi ini dari
penulis sendiri menggunakan metode penelitian kualitatif. Bisa disebut penelitian
kualitatif dikarenakan hasil penelitiannya itu bersumber dari sebuah data dalam
penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode deskriptif atau
kualitatif. Jadi dalam penelitian deskriptif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki suatu keadaan maupun situasi atau kondisi suatu
peristiwa ataupun kejadian dan lain sebagainya yang dalam hasilnya itu
dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendiskripsikan suatu peristiwa ataupun kejadian yang dialami pada waktu
sekarang. Jadi dalam penelitian ini akan memaparkan tentang bagaimana situasi
dan kondisi di dalam kegiatan latihan tersebut . Adapun yang dimaksud kegiatan
ini ialah sebuah metode latihan dalam kegiatan bela diri pencak silat yaitu relasi
kuasa guru dan murid Pencak Silat PSHT Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin
Tugurejo Semarang menurut Michel Foucault.5

B. Teori
Pengertian mengenai kuasa secara umum dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), bahwa kuasa adalah suatu usaha ataupun kemampuan,
wewenang, dalam mengambil sebuah keputusan ataupun perihal mengenai segala
sesuatu yang akan kita harapkan.6 Jadi pemaparan mengenai sebuah kuasa ialah
mengatur, memerintah, ataupun suatu kesanggupan, kemampuan dan kekuatan.
Kuasa menurut Michel Foucault sangat netral.7 Dalam hal ini Foucault
memaparkan bahwa kuasa itu bisa mengantar seseorang kedalam dominasi dalam
arti ada yang menguasai dan di kuasai. Kekuasaan ada didalam diri seseorang dan
itu sifatnya sangat netral. Dengan cara paksaan dan mengawasi seseorang untuk
benar-benar patuh dan tunduk dan mencampuri kebebasanya dalam mencapai
suatu tindakan orang yang mempengaruhinya dengan cara yang terorganisir.
Menurut pemikiran Michel Foucault bahwa dalam sebuah munculnya ilmu
pengetahuan dari relasi kuasa ialah tidak dari seorang bagian yang dimengerti.
Jadi relasi kuasa menghasilkan sebuah pengetahuan, akan tetapi ada waktu yang
5
Lexy Meoleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”’, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005), h. 4.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
1991) h. 604.
7
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 65.
sama bahwa kuasa dapat dilihat sebagai sebuah pengetahuan. Dari situlah tidak
ada sebuah ilmu pengetahuan tanpa adanya kuasa dan begitupun sebaliknya.
Adanya kuasa muncul dari bawah yang secara mendasar tidak membawakan
sebuah penekanan. Adanya kuasa pasti ada sebuah kemauan ataupun sebuah
wujud penolakan. Dalam hal ini wujud penolakan tidak pernah ada pada posisi
luar (eksterior) di dalam hubunganya dengan kuasa.8
Pemikiran wacana menurut Michel Foucault ialah tidak hanya tentang sebuah
hal yang nyata terjadi (pernyataan) melainkan juga tentang sebuah susunan atau
tata cara dalam membuat suatu peraturan tertentu dalam sebuah wacana. 9 Menurut
pandangan Michel Foucault bahwa sebenarnya pandangan kita tentang suatu
objek dalam membentuk suatu batas-batas yang telah ditentukan oleh sebuah
susunan diskursif tersebut. Jadi kriteria tentang wacana itu di buat oleh batasan
bidang dari sebuah objek, pemaparan dari sebuah pemikiran yang paling Amanati
dan dilihat yang menurutnya itu benar. Dalam sebuah wacana tentunya ada sebuah
pandangan dalam khalayak menyeluruh yang mengarahkan di jalan pemikiran
tertentu dan merenunginya itu sebagai sesuatu hal yang dianggapnya itu benar
atau dengan kata lain bahwa wacana itu sebenarnya merupakan suatu tempat yang
dimana seseorang itu harus berpikir secara logi dan masuk akal dengan jalanyang
sebenarnya, bukan yang lain.10
Wacana memberikan sebuah batasan pada sebuah bidang tertentu dalam
pemikiran kita, memberikan ide piker dalam pendapat yang berbeda dalam sebuah
batas-batas yang telah ditentukan. Apabila kita memiliki sebuah tata tertib dan
peraturan dari sebuah wacana itu dapat dibuat, maka kemudian pernyataan itu
disesuaikan dengan garis yang telah ditentukan. Dalam sebuah wacana itu dapat
membuat dan merencanakan suatu kejadian yang nyata dan disatukan dengan
kejadian-kejadian yang ada dalam sebuah gambaran (narasi) yang dapat di
mengerti di tengah-tengah lingkungan dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam

8
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 66.
9
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 73.
10
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 74.
perjalananya itu bahwa ketika kita berbagi sekaligus menafsirkan dalam sebuah
pengalaman dan peristiwa maupun kejadian dalam mengikuti suatu urutan atau
bagian yang tersedia dan dalam menafsirkanya itu tidak bisa keluar dari struktur
keilmuan yang dibentuknya.
Di dalam pemikiran menurut Michel Foucault bahwa kriteria dalam sebuah
wacana adalah suatu suatu cara berpikir untuk menjadi suatu perkelompokan
(himpunan). Wacana yang mempunyai manfaat dalam membentuk suatu pribadi
seseorang dalam melestarikan hubungan-hubungan yang terkait dengan tentang
kekuasaan di dalam suatu kehidupan masyarakat. 11 Di dalam tengah-tengah
kehidupan bemasyarakat biasanya ada berbagai kategori wacana yang pada
intinya itu ialah tidak ada hal yang sama dengan yang lain, akan teapi dalam
sebuah kekuasaan itu untuk menentukan sebuah ide-ide yang baru dan memberi
semangat tertentu terhadapo sebuah wacana sehingga dalam wacana tersebut
menjadi dominan, sedangkan wacana-wacana lainya akan dijauhkan atau
dihindari.
Unsur sebuah wacana yang dominan dalam pandangan menurut Michel
Foucault ada dua risiko, yang pertama ialah bahwa wacana dominan itu mengasih
suatu arahan tentang bagaimana suatu objek itu harus bisa dibaca dan dipahami.
Dalam hal ini pemikiran yang lebih menyeluruh secara luas (umum) menjadikan
suatu hal yang dapat menghambatinya. Hal ini dikarenakan ia memberikan suatu
pilihan yang sudah tersedia dan siap digunakan. Perubahan yang dibatasi hanya
dalam batas-batas struktur diskursif tersebut dan tidak dengan yang lain. Yang
kedua adalah tentang susunan pada keilmuan yang bentuk maupun diciptakan dari
suatu objek yang tidak memiliki arti terhadap suatu kebenaran. Batas-batas yang
dibuat tersebut memberikan sebuah alasan dalam pemikiran kita, akan tetapi juga
yang dapat menghasilkan sebuah wacana lain yang tidak dominan menjadi
terjauhkan.12

11
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 76.
12
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 77
Suatu kekuasaan pada intinya ialah usaha dalam membuat pengetahuanya
sendiri yang kemudian menciptakan rezim kebenaran itu sendiri. Datangnya suatu
kekuasaan dengan membuat suatu ekonomi politik kebenaran, melalui mana
kekuasaan dan dengan begitu dimapankan, disusun, dan diwujudkan serta
dilestarikan. Dan oleh karena itu ketika kita dalam memaparkan sebuah wacana
kita sendiri perlu memberi sebuah pandangan tentang bagaimana produksi wacana
diatas menjadi suatu hal yang dibuat dan bagaimana reproduksi itu dibuat oleh
suatu kelompok atau elemen didalam suatu masyarakat.13
Dalam sebuah pemikiranya menurut Michel Foucault salah satu hal yang
paling menarik ialah tesisnya mengenai hubungan antara pengetahuan dengan
kekuasaan. Dikarenakan antar pengetahuan dengan kekuasaan itu sangat berkaitan
erat sekali dan tidah dapat terpisahkan. Menurut pandangan Michel Foucault
sendiri bahwa kuasa sebenarnya tidak dapat diartikan dalam sebuah harta benda
(“kepemilikan”) apabila manusia itu memiliki referensi kekuasaan tertentu, akan
tetapi “kuasa perspektif Michel Foucault sendiri tidak ada teori-teori mengenai
asal kepemilikan, akan tetapi bisa uji cobakan didalam suatu hal di dalam suatu
bagian yang dimana ada banyak struktur yang secara penempatan yang baik yang
berhubungan antara hal yang satu dengan yang lain.14Menurut Michel Foucault,
seperti yang dikutip oleh bartens bahwa strategi kuasa berlangsung di mana-mana.
Dikarenakan dalam hal ini banyak posisi yang mendapatkan sebuah urutan, tata
tertib dan peraturan, sistimatika dalam pegelolaan, dimanapun posisonya itu
manusia mempunyai suatu keterikatan antara yang satu dengan yang lainya dan
selama seseorang tersebut masih menginjak kaki di dunia maya disitu juga
kekuasaan sedang berproses atau berjalan. Kalau kita berpikir tentang kuasa
sebenarnya kuasa itu tidak akan hadir dari luar akan tetapi untuk memilih suatu
struktur, peraturan, dan hubungan keterikatan yang berasal dari dalam diri
seseorang tersebut.15
13
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 65.
14
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 65.
15
Dr. Dedy N. Hida Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks
Media, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2001), h. 65.yat, Analisis Wacana Pengantar Analisis
Teks Media, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2001), h. 66.
Dalam perspektif Michel Foucault bahwa dalam kuasa itu selalu
dikorelasikan melaui ilmu pengetahuan, dan dalam ilmu pengetahuan sendiri
selalu memiliki efek kekuasaan. Penyelenggara “kekuasaan” pasti menjadikan
ilmu pengetahuan sebagai konsep dari kekuasaanya. Dalam hal ini tidak bisa kita
ungkit bahwa di dalam kekuasaan itu tanpa menopangkan dari suatu
perekonoimian dan klaim krebenaran. Pengetahuan tidaklah sebuah ungkapan
yang tersamar dari hubungan kuasa melainkan pengetahuan itu berada pada posisi
didalam hubungan kuasa itu sendiri. Kuasa menjadikan ilmu pengetahuan dan
bukan saja dikarenakan pengetahuan itu sendiri bermanfaat bagi kekuasaan. Jadi
dalam hal ini tidak bisa kita ungkit bahwa adanya ilmu pengetahuan tanpa
asdanya kuasa, dan tidak ada kuasa tanpa adanya pengetahuan . Maka dari situlah
hubungan antara kuasa dan pengetahuan itu saling berkaitan erat dan tidak dapat
terpisahkan. Jadi dalam hal ini strategi pandangan michel Foucault membawakan
sebuah risiko tersendiri ataupun sanksi dan untuk mengetahui kekuasaan itu
dibutuhkan sebuah penelitian mengenai produksi pengetahuan yang dilandaskan
terkait sebuah kekuasaan dikarenakan setiap kekuasaan itu rangkai, diposisikan
derajat yang tinggi, dan bentuknya lewat ilmu pengetahuan dan sebuah wacana
baru.16
Di dalam sebuah wacana tersebut tentunya membuat sebuah klaim kebenaran
dan ilmu pengetahuan tertentu yang menghasilkan efek kuasa. Di dalam
kebenaran dibuat dari kekuasaan yang dimana setiap kekuasaan itu menyebabkan
dan membuat suatu kebenaran sendiri melalui khalayak dan dituntut untuk ikut
dalam membenarkan yang telah tentukanya. Kekuasaan pasti membawa klaim
kebenaran tertentu yang edarkan lewat sebuah wacana yang tersusun lewat sebuah
kekuasaan. Kuasa tidak datang dari sebuah penindasan maupun kekerasan
tersendiri. Melainkan yang paling utama ialah melalui melalui normalisasi dan
pengelolaan dikarenakan dalam hal ini michel Foucault menolak pandangan yang

16
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 67.
menyatakan kekuasaan sebagi subjek yang berkuasa dan subjek yang dianggapnya
tidak boleh di pakai, adanya sebuah batasan tertentu, atau penyelewengan.
Dalam perspektif Michel Foucault bahwa kekuasaan tidaklah bersifat tetap
terhadap pemikiranya, hal ini sebabkan bahwa adanya kuasa bisa berjalan dengan
proses yang tidak baik dan benar karena dalam hal yang terjadi ini ia berjalan
dengan cara yang baik dan produktif. Kuasa terbentuk melalui sebuah realitas,
membuat suatu ruang lingkup pada objek-objek tertentu, dan klaim kebenaran.
Jadi dalam hal ini konsep tentang kekuasaan tidak bisa bekerja melalui sebuah
kekerasan, akan tetapi bekerja melalui sebuah hal yang nyata dan terstruktur ,
memberikan sebuah hukuman dan membuat sebuah kedisiplinan terhadap seluruh
seseorang dalam kehidupanya yang nyata dalam hal sosil kebudayaan
bermasyarakat.
Di luar khalayak umum tidak bisa kita awasi ataupun kita pantau melalui
sebuah kekuasaan yang bersifat fisik, akan tetapi dapat kita awasi dan diatur dan
beri disiplinkan melalui suatu wacana tersendiri. Jadi dalam pandangan menurut
Michel Foucault bahwa kekuasaan ini dihubungkan melalui hubungan sosial, yang
dimana membentuk kategori siafat ataupun perilaku antara baik dan buruk,
sebagai bentuk pengendalian dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Yang kemudian hubungan dalam kehidupan itulah yang membuat suatu bentuk
subjektivitas dan perilaku secara lebih sederhana dan tergambar sebagai bentuk
batasan tertentu.17
Dalam sebuah buku yang berjudul “Discipline and Punish” karya dari Michel
Foucaut dijelaskan bahwa khalayak umum (publik) itu berikan suatu pengarahan
bukan dengan prosedur kontrol yang sifatnya itu secara langsung dan
fisikmelainkan dari sebuah wacana dan konsep yang berupa tata cara (prosedur),
aturan-aturan, dan lain sebagainya.18 Michel Foucault menjelaskan ditiadakanya
sebuah bentuk sanksi yang terjadi pada posisi kedua pada abad ke-18 yang
terbentuk sebuah sanksi pancung, maupun cambuk yang dapat di perlihatkan

17
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 67.
18
Petrus Sunu Hardiyanta, Disiplin Tubuh Michel Foucault, (Yogyakarta: LKiS, 1997), h
24-25.
didepan umum yang kemudian tergantikan oleh penjara hingga kini. Hal ini
dibuktikan dengan terlihatnya dalam pelaksanaan kuasa yang menghukum tubuh
secara keras yang sambil memperlihatkanya didepan umum menuju pelaksanaan
hukuman yang semakin tidak menyentuh terhadap tubuh. Yang kemudian dalam
hal ini hukuman dapat dihapuskan dan digantinya dengan hukuman yang tidak
sewenang-wenang (diluar batas). Dan dalam hal ini ditetapkanya sebuah
ketentuan (peraturan) ditetapkanya sebuah sanksi . Ditetapkanya hukuman ialah
bukanlah sebagai suatu balas dendam, akan tetapi dalam mencegah keteledoran
tindak kekerasan dan yang bertujuan agar membentuk sebuah kesadaran, hasrat,
dan kehendak individu, menjadi penaklukan ide. Jadi beratnya hukuman ini
dikalahkan untuk Jadi beratnya hukuman ini dikalahkan untuk pikiran berbuat
jahat.19
Di dalam relasi kuasa, adanya sebuah penghukuman ini bertujuan untuk lebih
menarik dan menghasilkan sebuah kesadaran pada seseorang ataupun individu
sendiri. Jadi dalam konsep ini fisik tubuh tidak lagi yang dapat dipakai oleh kuasa
akan tetapi jiwa, pola dalam berpikir, kesadaran, dan kehendak terhadap diri
sendiri yang menangkap simbol-simbol yang menyebarkan kedalam kehidupan
bermasyarakat. Akan tetapi didalam konsepnya itu hukuman tidak untuk
menghapus kejahatan melainkan untuk memberi sebuah koreksi, melatih dan
menormalkan individu. Dalam hal ini hukuman mempunyai fungsi untuk
menjadikan seseorang yang patuh dan mempunyai nilai guna bagi masyarakat.
Jadi dalam hal ini bahwa konsep pemberian hukuman bukan sebagai sarana
hukuman, akan tetapi sebagai sebagai bentuk antara lain yaitu: kedisiplinan,
pengawasan, pengontrolan, pencatatan, dan sebagainya.
Kekuasaan di dalam kehidupan khalayak umum pada masa kini tidak
berjalan secara kenyataan dengan adanya seseorang yang memiliki kekuasaan
yang mempunyai sebuah pimpinan atau adanya sebuah kekuasaan tersendiri yang
memiliki efek kekuasaan tertinggi yang membuat sebuah rencana maupun tata
tertib dan peraturan terhadap kehidupan sosial bermasyarakat. Dan dalam praktik
19
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 69.
ini, ialah adanya latihan pendisiplinan. Dalam latihan pendisiplinan ini contohnya
misalnya adalah melalui penetapan sebuah tata tertib ataupun aturan dan berbagai
tata cara urutan seperti acara, jadwal latihan, pelaksanaan, dan tujuan kegiatan
maupun acara yang menghasilkan manajamen waktu yang menjadi teratur. Jadi
dalam hal ini tidak ada sebuah kekuasaan yang bersifat menekan ataupun
mengekang di mata seseorang. Seperti contohnya misalnya ialah rangkaian proses
antara seorang guru yang tidak bisa mengawasi murid-muridnya satu persatu
sepanjang hari sebagai polisi moral. Didalam suatu proses itu untuk membentuk
sebuah kekuasaan yang menekankan seseorang murid untuk ikut serta dalam
sebuah peraturan yang ada sehingga hal itu menjadi terkontrol, patuh, dan disiplin.
Kontrol dalam membentuk seseorang yang memiliki sikap ketawadhuan dan
kepatuhan ialah sebagai bentuk kekuasaan yang nyata ada dimana-mana. Dalam
perspektif Michel Foucault sendiri bahwa kekuasaan itu ada dimana-mana (Omni
present) yang pasti ditanyakan melalui sebuah hubungan, dan diciptakan dalam
hubungan yang mendukungnya. Dalam hal ini kekuasaan selalu berjalan dengan
bentuk kontruksi dengan berbagai ilmu pengetahuan. Melaui sebuah analisis
wacana, relasi antara kekuasaan dengan ilmu pengetahuan itu disisi lain terbentuk.
Michel Foucault menjelaskan bahwa relasi antara suatu tanda dan yang ditandai
itu tidak hanya sebagai suatu sumber (referensial), melainkan juga bentuk
produktif dan kreatifitas. Kekuasaan di pahami sebagai serangkaian tata cara
(prosedur) yang membuat, menyebarkan dan menghasilkan sebuah pernyataan-
pernyataan. Berbagai simbol wacana seperti moral dan aturan hukum membentuk
jaring tentang bagaimana hubungan kekuasaan itu hendak di kontrol dan
disiplinkan.
C. DATA

Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang mulai


didirikan dan di bangun sejak tanggal 20 Agustus 1983, dan terselesainya pada
tanggal 24 Mei 1984. Jadi hal ini bertepatan pada tanggal 21 Sya’ban 1404 H. 20
Tujuan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Semarang adalah untuk
20
Dokumentasi Pondok Pesantren dan Wawancara dengan Shahreza Badarul Ulum
(Lurah Pondok) di Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang pada 26
Desember 2022.
mengembangkan Agama Islam di Tugurejo agar cepat berkembang dan memiliki
keberadaan yang luas.21 PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlotut Thalibin
Tugurejo berkedudukan di bawah Ranting Tugu Cabang Kota Semarang. Tujuan
PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang
adalah untuk mendidik manusia berbudi luhur tahu benar dan salah serta bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Metode Pelatihan Pencak Silat PSHT Rayon
Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang.22

Metode latihan rutinan biasa di Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren
Tugurejo ini dilakukan setiap seminggu tiga kali dan ini dilakukan setiap malam
selasa, malam kamis, dan malam sabtu dengan jam latihan dimulai pada pukul
21.00 WIB sampai selesai pukul 13.00 WIB dihalaman TPQ Miftahus Shibyan Rt.
01 Rw. 01 Kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang.23

Adapun metode dalam pelatihan pencak silat di PSHT Rayon Pondok


Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang adalah sebagai berikut :24

a) Latihan Fisik

Di dalam latihan fisik yang dilakukan adalah seperti pemanasan, ketahanan,


kecepatan, dan lain sebagainya. Jadi dalam hal ini fungsinya adalah sebagai
melatih murid agar dalam berolahraga menjadikan tubuh yang sehat jasmani dan
rohani, tetap bugar, dan melatih daya tahan tubuh.

b) Latihan Teknik

Jadi melalui latihan teknik dalam PSHT ialah untuk memberikan sebuah
materi atau bekal ilmu seperti halnya senam dasar, jurus, pasang, senam toya,
jurus belati, kripen (kuncian). Dan dalam hal ini bertujuan agar melatih murid

21
Dokumentasi, Surat Wakaf Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tahun 1984.
22
Dokumentasi dan wawancara dengan Bagus Setyo Aji (Ketua Rayon) Pencak Silat
PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang di Pondok
Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 26 Januari 2022.
23
Wawancara dengan Anis Fahmi (Pelatih Rayon) Pencak Silat PSHT Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang di Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo,
Tugu, Semarang pada tanggal 28 Desember 2022.
24
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo di
TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Desember 2022.
untuk menguasai ketrampilan untuk jaga diri (membela diri), mengembangkan
sikap percaya diri dan yakin didalam hati kita sendiri.

c) Kerohanian (ke SH-an)

Didalam kerohanian adalah sebagai sebuah pengenalan dalam berorganisasi


sesperti sejarah PSHT, tujuan PSHT, arti atau makna lambing PSHT, yang
tujuanya aga murid itu mengerti atau tau bagaimana sejarah PSHT itu muncul.

d) Istirahat

Didalam latihan pencak silat PSHT terdapat istirahat ditengah-tengah latihan


yang dimana agar murid itu bisa melepaskan hawa rasa lelahnya setelah latihan
dan untuk melemaskan badannya. Dan dalam istirahat pula adalah untuk melatih
murid agar menjadi loyal dan guyub rukun antar sesama murid maupun guru atau
anggota di PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu,
Semarang, dan tidak lupa juga pelatih selalu memberikan sebuah materi, arahan,
dan bimbingan sebelum dilanjut latihan lagi.

Dalam metode latian pencak silat PSHT saat ini itu lebih mengutamakan pada
prestasi agar seorang murid bisa menjadi seorang atlet pencak silat PSHT yang
baik. Jadi dalam sistem latihanya harus mengikuti sistem yang menunjang murid
untuk menjadi seorang atlet atau menjadi seorang pesilat yang baik. Jadi dalam
tolak ukurnya itu lebih mengutamakan ke prestasinya. Dalam latianya juga mulai
dari latihan fisik, latihan kekuatan, latian kecepatan dan latihan keseimbangan.
Dan itu merupakan materi yang terlepas harus dipelajari di pencak silat PSHT.
Jika di dalam ajaran pencak silat PSHT maka meteri itulah yang kita sampaikan,
sedangkan ketika kita menuju pada bidang keatlitan maka maka yang harus kita
pelajari ialah pada bidang keatlitan. Hal ini dikarenakan metode sistem latihanya
yang nanti berbeda. Misalnya dalam latian kekuatan tangan dan itu yang dilatih
berbeda. Jadi dalam metode latihan dulu itu sangat tidak boleh untuk diterapkan
dilatian zaman sekarang, dan hal ini dikarenakan jika ditinjau kedalam ilmu
kesehatan malah merusak. Dalam metode latian ini misalnya adalah ketika kita
disuruh push up ngepel karena dalam hal ini kita yang dibutuhkan adalah melatih
otot lengan. Dalam metode latian yang guru ajarkan kepada seorang murid itu
materinya sama terhadap yang diajarkan oleh seorang gurunya. Metode latihan
yang diajaran oleh seorang guru kepada murid dalam latihan pencak silat PSHT
itu masuk keadalam Muqodimah PSHT. Dalam metode latian PSHT harus
mengikuti perkembangan zaman karena jika kita tidak mengikuti latianya di
zaman sekarang kita akan ketinggalan. Latian zaman sekarang seorang guru lah
yang mencari murid bukan seorang murid yang mencari seorang guru.25

Metode sistem latihan pada zaman sekarang mungkin yang dirubah tidak
seperti latian pada zaman dulu akan tetapi tidak merubah materi dan ajaran pokok
dalam PSHT. Mungkin yang dirubah adalah seperti latian doweran dikarenakan
latian pada zaman dulu itu lebih keras dan menekan kepada seorang murid dengan
ketentuan sistem latian diluar batas tertentu. Seorang guru harus tau benar
mengenai kondisi seorang murid dan tau kemampuan dari masing-masing yang
bisa dilakukan oleh seorang murid. Jadi dalam metode latian yang diterapkannya
harus mengikuti aturan-aturan yang baik dalam AD & ART. Jika metode latian
pada zaman dulu itu diterapkan pada zaman sekarang sangatlah tidak cocok.
Karena hal ini tolak ukurnya lebih kedalam prestasi karena maraknya sekolah-
sekolah bahkan sampai perguruan tinggi.26

Metode latian pada zaman sekarang lebih mengutamakan ke dalam


kecepatanya karena jika kita kalah cepat maka kita akan kalah terhadap musuh
yang kita lawan dan sebelum melatih kecepatan pastinya kekuatan dulu yang akan
kita latih nantinya oleh seorang guru kepada murid. Dalam metode latian pada
zaman sekarang dalam melatih kecepatan dan kekuatan itu pun sangat berbeda.

Relasi antara seorang guru dan murid di dalam pencak silat PSHT Rayon
Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang memberikan
sebuah pengarahan dan bimbingan dalam metode latihan yang di jalankan ataupun

25
Wawancara dengan Kang Mas Abdul Mukti (Sesepuh PSHT Ranting Tugu) di
rumahnya Dk. Ngebruk, Kelurahan Mangkang Kulon, Tugu, Semarang pada tanggal 29 Desember
2022.
26
Wawancara dengan Kang Mas Abdul Mukti (Sesepuh PSHT Ranting Tugu) di
rumahnya Dk. Ngebruk, Kelurahan Mangkang Kulon, Tugu, Semarang pada tanggal 29 Desember
2022.
di terapkan. Dalam metode latihan yang di ajarkanya itu seorang guru
memberikan bekal ilmu untuk membela diri serta menjaga harkat dan martabat
sesuai yang di ajarkan di dalam pencak silat PSHT rayon Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin, Tugurejo, Tugu Semarang. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
PSHT yaitu untuk mendidik manusia yang berbudi pekerti luhur tahu benar dan
salah serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.27

Dalam sebuah ajaran-ajaran Pencak Silat PSHT rayon Pondok Pesantren


Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang antara seorang guru dan murid
mengawalinya dengan berjabat tangan, dan itu merupakan suatu adat dalam
latihan pencak silat PSHT dan merupakan sebagai arti dari PSHT (Persaudaraan
Setia Hati Terate).28

Hubungan antara seorang guru dan murid dalam pencak Silat PSHT melebihi
saudara kandung, karena dalam hal ini lebih menekankan ke persaudaraanya dari
pada bela dirinya. Selain itu hubungan antara seorang guru dan murid ketika
memberikan sebuah ajaran ini juga untuk melatih seorang murid agar ia memiliki
sikap sosial, bersikap ramah terhadap semua anggota di pencak silat PSHT Rayon
Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang. Memiliki sikap
penghormatan ataupun saling menghormati antara yang muda dengan yang lebih
tua. Selain itu, ketika kita berjabat tangan juga juga merupakan simbol
persaudaraaan di PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate). Kemudian ketika
seorang guru dan murid saat memberikan latihan tentang baris-berbaris, maka hal
ini di lakukan untuk mengatur barisan agar sesuai dengan tingkatanya masing-
masing mulai dari tingkatan yang paling tinggi hingga paling rendah. Selain itu
hal ini juga untuk melatih kedisiplinan dan mengembangkan rasa tanggung jawab
untuk seorang murid.29

27
Observasi Pencak Silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo di
TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 13 Maret 2023.
28
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo
di TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 13 Maret 2023.

29
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo
di TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 13 Maret 2023.
Di dalam latihan pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut
Thalibin Tugurejo Tugu Semarang, seorang guru juga memberikan pengajaran
untuk memberi penghormatan pada saat latihan berlangsung, memberi
penghormatan kepada guru karena hal ini bertujuan agar melatih murid untuk
saling menghormati kepada yang lebih tua. Dan sebelum latihan berlangsung,
seorang guru dan murid mengawalinya dengan berdoa terlebih dahulu, dan hal ini
bertujuan agar murid selalu ingat kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Dalam
hal ini juga berdoa supaya agar diberi perlindungan dan diberi kemudahan dan
kelancaran pada saat latihan berlangsung dan membiasaan berdoa setiap
mengawali kegiatan apapun.

Hubungan relasi antara seorang guru dan murid di dalam Pencak Silat PSHT
Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang bahwa
seorang guru dan murid itu di ibaratkan seperti layaknya antara kakak dan adik.
Karena di dalam ajaran Pencak Silat PSHT itu lebih menekankan ke
Persaudaraanya, jadi antara yang muda harus bisa saling menghormati kepada
yang lebih tua darinya. Dalam hal ini antara kekuasaan dan pengetahuan itu saling
memiliki keterikatan dan hubungan tersendiri. Seorang guru memberikan sebuah
ilmu pengetahuan kepada murid, sedangkan murid yang di kuasainya. Jadi apapun
yang di lakukan oleh guru kepada murid di Pencak Silat PSHT rayon Pondok
Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang, maka seorang murid
harus bersikap patuh dan tunduk kepada seorang guru yang mengajarinya. Jika
murid ingin mendapatkan ilmu dari gurunya, maka harus menuruti perintahnya
yang di lakukanya.30

Dari hasil sebuah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa ternyata
terdapat 10 seorang guru yang melatih murid di pencak silat PSHT Rayon Pondok
Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang, dan 12 murid yang masih
mengikuti proses pembelajaran, antara lain terdapat murid yang masih mengikuti
latihan tahap kedalam tingkatan sabuk jambon sebanyak 4 orang, tingkatan sabuk

30
Wawancara dengan kang Mas Abdul Mukti (Sesepuh PSHT Ranting Tugu) di
Rumahnya Dk. Ngebruk, Kelurahan Mangkang Kulon, Tugu, Semarang pada tanggal 29
Desember 2022.
putih 2 orang, tingkatan sabuk polos 2 orang dan tingkatan sabuk pra polos
sebanyak 4 orang.31

Di dalam latihan pencak silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut


Thalibin Tugurejo Tugu Semarang, hubungan relasi antara seorang guru dan
murid memberikan sebuah kedisiplinan bagi seorang murid, dalam hal ini di
buktikan pada saat seorang guru dalam memberikan sebuah pengarahan pada
metode latihan pencak silat antara lain mulai dari datang tepat waktu, membawa
sebuah peralatan latihan yang diperlukan, dan mematuhi segala peraturan-
peraturan yang ditetapkan pada saat latihan di mulai. Hubungan relasi antara
seorang guru dan murid di dalam pencak silat PSHT Rayon Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin Tugurejo Semarang dari hasil sebuah penelitian yang
dilakukanya itu, bahwa ternyata adanya sebuah penyelewengan kekuasaan antara
seorang guru dan murid dan ini dibuktikan bahwa ada sebuah masalah di luar
latihan yang dibawa kedalam latihan tersebut, seperti: perbudakan dan kekerasan
dalam latihan tersebut.32

D. Analisis

Hubungan antara seorang guru dan murid di dalam pencak silat PSHT
Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang ialah seperti
layaknya saudara kandung yaitu antara kakak dan adik. Hal ini dikarenakan di
dalam PSHT lebih mengutamakan pada tali persaudaraanya dari pada bela
dirinya.33
Hubungan antara seorang guru dan murid memiliki peranan yang sangat
penting, bahwa seorang guru memberikan sebuah kekuasaan kepada seorang
murid yaitu untuk membetuk kedisiplinan dalam mendidik ataupun memberi
sebuah pengajaran di dalam Pencak Silat PSHT rayon Pondok Pesantren

31
Observasi Pencak Silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo di
TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 13 Maret 2023.
32
Observasi Pencak Silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo di
TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 13 Maret 2023.
33
Wawancara dengan kang Mas Abdul Mukti (Sesepuh PSHT Ranting Tugu) di
Rumahnya Dk. Ngebruk, Kelurahan Mangkang Kulon, Tugu, Semarang pada tanggal 29
Desember 2022.
Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang, untuk mendidik manusia yang
berbudi pekerti luhur tahu benar dan salah serta bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan Tujuan umum PSHT. Dan pastinya ketika seorang murid
dalam mencari ilmu pengetahuan ada beberapa resiko yang di timbulkanya dalam
sebuah pengajaran yang akan di dapatkan pada nantinya.34
Hubungan antara seorang guru dan murid memiliki sebuah relasi dalam hal
untuk memberikan sebuah ilmu pengetahuan dan dalam rangka untuk membentuk
kedisiplinan melalui efek kuasa. Seorang guru dalam memberikan sebuah ilmu
pengetahuan harus dengan hati yang ikhlas dan tanpa mengharap sebuah imbalan
apapun. Akan tetapi dalam kenyataanya yang terjadi di sisi lain antara seorang
guru dan murid dalam memberikan ilmu pengetahuan itu berbeda. Di dalam
sikapnya itu seorang guru mempunyai karakteristik masing-masing dikarenakan
dalam prinsip ataupun tujuannya itu hanya agar ingin menjadikan muridnya itu
menjadi seorang murid yang baik dan menjadikanya agar lebih baik dari seorang
gurunya. Tapi dalam kenyataanya dalam metode pengajaran yang biasanya tidak
sesuai dengan yang harapkan itu akhirnya dapat mengakibatkan munculnya
penyalahgunaan kekuasaan ataupun penyelewengan.
Hubungan antara seorang guru dan murid yang tidak sesuai dengan
kenyataanya itu akhirnya mengakibatkan munculnya antara senioritas dan
junioritas antara seorang guru dan murid dan dari situlah yang akhirnya
membentuk adanya kekuasaan dalam metode pelatihan pencak silat di PSHT
Pondok Pesantren Roudlotut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang.
Penguasaan dan penyadaran orang terhadap tubuhnya sendiri itu dapat dicapai
jika melalui efek dari investasi kekuasaan dalam tubuh seperti kita dalam
melakukan senam, olahraga, pengolahan otot, dan pemujaan terhadap keindahan
tubuh.35 Hubungan yang saling berkaitan antara seorang guru dan murid di dalam
pencak silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu,
Semarang ini ialah bahwa sebenarnya seorang murid memang diwajibkan untuk

34
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Tugurejo
di halaman TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Maret 2023.
35
Yudi Santosa, Power atau Kenowledge Michel Foucault, (Yogyakarta: Bentang
Budaya, 2022), h. 71.
selalu bersikap patuh dan tunduk, saling menghormati antara seseorang yang lebih
tua yaitu terhadap gurunya sendiri. Jadi apa yang diajarkan oleh seorang guru
kepada seorang murid maka seharusnya murid itu harus bersikap ta’at dan meniru
apa yang seorang guru itu ajarkan. akan tetapi dalam kenyataanya itu seorang guru
malah berlebihan dalam memberikan sebuah intruksi maupun jalinan komunikasi
yang kurang baik. Dan ini mungkin dikarenakan adanya suatu permasalahan
tertentu yaitu masalah luar (eksternal) yang dibawa di dalam latian (internal),
padahal itu sebenarnya ialah masalah individu di luar latian sendiri.36
Bentuk-bentuk permasalahan di luar latihan yang seorang guru di bawa ke
dalam latihan ialah seperti contohnya sebagai berikut : Seorang guru memberikan
suruhan kepada murid padahal itu di luar batas latihan yaitu seperti adanya
penghormatan, perbudakan dan tindakan-tindakan yang layaknya diperlakukan
seperti hal nya seorang raja misalnya dalam contohnya ialah seperti suruhan
dalam membelikan makanan, mencuci pakaian, mengantarnya kemanapun dan
tindakan-tindakan yang seorang murid harus wajib dalam meneladaninya dan itu
merupakan rutinitas dalam aktivitas keseharianya.37
Dari hasil analisis mengenai relasi kuasa antara seorang guru dan murid di
dalam pencak silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo,
Tugu, Semarang maka hal itu tidak terlepas dari sebuah kekuasaan yang terjadi
dalam metode pelatihan yang diterapkanya di dalam latian tersebut. Dalam hal ini
latihan pencak silat PSHT di rayon Pondok Pesantren Roudlatut Tahlibin
Tugurejo, Tugu, Semarang masih menggunakakan sistem latihan lama (apa yang
di perolehnya dari pelatihnya yang dulu) akan tetapi di era zaman sekarang ini
lebih mngutamakan untuk menciptakan atlit-atlit yang baru dalam memajukan
ataupun mengembangkan untuk meraih kejuaraan dalam ajang sebuah
pertandingan lomba-lomba tertentu pada umumnya.

36
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo di
TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Maret 2023.

37
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo di
TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Maret 2023.
Jika kita melihat situasi dan kondisi yang ada maka sebenarnya kekuasaan
itulah yang timbul dalam metode pelatihan pencak silat tersebut, hal ini
dikarenakan dipraktikkan kedalam satu ruang lingkup yang di mana ada banyak
posisi yang secara strategis dan berkaitan satu sama lain. Dari situlah yang
akhirnya muncul sebuah strategi kuasa misalnya dalam membentuk kedisiplinan
publik dan adanya menghukum atau penghukuman. Adapun sebagai contohnya
misalnya ialah ketika sang murid itu telat datang pada saat dimulainya latian
pencak silat maka otomatis hal itu tidak membentuk kedisiplinan bagi seorang
murid dan jika murid yang ikut latian datang tepat waktu maka akan membentuk
suatu kedisiplinan publik. Dan hal itulah yang membuat multi kedisiplinan dan
normalisasi bagi seorang murid di dalam Pencak Silat PSHT rayon Pondok
Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang.38
Menurut Michel Foucault bahwa penguasaan ataupun kesadaran terhadap
tubuh dapat diraih dengan cara melalui efek dari investasi kekuasaan dalam tubuh
yaitu diantaranya melalui aktivitas seperti melakukan senam, olahraga, olah otot,
dan pemujaan terhadap keindahan tubuh. Contohnya misalnya ialah ketika dalam
latihan pencak silat ini seorang guru mengajarkan seorang murid untuk melakukan
latihan fisik (Doweran) seperti kekuatan, kecepatan, kelincahan dan
keseimbangan sesuai ketentuan-ketentuan dalam aturan tertentu yang sudah
dicantumkan dalam AD & ART.39 Kekuasaan menurut Michel Foucault ialah
sebuah artian yang memiliki fungsi untuk membawakan suatu keadaan strategis
kompleks dalam masyarakat.
Hubungan antara seorang guru dan murid menurut michel Foucault ialah
dapat dipahami sebagai bentuk kedisiplinan di dalam sebuah relasi kuasa yang
terjadi. Dan hal ini dapat di buktikan ketika seorang guru dalam memberikan
sebuah intruksi kepada muridnya pada saat latihan berlangsung di pencak silat
PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Kota
Semarang. Di dalam metode sistem pelatihan pencak silat PSHT rayon Pondok

38
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo
di TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Maret 2023.
39
Buku Materi ke-SH-an di Pencak Silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut
Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang.
Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang di terapkanya sebuah
pembelajaran dalam hal untuk pembentukan kedisiplinan tubuh yaitu adanya
sebuah latihan fisik seperti kekuatan, keseimbangan, dan daya tahan tubuh.
Seorang guru memberikan sebuah pengajaran seperti melakukan latihan fisik
seperti melakukan push up, set up, back up dan lain sebagainya sesuai kapasitas
dan kemampuan masing-masing.
Melihat situasi dan kondisi yang terjadi di dalam hubungan antara seorang
guru dan murid di pencak silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin
Tugurejo Tugu Semarang bahwa seorang guru dalam meberikan sebuah
pengajaran dalam metode latihanya berbanding terbalik dengan apa yang di
ajarkanya menurut teori Michel Foucault yang digunakan, hal ini dikarenakan di
dalam metode latihanya itu seorang guru tidak menerapkanya sesuai apa yang di
jalankan kepada muridnya tersebut dan problem inilah yang mengakibatkan
adanya sebuah penyalalahgunaan kekuasaan terutama dalam pembentukan
kedisiplinan tubuh menurut teori Michel Foucault.40
Menurut teori Michel Foucault ada empat diskursus yang membahayakan
yaitu diantaranya ialah politik (kekuasaaan), hasrat (seksualitas), kegilaan, dan
apa yang dianggapnya benar ataupun tidak benar (palsu). Dan hal ini seperti yang
terjadi di dalam metode latihan pencak silat PSHT rayon Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang bahwa adanya sebuah
penyelewengan kekuasaan dan tindakan kekerasan yang terjadi antara seorang
guru dan murid. Kekerasan yang terjadi di dalam metode sistem latihan pencak
silat menjadi sebuah masalah yang serius, hal ini dikarenakan menyadarkan
banyak pihak bahwa adanya sebuah penyalahgunaan kekuasaan dan
penyimpangan kuasa, yang dimana hal itu seseorang yang memiliki posisi dan
atau kuasa yang derajatnya lebih tinggi ia telah memaksakan kehendaknya kepada
orang lain yang posisinya itu atau kuasanya lebih rendah yaitu antara seorang guru
dan murid dalam pelatihan pencak silat tersebut. Jadi adanya relasi kuasa inilah

40
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo
di TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Maret 2023.
yang menjadikanya untuk membuka celah seorang oknum dalam melakukan
sebuah tindakan diluar batasan moral tertentu.41
Hubungan antara seorang guru dan murid di dalam pencak silat PSHT rayon
Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugu Semarang tidak selaras dengan apa
yang terjadi dengan pola pembentukan kedisiplinan tubuh dalam teorinya Michel
Foucault, melainkan adanya kekuasaan oleh seorang guru yang disalahgunaan
kepada murid. Dalam hal ini bisa kita lihat ketika seorang guru dalam
memberinya sebuah latihan fisik, materi maupun mental di dalam latihan tersebut.
Karena apa yang dilakukanya itu salah dan tidak sesui dengan apa yang
diterapkanya secara nyata melalui aturan-aturan yang pas dalam latihanya.
Seharusnya seorang guru bisa mengontrolnya dengan benar, agar proses tetap bisa
berjalan dengan pas dan tidak dapat menyebabkan suatu problematika dalam
metode latihan yang terjadi. Karena pada zaman sekarang sebenarnya bertujuan
untuk menciptakan ataupun membentuk atlit yang baik dan bisa mengembangkan
prestasi di pencak silat PSHT pada umumnya. Dan kalaupun ada masalah di luar
latihan (ekstren), seorang guru tersebut tidak boleh membawanya ke dalam latihan
(intern). Karena hal itulah yang dapat menyebabkan terjadinya konflik
penyalahgunaan kekuasaan oleh seorang guru terhadap murid.42
Relasi kuasa yang tidak seimbang inilah yang menjadikanya sebuah
kekerasan yang dimana dalam hal ini dalam kejadian yang sebenarnya seorang
murid tidak mau melaporkan atau memprosesnya secara langsung terhadap
peristiwa masalah yang terjadi sebenarnya. Bahkan seorang murid tersebut merasa
sangat bimbang atau bingung dalam melakukan tindakan yang akan dilakukanya
itu karena banyak sebuah pertimbangan dan bagaimana anggapan publik terhadap
dirinya itu yang kemudian bagaimana nasib seorang murid yang beranggapan
bahwa jika ia melapor sama saja dengan hal nya membuka aib dirinya sendiri.
Jadi dalam sebuah analisis ini dapat kita pahami bahwa dari situasi dan kondisi
yang terjadi sebenarnya dalam masalah tersebut yaitu apabila pelaku kekerasan
41
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 64.

42
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo di
TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Maret 2023.
memiliki posisi derajat atau kuasa yang lebih tinggi maka seorang murid memilih
untuk tidak percaya diri, bingung ataupun bimbang dalam menghadapai kendala
suatu masalah yang nyata terjadi.43
Adanya sebuah relasi kuasa dalam kekerasan seksual merupakan salah satu
unsur yang di pengaruhi oleh kekuasaan yang dimiliki oleh pelaku (seorang guru)
terhadap penyintas (seorang murid). Jadi dalam hal ini seperti yang dikemukakan
oleh Michel Foucault bahwa kekuasaan pada intinya itu selalu teraktualisasi lewat
pengetahuan, dan pengetahuan selalu memiliki efek kuasa.44 Dalam masalah inilah
pelaku yang merupakan pihak yang secara utuh memiliki kuasa dalam satu
hubungan (antara seorang guru kepada murid) dalam pelatihan pencak silat di
PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Semarang
sehingga kemudian ketika ada sebuah relasi ataupun hubungan maka disana ada
kekuasaan , dan ketika kekuasaan itu disalah gunakan demi hasrat maka selama
itu pula kekerasan dalam rang lingkup sebenarnya yang terjadi di lingkungan akan
muncul masalah-masalah yang sama nantinya.45

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan mengenai relasi
kuasa guru dan murid pencak silat PSHT Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin
Tugurejo, Tugu, Semarang (analisis perspektif Michel Foucault) maka dapat di
ambil kesimpulan sebagai berikut ini :
Pertama, ialah mengenai relasi guru dan murid di pencak silat PSHT rayon
Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang ialah bahwa
seorang murid diwajibkan untuk bersikap tawadhu dan patuh terhadap seorang
guru yang mengajarinya. Seorang guru harus bersikap dengan hati yang ikhlas
(tanpa pamrih) dalam memberi sebuah ilmu pengetahuan. Seorang murid juga
harus bisa menerima dengan hati yang ikhlas dan lapang dada terhadap situasi dan

43
Observasi Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo di
TPQ Miftahus Shibyan Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Maret 2023.
44
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 66.
45
Dr. Dedy N. Hidayat, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta, 2001), h. 67.
kondisi yang sebenarnya terjadi atas segala ujian hidup yang telah Tuhan Yang
Maha Esa berikan kepada kita. Di dalam ajaran pencak silat PSHT ada empat
kunci yang harus diterapkanya yaitu: sabar, yakin, ikhlas, istiqomah.
Kedua, ialah mengenai relasi kuasa guru dan murid di pencak silat PSHT rayon
Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang menurut Michel
Foucault ialah bahwa kekuasaan adalah dorongan pribadi dalam memperoleh
sebuah ilmu pengetahuan. Jadi dalam hal ini kekuasaan dapat diraih melalui
kedisiplinan tubuh. Contohnya adalah ketika seorang guru dalam memberikan
pengajaran dalam metode latihan pencak silat seperti saat memberikan latihan
kekuatan, kecepatan, ketahanan dan keseimbangan. Dalam hal ini yang bertujuan
agar seorang murid itu memperoleh bentuk tubuh yang sehat dan indah melalui
cara kerja kekuasaan yang bertubi-tubi, secara terus menerus dan cermat.
Akan tetapi melihat situasi dan kondisi yang sebenarnya terjadi ada sebuah
ketimpangan sosial atau berbading terbalik terhadap teori yang dipakainya antara
seorang guru dan murid dikarenakan masalah kekuasaan yang disalah gunakan.
Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki posisi dan atau kuasa yang
derajatnya lebih tinggi, ia telah memaksakan kehendaknya kepada orang lain yang
posisinya kuasanya lebih rendah yaitu antara seorang guru dan murid di dalam
latihan pencak silat PSHT rayon Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo,
Tugu, Semarang.
Relasi kuasa yang tidak seimbang inilah yang kemudian menjadikan sebuah
tindakan kekerasan. Relasi kuasa dalam kekerasan seksual merupakan salah satu
unsur yang dipengaruhi oleh kekuasaan yang dimiliki oleh pelaku (seorang guru)
terhadap penyintas (seorang murid). Setiap ada relasi disana ada kekuasaan , dan
jika kekuasaan itu di salah gunakan demi hasrat maka selama itu pula kekerasan
dalam ruang lingkup sebenarnya yang terjadi di lingkungan akan muncul masalah-
masalah yang sama nantinya karena kekuasaan dan ilmu pengetahuan itu saling
berhubungan erat dan tidak dapat terpisahkan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi, Sumintak., 2022. Analisis Relasi Kuasa Michel Foucault:


Studi Kasus Fenomena Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Jurnal
Intelektualitas: Keislaman, Sosial, dan Sains, Vol. 1.
Afandi, Khozin., 2011. Konsep Kekuasaan Michel Foucault. Teosofi: Jurnal
Tasawuf dan Pemikiran Islam Volume 01, Nomor 02.
Al Ayubi, Shalahuddin., 2022. Relasi Guru dengan Murid dalam kitab “
Adadul Insan” Habib Utsman Bin Abdullah Bin Aqil Bin Yahya.
Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah.
Azwar, Syaifuddin., 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bab II (Asas, sifat, dan Tujuan) Pasal 5, Dalam Anggaran Dasar (AD)
Persaudaraan Setia Hati Terate, MUBES VI. Madiun. 2000, hlm. 1.
Betasari, Kharisma., 2019. Relasi Disiplin Tubuh Michel Focault Dan
Pendidikan Moral Perspektif Ibnu Miskawaih. Semarang: Skripsi UIN
Walisongo Semarang
Buku Arsip Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tahun 2022arang No:
01.05/A/PPRT/IV/2022.
Davies, Peter., 1997. The American Heretage Distionary of the English
Language. New York: Dell Publishing, h.570
Djoko, Hartono., 2018. Relasi Murid Guru dalam Pencak Silat. Surabaya:
Pondok Pesantren Jagad Alimussirry.
Dokumentasi Pondok Pesantren dan Wawancara dengan Lurah Pondok
tanggal 26 Desember 2022 di Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin
Tugurejo, Tugu, Semarang.
Dokumentasi Visi dan Misi Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo,
Tugu, Semarang.
Dokumentasi, Surat Wakaf Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tahun
1984.
Foucault, Michel. Disiplin Tubuh, ibid, hlm. 160-161
George Junus Aditjondro., 1994. Pengetahuan-Pengetahuan Lokal yang
Tertindas, Kalam No. 1, h.58.
Gutting, Gary. The Cambridge Companion to Foucault. New York:
Cambridge University Press, 2005, h.30.
Hikmah, Salamatul., 2021. Etika Siswa Terhadap Pelatih Di UKM Pencak
Silat PSHT UIN Walisongo Menurut Imam Al-Ghazali. Semarang:
Skripsi UIN Walisongo Semarang.
K. Bertens., 1985. Filsafat Barat Abad XX, Jilid II (Prancis). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, h.487.
Kamahi, Umar., 2017. Teori Kekuasaan Michel Foucault: Tantangan bagi
sosiologi politik. Makasar: UIN Alauddin Makasar, Jurnal Al-
Khitabah Vol. 3, No. 01.
Kebung, Konrad., 2017. Membaca Kuasa Michel Foucault Dalam Konteks
Kekuasaan Di Indonesia. Jakarta: MELINTAS, h.41-43
Macdonell, Diane., 1986. Theories of Discourse, Oxford, Blackwell, h.87.
Martono, Nanang., 2014. Sosiologi Pendidikan Michel Foucault:
Pengetahuan, Kekuasaan, Disiplin, Hukuman, dan Seksualitas.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Meoleong, Lexy., 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Mughis M, Abdil., 2013. Teori Kekuasaan Michel Foucault: Tantangan bagi
Sosiologi Politik. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, Jurnal Sosiologi
Masyarakat Vol. 18, No. 1.
Observasi di Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut
Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 23 Desember 2022.
Pengurus Pusat PSHT, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
PSHT Tahun 2016, Rencana Strategi Pelaksanaan Program Kerja
Pengurus Pusat 2016-2021. Madiun: PSHT, 2016, h. 14
Pimay, Awaluddin., 1999. Konsep Pendidikan Dalam Islam. Semarang:
Tesis IAIN Walisongo Semarang, h. 3-4.
PSHT Pusat Madiun, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Persaudaraan Setia Hati Terate Tahun 2016: Rencana Strategis
Pelaksanaan Program Kerja Pengurus Pusat 2016 – 2021. Madiun:
PSHT. 2016, h. 9 – 10
S. Hidayat, Rahayu., 1997. Michel Foucault, Seks dan Kekuasaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, h.32.
Santosa, Yudi., 2022. Power atau Kenowledge Michel Foucault.
Yogyakarta: Bentang Budaya, Cetakan pertama, h.71
Sudijono, Anas., 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sudjana, Nana., 1992. Proposal Penelitian. Bandung: Sinar Baru, Cet. Ke-1.
Surat Keputusan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Tugurejo Tugu Kota
Semarang.
Suryakusuma, Julia., 1991. Kontruksi Sosial seksualitas: Sebuah Pengantar
Teoretis. Prisma, No. 7, hlm. 8.
Sutrisno, Hadi., 2000. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi
Offset. Sudarto., 2002. Metode penelitian Filsafat. Jakarta: Raja
Gravindo persada.
Tarmadji, Tarmadji., 1995. Persaudaraan Setia Hati Terate Buku II. Madiun:
PSHT.
Wawancara dengan Bagus Setyo Aji (Ketua Rayon) PSHT Pondok
Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal
04 Januari 2022.
Wawancara dengan Kang Mas Mukti (Sesepuh PSHT Ranting Tugu) di
rumahnya pada 29 Desember 2022.
Wawancara dengan ketua PSHT Rayon Pondok Pesantren Roudlatut
Thalibin Tugurejo, Tugu, Semarang pada tanggal 26 Desember 2022
2022 di Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin Tugurejo, Tugu,
Semarang.
Wawancara dengan ketua Rayon Pencak Silat PSHT Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin Tugurejo Semarang pada tanggal 06 November
2022.
Wawancara dengan Shahreza Badarul Ulum (Lurah Pondok) tanggal 28
desember 2022 di pondok.
Wawancara dengan siswa Pencak Silat PSHT Rayon Pondok Pesantren
Roudlatut Thalibin Tugurejo Semarang pada tanggal 06 November
2022.
Yudi Santosa., 2022. Power/Knowledge Michel Foucault. Yogyakarta:
Bentang Budaya, cetakan pertama, h.71.
Website: pprt.ponpes.id

Anda mungkin juga menyukai